Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Sampah

Warsito (2010:9) menyatakan bahwa sampah adalah bahan buangan yang

tidak disenangi dan tidak diinginkan orang dimana sebagian besar merupakan bahan

atau sisa yang sudah tidak dipergunakan lagi dan akan menimbulkan gangguan

terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Defenisi sampah menurut Undang-

undang Nomor 18 Tahun 2008 pasal 1 ayat 1 adalah: Sampah merupakan sisa –sisa

kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berbentuk padat atau semi padat

yang terbuang atau tidak berguna lagi baik yang membusuk maupun yang tidak

membusuk kecuali zat padat atau kotoran manusia.

Menurut Purwendo (2006:7) pada dasarnya jenis sampah yang dihasilkan

terdiri dari sampah organik dan anorganik, karena sampah organik berasal dari sisa

kegiatan manusia seperti sisa sayur-sayuran, sisa buah-buahan yang mudah busuk,

dapat terurai menjadi tanah oleh aktivitas bakteri dan dapat diolah menjadi pupuk

kompos. Sedangkan sampah anorganik yang bahan bakunya terdiri dari plastik dan

bungkus kacang-kacangan juga terbuat dari kemasan plastik yang sulit terurai

secara alami.

Jenis sampah anorganik dapat dikelola dengan baik dan ramah lingkungan

dengan cara memilah, memisahkan, dan mengelompokkan sampah berdasarkan jenis

dan sifatnya yang sering disebut reduce (pengurangan segala sesuatu yang dapat

menimbulkan sampah) dan mengurangi sampah yang sudah ada, seperti mengurangi

pemakaian styrofoam. Untuk pembungkus makanan, kita dapat menggunakan tempat

6
7

makanan yang berasal dari kertas atau plastik sehingga mudah untuk didaur ulang,

dan bahan styrofoam tidak bisa didaur ulang.

Reuse (penggunaan kembali) menggunakan sampah-sampah tertentu menjadi

lebih berharga yang memiliki nilai jual seperti botol bekas minuman air mineral, dan

sedotan air mineral yang dapat digunakan menjadi bahan yang bermanfaat,

sedangkan recyle (proses mendaur ulang sampah) dengan menggunakan sampah

tertentu diolah menjadi barang yang lebih berguna, seperti sampah pecahan kaca

yang dapat diolah menjadi hiasan dinding.

Salah satu parameter sekolah yang baik adalah berwawasan lingkungan.

Menurut Walker (dalam Setiadi, dkk 2007:27) dalam bukunya Conditioning and

Instrumental Learning mengatakan “perubahan yang dialami biasanya memberi

hasil yang baik jika individu mempunyai motivasi untuk melakukannya, dan latihan

untuk menghasilkan perubahan akibat pengalaman dari sebuah aktivitas yang

dilakukannya dengan baik”.

Hal ini dapat disebutkan dalam prinsip aktivitas, Thomas M. Risk (1958 :15)

dalam bukunya Principles and Pratices of Teaching mengemukakan tentang belajar

mengajar sebagai berikut Teaching is the guidance of learning experiences (proses

pembimbingan pengalaman belajar). Pengalaman itu sendiri hanya mungkin

diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap

lingkungannya, demi menjaga kebersihan lingkungan belajarnya.

2.2 Perancangan Pengelolaan Sampah

Pengelolalaan berbagai jenis sampah dilingkungan sekolah, dapat dijadikan

media belajar siswa untuk mengetahui bagaimana menjaga lingkungan yang bersih,
8

nyaman, dan berwawasan lingkungan. Diperlukan sebuah ketegasan dari pihak

sekolah, terutama peraturan yang dibuat agar terciptanya suasana sekolah yang

kondusif, bersih, dan menyenangkan.

Pengolahan sampah organik untuk menjadi kompos, prosesnya mudah dan

sederhana, yaitu dengan menimbun jenis sampah basah dan mudah terurai menjadi

humus yang dapat digunakan untuk media tanaman dalam pot atau sejenisnya.

Setidaknya anak akan belajar menghargai lingkungan. Mereka akan belajar

bagaimana sampah itu bisa bermanfaat bagi manusia bukan hanya sebagai sesuatu

yang terbuang, tetapi sampah juga dapat dijadikan bahan yang berguna.

Begitu juga dengan sampah kertas bekas yang paling banyak dihasilkan oleh

siswa yaitu kertas yang berjenis HVS. Jenis kertas ini di kalangan pemulung

memiliki harga yang paling tinggi. Belum lagi kertas karton, kertas pembungkus

makanan dan jenis lainnya. Menurut Damanhuri (2010:3) khusus untuk sampah

kertas, bisa dikelola dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:

1. Yang pertama adalah daur ulang sebagai pengelolaan sendiri. Sampah kertas bisa

didaur ulang dengan cukup mudah. Kertas berkas dipotong kecil-kecil dan

direndam kedalam air, proses berikutnya diblender kedalam air hingga berubah

menjadi bubur kertas. Dari sinilah kreatifitas anak diperlukan. Bubur kertas

dijadikan bahan daur ulang atau bisa dijadikan bahan dasar topeng kertas atau

bentuk pigura.

2. Bentuk pengelolaan kedua adalah sistem pemilahan kertas untuk dijual. Kertas

berjenis HVS dipisahkan dari jenis lain misalnya koran, karton, dan kardus bekas
9

yang sudah dipilah untuk dijual ke pemulung yang secara berkala akan datang ke

sekolah untuk mengambil kertas tersebut.

Menurut (Morgan, 2009:10) dalam bukunya sampah dan daur ulang dapat

dikelola dengan cara.

1. Mendaur ulang kertas, kumpulan koran-koran bekas, dan karton, , kemudian

campurkan keduanya hingga menjadi campuran kertas. Sehingga dapat

menghemat energi dan mengurangi jumlah pohon pinus yang harus ditebang.

2. Bentuk pengelolaan kedua adalah sistem mendaur ulang logam berulang kali,

dengan cara memanaskan benda-benda dari logam bekas hingga meleleh dan

membentuknya menjadi barang baru. Sehingga semakin banyak logam yang

didaur ulang, makin sedikit bijih besi yang harus digali dari tanah. Mendaur

ulang logam dapat menghemat energi serta biaya.

3. Mendaur ulang kaca bekas dapat menghemat energi, karena kaca bekas

berfungsi sebagai bahan mentah yang diperlukan untuk membuat barang dari

kaca yang baru.

4. Mendaur ulang plastik menjadi minyak bumi, berarti dapat menghemat minyak

yang sangat berharga, sekaligus mengurangi sampah.

Jenis sampah lainnya yang paling banyak ditemukan di sekolah adalah

plastik, sampah ini sebagian besar terdiri dari bungkus plastik siomai dan botol

minuman mineral. Untuk jenis terakhir inilah banyak dicari orang, misalnya botol

bekas minuman yang berbahan plastik PET, dapat didaur ulang menjadi biji plastik

yang bermanfaat, Yuwono (2008:4), sedangkan sampah jenis kaleng minuman bekas,

yang berbahan logam, sebaiknya dipilah dan dikumpulkan untuk kemudian dijual.
10

Anak-anak juga dapat berkreasi merangkai menjadi barang kerajinan atau hiasan

dinding. Dengan sistem pemilahan ini diharapkan anak didik dapat belajar bahwa

sampah dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomis.

Dalam perancangan pengelolaan sampah disekolah para siswa harus dibekali

berbagai pengetahuan tentang bagaimana cara menjaga lingkungan yang bersih dan

dapat dijadikan sebuah tanggung jawab setiap siswa dalam kebersihan lingkungan

belajarnya, Djamarah (1996:18). Padmi (2010:3) menyatakan bahwa, pengelolaan

sampah dilingkungan sekolah membutuhkan perhatian yang khusus, dengan

komposisi sebagian besar penghuninya adalah anak-anak (warga sekolah) tidak

menutup kemungkinan pengelolaannya pun belum optimal. Namun bisa juga dipakai

sebagai media pembelajaran bagi siswa-siswinya, sekolah yang baik adalah

berwawasan lingkungan yang nyaman dan bersih.

Dalam perancangan pengelolaan sampah dilingkungan sekolah para siswa

perlu dilibatkan secara aktif dalam menangani masalah sampah yang berserakan serta

merusak pemandangan. Dapat juga dilakukan dengan membuat bank sampah dengan

warna yang menarik dan dapat memotivasi siswa untuk membuang sampah kedalam

penampungan atau pewadahan sampah yang berguna untuk menampung sampah

sementara sebelum diolah (Siswanto, 2003:90) Latihan yang bagus ini mampu

menumbuhkan motivasi terhadap siswa, sehingga muncul kesadaran baru bahwa

“sampah bukanlah masalah tetapi adalah “Peluang”.

Pada dasarnya sampah sebelum diolah dimasuk terlebih dahulu kedalam tong

sampah yang disediakan menurut jenis sampahnya, misalnya sampah organik yang

terdiri dari sampah yang mudah terurai dan mudah membusuk, dan sampah
11

anorganik berupa kertas, plastik, kaca, kaleng dan sebagainya dapat dimasukkan

kedalam tong sampah yang sesuai.

Sampah anorganik juga bisa diolah menjadi bahan atau benda yang

dimanfaatkan kembali seperti sampah yang terdiri dari plastik bekas, kaleng bekas

dan pecahan botol kaca dapat dijadikan bentuk atau motif bunga yang beraneka

ragam, dan dapat diperjual belikan sebagai barang hiasan atau cindera mata sehingga

menarik minat siswa untuk lebih peduli atas keberadaan sampah disekitarnya dan

selalu turut serta dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan cara mengelola

sampah yang ramah lingkungan, yang semulanya dianggap kotor dan tidak berharga

dapat diolah menjadi bahan yang bermanfaat dan memiliki harga jual yang tinggi.

2.3 Jenis-jenis Sampah

Once (2010:9) mengemukakan jenis sampah yang dihasilkan di alam dapat

dikelompokkan atas beberapa bagian yaitu: 1) Sampah basah (gargabe) yaitu jenis

sampah yang terdiri dari barang–barang yang mudah membusuk dan menimbulkan

bau tidak sedap, contohnya sampah sayur-sayuran dan sisa makanan, buah-buahan

yang berasal dari rumah tangga, rumah makan, pasar, dan pertanian. 2) Sampah

kering (rubbish), yaitu sampah yang dapat dibakar dan mudah terbakar, misalnya

kertas, kayu, kardus, karet,dan sebagainya. Sampah yang tidak mudah terbakar

sebagian besar berupa zat anorganik misalnya, logam, gelas, dan kaleng bekas yang

berasal dari rumah tangga, perkantoran dan pusat perdagangan. 3) Abu (ashes ) yang

termasuk sampah ini berasal dari sisa-sisa pembakaran atau bahan yang terbakar. 4)

Sampah jalanan (street sweeting) sampah ini seperti kertas, daun dan plastik. 5)

Sampah industri, yang terdiri dari sampah dari limbah industri. 6) Sampah
12

(contruction wastes) sampah yang berasal dari penghancuran dan perombakan

bangunan.

Jenis sampah basah atau sampah organik merupakan sampah yang mudah

terurai dan bersatu dengan alam hingga dapat dimanfaatkan menjadi kompos,

sedangkan jenis sampah kering atau anorganik dan yaitu sampah yang tidak mudah

terurai, seperti plastik, kaleng bekas, botol minyak wangi, kaleng cat dan lain-lain,

yang dapat diolah menjadi benda yang yang berguna dan dimanfaatkan kembali.

2.4 Komposisi Sampah

Damanhuri (2010:15) mengatakan bahwa, pengelompokkan sampah dilakukan

berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat

basah) atau % volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca,

kain, makanan, dan lain-lain, yang menggambarkan contoh komposisi sampah di

beberapa tempat didunia. Komposisi dan sifat sampah dari berbagai hasil aktivitas

manusia, terlihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Komposisi Sampah Domestik


Katagori Sampah % Berat % Volume
Kertas dan bahan-bahan kertas 32,98 62,61
Kayu /produk dari kayu 0,38 0,15
Plastik, kulit, dan produk karet 6,84 9,06
Kain dan produk tekstil 6,36 5,1
Gelas 16,06 5,31
Logam 10,74 5,31
Bahan batu, pasir 0,26 0,07
Sampah organik 26,38 8, 58
Sumber: Damanhuri (2010:10)

2.5 Karakteristik Sampah


13

Padmi (2010:17) mengatakan, selain komposisi sampah, karakteristik sampah

biasa ditampilkan dalam penanganan sampah adalah karakteristik fisika dan kimia.

Karakteristik tersebut sangat bervariasi, tergantung pada komponen sampah.

Kekhasan sampah dari berbagai tempat atau daerah serta jenisnya yang berbeda-

beda, hal ini memungkinkan sifat-sifatnya berbeda pula. Seperti sampah kota besar

atau negara yang sedang berkembang berbeda susunannya dengan sampah kota

dinegara maju.

Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat fisika yaitu sifat

penting densitas, kadar air, kadar volatil, kadar abu, nilai kalor, dan distribusi ukuran,

sedangkan karakteristik kimia, khususnya yang menggambarkan susunan kimia

sampah tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S dan sebagainya.

Karakteristik sampah dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Contoh Karakteristik Sampah


Kadar air Kadarvolatil Kadar abu
Komponen
( % berat basah) (% berat kering) (% berat kering)
Sisa makanan 88,33 88,09 11,91
Kertas tissu 5,03 99,69 0,31
Daun 34,62 96,92 3,08
Botol kaca 1,30 0,52 99,48
Botol /cup plastik 2,57 88,48 11,52
Karton 6,57 94,45 5,55
Kertas putih 50,65 80,00 20,00
Tekstil 3,41 86,32 13,68
Plastik makanan 68,45 98,21 1,79
Sumber: Padmi (2010:17)

2.6 Ramah Lingkungan

Ramah lingkungan adalah suatau cara pengelolaan sampah yang tidak

mencemari lingkungan hidup dan sekitarnya baik yang menimbulkan dampak bau
14

kurang sedap atau asap dari pembakaran sampah dan dapat mengakibatkan gangguan

pernafasan manusia yang berada disekitar pembakaran sampah tersebut.

Pengolahan sampah yang ramah lingkungan dapat dilakukan dengan

membuat sampah organik menjadi pupuk kompos dan dapat digunakan sebagai

pupuk tanaman, sedangkan sampah anorganik dipilah terlebih dulu menurut jenisnya

sehingga menjadi barang yang dapat didaur ulang kembali atau digunakan kembali,

seperti yang pernah dijelaskan pada pengolahan sampah dengan prinsip 3R yaitu,

Reduce (mengurangi penghasilan sampah), Reuse (memakai kembali sampah yang

terbuang), Recycle (mendaur ulang sampah organik menjadi kompos dan mendaur

ulang sampah anorganik menjadi benda yang bermanfaat), untuk mengurangi jumlah

sampah dapat menggantikan sesuatu dengan yang lain, seperti memakai sapu tangan

sebagai pengganti tisu, menggunakan keranjang pengganti kantong kresek, dan

memakai botol minuman dari tupper ware sebagai pengganti tabung aqua gelas.

Anda mungkin juga menyukai