Anda di halaman 1dari 4

Nama : Maha Kartika Ratri

NIM : 19108241164

Kelas : 3B

Jujur adalah Sifat Pemberani

Pagi itu keadaan kantin di SD Mentari cukup ramai karena jam sudah menunjukkan pukul 09:00
yang artinya istirahat dimulai. Kantin di SD Mentari biasanya didominasi oleh siswa kelas 5 dan
6, karena biasanya siswa kelas 1 dan 2 membawa bekal, sedangkan kelas 3 dan 4 jajan di
penjual makanan ringan di gerbang sekolah. Di meja pojok kantin terdapat empat siswa laki-laki
kelas 6 yang sedang bersenda gurau sambil mencomot ciki yang telah mereka beli di warung
Bu Iah, mereka adalah Dino, Tian, Kevin, dan Sandi. Ketika sedang asik bercanda, seorang anak
laki-laki bertubuh gempal menghampiri mereka,

"Hei kenapa kalian meninggalkanku! Padahal aku hanya ke toilet sebentar!" ucap anak laki-laki
yang ternyata bernama Evan.

"Keburu laper lah!!! Kalau menunggumu, kantin juga keburu ramai." jawab Dino

"Yeu dasar tidak setia kawan.Huft. Yasudah, ayo salah satu temani aku ke warung Bu Iah. Aku
ingin beli gorengan. Aku beliin es milo deh nanti." Iming Evan kepada temannya agar salah satu
dari mereka mau menemaninya.

"Badan doang gede, tapi kemana-mana minta ditemenin. Hu dasar. Yasudah ayo, tapi benar ya es
milo satu??" tanya Kevin untuk memastikan apakah benar iming-iming es milo berlaku, kan
lumayan dapet es milo gratis. Hehe.

"Iyaaa Vin, cepat ayo istirahat tinggal 10 menit lagi." Evan yang sudah tidak sabar lalu menarik
tangan Kevin.

Mereka berdua pun bergegas menuju warung Bu Iah yang tidak jauh dari meja tempat mereka
duduk. Warung Bu Iah tidaklah besar tetapi jajanan yang ada di sana lengkap, mulai dari roti,
jajanan pasar, ciki, gorengan, nasi goreng mika, dan lain-lain. Evan lalu menghampiri piring
berisi gorengan tempe dan tahu. Ia merogoh kantongnya dan hanya menemukan uang 3000 di
sana. Waduh bagaimana ini, pikir Evan. Ia ingin membelii gorengan 2000, tetapi Ia sudah
berjanji pada Kevin akan membelikan es milo yang harganya 2000 juga. Uang Evan tentu saja
tidak cukup. Ketika sedang menimang-nimang, Kevin menepuk pundaknya.

"He, Van, malah bengong. Cepat ambil gorengannya. Nih aku udah ambil es milonya, tinggal
kau bayar. Aku sudah bilang Bu Iah kalau kau mentraktirku." ucap Kevin pada Evan.

"Oke, kau duluan saja ke meja Vin, aku masih bingung mau gorengan yang mana." ucap Evan
sambil menghindari tatapan Kevin.
"Okedeh, aku duluan ya. Ku tunggu di meja sama teman-teman. Jangan kelamaan!!" perintah
Kevin. Setelah itu Kevin pergi menuju meja pojok kantin, tempat di mana Ia duduk bersama
teman-teman yang lain.

Evan yang sedari tadi menunggu kepergian Kevin, buru-buru mengambil plastik dan
memasukkan 4 gorengan tempe. Lalu Ia menghampiri Bu Iah,

"Bu Iah, ini aku membeli gorengan 2, tempe semua, sama tadi es milo Kevin. 3000 ya, Bu."
Tidak menunggu jawaban Bu Iah, Evan langsung berlari meninggalkan kantin setelah
meletakkan uang di etalase tempat jajanan pasar. Bu Iah yang tidak menyadari perbuatan Evan
hanya geleng-geleng, dasar anak-anak.

Setelah Evan sampai di meja tempat teman-temannya berkumpul, Ia lalu duduk dan menikmati
gorengan yang tadi Ia beli. Evan sadar betul apa yang ia lakukan itu salah, berbohong kepada Bu
Iah. Tetapi karena sudah kepalang lapar, Ia tidak berpikir jauh dan langsung membayar gorengan
yang seharusnya dibayar 2000 tetapi ia hanya membayar 1000.

"Eh, setelah ini kita pelajaran agama kan ya?" tanya Sandi, si ketua kelas.

"Iya weh, nanti kira-kira materinya apa ya? Kemarin kan habis ulangan harian." sambung Tian.

"Kayanya masuk materi baru deh." jawab Evan

"Iya kali ya, ah padahal aku ingin jamkos saja." celetuk Kevin

"Yeeee aku juga inginnn." celetuk Sandi, Evan, Tian, dan Sandi secara serentak sambil tertawa.

"Yaudah yok balik kelas, bentar lagi masuk nih." ajak Tian sambil berdiri dan membereskan
sampah bungkus ciki di meja.

"Van, Evan, plastikmu itu lho, dibuang dong. Jangan ditinggal begitu, kasian Bu Iah nanti
bersihinnya, sampahmu berserakan." tegur Sandi pada Evan. Evan yang merasa kesal karena
Sandi menegurnya dengan nada yang tinggi lalu bergegas mengambilnya sambil ngedumel,

"Santai dong, gak usah pakai urat gitu ngomomgnya. Huft." kata Evan sambil memungut
plastiknya.

"Makanya, bro, itu kan sampahmu, ya tanggung jawab buang dong. Masa harus orang lain yang
ngebuang." ucap Tian sambil menepuk-nepuk pundak Evan.

Setelah Evan membuang sampahnya, mereka berlima akhirnya berjalan menuju kelas sambil
tertawa, entah menertawakan apa. Setibanya di kelas mereka langsung duduk di kursi masing-
masing dan menyiapkan buku tulis, pulpen, dan LKS Agama Islam. Tak lama setelah itu, Pak
Sugeng, guru agama Islam, masuk ke kelas 6C.
"Assalamualaikum wr.wb, selamat pagi anak-anak." Pak Sugeng mengucap salam sebagai
pertanda kelas akan dimulai. Siswa kelas 6C serentak menjawab salam tersebut, "
Waalaikumsalam wr.wb, selamat pagi Pak."

"Karena kemarin kita sudah UH BAB 2, sekarang kita masuk materi baru ya, yaitu Cita-citaku
Menjadi Anak Saleh. Ada yang sudah baca materinya?"

"Saya, Pak!" jawab siswa bernama Rani.

"Baik, Rani. Coba sebutkan 2 perilaku anak saleh dan jelaskan singkat saja." perintah Pak
Sugeng.

" Jadi, ada 2 perilaku anak sholeh, yang pertama adalah jujur dan yang kedua hormat dan patuh.
Sikap jujur itu sangat disenangi Allah, karena jujur merupakan sifat para nabi dan rasul. Selain
itu, jujur juga membawa kebaikan dan kebaikan membawa kita ke surga. Lalu yang kedua,
hormat dan patuh. Hormat yaitu enggan melakukan sesuatu yang buruk dan patuh adalah
melakukan sesuatu sesuai dengan aturan. Yang paling penting adalah kita harus hormat dengan
orang tua dan guru." jelas Rani secara singkat namun mudah dipahami.

"Bagus sekali, Rani. Jadi anak-anak, sebagai anak yang saleh dan salehah kita harus jujur dan
hormat dan patuh. Jujur akan selalu membawa kebaikan, dan orang yang jujur akan ditinggikan
derajatnya di dunia dan akhirat. Begitupun sebaliknya, apabila kita tidak jujur, sekalipun kita
berbohong, orang lain tidak akan mempercayai kita lagi. Oleh karena itu, sebagai anak yang
saleh dan salehah, kalian harus jujur ya, kalian juga tidak mau kan dibohongi? Jadi, selalu
terapkan perilaku jujur ya anak-anak" jelas Pak Sugeng.

"Baik, Pak."jawab siswa kelas 6C serentak.

Evan yang mendengar penjelasan Pak Sugeng pun langsung tersadar dan ketakutan. Ia teringat
bahwa ia baru saja berbohong kepada Bu Iah. Evan bingung apa yang harus ia lakukan sekarang,
Ia ingin mengakui kalau ia salah, Ia bohong. Tetapi Evan tidak mau teman-temannya tau dan
tidak percaya lagi kepada Evan. Kevin yang menyadari perubahan Evan menjadi diam pun
langsung bertanya,

"He kenapa kau? Mau ke toilet lagi?" tanya Kevin

"Gak. Vin, nanti mau gak berbicara denganku sebentar di kantin sekolah?" tanya Evan seraya
menundukkan kepalanya, ia takut dijauhi teman-temannya

Kevin pun menjawab, "Ada apa, kau lupa membayar di Bu Iah?"

"Eeeh, nggak, nanti kita bicarakan saja di sana." timpal Evan dengan cepat.

Kevin yang bingung dengan perubahan sikap Evan pun hanya bisa mengiyakan permintaan
temannya itu.
--

Bel pulang sekolah telah berbunyi dan Pak Sugeng sudah menutup kelas dengan doa dan salam,
menandakan bahwa pembelajaran hari ini telah berakhir. Evan yang sejak tadi menunggu jam
pulang langsung cepat-cepat merapihkan alat tulisnya dan mengajak Kevin ke kantin. Mereka
berdua pun berjalan ke kantin dengan Evan yang gelisah dan selalu merasa was-was, ternyata
begini rasanya berbohong, tidak enak, pikir Evan. Sesampainya di kantin, Evan mengajak duduk
Kevin dan menceritakan semuanya. Kalau ia berbohong pada Bu Iah dan hanya membayar 1000
saja. Kevin yang mendengarkan penjelasan Evan terkejut dan menasihati Evan, apa yang Ia
lakukan itu perbuatan tercela, tidak boleh diulangi lagi. Meskipun hanya perihal gorengan, tapi
itu tetaplah bohong.

"Iya, aku mengakui kok kalau aku salah. Aku akan meminta maaf ke Bu Iah dan menggantinya
besok, aku sekarang tidak punya uang lagi. " jelas Evan kepada Kevin.

---

Keesokan harinya, pagi-pagi sebelum pelajaran dimulai, Evan, masih ditemani Kevin pergi ke
kantin untuk meminta maaf kepada Bu Iah. Saat mereka sampai kantin, Bu Iah sedang menata
jajanan dan membersihkan meja. Evan pun bergegas menhampiri Bu Iah,

"Bu Iah, jangan marah ya Bu, saya ingin minta maaf. Kemarin saya sebenernya membeli
gorengan 4, tapi hanya membayar 2. Kekurangannya mau saya bayar sekarang, Bu. Masih bisa
kan?" tanya Evan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Oalah le, ndakpapa, Ibuk malah ndak tau kemaren. Makasih ya le, kalau kamu nggak jujur,
Ibuk malah ndak tau. Iyo gakpapa, masih bisa. Ibuk ndak marah, yang penting Nak Evan sudah
berani jujur." ucap Bu Iah

Evan yang kaget akan jawaban Bu Iah langsung berterimakasih dan membayarkan kekurangan
uang kemarin. Evan berjanji pada dirinya sendiri setelah ini ia akan berperperilaku jujur dan
tidak akan berbohong lagi.

Anda mungkin juga menyukai