ABSTRAK
Kabupaten Seruyan merupakan salah satu Kabupaten Pemekaran di Provinsi Kalimantan
Tengah dengan Ibukota Kuala Pembuang. Sebagai daerah otonomi baru tentu pembangunan di
semua sector berkembang pesat.Dengan demikian terjadi pergeseran Tata Guna Lahan. Hal
tersebut harus disikapi dengan cepat dan cermat.
Kota Kuala pembuang sebagai pusa pemerintahan otonomi memiliki arus pergerakan yang
cukup besar. Untuk memodelkan pergerakan bangkitan-tarikan di Kota Kuala Pembuang perlu
dilakukan penelitian. Penelitian terpusat pada Kelurahan Kuala Pembuang I dan Kelurahan
Kuala Pembuang II bertujuan untuk mengetahui pola bangkitan-tarikan dari zona asal dan zona
tujuan dan memodelkan bangkitan-tarikan yang terjadi menggunakan model Analisa Regresi
Linier Berganda. Banyak metode dan model yang dapat digunakan untuk memproyeksikaan
bangitan-tarikan pergerakan yang terjadi. Masing – masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Alasan dipilih metode analisa regresi dengan model regresi linier berganda yaitu: 1. Analisa
regresi linier memiliki batasan katagori lebih banyak dibandingkan dengan analisis katagori 2.
Pada analisis regresi linier dilakukan uji statistik. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus
Slovin dan Tabel Cohen Manion dan Marisson. Pada analisa ini diketahui tingkat kepercayaan
95% dan gallad error 5%. Jumlah samoel minimal yaitu 374 KK . variable yang diteliti yaitu:
Jumlah perjalanan (Y), jumlah KK (X1), jumlah anak sekolah (X2), jumlah PNS/honorer (X3),
jumlah motor (X4), jumlah mobil (X5), pendapatan maksimal 1 juta (X6), pendapatan 1,1 juta
sampai 2 juta (X7), pendapatan 2,1 juta sampai 3 juta (X8), pendapatan 3,1 juta sampai 4 juta
(X9), pendapatan 4,1 juta sampai 5 juta (X10), pendapatan lebih dari 5 juta (X11), data yang
diperoleh direkapitulasi sehingga diperoleh jumlah masing – masing variable. Proses
pengolahan data untuk memperoleh regresi linier dengan menggunakan perangkat lunak SPSS
11,5 for windows meode yang dipilih metode Backward, output berupa diskripsi statistik, variable
entered/Removed, Model Summary, Annova dan Coefisient. Dari pengolahan data hasi survey,
diperoleh simpulan pola bngian-Tarikan di kota Kuala Pembuangdidominasi tujuan pasar dan ke
kantor dengan ring 38% zona pasar, 37,4% zona tujuan kantor, 16 % zona tujuan sekolah dan
10% zona lainnya, sedangkan model linier regresi berganda yang paling ideal unuk
memproyeksikan bangkitan-tarikan pergerakan yang terjadi adalah Y = (0,74) + 1,242 X1 +
11,492 X9, Dimana Y = jumlah perjalanan, X1 = jumlah anggota Kk, X9 = jumlah pendapatan
3,1 juta sampai 4 juta. Nilai R = 0,692, R2 = 0,456: Sandar error of estimate = 27,925.
karakteristik yang berbeda tergantung pada laju pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan
penduduk.
Kota Kuala Pembuang, sebagai pusat pemerintahan secara otomatis memiliki
pergerakan lalu lintas yang besar. Ini karena di Kota Kuala Pembuang rutinitas masyarakat
beragam dan jumlah penduduk yang terus bertambah. Jumlah penduduk di Kecamatan
Seruyan Hilir sebanyak 30.517 jiwa tersebar pada 10 desa di atas. Dari kesepuluh Desa dan
Kelurahan tersebut, Kelurahan Kuala Pembuang I dan Kelurahan Kuala Pembuang II
mempunyai jumlah penduduk paling banyak yaitu 8.594 jiwa dan 8.502 jiwa. (Sumber: BPS
Kabupaten Seruyan 2013)
Pekerjaan masyarakat yang majemuk di Kelurahan Kuala Pembuang I dan Kelurahan
Kuala Pembuang II secara langsung berpengaruh terhadap arus pergerakan lalu lintas. Dengan
beragam aktivitas masyarakat setiap hari, tentu mengakibatkan terjadi pergerakan dari rumah
menuju tempat kerja atau kawasan lain. Aktivitas rutin masyarakat yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil (PNS) atau tenaga kerja kontrak (Honorer) adalah berangkat ke kantor
yang beralamat di jalan A.Yani (kawasan perkantoran) menimbulkan pola bangkitan dan tarikan
perjalanan.
Anak sekolah yang berangkat ke sekolah juga menimbulkan pola tarikan dan bangkitan
perjalanan, ibu rumah tangga yang pergi ke pasar saik untuk mencari keperluan rumah tangga,
mengantar anak ke sekolah juga menimbulkan pola yang sama. Di Kelurahan Kuala Pembuang
I dan Kuala Pembuang II zona tujuan yang paling dominan dalam pembentukan pola bangkitan-
tarikan pergerakan adalah kawasan perkantoran, kawasan sekolah, dan kawasan perbelanjaan
(pasar).
Untuk membuktikan asumsi tersebut sekaligus untuk memodelkan bangkitan dan
tarikan yang terjadi perlu adanya penelitian. Dengan demikian, dapat digambarkan interaksi
yang terbentuk dari keterkaitan variabel-variabel yang berperan terhadap bangkitan-tarikan
pergerakan. Variabel pembentuk bangkitan-tarikan pergerakan antara lain jumlah penduduk,
tingkat pendapatan, kepemilikan kendaraan, pekerjaan, dan tata guna lahan. Hal ini
dikarenakan semakin bertambah jumlah penduduk, perkembangan kegiatan ekonomi, dan
perkembangan tata guna lahan, menyebabkan bertambah jumlah bangkitan dan tarikan
perjalanan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bangkitan-Tarikan Pergerakan
Bangkitan lalu lintas adalah banyaknya lalu lintas yang ditimbulkan oleh suatu zona
atau per satuan waktu. Jumlah lalu lintas bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab lalu
lintas ialah kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan dan mengangkut barang
kebutuhannya (Wells : 1975). Aktifitas manusia pada kesehariannya pasti meninggalkan rumah
untuk beraktivitas. Dalam tujuan perjalanan, menyebabkan terbentuknya arus lalu lintas.
Semakin banyak masyarakat yang melakukan perjalanan, maka arus lalu lintas yang terbentuk
akan semakin padat. Zona dimana masyarakat mulai keluar untuk beraktivitas dapat diartikan
sebagai zona bangkitan. Pada umumya yang menjadi zona bangkitan adalah zona perumahan.
Akibat dari bangkitan perjalanan, adalah terbentuknya tarikan pergerakan. Keterkaitan
ilmiah antar keduanya sangat erat. Hal ini disebabkan perjalanan yang dilakukan pasti
mempunyai tempat tujuan. Dapat diartikan bahwa tarikan pergerakan adalah tujuan dari
perjalanan yang dilakukan.
Menurut Tamin (2000), tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang tertarik ke
suatu tata guna lahan atau zona tarikan pergerakan. Sedangkan menurut Ortuzar (1994),
bahwa tarikan perjalanan dapat berupa suatu perjalanan berbasis rumah yang mempunyai
tempat asal dan tujuan bukan rumah atau perjalanan berbasis rumah.
Dimana :
r = nilai koefien korelasi
Xi = variabel bebas
Yi = variabel terikat
n = jumlah data
Jika nilai r = 1, artinya bahwa korelasi antara peubah Y adalah positif. Dengan
demikian, meningkatnya jumlah X akan mengakibatkan kenaikan pada jumlah Y. Sedangkan
jika nilai r = (-1), berarti korelasi antara peubah Y dan X adalah negatif dengan arti bahwa
meningkatnya jumlah X akan mengakibatkan menurunnya jumlah Y. Namun, jika nilai r = 0,
berarti tidak ada korelasi antar peubah.
Berikut adalah klasifikasi nilai r :
1. Jika 0,90 < r < 1 atau – 0,1 < r < - 0,90 berarti hubungan sangat kuat.
2. Jika 0,70 < r < 0,9 atau – 0,90 < r < - 0,70 berarti hubungan kuat.
3. Jika 0,50 < r < 0,70 atau – 0,70 < r < - 0,50 berarti hubungan substansial.
4. Jika 0,30 < r < 0,50 atau – 0,50 < r < - 0,30 berarti hubungan lemah.
5. Jika 0,00 < r < 0,30 atau – 0,30 < r < 0,00 berarti hubungan sangat lemah.
Dimana :
R2 = koefisien determinasi
n = jumlah data
m = jumlah variabel bebas
3. METODE PENELITIAN
3.1 Bagan Alur Penelitian
Dalam penelitian ini, tahap-tahap yang akan dilakukan digambarkan pada bagan alir berikut :
MULAI
PENGUMPULAN DATA
INPUT DATA
ANALISA REGRESI
LINEAR BERGANDA
KANDIDAT
PEUBAH BEBAS
PENGUJIAN MODEL :
Uji F (F-test)
Uji t (t-test)
TIDAK LOLOS
LOLOS
MODEL TERPILIH
SELESAI
b. Data Sekunder
Pada penelitian ini diperlukan data jumlah KK di Kelurahan Kuala Pembuang I dan
Kelurahan Kuala Pembuang II. Dengan meminta data profil kelurahan ke kantor kelurahan,
maka diperoleh data-data tersebut. Dari Kantor Kelurahan Kuala Pembuang I diperoleh data
Profil Kelurahan Kuala Pembuang I Tahun 2014 dalam bentuk soft copy. Begitu pula data profil
Kelurahan Kuala Pembuang II juga diperoleh dalam bentuk soft copy.
Sebagai data pendukung, diperlukan data profil Kecamatan Seruyan Hilir. Dengan
meminta data tersebut ke Kantor Kecamatan Seruyan Hilir, diperoleh data dalam bentuk hard
copy.
Wilayah Kelurahan Kuala Pembuang I mempunyai luas areal 65 km² terdiri dari 3 RW
dan 29 RT. Tercatat sebanyak 2.360 KK bertempat tinggal di Kelurahan Kuala Pembuang I.
Mayoritas pekerjaan masyarakat Kuala Pembuang I adalah petani dan kesejahteraan
37%
40%
38%
36%
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Bab Hasil dan Pembahasan, disimpulkan sebagai
berikut:
1. Karakteristik bangkitan-tarikan dan sebaran pergerakan yang terjadi di Kota Kuala
Pembuang pada saat survey ini dilaksanakan adalah bangkitan-tarikan yang didominasi
tujuan pasar dan tujuan kantor. Dengan rincian berikut:
a. Bangkitan-tarikan dengan zona tujuan pasar 38%
b. Bangkitan-tarikan dengan zona tujuan kantor 37%
c. Bangkitan-tarikan dengan zona tujuan sekolah 16%
d. Bangkitan-tarikan dengan zona tujuan tempat lainnya 8%
e. Bangkitan-tarikan dengan zona tujuan tempat rekreasi 1%
2. Persamaan Regresi Linear Berganda yang paling ideal untuk memproyeksikan jumlah
bangkitan-tarikan pergerakan di Kota Kuala Pembuang pada saat survey ini dilaksanakan
adalah Y = (-0,74) + 1,242 X1 + 11,492X9. Dimana :
Y = Jumlah Perjalanan
X1 = Jumlah Anggota KK
X9 = Jumlah Pendapatan 3,1 juta sampai 4 juta
Nilai R = 0,692 ; R2 = 0,479 ; Adjusted R2 = 0,456 ; Standar Error Of the Estimate = 27,925
5.2 Saran
1. Untuk lebih mendapatkan kecukupan data, penelitian selanjutnya sebaiknya memperkecil
taraf signifikasi.
2. Masyarakat harus lebih kooperatif dan terbuka terhadap informasi yang diperlukan untuk
kepentingan penelitian.
3. Dengan dominasi pergerakan bangkitan-tarikan di Kota Kuala Pembuang adalah ke zona
pasar dan zona kantor, pihak-pihak terkait harus menyediakan ruang gerak yang cukup di
kawasan pasar dan perkantoran.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri, 1989, Pendekatan Sistem Dalam Pengendalaian dan Pengoperasian sistem
Jaringan Distribusi Air Minum, Bandung, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITB.
Soewarno. 1995. Hidrologi (Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis Data) NOVA. Bandung
Kanth Rao, Kamala, 1999, Environmental Engineering : Water Supply Sanitary Engineering and
Pollution, McGraw Hill Publishing Company Ltd
Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006, Volume Kehilangan Air Standar dihitung
Berdasarkan Standar Prosentase.
Kodoatei, Robert, Ph.D, 2003, Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.
Anonim, 2008. Studi Kelayakan Ekonomi. Diklat kuliah. Universitas Indonesia. Jakarta
Anonymous, 1998. Petunjuk Teknis Perancangan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air
Bersih, Volume 1, Depertemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Jakarta.
Linsey, R.K and JosephB Franzini, Djoko Sasongko 1996. Teknik Sumber Daya Air, Jilid 1 Edisi
Ke Tiga, Erlangga, Jakarta