PENDAHULUAN
4
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai salah satu masukan agar dalam pembelajaran, guru dapat
menerapkan strategi pembelajaran yang mampu menunjang peningkatan
keaktifan dan hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan keaktifan, minat dan motivasi siswa
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
7
guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik
untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Berdasarkan uraian beberapa pengertian hasil belajar dari para ahli di atas,
maka dapat disimpulkan pengertian hasil belajar adalah hasil akhir dari seluruh
kegiatan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima
suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang
diungkapkan dengan alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang
dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa
dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan
keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu
yang diperoleh.
8
Contohnya ketika anak berada di sekolah, ia menyapa guru dengan sedikit
membungkukkan tubuh atau memberi salam.
2. Faktor instrumental
Setiap penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan instruksional yang hendak
dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seperangkat kelengkapan
atau instrumen dalam berbagai bentuk dan jenis.
Sementara faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar
Nasution dalam Djamarah (2002) adalah:
1. Fisiologis
Merupakan faktor internal yang berhubungan dengan proses-proses yang
terjadi pada jasmaniah.
a. Kondisi fisiologis, umunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar individu. Siswa dalam keadaan lelah akan berlainan belajarnya dari
siswa dalam keadaan tidak lelah.
b. Kondisi panca indera, merupakan kondisi fisiologis yang dispesifikkan pada
kondisi indera. Kemampuan untuk melihat, mendengar, mencium, meraba,
dan merasa mempengaruhi hasil belajar. Anak yang memilki hambatan
pendengaran akan sulit menerima pelajaran apabila ia tidak menggunakan
alat bantu pendengaran.
2. Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri individu yang berhubungan
dengan rohaniah. Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
a. Minat, adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang memerintahkan. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
b. Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan siswa untuk beradaptasi,
menyelesaikan masalah dan belajar dari pengalaman kehidupan. Kecerdasan
dapat diasosiasikan dengan intelegensi. Siswa dengan nilai IQ yang tinggi
umumnya mudah menerima pelajaran dan hasil belajarnya cenderung baik.
9
c. Bakat, adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih
perlu dilatih dan dikembangkan. Bakat memungkinkan seseorang untuk
mencapai prestasi dalam bidang tertentu.
d. Motivasi, adalah suatu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.
e. Kemampuan kognitif, merupakan kemampuan intelektual yang
berhubungan dengan pengetahuan, ingatan, pemahaman dan lain-lain.
Sedangkan Caroll dalam Sabri (2005), mengatakan bahwa hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: a) bakat belajar, b) waktu yang tersedia
untuk belajar, c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, d)
kualitas pengajaran, dan e) kemampuan individu. Empat faktor (a, b, c, dan d)
berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor d adalah faktor lingkungan.
Berdasarkan uraian beberapa pengertian faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dari para ahli, maka faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah faktor linkungan, faktor instrumental, faktor fisiologis, dan faktor
psikologis.
13
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama siswa yang
berbeda latar belakangnya.
15
sering digunakan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arends (2009), bahwa
model pembelajaran kooperatif yang sering digunakan yaitu:
1. Student Teams Achievement Division (STAD)
Tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan
kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab
kelompok untuk pembelajaran individu setiap anggotanya.
2. Group Investigation
Tipe group investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang
melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inkuiri
kooperatif, perencanaan, proyek, diskusi kelompok lalu mempresentasikan
penemuan mereka kepada seluruh anggota kelas.
3. Jingsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jingsaw pertama kali dikembangkan oleh
Aronson di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe jingsaw
merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan
keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota bertanggung jawab
untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain.
4. Structural Approach
Sugono (2010) menjelaskan bahwa structural approach (pendekatan structural)
merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi
oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan
tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan
penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu,
pembelajaran bahasa melalui pendekatan ini menitikberatkan pengajaran
bahasa pada pengetahuan atau kaidah tata bahasa.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap guru
dapat menciptakan model pembelajaran sendiri sesuai ciri khasnya dalam
mengajar. Namun perlu diperhatikan agar model pembelajaran kooperatif yang
diciptakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah ada
16
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division)
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division)
Menurut Trianto (2008) dalam pembelajaran kooperatif tipe Students
Team Achievement Devisions (STAD) siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan beberapa orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja dalam
tim mereka untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut. Saat belajar berkelompok, siswa saling membantu untuk menuntaskan
materi yang dipelajari. Guru memantau dan mengelilingi tiap kelompok untuk
melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan guru. Model ini
pun dibantu oleh metode pelatihan, penugasan, dan tanya jawab sesuai satuan
pelajaran sehingga ketuntasan materi dapat dicapai.
Isjoni (2009) menyatakan bahwa tipe STAD dikembangkan oleh Slavin
dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Sedangkan
menurut Nurhadi (2003) ada empat tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam
model pembelajaran kooperatif yakni salah satunya adalah tipe STAD (Student
Teams Achievement Divisions). Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin
dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang sebagai
yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran
kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Dalam metode STAD, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan
empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja dalam tim mereka
untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat
belajar berkelompok, siswa saling membantu untuk menuntaskan materi yang
dipelajari. Guru memantau dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya
17
kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan guru. Model ini pun dibantu oleh
metode pelatihan, penugasan, dan tanya jawab sesuai satuan pelajaran sehingga
ketuntasan materi diperoleh.
18
Sedangkan menurut Trianto (2008), langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD oleh Slavin sebagai berikut:
1. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, jadi ada 8
kelompok, masing-masing kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik
jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).
2. Guru menyampaikan materi pelajaran.
3. Guru membagikan materi yang berbeda pada masing-masing kelompok dengan
menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk
menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota kelompok.
4. Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan kedepan kelas.
5. Selanjutnya tanggapan dari masing-masing kelompok.
6. Selanjutnya guru memberikan tanggapan dan penegasan dan tiap kelompok
diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa
secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh
skor sempurna diberi penghargaan.
7. Kesimpulan Pelaksanaan tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut :
a. Penjelasan materi pembelajaran;
b. Diskusi atau kerja kelompok belajar;
c. Validasi oleh guru;
d. Evaluasi (Tes);
e. Menentukan nilai individu dan kelompok;
f. Penghargaan individu atau kelompok;
Rachmadiarti (2003) menyatakan bahwa pada STAD siswa dalam satu
kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap
kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan, berasal dari
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain
untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau
19
melakukan diskusi. Setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap
individu diberi skor perkembangan.
Menurut Slavin dalam Isjoni (2009) langkah dalam pembelajaran dengan
tipe STAD meliputi: tahap penyajian materi, tahap kegiatan kelompok, tahap tes
individual, tahap penghitungan skor perkembangan individu, dan tahap pemberian
penghargaan kelompok.
Dalam tahap penyajian materi, guru memulai dengan menyampaikan
indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi
yang akan dipelajari. Kemudian dilanjutkan dengan memberi persepsi dengan
tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar
siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan
yang dimiliki. Dengan adanya hal tersebut akan dapat mendukung pelaksanaan
kerja kelompok, karena masing-masing siswa memiliki gambaran mengenai apa
yang dipelajarinya.
Tahap kerja kelompok, dimana setiap siswa diberi lembar tugas sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas,
saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat
memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja
kelompok.
Tahap tes individu, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar
telah dicapai, diadakan tes individual mengenai materi yang telah dibahas.
Biasanya tes individual dilakukan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga. Skor
yang diperoleh masing-masing individu ini didata dan diarsipkan, yang akan
digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
Tahap perhitungan skor perkembangan individu, dihitung berdasarkan
skor awal. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama
untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan
skor tes yang diperolehnya. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi
sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan
20
perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, hebat dan
super.
22
Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauhmana
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Sudjana (2004)
menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2. Terlibat dalam pemecahan masalah.
3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya.
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa dapat
dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual activities), mendengarkan,
berdiskusi, kesiapan siswa, bertanya, keberanian siswa, mendengarkan,
memecahkan soal (mental activities).
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya siswa juga dapat berlatih untuk berfikir
kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran
secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
24
guru siklus I yang dicapai 75% pada siklus II yang dicapai 87,5%. Hasil
keberhasilan belajar siswa dalam pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dengan
ketuntasan belajar yang dicapai 72,73%, pada siklus II dengan ketuntasan yang
dicapai 80,61 %. Hasil psikomotor siklus I dengan ketuntasan yang dicapai
72,39%, pada siklus II dengan ketuntasan belajar yang dicapai 80,22%. Dengan
demikiandapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII B MTs Nurul Huda Banyuputih Kabupaten Batang.
Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Ribowo (2005) yang berjudul
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IIA SMP Negeri Dua Banjarharjo
Brebes dalam Pokok Bahasan Segiempat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIA SMP Negeri Dua Banjarharjo Brebes
dalam materi Segiempat menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan
hasil belajar yaitu dari 86,55% pada siklus I menjadi 87,14% pada siklus II dan
meningkat lagi menjadi 90,81% pada siklus III. Aktivitas peserta didik mengalami
peningkatan dari persentase 72,5% pada siklus I menjadi 88,75% pada siklus II
dan meningkat lagi menjadi 90% pada siklus III. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIA SMP
Negeri Dua Banjarharjo Brebes.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasimatul Wardiyyah (2009) yang
berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs
NU Banat Kudus Pada Materi Pecahan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII MTs NU Banat Kudus dalam materi pecahan
menunjukkan bahwa penggunaan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil
belajar dari pra siklus, siklus I, dan siklus II, yaitu 49%, 72,9%, 89.5%. dan juga
dapat dilihat dari nilai rata-rata pada masing-masing siklus yaitu pra siklus 57,5,
meningkatmenjadi 69,8 pada siklus I, meningkat 76,04 pada siklus II. Peningkatan
25
nilai test di atas telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 6,0.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar
siswakelas VII MTs NU Banat Kudus.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Baihaqi (2011) yang berjudul
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Penjaskes Pada Materi Pokok Sepak Bola Dribble Kelas VIII C
SMP Negeri 1 Karangawen Demak yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri Karangawen Demak menunjukkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar siklus I meningkat
prosentase ketuntasan belajar klasikalnya sebesar 20, jadi pada siklus I menjadi
40. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan 40sehingga ketuntasan
belajar klasikal 67 menjadi 80Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri Karangawen
Demak.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ngalimi (2011) yang berjudul
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Lingkaran Melalui Pendekatan
Kontekstual dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Buwaran Mayong
Jepara yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP
Negeri 2 Buwaran Mayong Jepara dalam materi lingkaran menunjukkan bahwa
sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas KKM > 65 hanya 9 siswa dari
30 siswa (30%). Pada perbaikan pembelajaran siklus I siswa yang tuntas KKM >
65 meningkat menjadi 13 siswa (43,3%). Dan pada perbaikan pembelajaran siklus
II siswa yang tuntas KKM > 65 meningkat lagi menjadi 28 siswa (93,3%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Buwaran Mayong Jepara.
26
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian ini dibuat
dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division).
27
28
GURU :
2.1.9 Hipotesis Tindakan Masih menggunakan
metode
Variabel yang diukur konvensional,
dalam SISWA
penelitian ini adalah variabel :
keaktifan dan
Kondisi Awal belum menggunakan Keaktifan dan
hasil belajar, sehingga hipotesis dalam
model penelitian ini adalah:
pembelajaran hasil belajar siswa
kooperatif tipe STAD
1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams rendahAchievement
(Student Teams
Division) dapat meningkatkan keaktifan
Achievement siswa kelas VII F SMP N 7 Salatiga;
Division)
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
SIKLUS I :
Division) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas Menerapkan
VII F SMP N 7
Menerapkan model
Salatiga.
Tindakan pembelajaran model
kooperatif tipe STAD pembelajaran
(Student Teams kooperatif tipe
Achievement Division) STAD (Student
Teams
Achievement
Division)
SIKLUS I :
Menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe
STAD (Student
Teams
Achievement
Division)
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
30
1. Perencanaan (Plan)
Perencanaan merupakan tindakan yang dibangun dan akan dilaksanakan,
sehingga harus mampu melihat jauh kedepan. Rencana tindakan (action plan)
adalah prosedur, strategi yang akan dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan
tindakan atau perlakuan terhadap siswa.
2. Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan adalah tindakan yang dilakukan ke dalam konteks
proses belajar mengajar yang sebenarnya. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan
dengan panduan perencanaan tindakan yang telah dibuat dalam pelaksanaanya
bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
Pelaksanaan tindakan bisa dilakukan oleh peneliti atau kolabolator. Setiap
tindakan minimal ada dua peneliti yaitu yang melakukan pembelajaran dan
kolabolator yang memantau terjadinya suatu perubahan suatu tindakan (Pardjono,
2007).
3. Pengamatan (Observation)
Pengamatan berfungsi sebagai proses pendokumentasikan dampakdari
tindakan bersama prosesnya. Pengamatan merupakan landasan dari refleksi
tindakan saat itu dan dijadikan orintasi pada tindakan yangakan datang. Selain itu,
pengamatan atau observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka
untuk dapat mencatat gejala yang muncul, baik yang diharapkan atau yang tidak
diharapkan (Sukardi, 2011).
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan kembali suatu
tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Pada tahap ini peneliti
dan kolaborasi mendiskusikan hasil pengamatan selama tindakan berlangsung.
Kekurangan yang ditemui pada siklus sebelumnya digunakan sebagai dasar
penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya. Demikian seterusnya,
sehingga siklus berikutnya akan berjalan lebih baik dari pada siklus sebelumnya.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
31
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Melakukan observasi awal
untuk mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru kelas,
memantau kegiatan belajar mengajar di kelas, dan melakukan observasi
pada siswa.
2) Membuat skenario
pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran yang dilengkapi
LKS.
3) Menyiapkan alat dan bahan
pelajaran untuk pelaksanaan pengamatan maupun diskusi.
4) Membuat lembar observasi
untuk menilai performance guru dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Langkah penelitian masing-masing siklus adalah sebagai berikut:
1) Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5) Memberi evaluasi.
6) Kesimpulan.
c. Pengamatan atau Observasi
Penelitian ini dapat terlaksana atas kerjasama antara peneliti, teman sejawat,
pembimbing, kepala sekolah dan siswa kelas VII SMP N 7 Salatiga.
32
1) Teman sejawat mengamati proses perbaikan pembelajaran yang terutama
difokuskan pada kegiatan guru dalam penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).
2) Untuk siswa yaitu perhatian siswa dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru, semangat siswa membentuk kelompok, keaktifan
siswa dalam kelompok, kemampuan siswa menyampaikan hasil diskusi
kelompok, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas.
3) Untuk guru yaitu persiapan, membuka pelajaran, memotivasi siswa,
penguasaan materi, penyajian sesuai dengan uraian materi, model
pembelajaran, bimbingan yang diberikan pada siswa dan evaluasi.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat merefleksi diri tentang
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian peneliti
(guru) akan dapat mengetahui efektivitas kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan diketahui kelemahan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan guru sehingga dapat digunakan untuk
menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
1) Permasalahan diidentifikasi dan
dirumuskan berdasarkan refleksi pada siklus I.
2) Merancang kembali instrumen
penelitian seperti pada siklus I yang meliputi RPP, lembar observasi, dan
soal-soal.
b. Pelaksanaan dan Observasi
1) Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat
33
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4) Guru member kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu.
5) Memberi evaluasi.
6) Kesimpulan.
c. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan yang dilakukan adalah:
1) Teman sejawat mengamati proses perbaikan pembelajaran yang
difokuskan pada kegiatan guru dalam pembelajaran.
2) Untuk siswa yaitu perhatian siswa dalam memahami materi yang
disampaikan, semangat siswa membentuk kelompok, keaktifan siswa
dalam kelompok, kemampuan siswa menyampaikan hasil diskusi
kelompok, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas.
3) Untuk guru yaitu persiapan, membuka pelajaran, memotivasi siswa,
penguasaan materi, penyajian sesuai dengan uraian materi, metode,
bimbingan yang diberikan pada siswa dan evaluasi.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat merefleksi diri tentang
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian peneliti
(guru) akan dapat mengetahui efektivitas kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
34
lembar aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru pada setiap pertemuan.
Observasi dilakukan di kelas VII F SMP N 7 Salatiga oleh guru kelas.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebaginya (Arikunto, 2010). Dalam
penelitian ini dokumentasi berupa silabus, RPP, handout model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division), daftar hadir,
daftar kelompok, daftar nilai dan catatan lapangan.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah sumber informasi yang sangat penting dalam
penelitian tindakan kelas yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang
melakukan pengamatan atau observasi (Wiriaatmadja, 2005). Catatan
lapangan digunakan untuk mencatat atau merekam kejadian dan peristiwa
selama proses belajar mengajar di dalam kelas, di luar dari kriteria
pengamatan yang telah dibuat dalam lembar observasi. Kegiatan pencatatan
lapangan dilakukan oleh peneliti selaku pengamat pada proses pembelajaran.
Catatan lapangan dipergunakan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan
suasana kelas kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung mulai dari
kegiatan awal, kegiatan ini sampai dengan kegiatan akhir pembelajaran.
3. Angket
Metode kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009). Metode angket
yang berupa pernyataan digunakan untuk mengetahui pendapat siswa
mengenai peningkatan keaktifan siswa dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam materi segitiga dan
segiempat.
Angket keaktifan siswa dibagikan kepada semua siswa kelas VII F
SMP N 7 Salatiga setiap siklus berakhir. Data dari angket ini untuk
memperkuat data yang telah diperoleh berdasarkan lembar observasi.
35
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
Observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indra. Mengobservasi dapat dilakukan dengan melalui penglihatan,
penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Observasi dapat dilakukan
dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara (Arikunto, 2010).
Pada penelitian ini observasi digunakan untuk megumpulkan data
tentang segala sesuatu yang terjadi selama berlangsungnya tindakan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division).
Jenis observasi yang digunakan yaitu observasi sistematis. Hal ini
karena pengamat menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatannya.
Obervasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa.
Lembar obervasi keaktifan siswa merupakan lembar yang berisi pedoman
dalam melaksanakan pengamatan keaktifan belajar siswa pada saat
pembelajaran di dalam kelas dan kelompok. Lembar observasi dibuat dengan
skala Guttman alternatif jawaban ”ya” dan ”tidak”. Peneliti menggunakan
skala Guttman karena ingin mendapatkan jawaban yang jelas (tegas) sehingga
mempermudah observer dalam melakukan pengamatan. Peneliti menetapkan
lima indikator untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Indikator ini terdiri dari perhatian, kerjasama dan hubungan sosial,
mengemukakan gagasan, pemecahan masalah dan disiplin. Adapun kisi-kisi
lembar observasi keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa
Variabel Indikator Sub indikator Nomor Jumlah
Item Item
Keaktifan a. Siswa mendengarkan dan 1-3 3
Siswa 1. Perhatian memperhatikan penjelasan guru
36
b. Siswa tidak mengerjakan lain 4-5 2
saat guru mengajar
c. Siswa membawa buku 6 1
penunjang pembelajaran
2. Kerjasama dan a. Siswa bekerjasama dengan baik 7 1
hubungan dalam kelompok
sosial b. Siswa aktif memecahkan 8 1
masalah dalam kelompok
c. Siswa menghargai pendapat 9 1
teman
3. Mengemukakan a. Siswa berani mengungkapkan 10 1
gagasan pendapat
b. Siswa merespon pertanyaan 11 1
atau intruksi dari guru
c. Siswa berani bertanya kepada 12 1
guru
4. Pemecahan a. Siswa menyelesaikan masalah 13 1
masalah dengan mencari pada buku
ataupun literature lain
b. Siswa bertanya kepada guru 14 1
ketika ada kesulitan
c. Siswa bertanya kepada teman 15 1
yang lebih paham ketika ada
materi yang tidak diketahui
5. Disiplin a. Siswa tidak terlambat masuk 16 1
kelas
b. Siswa menjaga ketertiban 17 1
c. Siswa tidak membuat 18 1
keributan saat guru
menjelaskan materi
Tabel 3.2
Kisi-kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Model
Pembelajaran Koopertif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
Sub Indikator Sub indikator Nomor Jumlah
Variabel Item Item
Pelaksanaan 1. Kegiatan a. Membuka pelajaran 1, 2, 3, 7
kegiatan Awal 4, 5, 6,
pembelajaran 7
menggunaka b. Membentuk kelompok 8, 9 2
n model 2. Kegiatan Inti a. Diskusi, kerjasama, dan 10, 11, 9
pembelajaran mengisi handout 12, 13,
kooperatif 14, 15,
37
tipe STAD 16, 17,
(Student 18
Teams b. Presentasi 19, 20, 6
Achievement 21, 23,
Division) 24
c. Usaha mengaktifkan siswa 25, 26, 4
27, 28
3. Kegiatan a. Evaluasi 29, 30 2
Akhir b. Kesimpulan 31, 32, 4
33, 34
2. Angket (kuesioner)
Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 2009). Angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalan arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui
(Arikunto, 2010).
Jenis angket terdiri dari:
a. Angket terbuka yaitu kuesioner di mana responden diberikan kebebasan
memberikan jawaban sesuai kehendak dan keinginannya.
b. Angket tertutup yaitu kuesioner di mana pertanyaan yang dituliskan terlalu
disediakan jawaban pilihan sehingga responden tinggal memilih salah satu dari
jawaban yang telah disediakan.
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
tentang pendapat siswa tentang keaktifan siswa dalam belajar persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) yang berguna
memperkuat data yang diperoleh dari observasi. Jenis angket yang digunakan
yaitu angket tertutup karena sudah disediakan jawaban pada angket. Sehingga
responden tinggal memilih satu dari jawaban yang disediakan. Skala yang
digunakan adalah skala Likert karena pada angket ini bertujuan untuk
mengukur pendapat siswa. Siswa mengisi angket pernyataan bentuk checklist
38
dengan memberikan tanda (√) sesuai kondisi yang dialaminya pada setiap
pernyataan. Angket terdiri dari 22 butir pernyataan. Butir pernyataan angket
dinyatakan dalam dua bentuk yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Pedoman pensekoran untuk setiap kriteria adalah adalah Tidak Pernah (TP),
Kadang-Kadang (KD), Jarang (J), Sering (SR) dan Selalu (SL), dengan
pensekoran 5, 4, 3, 2, 1 untuk pernyataan positif dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk
pernyataan negatif. Adapun kisi-kisi instrumen angket yaitu:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Lembar Angket Keaktifan Siswa
Sub Indikator Sub indikator Nomor Item Jum
Variabel lah
Item
Keaktifan 1. Perhatian a. Seris mengikuti pelajaran 1(+), 2(+), 3(-), 4
Siswa 4(-)
b. Mendengarkan dan 5(+), 6(-), 2
memperhatikan materi
pelajaran
c. Mencatat materi yang 7(+) 1
diberikan di buku tulis
dengan rapi
4. Kerjasama a. Bekerjasama dengan baik 8(+) 1
dan dalam kelompok
hubungan b. Aktif memecahkan 9(+) 1
sosial masalah dalam kelompok
c. Menghargai perbedaan 10(-), 11(+), 3
pendapat 12(-)
7. Mengemuk a. Berani mengungkapkan 13(+) 1
akan pendapat
gagasan b. Merespon pertanyaan atau 14(+) 1
intruksi dari guru
c. Berani menyanggah 15(-) 1
pendapat yang dianggap
tidak benar
10. Pemecahan a. Menyelesaikan masalah 16(-), 17(+) 2
masalah dengan mencari pada
literatur lain
b. Bertanya kepada guru 18(-) 1
39
ketika ada kesulitan
c. Bertanya kepada teman 19(+) 1
yang paham ketika ada
kesulitan dalam
mengerjakan tugas
13. a. Menjaga ketertiban 20(+), 21(+) 2
b. Mengerjakan tugas dengan 22(-), 23(-) 2
sungguh-sungguh
Tabel 3.3
Kisi-kisi Soal Tes Siklus I dan II
Kompetensi Dasar Indikator No Soal
Menyelesaikan Siklus I
pertidaksamaan Menjelaskan lambang ketidaksamaan 1
linear satu Menjelaskan pertidaksamaan satu 2
variabel variabel
Menyatakan bentuk-bentuk 3, 4
pertidaksamaan satu variabel
Menyatakan pernyataan ketidaksamaan 5, 6, 7, 8
dengan menggunakan lambang
Menuliskan pertidaksamaan linear satu 9, 10
variabel menjadi kalimat
Menyelesaikan Siklus II
pertidaksamaan Menyelesaikan pertidaksamaan linear 1, 4, 8
linear satu satu variabel
variabel Menyelesaikan pertidaksamaan linear 2, 7
satu variabel untuk x bilangan bulat
Menyelesaikan himpunan penyelesaian 3, 5, 9
dari pertidaksamaan linear satu variabel
untuk x bilangan bulat
Menyelesaikan himpunan penyelesaian 6
dari pertidaksamaan linear satu variabel
40
untuk x bilangan real
Menyelesaikan himpunan penyelesaian 10
dari pertidaksamaan linear satu variabel
untuk x bilangan cacah
41
kelas ini digunakan kriteria normatif, yaitu dengan membandingkan hasil
sebelum tindakan dengan sesudah tindakan. Kriteria yang dimaksud adalah
apabila keadaan sebuah tindakan menunjukkan siswa keadaan lebih baik dari
sebelum tindakan, maka dikatakan bahwa tindakan tersebut berhasil. Adapun
kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Terlaksananya pembelajaran pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear
satu variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) sesuai yang direncanakan.
2. Banyaknya siswa yang memperoleh kategori keaktifan belajar siswa pada
materi segitiga dan segiempat adalah ≥ 75% yang mengacu pada Mulyasa
(2008) bahwa dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran. Adapun keaktifan siswa selama
pembelajaran dibagi menjadi empat kategori menurut Mardapi (2008) yang
meliputi sangat rendah, rendah, tinggi dan sangat tinggi,seperti terlihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.4
Kualifikasi Skor Hasil Angket Keaktifan Belajar Siswa
No Kecenderungan Kategori
1 X≥Mi + 1Sdi Sangat Tinggi
2 Mi + 1 Sdi > X ≥ Mi Tinggi
3 Mi > X ≥ Mi – 1 Sdi Rendah
4 X < Mi – 1 Sdi Samgat Rendah
Dimana:
X = skor siswa dari variabel X
Mi = harga mean ideal
Sdi= standar deviasi
3. Kriteria Ketuntasan Minimal untuk Mata Pelajaran Matematika di SMP N 7
Salatiga adalah 70. Hasil belajar siswa dikatakan telah tercapai jika diperoleh
hasil test evaluasi mendapat 70 atau lebih, minimal 75% dari siswa.Untuk
menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
42
P=
∑ Siswa yang tuntas belajar x 100 %
∑ Siswa
Keterangan:
P : Prosentase ketuntasan belajar
: Jumlah
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Nana Sudjana. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung Sinar.
Baru Algensindo.
Rachmadi Widdiharto. (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: Depdiknas.
Rochiadi Wiriaatmadja. (2005). Metode Penelitian Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Saifuddin Azwar. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saiful Sagala. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sukardi. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
45
LAMPIRAN
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pertidaksamaan linear satu variabel dalam
berbagai bentuk dan variabel
Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin (discipline)
Rasa hormat dan perhatian (respect)
Tekun (diligence)
Tanggung jawab (responsibility)
46
III. Metode Pembelajaran
Ceramah, Tanya jawab, Diskusi, STAD
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
No Uraian Kegiatan Alokasi Waktu
1 Kegiatan Awal
a. Membuka pelajaran dengan salam dan doa 1 menit
b. Guru mengecek presensi dan kesiapan siswa 1 menit
c. Apersepsi (guru menjelaskan aspek penting tentang 2 menit
materi segiempat dan segitiga)
d. Guru menyampaikan pelaksanaan pembelajaran 3 menit
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division)
e. Guru membagi kelas dalam 5 kelompok secara 3 menit
heterogen masing-masing atas 5 siswa
2 Kegiatan Inti
a. Eksplorasi 20 menit
1) Guru menjelaskan tentang pertidaksamaan linear
satu variabel dalam berbagai bentuk dan variabel
2) Guru memberikan contoh tentang pertidaksamaan
linear satu variabel dalam berbagai bentuk dan
variabel 20 menit
b. Elaborasi
1) Guru memberi handout kepada masing-masing
kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok
2) Siswa dalam anggota kelompok yang sudah
mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti
3) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas 10 menit
47
c. Konfirmasi
1) Guru memberikan umpan balik kepada siswa
terhadap presentasi siswa
2) Siswa menanggapi hasil presentasi kelompok lain
3 Kegiatan Akhir
a. Penilaian: guru memberikan kuis/pertanyaan kepada 15 menit
seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu
b. Guru membuat kesimpulan dan garis besar materi 2 menit
yang disampaikan dengan mengulang kembali
handout secara singkat
c. Guru menyampaikan materi selanjutnya yaitu tentang 2 menit
menentukan bentuk setara dari pertidaksamaan linear
satu variabel dengan cara kedua ruas ditambah,
dikurangi, dikalikan, atau dibagi dengan bilangan 1 menit
yang sama.
d. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam
Jumlah 80 menit
VI. Penilaian
Penilaian dengan kuis berupa pilihan ganda
Rumus perhitungan kuis:
jumla h jawaban benar
Tingkat penguasaan siswa = ×100 %
20
48
Mengetahui,
Kepala SMP N 7 Salatiga Salatiga, 27 Juni 2013
Guru Matematika
( ........................................................)
NIP/NIK :…………..……………… ( ............................................ )
NIP/NIK :…….…………….
49
LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS 1
1. Sisipkan lambang >, =, atau < di antara pasangan bilangan di bawah ini
sehingga menjadi pernyataan yang benar.
a. 3 ..... -8 d. -2 ..... -4
3 1
b. 16 ..... 42 e. .....
4 2
c. 0,1 ..... 0,5
2. Tuliskan kalimat berikut dalam bentuk ketidaksamaan.
a. 9 kurang dari 13
b. 3 terletak antara -2 dan 5
c. m lebih dari 4
d. y tidak kurang dari 50
e. n tidak lebih dari 45
f. l paling sedikit 72
3. Nyatakan bentuk-bentuk berikut menjadi satu ketidaksamaan.
a. 3 < 5 dan 5 < 8
b. 0 > -1 dan -1 > -5
c. 10 > 4 dan 10 < 15
d. 2 < 6 dan 2 > -3
e. 3 > -6 dan 3 < 10
f. -5 < 0 dan -5 > -7
4. Tulislah kalimat berikut dalam bentuk ketidaksamaan.
a. Jumlah x dan 4 kurang dari 6
b. Hasil pengurangan p dari 9 lebih dari -6
c. 3 dikurangkan dari y hasilnya tidak kurang dari 2
d. Hasil kali 5 dan x kurang dari atau sama dengan 12
5. Dari bentuk-bentuk berikut manakah yang merupakan pertidaksamaan linear
satu variabel?Jelaskan jawabanmu.
a. x +6<9
b. 8−q 2>−1
c. m+n ≤ 4
50
p 1
d. − ≥3
2 p
e. 4−2 x−x 2 ≥ 0
f. 3 ( x−5 ) <2(8−x)
g. 2 p 2−4 pq +3 q2 >0
h. 4 x−4 ≥3 y +8
1.
51
TES FORMATIF
SIKLUS I
52
5. Di antara pasangan bilangan di bawah ini manakah yang menjadi pernyataan
yang benar?
a. 15<−20
b. 12>32
5
c. =1,25
4
d. −10>−5
2 1
6. … ,agar pernyataan di samping menjadi pernyataan yang benar maka
3 2
lambang yang harus disisipkan adalah …
a. <
b. >
c. =
d. ≤
7. z tidak lebih dari -12. Untuk menyatakannya dalam bentuk ketidaksamaan
yang benar adalah …
a. z >−12
b. z=−12
c. z ≤−12
d. z ≥−12
8. Hasil kali 4 dan p kurang dari atau sama dengan 14. Untuk menyatakannya
dalam bentuk ketidaksamaan yang benar adalah …
a. 4 × p ≥14
b. 4 × p>14
c. 4 × p<14
d. 4 × p ≤14
9. x−10>−12 , apabila dituliskan dalam bentuk kalimat akan menjadi …
a. Hasil pengurangan x dari 10 lebih dari -12
b. x dikurangkan dari 10 hasilnya tidak kurang dari -12
c. x dikurangkan dari 10 hasilnya tidak lebih dari -12
d. Jawaban a dan b benar
53
10. 2+ y ≤5, apabila dituliskan dalam bentuk kalimat akan menjadi …
a. Hasil penjumlahan 2 dari y kurang dari 5
b. 2 dijumlahkan dari y hasilnya tidak lebih dari 5
c. 2 dikurangkan dari y hasilnya tidak kurang dari 5
d. Hasil penjumlahan 2 dari y lebih dari 5
54
KUNCI JAWABAN
TES FORMATIF
1. b
2. d
3. a
4. a
5. c
6. b
7. c
8. d
9. a
10. b
Kriteria Penilaian
Nilai Akhir = B X 10
55
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) SIKLUS II
56
II. Materi Ajar
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
57
1) Guru memberi handout kepada masing-masing
kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok
2) Siswa dalam anggota kelompok yang sudah 10 menit
mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti
3) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas
c. Konfirmasi
1) Guru memberikan umpan balik kepada siswa
terhadap presentasi siswa
2) Siswa menanggapi hasil presentasi kelompok lain
3 Kegiatan Akhir
a. Penilaian: guru memberikan kuis/pertanyaan kepada 15 menit
seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu
b. Guru membuat kesimpulan dan garis besar materi 4 menit
yang disampaikan dengan mengulang kembali
handout secara singkat
c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam 1 menit
Jumlah 80 menit
Mengetahui,
Kepala SMP N 7 Salatiga Salatiga, 27 Juni 2013
Guru Matematika
( ........................................................)
NIP/NIK :…………..……………… ( ............................................ )
NIP/NIK :…….…………….
59
Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan berikut jika peubah pada
himpunan bilangan cacah.
1. 2 x−1<7
2. p+5 ≥ 9
3. 4−3 q ≤10
4. 4 x−2>2 x +5
5. 2 ( x−3 ) <3(2 x +1)
6. 12−6 y ≥−6
7. 3 ( 2 t−1 ) ≤ 2t +9
8. 2 ( x−30 ) <4 (x−2)
9. 6−2( y−3) ≤3 (2 y −4 )
10. 25+2 q ≥ 3(q−8)
TES FORMATIF
60
SIKLUS II
KUNCI JAWABAN
62
TES FORMATIF
1. c
2. a
3. a
4. d
5. b
6. a
7. c
8. b
9. d
10. a
Kriteria Penilaian
Nilai Akhir = B X 10
63
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)
Siklus/Pertemuan ke :
Pengamat :
Petunjuk pengisian :
Ya : diisi (√) jika kriteria pengamatan muncul dalam proses belajar mengajar
Tidak : diisi (√) jika kriteria pengamatan tidak muncul dalam proses belajar
mengajar
Kolom jumlah siswa diisi dengan jumlah siswa dalam kelas yang sedang
melakukan aktifitas pada aspek yang diamati.
64
lain
14 Siswa betanya kepada guru ketika ada
kesulitan
15 Siswa bertanya kepada teman/tutor yang
lebih paham ketika ada materi yang tidak
diketahui
16 Siswa tidak terlambat masuk kelas
17 Siswa menjaga ketertiban
18 Siswa tidak membuat keributan saat guru
menjelaskan materi
Pengamat
(……………………......)
65
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)
Hari/Tanggal :
Petunjuk pengisian :
Petunjuk pengisian :
Ya : diisi (√) jika kriteria pengamatan muncul dalam proses belajar mengajar
Tidak : diisi (√) jika kriteria pengamatan tidak muncul dalam proses belajar
mengajar
67
31 Guru membuat kesimpulan dan garis besar
materi yang disampaikan dengan
mengulang kembali materi dalam handout
secara singkat
32 Guru memberikan pesan kepada siswa agar
mempelajari handout di rumah dan
membawa buku/ literatur mengenai materi
berikutnya
33 Guru menutup pelajaran dengan doa dan
salam
34 Siswa berdoa dan menjawab salam
Pengamat
(……………………......)
68
LEMBAR ANGKET KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN MODEL
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)
Nama :
No. Absen :
Siklus ke :
Hari tanggal :
Petunjuk menjawab :
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan yang sesuai dengan yang
anda lakukan saat belajar matematika pada materi persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievement Division)!
Jangan khawatir, jawaban anda tidak akan mempengaruhi nilai!
Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering
J : Jarang
HTP : Hampir Tidak Pernah
TP : Tidak Pernah
No Pertanyaan SL SR J HTP TP
70