LP Fraktur - Kelompok 1B
LP Fraktur - Kelompok 1B
OLEH :
Kelompok 1 B
MAKASSAR
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan fraktur pergelangan tangan dapat terjadi baik akibat jatuh dengan
posisi lengan terbuka maupun pukulan langsung saat kecelakaan kendaraan bermotor
maupun perkelahian. Fraktur kedua tulang lengan bawah merupakan cedera yang
tidak stabil, fraktur non dislokasi jarang terjadi. Stabilitas fraktur bergantung pada
jumlah energi yang diserap selama cedera dan gaya otot besar yang cenderung
menggeser fragmen (Thomas dkk, 2011).
Fraktur lengan bawah meliputi fraktur corpus (shaft), radii, ulna, atau
keduanya (antebrachii). Fraktur lengan bawah diklasifikasikan lebih lanjut menurut
lokasi (fraktur radius 1/3 proximal, 1/3 tengah, atau 1/3 distal). Pola fraktur pada
lengan bawah meliputi transversal, oblique, spiral, kominutif, segmental, dengan atau
tanpa dislokasi, dan angulasi (volar atau dorsal, dan radial atau ulnar) (Thomas dkk,
2011). Dalam kasus penanganan pada kondisi fraktur dibedakan menjadi 2 yaitu
metode konservative dan operatif. Metode konservative menggunakan OREF (Open
Reduction External Fixation) yaitu dengan fiksasi yang dipasang di luar tubuh/
anggota gerak yang cedera (gips, spalk, bandage, dll), sedangkan metode operative
dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation) yaitu penggunaan fiksasi yang
dipasang di dalam tubuh dapat berupa plat and screws, nail, narrow, whire, dll).
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang disebut
dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum.
b. Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel:
1) Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui
suatu proses yangh disebut osifikasi.
2) Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas
Adalh sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim
proteolitik, yang memecah matriks dan beberapa asam yang
melarutklan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam aliran darah.(Arif Muttaqin, 2008)
c. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung
dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.
Disebelah atas dan bawah kolumna femoris terdapat taju yang disebut
trokanter mayor dan trokanter minor. Di bagian ujung membentuk persendian
lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut kondilus medialis dan kondilus
lateralis. Di antara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang
tempurung lutut (patela) yang disebut dengan fosa kondilus.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yng terbesar sesudah
tulang paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pda bagian
ujungnya terdapat tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar.
Os tibia bentuknya lebih kecil, pada pangklal melekat os fibula, pada bagian
ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju
yang disebut os maleolus medialis. (Syaifuddin, 2006)
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2003). Fraktur
femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada tulang femur dapat
menimbulkan perdarahan cukup banyak serta mengakibatkan penderita mengalami
syok (Sjamsuhidajat, 2004).
B. Klasifikasi
Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut;
a. Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul, dan
melalui kepala femur (fraktur kapital).
b. Fraktur ekstrakapsular
1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur yang lebih
besar / lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.
2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak lebih dari 2
inci di bawah trokanter minor.
b. Fraktur subtrokanter
Dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan trauma yang hebat.
Pemeriksaan dpat menunjukkan fraktur yang terjadi dibawah trokanter minor.
c. Fraktur intertrokanter femur
Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang femur. Fraktur
daerah troklear adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter mayor dan
minor. Frkatur ini bersifat ekstraartikular dan sering terjadi pada klien yang
jatuh dan mengalami trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang terjadi
antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen proksimal cenderung
bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat kominutif terutama pada korteks
bagian posteomedial.
C. Etiologi
Penyebab fraktur femur antara lain:
a. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pada paha.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang lebih besar dari pada
tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang dapat
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (fraktur) (Elizabeth,
2003).
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang menjadi rusak sehingga
menyebabkan terjadinya perdarahan. Pada saat perdarahan terjadi terbentuklah
hematoma di rongga medulla tulang, sehingga jaringan tulang segera berdekatan
kebagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis akan menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang di tandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit serta infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya (Price, 2005).
f. Komplikasi
a. Fraktur leher femur
Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang bersifat umum
adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias, dan dekubitus. Nekrosis
avaskular terjadi pada 30% klien fraktur femur yang disertai pergeseran dan
10% fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lrbih ke proksimal,
kemungklinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
b. Fraktur diafisis femur
1) Komplikasi dini
Komplikasi dini harus segera ditangani dengan serius olh perawat yang
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur diafisis femur.
Perawat dapat melakukan pengenalan dini dan pengawasan yang optimal
apabila telah mengenal konsep anatomi, fisiologi, dan patofisioloigi patah
tulang.
Komplikasi yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur adalah sebagai
berikut:
a) Syok. Terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur bersift
tertutup.
b) Emboli lemak. Sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur
femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.
c) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang menembus
jaringan lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menmyebakan
kontusi dan oklusi atau terpotong sama sekali.
d) Trauma saraf. Trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen
dapat disertai kerusakan saraf yang berfariasi dari neuropraksia sampai
ke aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus iskiadikus
atau pada cabangnya, yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus
komunis.
e) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama, misalnya
distraksi di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo-emboli.
f) Infeksi. Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang
terkontaminasi. Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan operasi.
2) Komplikasi lanjut
Komplikasi fraktur diafisis femur hampitr sama dengan
komplikasi bebrapa jenis fraktur lainnya. Oleh karena itu setiap
perawat penrlu memperhatikan dan mengetahui komplikasi yang biasa
terjadi agar komplikasi tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan. Pada
beberapa situasi, perawat akan berhadapan dengan klien fraktur diafisis
femur yang menga;lami komplikasi lanjut. Perawat yang mempunyai
pengalaman dan pengetahuan yang baik dapat mengidenmtifikasi
kelainan yang timbul akibat komplikasi tahap lanjut dari fraktur
diafissi femur.
Komplikasi yang sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis
femur adalah sebagai berikut:
a) Delayed Union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami union
dalam empat bulan.
b) Non union. Apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik,
perawat perlu mencurigai adanya non union. Oleh karena itu, diperlukan
fiksasi internal dan bone graft.
c) Mal union. Bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen,
diperlukan pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi lebih
sering ditemukan. Mal union juga mnyebabkan pemendekan tungkai
sehingga dipelukan koreksi berupa osteotomi.
d) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan
pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi
yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.
e) Refraktur. Terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union yang solid.
(Arif Muttaqin, 2008)
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan berdasar jenis fraktur femur:
a. Fraktur leher femur
Pemeriksaan radiologis dapat mengetahui jenis fraktur dan jenis pengobatan
yang dapat diberikan.
b. Fraktur subtrokanter
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di bawah
trokanter minor. Garis fraktur dapat bersifat transversal, oblik atau spiral dan
sering bersifat kominutif. Fragmen proksimal dalam posisi fleksi, sedangkan
fragmen distal dlam posisi adksi bergeser ke proksimal.
c. Fraktur diafisis femur
Klien mengalami pembengkakan dan deformitas pada tungkai atas berupa
rotasi eksterna dan pemendekan tungkai. Klien mungkin datang dengan
keadaan syok.
d. Fraktur suprakondilar femur
Adanya pembengkakan dan deformitas terdapat krepitasi.
(Arif Muttaqin, 2008)
1. Penatalaksanaan
a. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermt
untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia
otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut meliputi:
1) Profilaksis antibiotik
2) Debridemen
3) Stabilisasi
4) Penundaan tertutup
5) Penundaan rehabilitasi
b. Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam
melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan medis, perawat
dapat mengenal impliksi pada setiap tindakan medis yang dilakukan.
1) Fraktur trokanter dan sub trokanter femr, meliputi:
a) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang dilanjutkan dengan
gips pinggul selama 7 minggu merupakn alternaltif pelaksanaan pada
klien usia muda.
b) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan
dengan memergunakan plate dan screw.
2) Fraktur diafisis femur, meliputi:
a) Terapi konserfativ
b) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi
definitif untuk mengurangi spasme otot.
c) Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi lutut.
Indikasi traksi utama adalah faraktur yang bersifat kominutif dan
segmental.
d) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union fraktur secara
klinis
3) Terapi Operasi
a) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis atau distal
femur
b) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan operasi
tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail terutama adalah
farktur diafisis.
c) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif,
infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak yang hebat.
4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
a) Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan penahan
lutut Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
b) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat direduksi secara
konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-phorc dare
screw dengan berbagai tipe yang tersedia.
(Arif Muttaqin, 2011)
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
I. IDENTITAS PASIEN :
a. Nama Pasien (Inisial) : Tn.S
b. Umur : 33 Tahun
c. No. Rekam Medis : 922513
d. Diagnosa Medis : closed fracture 1/3 middle left femur
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Pasien mengatakan nyeri pada paha kiri,
ekpresi wajah meringis.
P: Nyeri bila bergerak
Q: Nyeri dirasakan tertusuk-tusuk
R: Paha kiri
S: Skala 5 (sedang)
T: 3-4 menit (hilang timbul)
VI. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI: Pasien saat ini tidak dapat melakukan
aktvitasya sehari-hari. Pasien hanya terbaring di tempat tidur da sebagian
aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
VII. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA: Pasien mengatakan keluarganya tidak
ada yang menderita peyakit keturunan
5 5
2 5
IX. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Lab.
Nama : Tn “S”
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal,
kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot.
3. Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi) berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, hambatan mobilitas.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tonjolan tulang.
5. Ansietas berhubungan dengan stres, krisis situasional.
6. Perencanaan Keperawatan
1. Intervensi Keperawatan dan Rasional
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/185255413/LP-Fraktur-Femur
http://eprints.ums.ac.id/22045/21/NASKAH_PUBLIKASI.pdf