Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER

Matakuliah : Tauhid/Ilmu Kalam


Hari/Tanggal : Senin, 25 Januari 2021
Jurusan/Kelas/Fakultas :AGRO/ A/Sains Teknologi
Dosen Pengampu : Solehudin, M.Ag
Nama : Alma Shera Safitri
NIM : 1197060007

Soal-soal:

1. Tauhid Dzat, Sifat, Rububiyyah dan Uluhiyyah.. Jelaskan


sepengetahuan anda tentang 4 hal tersebut dengan menyebutkan
definisi, dalil Alquran dan atau hadits dan pendapat para ulama!
2. Jelaskan secara global tentang Kawarij, Mu’tazilah dan Ahlussunah!
3. Teologi atau konsep Tauhid di zaman modern; ada yang merupakan
kepanjangan tangan dari teologi klasik-pertengahan dan ada yang
bertransformasi ke formulasi lain dengan mengalihkan Teologi dari
Teo-sentris ke Teologi Antroposentris. Tugas anda adalah
menyebutkan pemikiran teologi 2 tokoh teologi modern; Hasan Hanafi
dan Harun Nasution.

Note:

Kerjakan dan dikumpulkan hari ini. Ditulis dalam format word kirim ke WA
personal atau gorup. Syukran

Jawab

1. Tauhid secara bahasa merupakan mashdar yang berasal dari


kata wahhada. Jika dikatakan wahhada syai’a artinya menjadikan
sesuatu itu satu. Sedangkan menurut syariat berarti mengesakan
Allah dalam sesuatu yang merupakan kekhususan bagi-Nya
berupa rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. Seperti
dijelaskan dalam Al-quran Surat Maryam ayat 65 :

Artinya : “(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan


segala yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan
berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau
mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?” (Q.S. Maryam :
65).
Tauhid dzat yakni mengesahkan Allah SWT dari segi dzat-dzatnya
yang berarti hanya ada satu dzat yang diiesakan yakni Allah SWT.
Tauhid sifat yakni mengesahkan Allah SWT dari segi sifat-sifatnya
yang berarti tidak ada dzat lain yang memiliki sifat-sifat yang
sempurna seperti yang dimiliki Allah SWR. Tauhid Rububiyah yakni
mengesahkan Allah SWT yakni mengesahkan bahwa Allah SWT
yang menciptakan segala makhluk. Seperti yang dijelaskan dalam
Al-quran Surat Al-A`raf ayat 54 :

Artinya : “Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan


langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan
urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam”
(Q.S. Al-A`raf : 54).
Tauhid Uhuliyyah yakni mengesahkan Allah dengan melakukan
perbuatan yang didasarkan atas niat, diisiyaratkan dengan doa,
tawakal, senang, dan kembali atau taubat. Serperti yang dijelaskan
dalam Al-quran Surat Luqman ayat 30 :

Artinya : “Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan)


yang sebenarnya dan apa saja yang mereka seru selain Allah
adalah batil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi,
Mahabesar” (Q.S. Luqman : 30).

Para Ulama juga memiliki pendapat mengenai tauhid. Secara


lafadz, kata “tauhīd” tidak ditemukan di dalam al-Quran, tetapi
terdapat di dalam hadits Nabi SAW dalam bentuk kata kerja dan
masdar. Beliau bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-
Bukhari yang artinya: “Sesungguhnya engkau (wahai Mu‘adz) akan
mendatangi kaum Ahlul Kitāb, maka hendaklah dakwahmu yang
pertama kali kepada mereka adalah mentauhidkan Allah”. Dalam
riwayat Imam Muslim, beliau bersabda, yang arti haditsnya sebagai
berikut: “Barang siapa mengesakan Allah dan kafir terhadap
apapun yang disembah selian Allah maka haramlah harta dan
darahnya. Dan perhitungannya kelak kembali kepada Allah.”
Kata tauhid diderivasi dari salah satu nama Allah yaitu al-Wāhid
atau al-Ah}ad (Yang Esa), lalu menafsirkannya sebagai zat tunggal
yang tidak terbagi atau tersusun. Ibnu Sina menjelaskan makna al-
Wāhid (Yang Esa) sebagai berikut: “Dia tunggal dari segi wujud
yang Dia miliki. Dia dengan semua makna ini adalah Yang Tunggal
dan Esa karena kewujudan-Nya yang sempurna, tiada suatu hal
tersisa yang ditunggu untuk melengkapi-Nya menjadi sempurna.
Inilah salah satu makna al-Wāhid, dan tiada ketunggalan padanya
melainkan dari cara penegasian.”
Al-Syarashtani (w. 548 H) juga mendefinisikan tauhid:
“Sesungguhnya Allah SWT Esa dalam zat-Nya, tidak terbagi, Esa
dalam sifat-sifat-Nya yang azali tiada yang serupa dengan-Nya,
Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya, tiada yang menyekutui-Nya.”

2. Khawarij merupakan suatu aliran yang menentang Ali bin Abi


Thalib. Aliran ini keluar dari golongan Ali bin Abi Thalib dikarenakan
mereka tidak setuju dengan cara Ali bin Abi Thalib dalam
menyelesaikan masalah Mu`awiyah. Aliran ini mudah sekali untuk
mengkafirkan orang lain. Hal ini dibuktikan dengan salah satu
perbedaan pendapat mengenai hokum terhadap orang yang
melakukan kesalaha besar atau membuat dose besar. Kaum
Murji`ah berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar
bukanlah orang kafir selagi ia masih beriman kepada Allah SWT..
akan tetapi, kaum Khawarij berpendapat bahwa orang yang
melakukan dose besar itu disebut kafir.
Mu`tazillah merupakan aliran yang muncul akibat adanya
perbedaan pendapat menenai persoalan orang mukmin yang
berdosa besar. Aliran ini memiliki lime teori. Teori tersebut
diantaranya Tauhid, Adil, Janji dan Ancaman, posisi yang berda di
antara dua posisi, serta perintah untuk melakukan kebaikan dan
melarang keburukan. Tauhid berarti mereka percaya bahwa Allah
SWT adalah satu-satunya tuhan semesta alam. Adil berarti Allah
SWT merupakan Tuhan yang adil dan tidak mungkin membuat
kerugian bagi hambanya. Janji dan manfaat maksudnya ialah Allah
SWT pasti meepati janjinya dan ancamannya. Posisi yang berada
dianta dua posisi maksudnya ialah jika manusi berbuat dosa esar
berarti ia tidak termasuk orang mukmin dan juga orang kafir. Akan
tetapi mereka disebut orang yang fasik. Mereka tetap masuk ke
dalam neraka, tetapi hukumannya lebih ringan. Teori yang terakhir
yakni berbuat kebaikan dan mencegah keburukan yang berarti
manusi diwajibkan berbuat kebaikan dan mencegah keburukan.
Ahlu Sunnah merupakan orang yang selalu mengikuti Sunnah-
sunnah rasul dan para sahabatnya. Ahlusunnah wal Jamaah
merupakan golongan yang senantiasa mengikuti jejak Rasulullah
SAW serta para sahabatnya.

Salah satu ciri Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah sikap moderat
dalam segala perkara. Saat menyikapi perang antara Ali bin Abi
Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan, misalnya, kaum Ahlus
Sunnah wal Jamaah tidak memihak atau mengkafirkan salah satu
pihak, sebagaimana dilakukan kaum Khawarij yang mengkafirkan
keduanya atau kaum Syiah yang memihak Ali dan mengkafirkan
Muawiyah. Bagi mereka, baik Ali maupun Muawiyah, keduanya
sama-sama berijtihad. Kaum Ahlus Sunnah wal Jamaah memang
berusaha mengambil jalan tengah di antara paham yang ada.

3. Pemikiran teologi 2 tokoh teologi modern; Hasan Hanafi dan Harun


Nasution.
a. Hasan Hanafi
Teologi pertama yakni pemikir revolusioner. Setelah
kesuksesan Revolusi Islam Iran, Hasan Hanafi
mengeluarkan Kiri Islam (al-Yasar al-Islami). Salah satu
tugasnya adalah untuk mencapai Revolusi Tauhid. Dalam
hal ini, ia dapat dikategorikan sebagai pemikir Islam
revolusioner, seperti Ali Syari’ati, pemikir yang menjadi
tulang punggung revolusi Islam di Iran, dan Imam Khomeini
yang memimpin revolusi itu dengan sukses. Teologi yang
kedua yakni pembaharu tradisi intelektual Islam klasik.
Sebagai seorang pembaharu tradisi Islam, Hassan Hanafi
adalah seorang rasionalis. Teologi ketiga adalah penerus
gerakan al-Afghani (1838- 1896). Yang merupakan pendiri
gerakan Islam modern, yang disebut sebagai suatu
perjuangan melawan imperialisme Barat dan untuk
mempersatukan dunia Islam.
b. Harun Nasution
Harun merupakan intelektual muslim yang banyak
memperhatikan masalah pembaharuan dalam islam dalam
arti yang seluas-luasnya, terutama pada bidang teologi,
filsafat dan tasawuf, serta berbagai masalah kehidupan
muslin lainnya. Seluruh ilmu dan pengalamannya dituangkan
melalui bidang akademisi sebagai dosen, dekan, dan rector
dengan melakukan nasionalisasi ajaran agama dan
islamisasi ilmu-ilmu umum. Adapun tiga langkah yang kerap
dikenal sebagai “Gebrakan Harun” diantaranya, yaitu:
1. Meletakkan pemahaman yang mendasar dan
menyeluruh terhadap Islam. Menurutnya dalam Islam
terdapat dua kelompok ajaran, yaitu: pertama. Bersifat
absolut dan mutlak benar, universal, kekal, tidak berubah
dan tidak boleh diubah. Kedua. Bersifat absolut tapi
relatif, tidak universal, tidak kekal, berubah dan boleh
diubah.
2. Pengantar ilmu agama dimasukkan dengan harapan
akan merubah pandangan mahasiswa. Demikian pula
mata kuliah Filsafat, tasawuf, Ilmu Kalam, Tauhid dan
metodologi Riret. Menurut dia kurikulum IAIN yang
selama ini berorientasi Fiqh harus diubah karena hal
tersebut akan membuat pikiran mahasiswa menjadi
jumud.
3. Bersama Menteri Agama Harun nasution Mengusahan
berdirinya Fakultas Pascasarjana Pada tahun 1982.
Menurutnya Indonesia belum ada oraganisasi sosial yang
berprestasi melakukan pimpinan umat Islam masa
depan.

Harun Nasution menjelaskan teologinya melalui buku yang iya tulis.


Pembagian penjelasan ini dibagi dua. Pada bagian pertama, Harun
Nasution berusaha menjelaskan sejarah timbulnya persoalan-persoalan
teologi dalam Islam. Menurut Harun Nasution, perselisihan tentang
dosa besar, apakah dihukumi kafir atau tetap mukmin, telah
melahirkan empat aliran besar dalam teologi Islam. Keempat aliran
tersebut adalah aliran Khawarij, Murji’ah, Muktazilah dan Ahlu Sunnah
wal Jama’ah. Pada bagian kedua, Harun Nasution mencoba
membandingkan antara peran akal dan wahyu, serta pendapat setiap
aliran tentang kekuasaan akal dan fungsi wahyu. Selain itu, Harun
Nasution juga melakukan analisa perbandingan antara kebebasan
manusia dan kehendak mutlak Tuhan, yang kemudian ia
menghubungkannya dengan konsep keadilan Tuhan. Pada bab-bab
terakhir Harun Nasution berusaha menjelasakan sifat-sifat Tuhan dan
konsep iman.

Anda mungkin juga menyukai