Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di
sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan
penekanan pada keterampilan penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya (Suherman,
2003: 58). Hudojo (2005: 35-36) mengungkapkan bahwa matematika adalah suatu alat
untuk mengembangkan cara berpikir, karena itu, matematika sangat diperlukan baik
untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga
matematika perlu dibekalkan kepada setiap siswa.
Objek penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas tetapi lebih
dititikberatkan kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur. Matematika berkenaan
dengan gagasan berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis.
Moursund (2012: 12-13) menyatakan bahwa matematika dapat dikategorikan menjadi
tiga yaitu: 1) matematika adalah usaha manusia; misalnya matematika digunakan untuk
mengukur waktu (tahun, musim, bulan, minggu, hari, dan sebagainya), mengukur jarak,
atau memanfaatkan matematika dalam bidang seni; 2) matematika sebagai suatu
disiplin ilmu; matematika adalah disiplin ilmu yang luas dan dalam yang terus tumbuh
dan menjadi dasar bagi ilmu yang lain; 3) matematika sebagai bahasa interdisipliner
dan alat; matematika adalah suatu bahasa dan alat yang dianggap pengetahuan dasar
dalam sistem pendidikan formal.
Matematika perlu diajarkan di sekolah karena matematika merupakan ilmu
dasar yang telah berkembang baik materi maupun penggunaannya sehingga harus
memperhatikan perkembangan dan kedudukan matematika (Suherman, 2003: 55).
Suherman (2003: 58) juga mengungkapkan tujuan pembelajaran matematika di sekolah
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) matematika meliputi: 1) mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang; 2) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari ilmu
pengetahuan.
Tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4)
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah; 5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan, National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM, 2000: 29) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang
harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),
kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection),
kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation).
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan pemecahan masalah merupakan
kemampuan yang penting dan harus dikuasai siswa. O’Connell (2007: 1) menyatakan
bahwa pemecahan masalah merupakan fokus utama dari pembelajaran matematika.
Menurut Sayed (2000: 57), matematika sekolah sebaiknya mengajarkan pemecahan
masalah sebagai aktivitas utama pada semua aspek matematika, guru juga sebaiknya
memberikan siswa masalah yang banyak, berkaitan dengan dunia nyata sehingga akan
menantang dan menarik perhatian siswa. Pemecahan masalah merupakan cara efektif
untuk mengenalkan dan mengeksplor pengetahuan baru pada matematika. Melalui
pemecahan masalah, siswa dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam
menyelesaikan masalah matematika.
Menurut Koenig (2007: 6) menerangkan bahwa salah satu kemampuan yang
harus dimiliki siswa yang sesuai dengan standar proses adalah problem solving atau
pemecahan masalah. Siswa seharusnya dapat membangun pengetahuan baru pada
matematika melalui pemecahan masalah, memecahkan masalah yang muncul pada
matematika dan dikonteks lainnya, dapat menggunakan berbagai strategi yang tepat
untuk memecahkan masalah, dan merefleksikan proses pemecahan masalah
matematika. Untuk memperoleh kemampuan pemecahan masalah, seseorang harus
memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi berbagai masalah. Siswa yang diberi
banyak latihan pemecahan memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah
dibandingkan anak yang latihannya lebih sedikit (Suherman, 2003: 93).
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan hal penting dalam pembelajaran
matematika. Dengan adanya kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa yang
dikembangkan melalui pengalaman belajar dengan pendekatan yang tepat, siswa
diharapkan mampu mengembangkan kemampuannya untuk menemukan jawaban dari
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, realita menunjukkan
bahwa masih terdapat kemampuan pemecahan masalah siswa rendah, berikut
penjelasan selengkapnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pendekatan Pembelajaran Matematika?
2. Sebutkan Macam-macam Pendekatan Pembelajaran?
3. Sebutkan jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran?
4. Apakah pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontrukvisme?
5. Apakah pengertian Pendekatan Kontekstual?
6. Apakah pengertian Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)?
7. Apakah pengertian pendekatan Pendekatan Open-Ended Problem?
8. Apakah pengertian pendekatan Pendekatan Saintific?
9. Apakah yang termasuk pendekatan berdasarkan sudut pandang ?
10. Apakah yang termasuk pendekatan berdasarkan materi?
C. Tujuan
Mengetahui lebih dalam apa yang dimaksud dengan Pendekatan Pembelajaran
Matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan adalah sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Pendekatan ini masih bersifat umum, strategi dan metode yang
digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
Contoh pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centre), pendekatan ini
menurunkan strategi pembelajaran langsung, strategi pembelajaran deduktif atau
strategi pembelajaran ekspositori.

2. Jenis – jenis Pendekatan Pembelajaran Matematika


Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) merupakan pendekatan pembelajaran kurikulum 2013 tertuang
secara jelas dalam pemendikbud No 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013.
2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach) merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Kegiatan guru yang utama dalam
pembelajaran ini yaitu guru menerangkan semua materi pembelajaran dan siswa
mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru.

3. Macam – macam Pendekatan Pembelajaran Matematika


3.1.Macam – macam Pendekatan Pembelajaran menurut Sudut Pandang
3.1.1. Student Centered Approach
Adalah Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pada Pendekatan ini ada
2 pendekatan yang termasuk dalam Student Centered Approach, yaitu :
1. Pendekatan Kontruktivisme
a. Pengertian
Menurut (suwarna,2005) Kontruktivisme merupakan
landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba.
Menurut Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey
(1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien
Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme
ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui
proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan
pembelajaran terbaru.Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Secara umum pengertian Pendekatan Pembelajaran
Kontruktivisme adalah sebuah teori belajar dimana teori ini berpusat
pada siswa. Dalam penerapan teori ini, siswa adalah objek utama pada
proses pembelajaran. Konstruktivisme menempatkan siswa sebagai
pusat pembelajaran (student center). Guru hanya menolong siswa
untuk membangun/mengembangkan pengetahuan mereka untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan. Jadi, dapat dikatakan guru
hanya menjadi guide (pembimbing) siswa untuk memahami masalah
dan memberi siswa kesempatan untuk menyelesaikan masalah
tersebut dengan kemampuan mereka sendiri. Guru dapat memberi
beberapa petunjuk atau pertolongan yang diperlukan untuk
mengarahkan pemikiran siswa dalam menyelesaikan masalah.
b. Tujuan Pendekatan Pembelajaran konstruktivisme
Tujuan konstruktivisme adalah membuat siswa
mengembangkan pengetahuan siswa. Teori belajar ini membuat
siswa aktif dalam mengetahui bagaimana cara menyelesaikan suatu
masalah, tidak hanya bergantung pada jawaban guru.
Konstruktivisme menginginkan siswa mampu berpendapat atau
memberikan umpan balik pada jawaban guru karena siswa sudah
bisa menyelesaikan masalah dan memberikan jawaban mereka
sesuai dengan pendapat mereka sendiri.Dalam konstruktivisme, guru
adalah moderator bukan fasilitator.Dalam proses pembelajaran, guru
mendapat peran besar dalam membuat situasi yang baik yang dapat
membangun keingintahuan siswa tentang pelajaran karena
keingintahuan siswa tersebut akan membuat mereka berpikir.
Pengalaman tiap siswa yang berbeda yang berhubungan dengan
pelajaran yang akan dipelajari akan memberikan titik penyelesaina
masalah. Dalam hal ini, karena setiap siswa pasti mempunyai
jawaban yang berbeda-beda, seorang guru harus bisa membangun
situasi yang memungkinkan bagi siswa untuk berdiskusi.Guru
adalah moderator artinya seorang guru memperhatikan jalannya
diskusi, terkadang memberikan pendapat, setuju atau tidak setuju
dengan pendapat/pemikiran siswa. Dalam proses ini, siswa akan
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam
sharing pendapat. Guru bertugas membuat keputusan/kesimpulan
dari hasil diskusi siswa. Diskusi hanya cara yang bisa di terapkan
dalam konstrruktivisme, guru juga diperbolehkan menggunakan alat
bantu.
c. Ciri-Ciri Pendekatan Pembelajaran konstruktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan
oleh teori konstuktivisme, yaitu:
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada
siswa.
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang
ingin dicapai.
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan
menekankan pada hasil.
5. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada
siswa.
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan
pemahaman siswa.
9. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori
kognitif.
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan
proses pembelajaran, seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan
analisis.
11. Menekankan pentingnya “bagaimana siswa belajar”.
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau
diskusi dengan siswa lain dan guru.
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata.
15. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada
pengalaman nyata.
d. Kelebihan dan Kekurangan konstruktivisme
Kelebihan dan Kekurangan dalam menggunakan model
konstruktivisme menurut Sidik (2008) adalah :
2. Kelebihan konstruktivisme
 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan
secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan
mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena
yang menantang siswa.
 Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan
untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong
siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang
model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat
yang tepat.
 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar
siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan
menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal
maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk
menggunakan berbagai strategi belajar.
 Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk
memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari
kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
 Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan
belajar yang kondusif yang mendukung siswa
mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari
kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
3. Kekurangan
 Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang
bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil
konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
 Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu
yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda.
 Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak
semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat
membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
e. Langkah-Langkah Pembelajaran Kontrutivisme
 Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi
arah dalam merancang program, implementasi program dan
evaluasi.
 Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus
dikuasai siswa.
 Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa.
Identifikasi pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal,
interview klinis dan peta konsep.
 Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan
awal siswa yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu
dianalisa lebih lanjut untuk menetapkan mana diantaranya yang
telah sesuai dengan konsepsi ilmiah, mana yang salah dan mana
yang miskonsepsi.
 Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan
Konsep. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan
pelajaran. Sedangkan strategi pengubahan konsepsi siswa
diwujudkan dalam bentuk modul.
 Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan
Konsepsi. Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang
kelas. Tahapan ini terdiri dari tiga langkah yaitu : (a) orientasi
dan penyajian pengalaman belajar, (b)menggali ide-ide siswa, (c)
restrukturisasi ide-ide.
 Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program
pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas
model belajar yang telah diterapkan.
 Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten.
Berdasarkan hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka
dilakukaan klarifikasi dan analisis terhadap miskonsepsi siswa,
baik yang dapat diubah secara tuntas maupun yang resisten.
 Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis
miskonsepsi yang resisten digunakan sebagai pertimbangan
dalam merevisi strategi pengubahan konsepsi siswa dalam
bentuk modul.
2. Pendekatan Saintific
a. Pengertian Pendekatan Saintific
Pendekatan saintific adalah Proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi
pengetahuan, ketrampilan, dan lainnya melalui tahapan mengamati ,
menanya, menalar, mencoba, dan menbentuk jejaring untuk semua
mapel.
b. Prinsip-Prinsip
 pembelajaran berpusat pada siswa
 pembelajaran membentuk students’ self concept
 pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempelajari, mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan,
dan prinsip.
 pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa
 pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru
 memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi
c. Kelebihan dan Kekurangan Saintific
Kelebihan Saintific
 Menilai data lebih objektif, karena tidak boleh terpengaruh oleh
nilai atau kepercayaan periset atau orang lain ( harus value free )
 Dari segi kemudahan mendapatkan data ,data sekunder yang
tersedia dapat digunakan
 Eksternal validiti lebih tinggi karena dapat melibatkan
permasalahan yang lebih luas menggunakan waktu yang lebih
panjang dan jumlah observasi yang lebih banyak sebagai objek
penelitian karena tersedia di data sekunder.
Kekurangan
 Setting tidak natural ( artificial ) , dapat menurunkan validitas
penelitian
 Penelitian kurang terfokus tetapi lebih luas, sehingga kurang
mendalam
 Penelitian biasanya menjelaskan dan memprediksi fenomena
yang tampak, sehingga lebih mengarah ke verifikasi teori
d. Langkah-Langkah
Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik:
1. Mengamati
Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Mengamati memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta
didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu
saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,
biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan
mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Mengamati
sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.
Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta
bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
2. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
3. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi
4. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi,
baik primer maupun sekunder
5. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
6. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
7. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi ,
seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
3.1.2. Teacher Centered Approach
Adalah Pendekatan yang berpusat pada Guru.Jadi pada Teacher Centered
Approach ini guru menerangkan semua materi kepada siswa.Pada
Pendekatan ini yang termasuk dalam Student Centered Approach, yaitu :
1. Pendekatan Kontekstual
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana
guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong
siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.Hasil pembekajaran diharapkan
lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir
kritis danmelaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam
kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu
mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa
mereka dan bagaimana mencapainya.
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar
lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam
lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan
memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan
materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan
masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran
lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk
merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip
membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
b. Karakteristik
Lima karakteristik dalam proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontekstual:
1. Dalam pendekatan kontekstual pembelajaran merupakan proses
pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge).
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowlwdge).
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk
diyakini dan dipahami.
4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga
tampak perubahan prilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa
dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya
akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan
mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran
CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar
melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode
CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas
guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang
baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi
oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan
guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai
dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi
mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya
guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap
siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula.
d. Langkah-Langkah
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual menurut Depdiknas
( 2002 : 10) adalah sebagai berikut :
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
(Constructivisme )
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
(Inquiry )
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya.(Questioning)
4. Ciptakan masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-
kelompok ( Learning Community )Hadirkan model sebagai
contoh pembelajaran ( Modeling )
5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan. ( Reflection )
6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dan objektif dengan
berbagai cara ( Authentic Assesment )
3.2.Macam – macam Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Materi
1. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang
kompleks,peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum
kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan aturan,prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau
penerapan aturan,prinsip umum ke dalam keadaan khusus. Yang termasuk
dalam pendekatan Deduktif yaitu :
1. Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)
a. Pengertian Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28) “sebuah
pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada
hakiki dasar pendidikan itu sendiri”.
Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah
pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu
konsep sebagai titik tolak dalam belajar matematika”.
Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di
Belanda teorinya mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan
realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia.Dalam
pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi informasi
siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi-
situsi biasa yang telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya
titik awal pembelajaran pendekatan realistik atau Realistic Mathematic
Education(RME) juga diberi pengertian “cara mengajar dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelediki dan memahami
konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata”.
(Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran bermakna
bagi siswa.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah
pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan
pada pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau
pendekatan Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah sehari- hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep
dan mengaplikasikan konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu
pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata atau real
bagi siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial.
Secara umum pengertian Realistic Mathematic Education(RME)
adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak pada hal- hal yang real
bagi siswa(Zulkardi). Teori ini menekankan ketrampilan proses,
berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas
sehingga mereka dapat menemukan sendiri(Student Invonting), sebagai
kebalikan dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada akhirnya murid
menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan masalah baik secara
individual ataupun kelompok.
b. Prinsip dan Karakteristik
Terdapat 5 prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu:
1. Didominasi oleh masalah- masalah dalam konteks, melayani dua hal
yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika.
2. Perhatian diberikan pada pengembangan model”situasi skema dan
simbol”.
3. Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat
pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif.
4. Interaktif sebagai karakteristik diproses pembelajaran matematika.
5. Intertwinning(membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Beberapa keunggulan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
1. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang
tidak tampak.
2. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
3. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah
didapatkan.
4. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
5. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
6. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.
Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
1. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).
2. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
3. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.
d. Langkah-Langkah
Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan
pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu
langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PMR yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
 Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-
hari kepada siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah
tersebut,serta memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
masalah yang belum di pahami. Karakteristik PMR yang muncul pada
langkah ini adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah
kontekstual sebagai titik tolak dalam pembelajaran, dan karakteristik
keempat yaitu interaksi
 Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual
jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru
menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan
petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-
bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami
 Langkah 3 : Menyelesaikan masalah
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi
aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan
memikirkan strategi pemecahan masalah.Selanjutnya siswa bekerja
menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan
pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya
perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru
mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga
siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut.
Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini yaitu karakteristik
kedua menggunakan model
 Langkah 4 : Membandingkan jawaban
Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan
teman sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian
masalah-masalah yang telah diselesaikan secara individu (negosiasi,
membandingkan, dan berdiskusi). Guru mengamati kegiatan yang
dilakukan siswa, dan memberi bantuan jika dibutuhkan. Dipilih
kelompok berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi waktu.Karena di
sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku
panjang.Sehingga kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak,
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pembentukannya.Sedangkan kelompok berpasangan tidak
membutuhkan waktu, karena siswa telah duduk dalam tatanan kelompok
berpasangan.Setelah diskusi berpasangan dilakukan, guru menunjuk
wakil-wakil kelompok untuk menuliskan masing-masing ide
penyelesaian dan alasan dari jawabannya, kemudian guru sebagai
fasilitator dan modarator mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing
siswa mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip
berdasarkan matematika formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik
PMR yang muncul yaitu interaksi
 Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan suatu rumusan konsep/prinsip dari topik yang
dipelajari.Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah
adanya interaksi antar siswa dengan guru.
2. Pendekatan Konsep
a. Pengertian
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan
konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki
ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang
diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada
siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
b. Ciri-Ciri
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-
pengalaman
5. Konsep yang benar membentuk pengertian
6. Setiap konsep berbeda dengan melihat ‘ciri-ciri tertentu
c. Langkah-Langkah
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
 Tahap enaktik
 Tahap simbolik
 Tahap ikonik
3. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu,lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut
sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi
umum.
a. Pendekatan Open-Ended Problem
1. Pengertian Pendekatan Open-Ended Problem
Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan
memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau
disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka. Siswa yang
dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk
mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana
sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu
pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa
atau banyak.Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang
apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang
diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah
tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan
pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara
atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang
diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir. Pembelajaran
dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan memberikan masalah
terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan
membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta
mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga
merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses
menemukan sesuatu yang baru. mengembangkan kegiatan kreatif dan
pola pikir matematik siswa melalui problem posing secara simultan.
Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus
dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap
siswa. Pendekatan Open-Ended menjanjikan kepada suatu kesempatan
kepada siswa untuk meginvestigasi berbagai strategi dan cara yang
diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan.
Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa
dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-
kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi melalui proses
pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan
Open-Ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif
antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk
menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.
2. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
Pendekatan Open-ended memiliki beberapa keunggulan antara lain
(Suherman, dkk, 2003):
1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan idenya.
2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan matematika secara komprehensif.
3. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon
permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau
penjelasan.
5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab permasalahan.
Kelemahan
Di samping keunggulan, terdapat pula kelemahan dari pendekatan
Open-ended, diantaranya (Suherman, dkk, 2003):
1. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi
siswa bukanlah pekerjaan mudah.
2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat
sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana
merespon permasalahan yang diberikan.
3. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawaban mereka.
3. Langkah-Langkah
Langkah-langkah pembelajaran Open ended
1. Pembelajran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan
pemberian motivasi kepada siswa berupa masalah yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari siswa.
2. Penyajian masalah terbuka. Guru memberikan masalah secara
umum tentang materi yang diberikan
3. Pengerjaan masalah terbuka secara individu. Siswa diminta
mengerjakan soal atau menyelesaikan masalah secara individu. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan tingkat kreativitas
siswa secara individu akibat pembekalan yang diberikan kepada
siswa. Pada saat siswa mengerjakan masalahnya atau soal yang
diberikan tidak diperkenankan untuk minta bantuan kepada teman2
yang lain sehingga siswa akan benar2 terpacu kreativitasnya untuk
dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Setelah selesai
mengerjakan soal atau masalah. Siswa diminta untuk
mengumpulkan lembar penyelesaiannya.
4. Diskusi kelompok tentang masalah terbuka. Siswa diminta bekerja
secara berkelompok untuk mendiskusikan penilaian dari masalah
open ended yang telah dikerjakan secara individu. Dengan demikian
diharapkan diskusi kelompok akan dapat memunculkan ide pada
tiap siswa sehingga nantinya kreativitas siswa akan meningkat.
5. Presentasi hasil diskusi kelompok. Beberapa atau semua anggota
kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.
6. Siswa bersama guru menyimpulkan atau membuat ringkasansingkat
tentang konsep atau ide-ide yang terdapat pada permasalahan yang
diajukan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil diskusi penulis dapat menyimpulkan bahwa Belajar adalah sebuah proses
yang kompeks yang terjadi pada semua orang dan terjadi seumur hidup, dari ayunan sampai
ke liang lahat. Salah satu tanda telah terjadinya proses belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang.Macam – macam Pendekatan Pembelajaran menurut Sudut
Pandang ada 2, 1. Student Centered Approach yang terdiri dari a) Pendekatan
Kontruktivisme dan b) Pendekatan Saintific.Sedangkan yang ke 2.Teacher Centered
Approach tediri dari Pendekatan Kontekstual.Macam- macam pendekatan berdasarkan
Materi ada 2, 1.Pendekatan induktif yang terdiri dari Pendekatan Open-Ended Problem dan
yang ke 2 adalah Pendekatan Deduktif terdiri dari 1.Pendekatan RME dan 2. Pendekatan
Konsep.
DAFTAR PUSTAKA

https://hepryblog.wordpress.com/2017/01/02/pendekatan-pembelajaran-matematika/

http://digilib.uinsby.ac.id/686/3/Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai