Garuda 781077
Garuda 781077
Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Nopember. Mulai Vol. 13, No. 1. Juni 2011, Pengelola Jumal
Ekspresi Seni merupakan sub-sistem Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pusat Dokumentasi Informasi
(PUSINDOK) Seni Budaya Melayu Institut Seni Indonesia (IS! Padangpanjang.
Pengarah
Rektor ISI Padangpanj ang
Prof. Dr. Mahdi Bahaq S.Kar., M.Hum.
Penanggung Jawab
Kepala UPT PUSINDOK Seni Budaya Melayu
Yunaidi, S.Sn., M.Sn.
Editor/Pimpinan Redaksi
Arga Budaya, S.Sn., M.Pd.
Tim Editor
Dr. Ediwar, S. Sn., M.Hum.
Dr. Nursyirwan S.Pd., M.Sn.
Dr. Rosta Minawati, S.Sn., M.Si.
Hartitom, S.Pd. M.Sn.
Adi Krishna, S.S. M.Ed.
Drs. Hajizar, M.Sn
Sulaiman Juned, S.Sn., M.Sn.
Sekretariat
Anin Ditto, S.Sn., M.Sn.
Ilham Sugesti, S.Kom.
Delfi Herif, S.Sn.
Iskandar Tois, A. Md.
-{1amat Pengelola Jumal Ekspresi Seni: UPT PUSINDOK, Lantai Satu Gedung Pascasarian.
Padangpanjang Jalan Bundo Kanduang No. 35 Padangpanjang Telepon (0752) 82077 Far. 8l: . -:
".i,*-'i-. isi-padangpanj ang.ac.id
DAFTAR ISI
Arga Budaya Alat Musik Tiup: Bansi Dalam Ritual Penyadapan Enau t-14
Di Nagari Saruaso Minangkabau
Admawati Alfalah Dan Talempong Goyang Di Era Ipteks t5-27
Desi Susanti " KaryaTeater Rancak Di Labuah (Inikah Sistem Itu ?) 28-39
Eriswan Islam Dan Budaya Melayu: Dalam Mewujudkan
Visi Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang 40-49
Lazuardi "Ekspresi Masyarakat Minangkabau
Dalam Mencari Kata Mufakat": Studi Kasus 50-69
Muhammad Zulfahmi Dedeng: Nyanyian Upacara Turun Ke Ladang
Etnik Melayu Langkat, Pesisir Timur Sumatera Utara 70-85
Nofridayati Akulturasi Musik Minang Pada Musik Tari payung
Dalam Pertunjukan Ronggeng 86-101
Suharti Komposisi Musik Kasang Bajundai 102-t14
Wisnu Mintargo, dkk Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk
Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya 1 15-135
Yusril Kreativitas Dan Imajinasi Suffadara
Membangun Peristiwa Teater Menuju Ruang publik 136-146
Abstract: The main obyective of this paper is to analyze function of the song of Indonesian
strugle in connection to the Indonesian independence from 1945 to 1949 viewed from the
perspective of history. Through this analysis we hope that the process of history in the past
can be reconstructed, especialy the history of music development in Indonesia; the
background of the use of the songs of indonesian struggle in particular. One of the important
aspects in this writing is the function of the song of Indonesian struggle which is divided in
one part, firsly, constructive function of the song for ceremonies include advice of the
development. The ceremonial character are shown in the song of “Indonesia Raya”, the
national anthem.
Keywords: National anthem.
Penulis adalah Dosen ISI Surakarta/Guru Besar UGM Yogyakarta/Guru Besar ISI Yogyakarta.
115
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
1
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
hingga pergantian generasi. Tentu tidak terlalu Indonesia, dimasa kemerdekaan, analisis ini
penting apakah perjuangan mau dipahami dibahas agar menjadi pengetahuan yang
sebagai sebuah spirit fisik-non fisik, karena pada bermanfaat.
kenyataannya banyak efek penguatan mental
dari hasil impresi konseptual seniman musik. II. PEMBAHASAN
Timbulnya semangat, cinta, ketaatan, kesetiaan
A. Angkatan Pemuda Perintis 1908-
terhadap bangsa dan negara dalam berbagai
1942
bentuk hanya sebagian dari maksud penciptaan
karya ini (Djohan, 2008:12). Akhirnya penulisan Berangkat dari perjalanan sejarah
sejarah sangat tergantung kepada kondisi politik kebudayaan terlihat bahwa
obyektif, berupa tersedianya sumber dan kondisi perkembangan musik nasional Indonesia masa
subyektif. Dimaksudkan dari uraian mengenai kolonial Hindia Belanda 1908-1942 yaitu
model yang kiranya jelas, untuk meningkatkan disebut periode dalam sejarah pergerakan,
pengetahuan sejarah dalam menentukan strategi bersamaan berdirinya Budi Utomo yang
yang tepat sesuai kondisi obyektif dan subyektif, berjuang disebut sebagai angkatan perintis
serta tujuan dari penulisannya.(Kuntowijoyo, kemerdekaan. Sikap patriotisme pertama kali
1994:49). Sejak awal penelitian lagu Indonesia dipelopori oleh kalangan terpelajar dr. Sutomo
Raya telah dilakukan sejumlah pengumpulan dan dr. Wahidin Sudirohusodo dengan
data-data kualitatif, hingga penulisan ini berhasil organisasi Boedi Utomo (1908). Dilanjutkan
dihimpun dari buku-buku sejarah, majalah, para pemuda tahun 1920-an dengan berbagai
brosur, makalah seminar, pidato ilmiah, jurnal perkumpulan seperti dr. Satiman Wiryosanjoyo
dan sumber-sumbar lain. Menganalisis data dengan mendirikan Jong Java di Yogyakarta
kualitatif yang diperlukan adalah melakukan tahun 1915, Paguyuban Pansundan (1914),
seleksi data sesuai kebutuhan. Kemudian Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Minahasa
dilakukan eksplanasi secara kritis terhadap (1918), Jong Ambon (1920), Jong Timorsh
informasi yang berhasil dikumpulkan melalui Verbond (1921), Kaum Betawi (1923).
sumber tertulis yang dapat dipercaya.(R.M. Menyusul kemudian Jong Batak Bond, Jong
Soedarsono, 2001:26). Setelah selesai maka Celebes, Jong Borneo, Sekar Rukun, Islamieten
dilakukan penulisan secara bertahap dimulai Bond. Perkumpulan itu cikal bakal perjuangan
gerakan Budi Utomo dan sumpah pemuda, kedaerahan, setelah tahun 1926 meningkat
masa pendudukan Jepang dan revolusi
2
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
(Sumber: Bambang Sularto Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Jakarta: Depdikbud, 1982, 62)
Jayopuspito, A. Sigit Ketua W.R. Supratman sebagai pemuda ikut
Perhimpunan Pelajar Indonesia dan Monotutu mendorong semangat perjuagan lewat lagunya
dipastikan bahwa lagu itu memenuhi syarat setelah melalui lobby yang cukup panjang
sebagai sebuah kriteria lagu kebangsaan (Wisnu dengan para pemuda (Victor Ganap, 2009:17).
Mintargo, 2001:76). Sedangkan Victor Ganap Di ilhami cita-cita kebangkitan nasional Boedi
mengatakan, menulis lagu kebangsaan dengan Utomo 1908, pada tanggal 28 Oktober 1928
semangat patriotisme berupaya menyampaikan mengikrarkan sumpah pemuda yaitu satu nusa,
pesan konstruktif melalui musik. Harus diakui satu bangsa, satu bahasa. Kesempatan itu
bukanlah pekerjaan mudah menghasilkan dipergunakan oleh Supratman
serangkaian lirik penuh makna di sebaliknya memperkenalkan lagunya didalam peserta
dengan ilustrasi musik yang menyertainya. kongres pemuda di gedung Indonesische Club
3
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Kramat 106 Jakarta. Betapa hebatnya lagu kecil Muhamad Yamin, bahwa usaha-usaha
disambut peserta dan beliau menerima ucapan memainkan lagu ‘Indonesia’ terbukti
selamat dari rekan-rekannya (Wisnu Mintargo, mengalami kegagalan, oleh karena secara teknis
2003:364). lagu itu memakai sistem tangganada diatonis
Dilain pihak Supratman memperoleh sedang gamelan memakai sistem tangganada
tudingan dari komponis pribumi karena pentatonik (J.A. Dungga dan L. Manik,
memilih musik barat yang berakar dari Barat. 1952:32). Supratman memang tidak
Perlu dipahami bahwa konotasi Barat pada memasukan unsur, Melayu, Jawa, India,
waktu itu sama artinya dengan kaum penjajah, maupun Cina yang notabene menjadi simbol
sehingga lagu yang bernada Barat tentunya tidak identitas kaum pribumi ketika itu tanpa alasan
layak disebut sebagai lagu kebangsaan. Selain yang kuat. Namun diakuinya bahasa Melayu
memicu timbulnya konflik untuk merealisir sebagai bahasa nasional sekaligus
gagasan ini maka, para empu gamelan tahun pemberlakuan musik diatonis sebagai musik
1930-an sibuk memodernisir gamelan, dari segi nasional. Berikut transkripsi naskah teks asli lagu
praktek maupun teori, agar musiknya bisa dan syair ‘Indonesia’ pada tahun 1928 yang
diterima etnis lain. diciptakan W.R. Supratman (Bambang Sularto,
Perubahan-perubahan dalam notasi 1982:112).
musik diantaranya pernah ditulis dalam buku
2
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
2
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
penciptanya memilih kata-kata yang halus makanya dia lebih dikenal sebagai seorang
namun dapat juga memberi penguatan mental nasionalis sejati.
dan mampu membangkitkan semangat pemuda Seiring keberadaan lagu itu,
kala itu untuk bersatu. Karena daya tariknyalah Perjuangan diplomasi terus dilakukan oleh para
akhirnya kaum pergerakan mempelajari lagu ini tokoh pergerakan berbagai etnis diantaranya
secara diam-diam, apabila belum memiliki Sukarjo Wiryopranoto di Dewan Rakyat Hindia
notasi syairnya, dengan kesadaran mereka Belanda (Volksraad) mengusulkan, lagu
meminjam kepada teman kemudian disalin dan ‘Indonesia’ diakui disamping lagu kebangsaan
dihafalkan. Adakalanya pemuda ‘Wilelmus’. Sukardjo Wiryopranoto tokoh
menyanyikannya disaat bekerja atau sedang pergerakan nasional, memperjuangkan lagu
beristirahat. Penyebarluasan lagu di masa agar diakui pemerintah Belanda. M.H. Thamrin
kolonial Hindia Belanda, bukan saja dilakukan tokoh Betawi ikut memperjuangkan lagu
oleh organisasi politik, tetapi juga pers dan dunia ‘Indonesia’ agar dapat diterima oleh pemerintah
dagang. Perusahan piringan hitam produksi Belanda. Pidatonya tanggal 11 Juli 1939 di
Yokimcan berhasil merekam lagu ‘Indonesia’ Volksraad, M.H. Thamrin mengecam
di luar negeri, tetapi karena ada larangan pemerintah Belanda bersikap merendahkan
pemerintah Belanda akhirnya sebuah piringan Indonesia. Hamka Seorang ulama Islam dari
hitam berhasil diselundupkan ke Indonesia. Sumatera Barat mengatakan, lagu ‘Indonesia‘
Harian Soeloeh pada tanggal 7 Nopember 1928 telah diterima oleh seluruh rakyat Indonesia,
memuat teks lagu Indonesia Sinpo dalam edisi sudah sewajarnya Belanda mengakui lagu itu
majalah mingguan bulan Nopember 1928 juga sebagai lagu Kebangsaan Indonesia (Wisnu
memuat teks lagu ini. Supratman ikut berperan Mintargo, 2002:21).
menyebarluaskan lagunya dengan melatih para Dilain pihak, pengakuan itu telah
pelajar, serta membagikan selebaran pamflet membuat pemerintah kolonialisme melarang
lagu ke masyarakat (Wisnu Mintargo, 2008:30). istilah kebangsaan. Jonkheer de Graeff,
Ilmu pengetahuan musik yang dimiliki W.R. Gubernur Jenderal Hindia Belanda dengan sinis
Supratman diperoleh secara otodidak dan non mengatakan bahwa lagu ‘Indonesia’ tidak lebih
formal. Ilmu itu tidak dia dapatkan dari lembaga dari lagu clublied atau lagu sebuah perkumpulan
pendidikan formal, melainkan proses (Victor Ganap, 2009:9).
pembelajaran individual dari pemusik Barat, Berangkat dari uraian di atas pertama,
dapat dianalisis fungsi lagu ‘Indonesia’ kala itu,
2
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
untuk mempersatukan para pemuda berlatar Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane
belakang berbagai etnis disebut sebagai perintis menghendaki sebuah wacana Indonesia baru
kemerdekaan oleh sebab itu lebih akurat dan yang dibangun diatas reruntuhan budaya lokal.
netral hanya lewat musik diatonis pilihan satu- Pemikiran tentang Jati diri bangsa Indonesia
satunya sebagai alat perjuangan. Pengakuan dimasa depan hendaknya merupakan sebuah
bahasa melayu sebagai bahasa persatuan diskontinunitas sejarah, dengan mengubur
akibatnya kedudukan bahasa nasional menjadi dalam-dalam Chuvinisme etnisitas beserta
alat komunikasi terpenting dalam berdiplomasi simbol-simbol budaya lokalnya.
melawan penjajah termasuk teks syair lagu yang
B. Pendudukan Jepang dan Revolusi
terkandung didalamnya. Bahasa Indonesia
1945-1949.
sebagai alat komunikasi merupakan pemersatu
berbagai etnis yang berbeda-beda merupakan Masa pendudukan bala tentara Jepang,
kekalahan bagi bahasa Belanda yang pemuda Indonesia disebut sebagai angkatan
diberlakukan sebagai bahasa pengantar sejak pendobrak menuju kemerdekaan. Pada awalnya
kongres pemuda pertama tahun 1926. Kedua dipicu musik propaganda Jepang menjelang
fungsi lagu ‘Indonesia’ diakui sebagai jati diri pendaratannya di bumi Indonesia awal bulan
bangsa menjadi perdebatan yang hangat di maret 1942. Dimulai dengan siaran radio yang
kalangan kaum intelektual pribumi. Polemik dipancarkan dari Tokyo dan radio pusat Jakarta
kebudayaan yang terjadi sekitar tahun 1930-an dengan mengumandangkan lagu Indonesia
antara kelompok yang berpikiran nasionalis Raya untuk membangkitkan harapan rakyat.
tradisional dan kelompok ultranasionalis Tanggal 29 April 1942 Jepang bekerja sama
merupakan fakta yang penting guna digaris dengan pemimpin Indonesia membentuk
bawahi. Polemik menunjukan komitmen kaum negara kesatuan Asia Timur Raya disebut tiga
intelektual pribumi terhadap masa depan bangsa A, yaitu Nippon pemimpin Asia, Nippon
Indonesia. Kelompok nasionalis tradisional pelindung Asia, dan Nippon cahaya Asia.
dengan tokohnya Ki Hadjar Dewantara dan Ali (Kamajaya, 1979:9). Menurut Institute of
Boediardjo menginginkan jati diri bangsa Propaganda Analisys, propaganda berasal dari
Indonesia dibangun di atas nasionalisme yang bahasa latin propagare, berarti
tetap berakar pada budaya tradisi yang telah menyebarluaskan. Adalah suatu pengungkapan
diwariskan oleh para leluhur bangsa. Sebaliknya opini dari seseorang atau sekelompok massa
kelompok ultranasionalis yang dipelopori oleh dengan sengaja untuk mempengaruhi opini
3
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
publik. Dalam arti yang lunak, propaganda Indonesia, barulah lagu itu diakui dan boleh
menyiarkan keterangan, bermaksud menarik diperdengarkan secara umum. Persiapan
simpati masyarakat umum untuk tujuan menyambut kemerdekaan tahun 1944 lagu
kekuasaan. (Frazier H. Moer, 1988:63). Dimasa ‘Indonesia Raya’ mengalami perubahan syair
pendudukan Jepang harapan ingin merdeka dan cara menyanyikannya, untuk itu panitia lagu
akan terwujud, pemerintah tidak melarang lagu Kebangsaan pimpinan Sukarno dengan
‘Indonesia Raya’, bahkan berguna bagi alat anggotanya Ki Hadjar Dewantara, Achyar,
propaganda. Peranan lagu menjadi penting Bintang Sudibyo, Darma Wijaya, Kusbini, K.H.
misalnya radio Tokyo, selalu membuka Mansyur, Mr. Muhammad Yamin, Mr. Sastro
siarannya dengan semangat diiringi orkes Moelyono, Sanusi Pane, Cornel Simandjuntak,
simponi NHK Jepang yang di arransir dan di Mr. Achmad Soebardjo, dan Utoyo. Setelah
orkestrasi Nobuo Lida, tujuannya agar dapat disahkan tahun 1944 lagu berkumandang dalam
mengambil hati dan simpati rakyat Indonesia. rapat pertemuan dan upacara tertentu.
Propaganda Jepang kali ini berhasil (Bambang Sularto, 1982:176). Melalui proses
menjalankan misinya secara halus, seolah-olah waktu yang panjang lagu berjudul ‘Indonesia’
Jepang bagian dari bangsa kita. Saat rakyat tahun 1928 kemudian pada tahun 1944 dirubah
bersemangat menjaga keamanan menjadi lagu Kebangsaan Indonesia Raya
menyelenggarakan pemerintahan, Perdana disebabkan Jepang tidak siap mengembalikan
menteri Tojo Hideki secara sepihak telah kekuasaan politik kepada pemerintah Indonesia.
melarang lagu Indonesia Raya serta pengibaran Perubahan itu meliputi teori musik dan tata
sangsaka merah putih. Tanggal 29 April 1942 bahasa dengan jumlah 41 birama
Jepang membuat undang-undang baru nomor 4 mengutamakan penyederhanaan lagu agar lebih
menetapkan lagu ‘Kimigayo’ sebagai lagu mudah dinyanyikan dan merobah separuh
wajib dinegara jajahannya, bendera Himomaru penggunaan jumlah birama dari lagu aslinya.
wajib dikibarkan. (Wisnu Mintargo, 2002:107). Pergantian birama 6/8 irama wals (Triple)
Sejak saat itu keberadaan lagu ‘Indonesia Raya’ dengan tempo Djangan Terlaloe Tjepat, diubah
mengalami pasang surut dan tidak terdengar lagi menjadi birama 4/4 marcia (Quardruple)
didepan umum karena ketatnya pengawasan. hingga akasentuasi lagu semakin kuat dan tegas,
Pada tahun 1944 Jepang mulai mengalami sebab ketukan-ketukan mars empat ketukan
kekalahan dalam perang dunia ke II posisinya dalam satu birama dengan tannganada G untuk
mulai terdesak dan memerlukan bantuan ambitus suara manusia sudah dinilai tepat baik
4
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
vokal maupun instrumen musik pengiring. Kata perubahan ketatanegaraan secara mendasar
‘mulya’ yang kurang membangkitkan semangat yang menyangkut perubahan politik, struktur
diganti syairnya oleh aspirasi para pemuda sosial, ekonomi dan sikap budaya masyarakat.
menjadi kata merdeka. Perubahan lagu Revolusi diawali dengan pemberontakan dan
disesuaikan perkembangan jaman sebagai kesenian dapat berfungsi sebagai media ekspresi
sarana upacara. Lagu yang direvisi oleh panitia, (B.N. Marbun, 1996:557). Sedangkan
tetap mempertahankan struktur lagu dan pesan pandangan filsafat Difthey bersifat esensial
semangat masih tetap murni ciptaan W.R. historis, bahwasanya peristiwa revolusi
Supratman. Penelusuran sejarah penulis menunjukan jiwa manusia dalam keadaan tidak
berusaha memberikan gambaran yang utuh stabil kehidupan tidak pernah menentu dan
dengan cara paralelisasi fakta-fakta yaitu mengalami perubahan karena pengaruh situasi
membandingkan antara lagu ‘Indonesia Raya’ yang sangat dasyat dan menekan disaat itu,
tahun 1928 dengan perubahannya pada masa sehingga manusia mengambil jalan pintas.
revolusi, sehingga data-data ditemukan ada Analisis hermeunetik dapat dibuktikan melalui
kaitannya. Dalam hal ini kedudukan sejarah intrepretsi dari syair lagu nasional sebagai nilai
kesenian dapat digambarkan melalui tulisan perjuangan merupakan alat diplomasi
sejarah sebagai sebuah integrated equivalent perlawanan (E. Sumarsono, 1996:50). Sejarah
menyuguhkan pemandangan menyeluruh pergerakan seperti dikemukakan Brosnilaw
(Kuntowijoyo, 1994:115). Semua dapat diamati Malinowski didalam teori fungsional, jika pada
dari perubahan teori musik, notasi, birama, irama masa perang kemerdekaan tokoh pergerakan
dan cara menyanyikannya. Perubahan berusaha menyadarkan rakyat melalui pidato
dimaksudkan adalah sebagai ide baru dan tulisan opini politiknya, pejuang dengan
disesuaikan dengan fungsinya mengikuti kriteria fisik dan strategi tempurnya digaris depan, maka
lagu kebangsaan yang bersifat semangat seperti seniman berjuang digaris belakang dengan
negara yang telah memenangkan peperangan memberi semangat dengan lagu ciptaannya
seperti Inggris, Rusia dan Amerika. Penelitian (Yudistira K. Garna, 1966:55). Dapat
sejarah pergerakan revolusi dalam sosiologi dikemukakan bahwa proses sebuah lagu
dapat terungkap akibat benturan proses sosial perjuangan yang dirubah statusnya menjadi lagu
dan perubahan sosial yang terjadi, akibatnya kebangsaan, dalam upaya mempersatukan
berdampak luas terhadap kehidupan bangsa. bangsa, karena penjajahan sebagai penyebab
Revolusi salah satu penyebab terjadinya kesengsaraan rakyat yang memicu timbulnya
5
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
konflik sosial akibat krisis politik, ekonomi, meraih kemerdekaannya. Setelah dicermati
kebudayaan ada beberapa faktor yang memicu secara keseluruhan lagu kebangsaan ‘Indonesia
yaitu (1) Kehilangan harga diri suatu bangsa, Raya’ bait pertama, kedua, ketiga dan bait
karena dijajah bangsa lain. (2) Kehilangan harta keempat makna terkandung dalam lagu bersifat
benda, sanak saudara, hasil bumi oleh konstruktif dalam membangun bangsa. Unsur
sewenang-wenang kaum penjajah. (3) semangat terkandung dalam lagu dipengaruhi
kehilangan rasa adil akibat hak-hak irama musik mars bersifat magnetic song bila
kemanusiaan dirampas oleh penguasa kaum lagu berkumandang peserta upacara menjaga
penjajah. (4) Kehilangan suatu kebebasan hidup tata tertib berdiri ditempat penuh perhatian,
ditanah airnya sendiri. Namun sebaliknya hingga setiap orang mampu menghayati lagu
sebagai perlawanan jati diri bangsa diwujudkan dan sadar sebagai bangsa yang merdeka dan
lewat simbol Bhinneka Tunggal Ika lagu bersatu. Daya tariknya seperti magnit dan tidak
kebangsaan ‘Indonesia Raya’ bagaikan sang jarang ikut mencucurkan air mata karena
saka merah putih yang polos, sederhana keagungan lagu itu. Pada akhirnya tanggal 17
berkibar dalam hati setiap insan Indonesia. Agustus 1945 dalam pembacaan teks
Menurut hukum internasional lagu kebangsaan proklamasi oleh Sukarno, dihadapan para
hanya dimiliki oleh suatu negara yang merdeka. pemimpin dan ratusan rakyat yang berkumpul
Walaupun status lagu kebangsaa Indonesia pada pagi hari di jalan Pegangsaan timur Jakarta,
Raya belum diakui sebagai lagu kebangsaan di menyatakan kemerdekaan Indonesia. Setelah
forum internasional, tetapi secara tersirat sifat pembacaan teks proklamasi, pengibaran
semangat kemerdekaan bangsa sudah nampak sangsaka merah putih dilakukan, dengan
dalam lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ (Ki serempak para hadirin menyanyikan lagu
Hadjar Dewantara, 1948:58). Selain itu dengan kebangsaan ‘Indonesia Raya’. Peristiwa
diperdengarkan lagu, adanya tanda bahwa bersejarah itu tetap berlangsung hingga kini dan
Indonesia masih memiliki harapan untuk diperingati setiap tahun.
bangkit dari keadaan pesimis menjadi optimis
6
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Jepang pada tahun 1945 mengalami rakyat menolak dan mengadakan perlawanan
kekalahan perang akibat bom atom Sekutu, fisik. Menurut James C. Dibdin, analisis secara
Belanda kembali membonceng Sekutu historis karakter suatu bangsa dapat dianalisa
menancapkan kekuasaannya di Indonesia, melalui sikap serta pemikiran nasionalnya yaitu.
1
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
(1) Karakter bangsa yang mempunyai sifat Tanggal 19 Desember 1948 usaha
pendendam dan kejam dalam peperangan. (2) diplomasi pemimpin pergerakan melalui
Karakter bangsa yang mempunyai sifat pemalas markas PBB New York ditetapkan bahwa lagu
dan enggan berusaha. (3) Karakter bangsa yang kebangsaan yang diperjuangkan oleh bangsa
mempunyai sifat ksatria bila berjuang Indonesia dicantumkan dalam negara RIS
menghadapi tantangan dan penindasan (James UUDS pasal 3 ayat 2 yang berbunyi, bahwa
C. Dibdin, 1962:525). Sikap patriotisme dan lagu Kebangsaan ‘Indonesia Raya’ ialah
pemikiran nasional pada bagian akhir inilah Indonesia Raya Pada konfrensi Internasional
yang dimiliki oleh bangsa kita dengan berjuang yang diselenggarakan tanggal 29 Agustus 1949
mempersatukan bangsa dengan merebut di Jakarta dihadiri oleh pemerintah Indonesia
kemerdekaan. Setelah bala tentara Jepang dengan pemerintah Belanda, yang diikuti pula
meninggalkan kekuasaannya, pemerintah oleh Belgia (ditunjuk Belanda), Australia
Republik Indonesia mengambil alih kekuasaan. (ditunjuk Indonesia), Amerika Serikat menekan
Pada tahun 1947 Ki Hadjar Dewantara dalam Belanda agar mengakui eksistensi Indonesia.
permusyawaratan pendidikan menetapkan Dalam konfrensi itu diputuskan yaitu (1)
bahwa upacara pengibaran sangsaka merah Bendera Republik Indonesia Serikat (RIS) ialah
putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Sangsaka Merah Putih. (2) Bahasa resmi RIS
‘Indonesia Raya’ wajib diperdengarkankan ialah Bahasa Indonesia. (3) Lagu kebangsaan
setiap hari di halaman sekolah. Pemerintah RIS ialah ‘Indonesia Raya’. Pada tanggal 27
menghentikan pengibaran bendera Jepang, Desember 1949 bertempat di Istana Gambir
menghapuskan lagu Kimigayo, meniadakan diadakan acara penurunan bendera Belanda dan
upacara dan pelajaran bahasa Jepang dengan pengibaran bendera Indonesia dalam rangka
mengganti semangat kebangsaan melalui pengakuan secara simbolis kedaulatan Indonesia
pendidikan nasional, serta siap secara diplomasi oleh Belanda. Acara dihadiri oleh A.H.J Loving
menghadapi kaum penjajah Belanda dan sebagai komisaris tertinggi Belanda di Indonesia
sekutunya kembali ke bumi pertiwi (Pranarka dan Menteri Pertahanan Sri Sultan
A.M.W., 1986:2). Hamengkubuwono IX mewakili pemerintah
Indonesia.
2
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Gambar 3. Penyerahan Kedaulatan R.I dari Pemerintah Belanda kepangkuan Ibu Pertiwi tanggal 27
Desember 1949 di Istana Gambir Jakarta.(Sumber Soedrago, “Pemandangan Dalam Negara”dalam
Majalah Mimbar Indonesia, edisi 1 Jakarta 17 Januari 1950, hal. 5).
1
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Bait pertama mengungkapkan hubungan yang sehingga lingkungan itu disebut sebagai tanah
sangat erat antar manusia dengan lingkungan air, tanah tumpah darah, dan sebagai ibu.
alam Indonesia. Begitu erat hubungan tersebut, Kebudayaan telah menempatkan hubungan
2
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
130
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
dinyanyikan lengkap satu bait, yaitu bait pertama Aceh, Poso, Maluku, Sampit, Papua, dan daerah
dengan ulangan dua kali. Jika lagu kebangsaan lainnya, meruntuhkan nilai persatuan bangsa
dinyanyikan keseluruhan, yaitu tiga bait, maka yang digelorakan para pemuda 1928.
sesudah bait pertama dan bait yang kedua Pengalaman sejarah yang gemilang kini seakan
dinyanyikan ulangan satu kali sesudah bait pudar ditelan masa. Peranan lagu kebangsaan
penghabisan dinyanyikan ulangan dua kali. ‘Indonesia Raya’ kini kurang dihargai, menjadi
Pada tahun 1951 dengan melibatkan 140 kegiatan seremonial bersifat slogan dan para elit
pemusik lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ politik kita belum menyadari dan menghayati
berkumandang diarransir dan diorkestrasi Jos makna terkandung dalam lagu, sementara para
Cleber, yang kemudian digubah dan direvisi pendahulu kita berjuang mengorbankan darah,
kembali oleh R.A. Soedjasmin pimpinan Korp harta, air mata, dan jiwa raga.
Musik Kepolisian Negara tahun 1952, dan Pernyataan di atas kini dapat
berlaku saat ini. Sedang fungsi primer lagu dibuktikan dan berimbas pada dunia pendidikan.
kebangsaan sebagai sarana upacara, dimana Pelaksanaan upacara di sekolah seluruh pelosok
kedudukan pemain serta peserta upacara harus tanah air, rata-rata para siswa kurang memiliki
dilibatkan, hingga seni pertunjukan jenis ini bisa kesadaran kebangsaan, sehingga penganiayan
disebut Art of Participation (R.M. Soedearsono, dan kekerasan terhadap sesama., tawuran para
2001:170) memperlakukan sikap hormat pada pelajar dan mahasiswa serta masyarakat
lagu akhirnya diikuti segenap masyarakat semakin meningkat. Para guru, dosen, ulama
Indonesia seperti organisasi politik, organisasi dan tokoh masyarakat menganggap sesuatu hal
sosial, militer, organisasi sekolah sebagai biasa dan kurang memperdulikannya.
upacara ritual bersifat nasional. Pergeseran nilai fungsi lagu maupun cara
Dua kutub pasca kemerdekaan dan menyanyilkan berimbas pula dalam upacara di
reformasi terdapat jurang pemisah setelah lembaga pemerintah daerah sampai pemerintah
runtuhnya orde lama dan razim orde baru. Di era pusat. Dewasa ini rata-rata peserta upacara tidak
reformasi konflik sosial akibat krisis politik, disiplin menghayati lagu, intonasi, maupun teks
ekonomi, kebudayaan, dan mengarah lagu kebangsaan banyak yang belum hafal.
disintegrasi bangsa menghancurkan arti Sementara pergeseran nilai fungsi nasionalisme
kemerdekaan yang terkandung dalam teks lagu dan persatuan makin lama makin
kebangsaan Indonesia Raya. Akibat konflik memprihatinkan. Penyimpangan perilaku
lokal beberapa waktu lalu seperti peristiwa pejabat dan abdi negara, anggota DPR pusat
131
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
maupun daerah serta masyarakat turut suku, ras, agama maupun golongan. Bangsa
memperparah keadaan. Terjadi krisis moral Indonesia harus membangun kembali harapan
seperti meningkatnya korupsi, sifat anarkis baru, dan semangat baru dan pantang putus asa
sekelompok masa menggunakan alasan agama menciptakan persatuan demi menciptakan
sebagai keuntungan dan kendaraan politik, serta perdamaian abadi agar Indonesia adil makmur
terorisme. Kasus narkoba dan fornografi, sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah
penebangan hutan dan pembalakan liar, maju disegala bidang.
penyelundupan kayu ilegal dan hasil bumi,
III. PENUTUP
perlindungan warga kita diluar negeri, tenaga
kerja Indonesia, komersilisai penyalahgunaan Lagu Indonesia Raya dapat
pendidikan dan kesehatan masyarakat, membangkitkan kesadaran sejarah yang lebih
melanggar HAM, bencana alam dan progresif dan inklusif fungsinya untuk melawan
lingkungan serta transportasi di Indonesia yang kesenjangan dan ketidakadilan. Dekonstruksi
terjadi berturut-turut adalah sebagai sebuah sejarah masa lalu adalah usaha mengkaji ulang
konspirasi politik yang menginginkan Indonesia jejak langkah ilmu pengetahuan. Memahami
dalam keadaan tidak stabil, belum lagi masalah dekonstruksi menyadari bahwa sejarah
konflik hak cipta kebudayaan serta wilayah membantu generasi penerus dapat melihat
perbatasan dengan negara tetangga akibat secara jeli kontradiksi, ironi kekuasaan dan
lemahnya pengawasan dan Alutsista militer kita. rasisme yang terjadi dalam masyarakat
Menghormati dan menghargai lagu kebangsaan Indonesia dimasa silam. Rekonstruksi yang
mengajarkan agar bangsa selalu merenung dan bersifat plural berfungsi menghidupkan kembali
intropeksi. Konsep kebangsaan sebagai konsep semangat demokrasi bagi kehidupan
nasional yang luhur tidak lepas dari nilai-nilai masyarakat Indonesia. Pemahaman yang
yang terkandung dalam budaya bangsa kita berkembang dan komunikatif tentang identitas
yang telah menjadi darah daging kehidupan. kepribadian dan jati diri bangsa komunitas dan
Sebagai sebuah harapan, tidak perlu bangsa sejarah diharapkan mendorong terjadinya
Indonesia kini harus berpecah belah, bercerai paparan presentatif lewat lagu kebangsaan
berai dan terkotak-kotak. Perjalanan api Indonesia Raya yang merupakan salah satu
semnagat lagu kebangsaan Indonesia Raya contoh kasus sejarah yang mampu menghadapi
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang ironi dan kontradiksi modernitas dan globalisasi
Dasar 1945 bergelora dengan tidak memandang saat ini. Kita baru saja terlepas dari penjajahan
132
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
bangsa asing 65 tahun yang lalu. Saat ini ada konflik lokal yang berkepanjangan seperti alat
bentuk penjajahan baru yaitu penindasan bangsa perlawanan demokrasi yang kebablasan diluar
sendiri, perlawanan dibuktikan dalam bentuk ambang batas. Dimasa peristiwa reformasi
protes dan demonstrasi mengumandangkan gerakan aksi mahasiswa Indonesia 12 mei s/d
lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ oleh para 17 desember 1998, menyanyikan lagu-lagu
mahasiswa. Mahasiswa adalah oposisi yang perjuangan berfungsi sebagai alat perlawanan
abadi terhadap penguasa. Di Indonesia, oposisi terhadap pemerintah akhir masa Orde
mahasiswa selalu memainkan peranan penting Baru dalam menentang ketidak adilan dan
dalam setiap perubahan politik dari kolonial demokrasi dan memberi inspirasi semangat
hingga kini. Mahasiswa terlibat aktif dalam perjuangan tempo dulu. Di Istana Merdeka
gerakan kebangkitan nasional yang kemudian Soeharto tidak mampu mengendalikan
berpuncak pada kemerdekaan. Tiga dekade kerusuhan, setelah gagal mendapatkan
terakhir, mahasiswa mengalami pertumbuhan dukungan ulama dan tokoh masyarakat
secara pesat dan mereka selalu berjuang sebagai ditambah 14 orang menterinya mengundurkan
oposisi melawan rezim yang berkuasa. Pada diri, akhirnya Soeharto mundur dari jabatan
tahun 1966 gerakan mahasiswa berkobar di presiden digantikan BJ. Habibie, dengan
bawah panji “Tritura” utuk melawan Soekarno menyanyikan lagu kebangsaan ‘Indonesia
dan PKI. Gerakan itu telah menjadi legenda Raya’ ketika itu mahasiswa berhasil dalam
besar bagi Negara Republik Indonesia, karena perjuangan reformasi. Walupun demokrasi
mahasiswa beraliansi (ditunggangi) kekuatan yang kebablasan konflik antar etnis ada sebagian
militer berhasil menumbangkan Soekarno. dapat diselesaikan diantaranya konflik Aceh,
Bagaimanapun juga mahasiswa mempunyai Poso, Maluku, korupsi dan anggaran
peran besar dalam melahirkan orde baru yang pendidikan, namun disisi lain muncul konflik-
dipimpin oleh Jenral Soeharto. Tetapi ketika konflik baru yang harus mendapat prioritas
Orde Baru berdiri mahasiswa terpaksa penyelesaian serta solusinya ialah penegakan
dipinggirkan dari arena politik oleh rezim hukum dan hak azazi manusia.
Soeharto dengan dalih stabilitas politik dan Kesimpulannya fungsi lagu
pertumbuhan ekonomi. Mereka menentang kebangsaan Indonesia Raya selama tiga
dikotomi ekonomi antara sikaya dan simiskin, perempat abad telah berjuang mempersatukan
kekuasaan politik antara yang kuat dan yang bangsa didalam prosesnya melalui tiga tahap
lemah, reformasi belum mampu keluar dari sebagai berikut. Pertama, masa sumpah
133
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
pemuda 28 Oktober 1928, ialah menghimpun tergambar dalam bentuk dan makna lagu
rasa kebangsaan merupakan kesadaran Kebangsaan Indonesia Raya.
berbangsa yang tumbuh secara alami dalam diri
BIBLIOGRAFI
setiap orang karena kebersamaan sosial yang
Dewantara, Ki Hadjar. 1948. Kebudayaan.
tumbuh dari kebudayaan, sejarah dan aspirasi Yogyakarta: Taman Siswa.
perjuangan, harus tetap dilestarikan hingga saat Dibdin, James C. 1962. “Nationality in Music”,
dalam Roman Rolland, ed.,
ini sebagai jiwa nasionalisme. Kedua, masa International Library of Music for
kolonialisme dan pendudukan Jepang, ialah Home and Music Litertur 2. New
York: The University Sosiety.
aspirasi semangat kebangsaan adalah tekad Djohan. 2008. “Musik Revolusi Indonesia”,
sejati seluruh masyarakat Indonesia membela resensi buku Karya Wisnu Mintargo
dalam Jurnal Ke’teg’ Vol. 8 No. 1 ISI
dan berkorban bagi kepentingan bangsa dan Surakarta.
negara, sebagai warisan jiwa patriotis yang harus Dungga, J.A. dan L. Manik. 1952. Musik di
Indonesia dan Persoalannya.
tetap dipelihara segenap bangsa Indonesia saat Jakarta:Balai Pustaka.
ini guna membela kedaulatan negara bila ada Ganap. Victorius. 2008. “Sumbangsih Ilmu
Pengetahuan Musik Dalam
ancaman dari dalam maupun dari luar sebagai Pembentukan Jati diri Bangsa”. Pidato
bentuk baru. Ketiga, dalam mengisi Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada
Fakultas Seni Pertunjukan. ISI
kemerdekaan terjadi proses dinamika politik Yogyakarta, tanggal 9 Januari.
sejak orde lama, orde baru dan reformasi saat ini, Garna, Yudistira. K. 1996. Ilmu-ilmu Sosial
dasar, Kasus, Konsepsi, Posisi.
ialah hasil implementasi rasa, semangat dan Bandung: Progran Pasca Sarjana
paham kebangsaan pikiran-pikiran nasional Universitas Padjadjaran.
Heller. Peter B. 1996. “Patriotism”, dalam Frank
tentang hakekat, cita-cita kehidupan dan N. Magill, ed., International
perjuangan masa lalu. Penghayatan wawasan Encyclopedia of Governmen and
Politics, volume 2. Singapore: Toppan
kebangsaan tidak cukup mempelajari paham PTE.
kebangsaan, bahkan harus dibuktikan dan digali Kamajaya. 1979. Sejarah Bagimu Neg’ri Lagu
Nasional. Yogyakarta: U.P. Indonesia.
lebih dalam sampai rasa kebangsaan itu tumbuh Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah.
didalam hati rakyat. Akhirnya dengan cara ini Yogyakarta: Tiara Wacana.
Marbun. B.N. 1996. Kamus Politik. Jakarta:
semangat kebangsaan akan dapat dikobarkan Pustaka Sinar Harapan.
dan dihayati dalam pikiran, perilaku rakyat Mintargo, Wisnu. 2001. “Fungsi Lagu
Perjuangan Dalam Konteks
Indonesia agar tetap bersatu padu, salah satu Kemerdekaan tahun 1945-1949”.
aspek yang diperjuangkan W.R. Supratman Tesis guna mencapai derajad Magister
Humaniora S-2. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
134
Mintargo, Kontinuitas Dan Perubahan Bentuk Serta Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
_______________ 2002. “Tiga Perempat Abad Nurzain, Umar. 1981. Namaku Wage. Jakarta:
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Pustaka Sinar Harapan.
Berjuang Mempersatukan Bangsa”. Pranarka, A.M.W. 1986. Wawasan
Pidato Ilmiah Senat Akademik Wisuda Kebangsaan, Ketahanan Nasional dan
Program S-1. Periode I. Tahun Wawasan Nusantara. Yogyakarta:
Akademik 2002/2003. STSI Lembaga Pengkajian Kebudayaan
Padangpanjang, tanggal 30 Desember. Sarjana Wiyata Taman Siswa.
______________2003. “Perjalanan Sejarah Sudirdjo, Radik Utoyo. 1976. Lima Tahun
Lagu-lagu Perjuangan Indonesia Perang Kemerdekaan 1945-1949.
Dalam Konteks Persatuan Bangsa”, Jakarta: Penerbit Alda, 1976.
dalam Jurnal Pengetahuan dan Sularto, Bambang. 1982. Lagu Kebangsaan
Penciptaan Seni IX/04-Juli. Indonesia Raya. Jakarta: Direktorat
Yogyakarta : ISI. Jenderal Kebudayaan DEPDIKBUD.
______________2003.”Lagu Propaganda Sumaryono. E. 1996. Hermeunetik Sebuah
dalam Revolusi Indonesia: 1945- Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
19449”, dalam Jurnal Humaniora Soedargo. 1950. “Pemandangan Dalam
Volume XV, No. 1/2003. Yogyakarta: Negara”, dalam Majalah Mimbar
Fakultas Ilmu Budaya UGM. Indonesia, edisi I. Jakarta 7 Januari.
_____________.2008. Musik Revolusi Soedarsono, R.M. 2001. Metode Penelitian Seni
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Pertunjukan Dan Seni Rupa.
Ombak. Bandung: Masyarakat Seni
Murtopo, Ali. Strategi Kebudayaan. Jakarta: Pertunjukan Indonesia.
Yayasan Proklamasi.
More, Frazier H. 1988. Hubungan Masyarakat,
Prinsif, Kasus, dan Masalah, terj.
Suwiryo. Bandung:Roesdakarya.
135