Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Hepatitis B” Harapan kami
semoga Makalah ini dapat terlaksana kan dengan baik guna dapat meningkatkan
pengetahuan semua orang.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Rumusan masalah .2
1.3 Tujuan .3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hepatitis .4
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai
gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun dalam
tubuh seperti alkohol, menyaring produk-produk yang tidak berguna lagi dari darah
dan bertindak sebagai semacam pengaruh bagian tubuh yang menjamin terjadinya
keseimbangan zat-zat kimia dalam sistem itu.
Salah satu penyakit yang menyerang hati adalah penyakit hapatitis. Istilah ”
Hepatitis ” dipakai untuk semua jenis peradangan hati (liver) disebabkan mulai dari
virus atau obat-obatan. Virus yang menyebabkan penyakit ini berada dalam cairan
tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa ditularkan keorang lain. Salah satu
diantranya adalah virus Hepatitis B.
Hepatitis B yang merupakan peradangan hati yang bisa berpotensi fatal,
disebabkan infeksi virus hepatitis B, ibarat fenomena gunung es. Hanya 20-30 persen
yang terdeteksi. Lebih dari 70 persen tidak diketahui. Padahal, 75 persen kasus
hepatitis B berada di kawasan Asia Pasifik.
Mengingat hepatitis merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), maka imunisasi Hepatitis B merupakan awal dimulainya upaya
pengendalian hepatitis di Indonesia. Imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir atau
birth dose menggunakan prefilled injection device sudah dilakukan sejak 1997.
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Hepatitis disebabkan oleh infeksi dari HBV (Hepatitis B Virus). Beberapa faktor
predisposisi terjadinya penularan Hepatitis B adalah:
1. Kontak dengan darah, sekresi dan tinja dari manusia yang terkontaminasi.
3. Penularan perinatal
4. transfusi darah.
5. hubungan seksual.
2.3 Klasifikasi Hepatitis
1. Hepatitis A
2. Hepatitis C
3. Hepatitis D
4. Hepatitis E
5. Hepatitis F dan G
Gejala Hepatitis B mirip gejala flu. Kadang-kadang sangat ringan bahkan tida
menimbulkan gejala sama sekali. Hanya sedikit orang yang terinfeksi menunjukkan
semua gejala. Karena alasan ini banyak kasus Hepatitis B yang tidak terdiagnosis dan
terobati. Gejala utama dari Hepatitis B adalah sebagai berikut:
2. Mudah lelah
3. Demam ringan
6. Sakit kepala
9. Diare
12. Warna kulit dan sklera mata kuning (jaundice), sering disebut penyakit kuning.
13. Penurunan berat badan 2.5 - 5 kg (sumber: Unit Transfusi Darah PMI Cabang
Kota Yogyakarta)
a) Fase replikasi virus yang tinggi tanpa menimbulkan kerusakan jaringan hati,
yang ditandai oleh adanya kerusakan jaringan hati oleh kadar transaminase
normal, kadar HbeAG dan DNA serum yang tinggi. Dengan kelainan hitologis
hati minimal terjadi pada pemeriksaan jaringan hati secara histokimiawi
ditemukan HbsAG dan HbeAg.
b) Fase hepatitis rendah berupa hepatitis kronik ekserbasi akut yang terjadi secara
spontan ditandai dengan kadar transminase (SGOT & SGPT) meninggi dan
menggambarkan usaha host yang peresisten untuk mencoba mengeliminasi
virus yang dari dalam tubuh.
c) Fase nonreplikasi ditemukan adanya anti Hbe tanpa adanya DNA virus hepatitis
1. Pemeriksaan serologi
a. Adanya HBsAg dalam serum merupakan pertanda serologis infeksi hepatitis
B. Titer HBsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan infeksi
hepatitis kronis. Munculnya antibodi terhadap HBsAg (anti HBs)
menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses infeksi.
b. Adanya HBeAg dalam serum mengindikasikan adanya replikasi aktif virus di
dalam hepatosit. Titer HBeAg berkorelasi dengan kadar HBV DNA. Namun
tidak adanya HBeAg (negatif) bukan berarti tidak adanya replikasi virus,
keadaan ini dapat dijumpai pada penderita terinfeksi HBV yang mengalami
mutasi (precore atau core mutant).
2. Pemeriksaan virologi
Pemeriksaan virologi untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting
karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus.
3. Pemeriksaan biokimiawi
a) Interferon
b) Lamivudin
d) Peginterferon
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (bilirubin indirek) dan
distensi abdominal ditandai dengan klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 3,
klien tampak meringis, klien tampak melindungi area yang nyeri.
2.11 Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (bilirubin indirek) dan
distensi abdominal ditandai dengan klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 3,
klien tampak meringis, klien tampak melindungi area yang nyeri.
Intervensi:
1. Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien. Kaji faktor yang dapat memperberat atau
mengurangi nyeri : lokasi, durasi, intensitas dan karakteristik nyeri serta gejala
psikologis.
5. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman dan gunakan bantal
untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila diperlukan.
Intervensi:
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat
masukan makanan pasien.
3. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan atau makan diantara
waktu makan.
4. Berikan dan bantu higiene mulut dengan baik, sebelum dan sesudah makan.
5. Kolaborasi
Intervensi:
2. Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
Intervensi:
1. Inspeksi kulit pasien, jelaskan dan dokumentasikan kondisi kulit pasien dan
laporkan perubahan.
5. Atur posisi pasien supaya nyaman dan meminimalkan tekanan pada kulit
yang rusak. Ubah posisi pasien selama 2 jam. Pantau frekuensi pengubahan
posisi pasien dan kondisi kulitnya.
Intervensi:
1. Ajarkan pasien untuk hemat energy dengan cara istirahat, perencanaan dan
penentuan prioritas.
Rasional : Untuk mencegah atau meringankan keletihan.
3. Dorong pasien untuk makan makanan yang kaya zat besi dan mineral, jika
tidak dikontraindikasikan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B
yang merusak hati. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan pengerasan
hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan menimbulkan
kematian. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala.
Cara pencegahan:
1. Imunisasi
2. Usaha untuk memberikan kekebalan aktif pada bayi dan anak terhadap
penyakit tertentu dengan cara pemberian vaksin yaitu kuman penyebab
penyakit yang telah dilemahkan.
3. Hindari aktivitas sex dengan berganti-ganti pasangan.
4. Hindari mendapat donor darah yang tidak resmi.
5. Hindari menggunakan jarum suntik bekas.
3.2 Saran