Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER

Matakuliah : Tauhid/Ilmu Kalam


Hari/Tanggal : Senin, 25 Januari 2021
Jurusan/Kelas/Fakultas :AGRO/ A/Sains Teknologi
Dosen Pengampu : Solehudin, M.Ag
Nama : Dhifa Syahida Alamsyah
NIM : 1177060024

Soal-soal:

1. Tauhid Dzat, Sifat, Rububiyyah dan Uluhiyyah.. Jelaskan sepengetahuan


anda tentang 4 hal tersebut dengan menyebutkan definisi, dalil Alquran dan
atau hadits dan pendapat para ulama!
2. Jelaskan secara global tentang Kawarij, Mu’tazilah dan Ahlussunah!
3. Teologi atau konsep Tauhid di zaman modern; ada yang merupakan
kepanjangan tangan dari teologi klasik-pertengahan dan ada yang
bertransformasi ke formulasi lain dengan mengalihkan Teologi dari Teo-
sentris ke Teologi Antroposentris. Tugas anda adalah menyebutkan pemikiran
teologi 2 tokoh teologi modern; Hasan Hanafi dan Harun Nasution.

Note:

Kerjakan dan dikumpulkan hari ini. Ditulis dalam format word kirim ke WA
personal atau gorup. Syukran

Jawab

1. A. Tauhid Dzat dan Sifat adalah bentuk mengesakan Allah dengan nama
dan sifat-sifatnya yang dia jelaskan dalam kitab sucinya maupun melalui
lisan rasulnya. Yakni, dengan menetapkan nama dan sifat yang Dia tetapkan
dan menafikan apa yang Dia nafikan, tanpa merubah atau mengingkari,
menanyakan bagaimana ataupun menyerupakan.

َ‫ فَا ْد ُعوْ هُ ْال ُح ْس ٰنى ااْل َ ْس َم ۤا ُء َوهّٰلِل ِ يَ ْع َملُوْ ن‬ ‫ ٖ ۗه فِ ْٓي ي ُْل ِح ُدوْ نَ الَّ ِذ ْينَ َو َذرُوا بِهَ ۖا‬DE‫ َما َسيُجْ َزوْ نَ اَ ْس َم ۤا ِٕٕى‬ ‫َكانُوْ ا‬
ۖ

Artinya : “ Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka


bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka
kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. Q.S
Al A’rof : 180.

B. Tauhid Rububiyyah adalah bentuk mengesakan Allah SWT. atas segala


perbuatan-Nya. Seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan
mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat, yang kesemuanya itu
hanya bias dilakukan oleh Allah. Tauhid Rububiyyah ini diakui oleh semua
makhluk bahkan jin, orang-orang musyrik pun mengakuinya sebagaimana
dalil berikut :

‫ي ُْؤفَ ُكونَ فَأَنَّ ٰى هَّللا ُ لَيَقُولُ َّن َخلَقَهُ ْم َم ْن َسأ َ ْلتَهُ ْم َولَئِ ْن‬

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, Siapakah yang menciptakan
mereka ? niscaya mereka menjawab Allah. Maka bagaimana mereka dapat
dipalingkan (dari menyembah Allah)”. Q.S Al-Zukhruf : 87

C. Tauhid Uluhiyyah adalah bentuk mengesakan Allah AWT, atas jenis


peribadahan yang telah disyariatkannya. Seperti sholat, zakat, puasa, haji,
berqurban, berdoa, nadzar berharap, khawatir, dan lainnya yang tergolong
kedalam sebagai ibadah. Hendaknya juga mengikrarkan tauhid uluhiyyah
(ibadah) ini, sebagai dalilnya berikut:

‫ َو َمٓا‬D‫ص ْينَ هّٰللا َ لِيَ ْعبُدُوا اِاَّل اُ ِمر ُْٓوا‬


ِ ِ‫ال َّز ٰكوةَ َوي ُْؤتُوا الص َّٰلوةَ َويُقِ ْي ُموا ُحنَفَ ۤا َء ل ِّد ْينَ لَهُ ُم ْخل‬

‫ْالقَيِّ َم ۗ ِة ِديْنُ َو ٰذلِ َك‬


Artinya : “ Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas
menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar
melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus (benar)”. Q.S Al-Bayyinah : 5.

2. Khawarij merupakan suatu aliran yang menentang Ali bin Abi Thalib. Aliran
ini keluar dari golongan Ali bin Abi Thalib dikarenakan mereka tidak setuju
dengan cara Ali bin Abi Thalib dalam menyelesaikan masalah Mu`awiyah.
Aliran ini mudah sekali untuk mengkafirkan orang lain. Hal ini dibuktikan
dengan salah satu perbedaan pendapat mengenai hokum terhadap orang yang
melakukan kesalaha besar atau membuat dose besar. Kaum Murji`ah
berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar bukanlah orang kafir
selagi ia masih beriman kepada Allah SWT.. akan tetapi, kaum Khawarij
berpendapat bahwa orang yang melakukan dose besar itu disebut kafir.
Mu`tazillah merupakan aliran yang muncul akibat adanya perbedaan
pendapat menenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Aliran ini
memiliki lime teori. Teori tersebut diantaranya Tauhid, Adil, Janji dan
Ancaman, posisi yang berda di antara dua posisi, serta perintah untuk
melakukan kebaikan dan melarang keburukan. Tauhid berarti mereka percaya
bahwa Allah SWT adalah satu-satunya tuhan semesta alam. Adil berarti Allah
SWT merupakan Tuhan yang adil dan tidak mungkin membuat kerugian bagi
hambanya. Janji dan manfaat maksudnya ialah Allah SWT pasti meepati
janjinya dan ancamannya. Posisi yang berada dianta dua posisi maksudnya
ialah jika manusi berbuat dosa esar berarti ia tidak termasuk orang mukmin
dan juga orang kafir. Akan tetapi mereka disebut orang yang fasik. Mereka
tetap masuk ke dalam neraka, tetapi hukumannya lebih ringan. Teori yang
terakhir yakni berbuat kebaikan dan mencegah keburukan yang berarti manusi
diwajibkan berbuat kebaikan dan mencegah keburukan.
Ahlu Sunnah merupakan orang yang selalu mengikuti Sunnah-sunnah
rasul dan para sahabatnya. Ahlusunnah wal Jamaah merupakan golongan
yang senantiasa mengikuti jejak Rasulullah SAW serta para sahabatnya.
Salah satu ciri Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah sikap moderat dalam
segala perkara. Saat menyikapi perang antara Ali bin Abi Thalib dengan
Muawiyah bin Abu Sufyan, misalnya, kaum Ahlus Sunnah wal Jamaah
tidak memihak atau mengkafirkan salah satu pihak, sebagaimana
dilakukan kaum Khawarij yang mengkafirkan keduanya atau kaum Syiah
yang memihak Ali dan mengkafirkan Muawiyah. Bagi mereka, baik Ali
maupun Muawiyah, keduanya sama-sama berijtihad. Kaum Ahlus Sunnah
wal Jamaah memang berusaha mengambil jalan tengah di antara paham
yang ada.

3. Pemikiran teologi 2 tokoh teologi modern; Hasan Hanafi dan Harun Nasution.
a. Hasan Hanafi
Hanafi menilai, bahwa orang-orang terdahulu secara keliru memandang
tema pokok ilmu ini adalah Zat Tuhan. Padahal sesungguhnya Zat Tuhan
itu tidak mungkin dijadikan tema pokok keilmuan. Zat Tuhan tidak pernah
menjadi objek kajian ilmu. Rumusan bahwa “tema pokok ilmu ini adalah
Zat Tuhan” di dalamnya mengandung suatu kontradiksi. Sebab Allah itu
Zat Yang Maha Mutlak, sedangkan ilmu berdasarkan karakteristik,
metodologi, dan tujuannya mengubah sesuatu yang mutlak menjadi relatif.
Ilmu menempatkan fenomena umum dalam fenomena khusus yang terikat
oleh ruang dan waktu. Sifat kemutlakan Tuhan ini sering terkubur di
bawah eksistensi manusia yang relatif. Jadi, sekali lagi menurut Hanafi,
Tuhan bukanlah sebuah tema pokok ilmu pengetahuan, bukan objek
pembahasan, bukan sesuatu yang perlu dipahami, dibenarkan atau
diungkapkan, melainkan sesuatu yang menggerakkan perbuatan dan
membangkitkan aktifitas, tujuan sebuah orientasi, dan puncak dari segala
pengejawantahan. Tuhan. Hanafi, adalah kekuatan aktual pada diri
manusia, yang menyebabkan ia hidup, berperilaku, bertindak, mengindera,
merasa, berimajinasi, dan juga menerima berbagai stimulus. Tuhan adalah
sebuah daya yang mungkin dapat diwujudkan melalui kesungguhan usaha
manusia. Tuhan bukanlah sebuah pemaparan, melainkan tindakan. Tuhan
bukan logos, tetapi sebuah praksis. Deskripsi Tuhan tentang Zat-Nya
sendiri memberi pelajaran kepada manusia tentang kesadaran dirinya
sendiri (cogito), yang secara rasional dapat diketahui dengan melalui
perasaan diri (self feeling).
b. Harun Nasution
Menurutnya, di dalam Al-Qur’an ada dua bentuk kandungan yaitu qath’iy
al dalalah dan zhanniy al-dalalah. Qath’iy al dalalah adalah kandungan
yang sudah jelas sehingga tidak lagi dibutuhkan interpretasi. Zhanniy al-
dalalah adalah kandungan di dalam Al-Qur’an yang masih belum jelas
sehingga menimbulkan interpretasi yang berlainan. Disinilah dibutuhkan
akal yang dapat berpikir tentang semua hal tersebut. Dalam hal ini,
keabsolutaan wahyu sering dipertentangkan dengan kerelatifan akal.
Menurut Harun Nasution, ajaran Islam harus dibagi menjadi 2, yaitu:
1)      Ajaran Islam yang bersifat dasar dan absolut. Ajaran ini hanya
sedikit, yakni 4 hal:
a. Tidak boleh ada dalam pemikiran Islam bahwa Allah tidak ada.
b. Tidak boleh ada kesimpulan dalam pemikiran Islam bahwa Al-Qur’an
bukan wahyu.
c. Tidak boleh ada kesimpulan dalam pemikiran Islam bahwa Muhammad
bukan rasul Allah.
d.Tidak boleh ada kesimpulan dalam pemikiran Islam bahwa hari akhir
tidak ada.
Malaikat menjadi perdebatan orang, takdir dan ikhtiar juga menjadi
masalah dalam sejarah pemikiran Islam. Jadi, jika ada pemikiran Islam
yang menyimpulkan menyimpang dari keempat hal tersebut, maka itu
bukan pemikiran Islam lagi.

2) Ajaran Islam yang bersifat pengembangan.


Dalam pemikiran teologi Islam modern, seorang muslim dirangsang
untuk berpikir rasional, yakni pemikiran Islam yang tidak takut pada
falsafat, tidak merendahkan kemampuan akal, tidak sempit dan tidak
dogmatis. Meski terkadang terjadi goncangan-goncangan pemikiran
ketika mendiskusikan ilmu kalam, falsafat Islam, tasawuf dan pembaruan
dalam Islam. Ketika mendiskusikan masalah kaitan perbuatan manusia
dengan perbuatan atau penciptaan Tuhan, pada umumnya seorang muslim
sudah memiliki pendirian bahwa paham Jabariah dan lawannya,
Qadariah, adalah dua paham yang salah, dan meyakini adanya paham
ketiga, yaitu paham kasab, yang diyakini benar, yang posisinya berada di
tengah Jabariah dan Qadar

Anda mungkin juga menyukai