Anda di halaman 1dari 3

Jalan Bakti Si Uzi

Kisah ini menceritakan tentang perjalanan hidup Prof. Dr. Fauzi, M.Ag Guru
Besar IAIN Purwokerto-Ketua LPMNU Banyumas

Sambil memandang foto almarhum ayahnya, si Uzi mencerikan kisahnya.

“ Alhamdulillah di pagi hari ini insyaallah karir sebagai dosen akan mencapai
puncak dikukuhkannya sebagai guru besar bersyukur dan terima kasih
kepada bapak Ayahanda yang telah mendidik membimbing membiayai
support semuanya sampai saya bisa mencapai gelar guru besar Terima kasih
Ayah, terima kasih Bapak, Semoga amal ibadahmu kebaikan yang telah
diberikan selalu diterima sebagai amal saleh Semoga di alam kubur selalu
mendapatkan Maghfiroh diberikan Jembar dan padang kuburnya
Allahummaghfirlahuwarhamhu wa'afihi wa'fuanhu, Bismillah saya akan
berangkat untuk melaksanakan prosesi pengukuhan guru besar di kampus “

Dusun Bowongso Desa Kauman di sebuah desa di Kecamatan Kaliwiro


Kabupaten Wonosobo. Desa yang masih Asri dengan tekstur perbukitan
yang sejuk penuh dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan
menyimpan kearifan lokal yang sarat dengan nilai persaudaraan. Dusun
bowongso Desa Kauman RT 16 RW 5 menjadi saksi lahirnya seorang Fauzi
kecil pada tanggal 5 agustus 1974

“Saya lahir saat itu belum ada listrik bahkan sampai saya lulus MI saja
belum ada listrik “ ujar Fauzi

Najib kakak kandung Uzi juga bercerita:


“Kami tiga bersaudara dari anak bapak saya itu almarhum Bapak Haji Tasdik
Ibu saya Hajjah Partimah. Saya yang yang pertama, yang kedua Fauzi dan
yang ketiga Mufadilah”

Fauzi dilahirkan dalam keluarga yang taat agama memegang kuat ajaran
agama dan hidup dalam kultur keagamaan yang kental. Hasil sawah dan
ladang ayahnya tidak mampu mencukupi kebutuhan keseharian terutama
dalam membiayai ketiga anaknya untuk meneruskan sekolah yang lebih
tinggi

Hj.Partimah ibu kandung Fauzi turut bercerita dengan bahasa Banyumasan :


“Arto pas pasan kangge sangu, Alhamdulillah sami nurut sami-sami sabar.”
Dalam membantu ayahnya tidak jarang Fauzi mencari rumput ke ladang
untuk pakan kambing milik ayahnya.

Teringat nasehat ayah Uzi ketika sedang memberi makan kambing:


“Di rumat sing apik ben mengko weduse dadi apik.”

Fauzi harus bersekolah dan mengaji itulah tekad orang tuanya, ia


menyelesaikan pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif
Bowongso.

Ruminah guru MI Ma’arif Bowongso juga menceritakan Fauzi ketika masih


sekolah:
“Alhamdulillah Mas Fauzi termasuk cerdas, pandai dan kendel (berani).”

Fauzi menceritakan saat masih kecil :


“Ngaji sore sampai malam di rumah dengan orang tua. Kyai saya belajar
dasar agama dari bapak saya sendiri sampai dikenalkan dengan ngaji kitab
gundul.”

Penerangan seadanya menggunakan lampu teplok atau sentir, ayahnya


tetap istiqomah mengajar dan mendidik ilmu agama kepada anak-anak
seusianya di kampung halaman tercinta.

Fauzi melanjutkan ceritanya:


“Saya melanjutkan pendidikan pada jenjang MTS saya msh di ibukota
Kecamatan itu ya dan tes Maret Kaliwiro, 4 kilo berapa jalan untuk ke
sekolah pulang-pergi itu ini saya jalani itu dengan segala keterbatasannya
sepatu saya rasakan luar biasa sampai waktu itu sepatunya saja sampai Apa
bagian ini tetap belakang itu sudahsampai telapak kaki mengenai aspal.
Bapak saya itu punya uang itu setelah Pasaran, pasarannya itu pahing.
Bapak saya tuh menaruh uang itu di pohon genyong di samping Kantor
Kecamatan. Jadi waktu itu ketika jam istirahat siang saya lari ke situ
kemudian membuka tanah dan sudah ada uang recehan. Jadi ini yang
menurut saya unik tapi menggambarkan ada kreativitas dan pola
komunikasi yang eh kalau habis pasaran terus menemui anak di sekolahan
mungkin boleh jadi secara tampilan tidak memungkinkan artinya ada
strategi agar uang saku itu sampai ke anaknya.”

Di tingkat Sekolah Menengah Fauzi selalu meraih ranking dikelasnya lulus


dari PGA Negeri Banjarnegara yang kelak menjadi Man 2 Banjarnegara,
dengan hasil memuaskan. Fauzi termasuk anak yang kutu buku rajin
belajar dan tekun membaca buku .
Gelar sarjana dan magister nya ia raih pada IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
melanjutkan program Doktor pada pasca sarjana Universitas Negeri Jakarta
dengan mengambil focus kajian pada Pendidikan Anak Usia Dini.

Fauzi mengingat pesan bapaknya :


“Ketika Bapak mau meninggal pun meninggalkan tiga pesan yang kami
ingat yang pertama tingkatkan ibadah, yang kedua teruskan perjuangan
agama dan yang ketiga guyub rukun keluarga.”

Fauzi anak yang rajin dan teladan prestasinya membanggakan.

Fauzi bercerita tentang profesinya :


“Kalau bicara tentang seorang dosen dalam berkarir Saya kira semua
bermimpi bercita-cita pendidikannya sampai Doctor dan setelah Doctor
semua pasti berkeinginan menjadi professor.”

Di akui bahwa dalam mengenyam pendidikan tinggi sangat dirasakan


manfaatnya ketika seseorang mau aktif di organisasi.Menjadi pengurus ke
tingkat cabang karir kemudian ketua IPNU dan sekarang berkiprah sebagai
ketua LP Ma'arif NU Kabupaten.

Bagi Fauzi aktif berorganisasi banyak manfaatnya dalam perjalanan karirnya


didunia akademik di darmabakti kan ke kampus tercinta IAIN Purwokerto.

Beberapa jabatan akademik pernah diemban diantaranya kepala unit


sekretaris LPM wakil dekan FT IKA dan saat ini menjabat Wakil Rektor 1
bidang akademik rancangan masyarakat.

Istri Fauzi mengingatkan untuk sarapan :


“Oh ya sarapan sudah siap sebentar lagi mau berangkat”

Dengan tersenyum Fauzi menjawab


“Oke makasih ya….”

Selamat dan sukses untuk Profesor Doktor Fauzi magister agama atas
pencapaian guru besarnya Semoga selalu diberikan kesehatan dan
keselamatan untuk terus berkarya menebar manfaat kepada sesama.

Demikian kisah Jalan Bakti Si Uzi yang menginspirasi agar senantiasa


belajar dan istikomah dalam berusaha guna menggapai cita-cita.

Banyumas, 14 Maret 2021


AINA ARRAFAHA
Kelas 4A SD NU MASTER SOKARAJA

Anda mungkin juga menyukai