Anda di halaman 1dari 2

Inilah Diri Saya

Nama saya Agraprana Virdiansyah, biasa dipanggil Agra, saya seorang laki-laki yang
lahir di kota Jakarta pada tanggal 3 April 2000, saya dilahirkan di keluarga yang semuanya
beragama islam sehingga saya juga beragama islam. Sekarang saya tinggal di daerah
kebayoran baru tepatnya di jalan Panglima Polim.
Saya memiliki ayah bernama Indra Wijaya dan juga Ibu saya bernama Vitri
Andayani, kedua orang tua saya mengenyam Pendidikan sampai tingkat S2. Ayah saya saat
ini sudah pensiun, namun ibu saya masih bekerja di Bank Indonesia. Saya merupakan anak ke
dua dari dua bersaudara. kakak saya berbeda lima tahun dari saya dan baru saja lulus kuliah
dari Universitas Indonesia fakultas Hukum. Keadaan ekonomi keluarga saya bisa dibilang
menengah keatas.
Hal yang saya sukai tentang diri saya adalah saya orangnya tidak teralu mudah down.
Saya tidak teralu memikirkan masalah masalah yang saya hadapi karena itu hanya membuat
saya sedih. Saya percaya apapun cobaan atau kenikmatan yang saya dapatkan adalah hasil
dari yang saya lakukan selama ini dan saya pantas mendapatkannya.
Menurut saya hal yang perlu diperbaiki dari saya adalah rasa kurang percaya diri saya.
Saya merasa diri saya sedikit pemalu dan kurang berani berpendapat di depan umum, saya
merasa rasa kurang percaya diri saya suka menghambat saya dalam melakukan berbagai hal.
Jika saya dapat menghilangkan sikap buruk saya ini, saya yakin saya bisa menjadi orang yang
lebih baik dari sekarang ini.
Tentu saja salah satu pengalaman hidup saya yang paling membuat saya bangga dan
bahagia adalah dapat diterima di Universitas Indonesia fakultas akuntansi melalui jalur
undangan ppkb. Saya merasa saya dapat diterima melalui jalur undangan sebagai keajaiban
tuhan, karena jujur saja di sekolah, saya adalah anak yang bisa dibilang “biasa biasa saja.”,
masih banyak yang lebih baik dari saya namun kurang beruntung.
Saya mengalami masa terberat saya saat saya ingin mendaftar masuk SMA. Saya
mendapatkan NEM UN yang tinggi sehingga saya sangat percaya diri dapat diterima di SMA
favorit saya yaitu SMAN 28. Tapi kenyataannya saya terlempar dari SMA yang saya
inginkan, sehingga saya harus masuk SMA yang lokasinya jauh dan tidak ada teman yang
saya kenal. Kejadian itu sempat membuat saya pesimis, karena saat saya mau mendaftar SMP
pun saya juga tidak mendapat SMP yang saya inginkan. Sehingga saya merasa seberapa
keraskanpun saya berusaha, akhirnya pun saya tidak akan mendapat yang saya inginkan.
Namun kejadiaan ini saya jadikan pengalaman hidup yang sangat berharga karena pada
akhirnya saya pindah ke SMA yang saya sangat bahagia dan juga sukses disana. Hal ini
membuat saya percaya bahwa sesungguhnya tuhan sudah merencanakan jalan yang terbaik
untuk saya sehingga kita tidak perlu bersedih apabila mendapat hal yang tidak sesuai dengan
keinginan kita.
Hal diajarkan oleh orang lain dan tidak pernah saya lupakan adalah kata kata dari
teman saya saat saya di SMA. Waktu itu saya ada tugas presentasi biologi dari guru yang
paling “killer” di sekolah saya, biasanya saat sedang presentasi guru tersebut suka memberi
pertanyaan yang sangat sulit dan apabila tidak bisa menjawab maka kami akan diberi nilai
yang jelek dan juga dimarahi. Waktu itu saya berkelompok empat orang dan semuanya sangat
gugup saat sedang mau presentasi, kecuali satu teman saya.Dia terlihat sangat tenang dan
tidak peduli akan hasil yang akan dia dapat nanti, melihat yang lain gugup dia pun berkata
“ngapain sih lu mikir mikirin yang negatif, kan itu cuman imajinasi lu doang. Daripada lu
ngeimajinasiin yang buat lu panik mendingan lu imajinasiin yang baik baik aja”. Kata kata itu
pun membuat saya lebih percaya sampai saat ini.
Saya memilih nilai Kooperatif.Arti dari nilai tersebut adalah kita semua harus aktif
dan juga bekerja sama dalam menyelesaikan suatu persoalan dalam kelompok. Kita tidak
boleh mementingkan diri sendiri dan harus rela berkorban apabila itu yang terbaik untuk
semuanya. Aplikasinya dalam dunia nyata yang telah saya lakukan di dunia nyata adalah
mengikuti kegiatan Kamaba dengan baik sebagai rasa tanggung jawab telah menjadi bagian
dari Universitas Indonesia.
Dari pengalaman yang saya tuliskan ini, saya sadar saya masih memiliki banyak
kekurangan. Saya harus melakukan perubahan menjadi lebih baik lagi. Dan saya berharap
Universitas Indonesia dapat menjadi tempat awal saya untuk melakukan perubahan itu.

Anda mungkin juga menyukai