Lp+Askep VK Lastri
Lp+Askep VK Lastri
Disusun oleh :
Lastri Lestari
(2016.C.08a.0751)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. L Dengan Diagnosa Medis
Atonia Uteri Di Ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya. dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya, Saya berharap laporan pendahuluan
penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai penyakit Atonia Uteri.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempur oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katayang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................... 4
Latar Belakang........................................................................................ 4
Tujuan...................................................................................................... 4
BAB II: TINJAUAN TEORI............................................................................ 5
Pengertian................................................................................................ 5
Etiologi.................................................................................................... 6
Gambaran Klinis..................................................................................... 7
Manifestasi Klinis................................................................................... 8
Pencegahan Atonia Uteri......................................................................... 8
Manajemen Atonia Uteri......................................................................... 10
BAB III: TINJAUAN KASUS......................................................................... 15
BAB IV: PEMBAHASAN............................................................................... 32
BAB V: PENUTUP.......................................................................................... 34
Kesimpulan.............................................................................................. 34
Saran........................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 35
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan
kebidanan.
1.3.2 Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan
khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes
Jakarta, 2002).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2011).
a b
Gambar 1: a. Kontraksi uterus normal b: Atonia uteri
Atonia
uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi
dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling
penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan.
Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada
terjadinya syok hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
6
Gambar 2: a: Uterus tidak berkontraksi b: uterus berkontraksi
Uterus berkontraksi, miometrium menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara
serabut otot yang keluar dari bekas implantasi
2.2 Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain:
overdistention uterus seperti gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi, umur terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran
pendek, partus lama atau partus terlantar, malnutrisi, dapat juga karena salah
penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum
terlepas dari uterus (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Grandemultipara: uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda,
anak besar berat badan lebih dari 4000 gr, kelainan uterus (miom uteri, bekas
operasi), plasenta previa dan solusio plasenta (perdarahan antepartum), partus
lama, partus presipitatus, hipertensi dalam kehamilan, infeksi uterus, anemia
berat, penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus),
7
riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya atau riwayatmanual plasenta,
pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong uterus
sebelum plasenta terlepas, IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air
ketuban, tindakan operatif dengan anastesi umum terlalu dalam (Ai Yeyeh, Lia,
2010). Pasien yang mengalami atonia uteri bisa mengalami syok. Terdapat tanda-
tanda syok meliputi nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih), tekanan
darah sangat rendah: tekanan sistolik < 90 mmHg, pucat, keriangat/ kulit terasa
dingin dan lembab, pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih, gelisah,
binggung atau kehilangan kesadaran, urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam).
8
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu:
a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. pucat
d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. urine yang sedikit (< 30 cc/ jam)
2.4 Patofisiologi
Faktor resiko yang terdiri dari : Grande multipara,jarak persalinan kurang
dari 2 tahun,persalinan dengan tindakan :
Pertolongan dukung,tindakan paksa,dengan narkosa,kelahiran sulit atau
normal dari plasenta,penyakit yang diderita (penyakit jantung, DM, dan
kelainan pembekuan darah)dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri,t rauma
genital (perineum,vulva,vagina,servik,atau uterus). Retensio plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Pada atonia uterus ditandai dengan uterus tidak
berkontraksi dan lembek menyebabkan pembuluh darah pada bekas implementasi
plasenta terbuka sehingga menyebabkan pendarahan. Pada genetelia terjadi
robekan atau luka episotomi, ruptur verikositis, inversi uterus menyebabkan
pendarahan. Pada retensio plasenta ditandai dengaplasenta belum lahir setelah
30 menit. Sisa plasenta ditandai dengan palsenta atau selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan robekan jalan lahir, jika ditangani dengan
tidak baik dapat menimbulkan komplikasi : dehidrasi,hivolemik, syok
hipovolemik, anemia berat,infeksi dan syok septik,sepsis purpuralis,emboli paru.
Pada kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi spontan, hipoksia intra uterin,
reterdasi pertumbahan intra uteri dan dampak terkahir menimbulkan kematian
( Maritalia D,2012).
9
10
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), tanda gejala yang khas pada atonia uteri
jika kita menemukan: uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera
setelah anak lahir.
2.5.1 Pencegahan Atonia Uteri
Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
- Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita
yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan
pasca persalinan akibat atonia uteri.
- Pemberian misoprostol perora 2-3 tablet (400 – 600 µg) segera setelah
bayi lahir (Prawiroharjo, 2011).
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan post partum lebih dari 40 %, dan juga dapat mengurangi
kebetulan obat tersebut sebagai terapi. Memejemen aktif kala III dapat
mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan
tranfusi darah (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu
onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau
kontraksi tetani seperti ergometrin. Pembrian oksitosin paling bermanfaat
untuk mencegah atonia uteri. Pada menejemen kala III harus dilakukan
pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10
unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-500 cc/jam (Ai
Yeyeh, Lia, 2010).
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti
sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan postpartum
dini. Karbetosin merupakan obat obat long-action dan onset kerjanya cepat,
mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian oksitosin bolus IV
dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin
ternyata lebih efektif dibanding oksitosin (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
- Pemberian ASI awal
11
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat
untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga membantu uterus
berkontraksi. Pemberian ASI awal dengan cara Inisiasi Menyusu Dini.
Langkah Inisiasi menyusu Dini (IMD)
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera
lahir selama sedikit satu jam. Dianjurkan agae tetap melakukan
kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama kelahirannya
w/alaupun bayi telah berhasil menghisap putting susu ibu dalam
waktu kurang dari 1 jam.
2. Bayi harus menggunakan naluri alamiyahnya untuk melakukan
Inisiasi Menyusu Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk
menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya harus dilakukan kepada bayi
baru lahir hingga menyusu selesai dilakukan, proseedur tersebut
seperti : menimbang, pemberian antibiotika salep mata, vitamin
K1 dan lain-lain.
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sendini mungkin
dan secara ekslusif (Asuhan Persalinan Normal, 2008).
12
periksa apakah perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan
jahit atau rujuk segera.
3. Jika uterus tidak berkontraksi
Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan
lubang servik, pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, lakukan
kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. Jika uterus
berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-
lahan dan pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi
maka anjurkan keluarga untuk memulai melakukan kompresi bimanual
eksterna, keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg
LM (jangan diberikan jika hipertensi), pasang infus menggunakan
jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 oksitosin.
Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin, ulangi KBI jika uterus
berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus
tidak berkontraksi maka rujuk segera.
4. Pemberian uterotonika
Oksitosin merrupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus
posterior hipofisis.obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya
meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan
timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan
kontraksi dan meningkatkan frekuensi tetapi pada dosis tinggi
menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV,
untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus ringer laktat 20 IU perliter,
jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal
9IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan
yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan
jarang ditemukan.
5. Operatif (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen
bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang
besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina,
masuk ke miometrium ke luar bagian avaskular ligamentum latum
13
lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina
dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu
penting untuk menyertakan 2-3 cm miometriom. Jahitan kedua dapat
dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan
pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi
kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bawah, 3-4 cm dibawah
ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar
cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri
uterina menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu
dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
6. Histerektomi (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering
dilakukan jika terjadi perdarahan post partum masif yang membutuhkan
tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan
lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
7. Kompresi bimanual (boleh dilakukan oleh bidan yang sudah
berpengalaman)
Menurut Ai Yeyeh, Lia (2010) kompresi uterus bimanual dapat
ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit. Biasanya ia sangat
baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan
perdarahan secara sempurna. Bila uterus refrakter oksitosin, dan
perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka
histerektomi merupakan tindakan terakhir.
Peralatan yang digunakan meliputi sarung tangan steril dan
keadaan sangat gawat lakukan dengan tangan telanjang dengan tangan
yang telah dicuci. Tekniknya yaitu basuh genetalia eksterna dengan
lakukan desinfektan dalam kedaruratan tidak diperlukan. Eksplorasi
dengan tangan kiri sisipkan tinju dalam vornik anterior vagina, tangan
kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan
menangkap dari belakang atas, tamgan dalam menekan uterus keatas
terhadap tangan luar, itu tidak hanya menekan uterus tetapi juga
meregangkan pembuluh aferen sehingga menyempitkan lumennya.
14
Alasan dilakukan KBI adalah atonia uteri seringkali bisa diatasi
dengan KBI. Jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan
tindakan-tindakan lain seperti :
a. Berikan 0,2 ergometrin secara IM atau misoprostrol 600-1000 mcg
dan jangan berikan ergometrin pada ibu dengan hipertensi karena
ergometrin bisa menaikkan tekanan darah.
b. Gunakan jarum dengan ukuran besar (16 atau 18). Pasang infus dan
berikan 500 cc larutan RL yang mengandung 20 IU oksitosin.
c. Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit seger rujuk ibu
karena ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu memebutuhkan tindakan
gawat darurat difasilitas kesehatan rujukan mampu melakukan
operasi dan transfusi darah.
e. Teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di tempat
rujukan.
f. Infus 500 ml perjam pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit dan
berikan tambahan 500 ml per jam hingga tiba ditempat rujukan atau
hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian
lanjutkan dalam jumlah 125 cc / jam.
g. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan cairan 500 ml (botol ke 2)
cairan infus dengan tetesan sedang dan ditambah dengan cairan
secara oral untuk rehidarasi.
Berikut merupakan cara kompresi bimanual eksterna (hanya boleh
dilakukan oleh bidan yang sudah berpengalaman) menurut Ai Yeyeh dan
Lia (2010) seperti :
a. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan
korpus uteri dan diatas simpisis pubis.
b. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri. Usahakan untuk mencakup atau memegang bagian
uterus seluas mungkin.
c. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan
depan dan belakang agar pembuluh darah dalam anyaman
15
miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.
2.6 Pencegahan
Mencegah atau sekurang kurangnya bersiap siaga pada kasus kasus yang
di sangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak
saja dilakukan waktu brsalin,namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan
melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai presposisi atau
riwayat pendarahan postpartum sangat di anjurkan untuk bersalin di Rumah sakit.
Dirumahsakit diperuksa keadaan fisik,keadaan umum,kadar Hb,golongan
darah,dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi
persalinan,dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan. Setelah ketuban
pecah kepala janin mulai membuka.
2.7.1. Pengkajian
proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1) Identitas
Nama :Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak keliru
16
Alamat : Untuk mengentahui alamat rumahnya
2).KeluhanUtama
3). Riwayat Kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan dan
pre elkamsi/ elkamsia, bayi besar, peradarahan saat hamil,persalinan dengn
tindakan robekan jalan lahir, partus dan lain lain.
4). Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien pernah mampunyai riwayat penyakit
yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual dan
muntah.
1). B1 Pernafasan :
(1) Auskultasi: ( Bunyi nafas) Versikular tidak ada suara tambahan
(2) Inspeksi: (Bentuk dada) Barrel chest Tidak ada otot bantu nafas, Sekret (-)
(3) Perkursi: Resonan (dug dug dug)
(4) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
17
2). B2 Kardiovaskular : - Anemia mungkin terjadi karena pendarahan selama
proses persalinan sehingga ibu kehilangan darah selama prosedur
melahirkan,wajah pucat (Anemia).
(1) Auskultasi : Irama jantung reguler, S1 S2 tunggal
4). B4 Perkemihan :
(1) Inspeksi : Warna urine (kuning pekat), jumlah (menurun), pasien dalam
5). B5 Pencernaan :
7). B7 Pengindraan
(1) Inspeksi : Mata (simetris), pupil (Normal), konjungtiva (merah muda),
ketajaman penglihatan (normal).
(2) Hidung (Normal), Sekret (-)
18
(3) Telingga (Bentuk simetris), ketajaman pendengaran (Normal).
8). B8 Endokrin
(1) Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Thyroid, Tidak ada pembesaran
kelenjar parotis
dua yaitu, data subjektif dan objektif dan kemudian ditentukan masalah
2.7.4 Intervensi
19
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan -Bina hubungan - Agar pasien
-Psikomotor: berlebihan.
- Observasi TTV
Ajarkan kepada pasien
bagaimana mengepresikan
nyeri dengan bantuan
skala 1-10
20
2.7.4.2 Ansietas b/d Perubahan dalam fungsi peran
-untuk
mengetahui
keadaan umum
pasien
21
2.7.4.3. Resiko infeksi b/d Perdarahan
Ajarkanpasien bagaimana
mengatasi jika terjadi infeksi.
22
- Agar pasien Kooperatif
-salah satu tindakan
dalam tindakan
pengobatan dan
-Untuk memberikan -untuk
pencegahan
Pengetahuan kepada pasien mengetahui
terjadinya resiko
dan keluarga tentang Resiko keadaan umum
infeksi.
infeksi pasien
23
teratasi. tentang resiko syok -Untuk
Kriteria memberikan
Hipovolemik.
Hasil : Pengetahuan
- Berikan cairan IV
-Kognitif : Pasien mampu kepada pasien
atau oral yang tepat
menunjukan pemahaman dan keluarga
sesuai resep dokter.
tentang penyebab syok. tentang Resiko
-Monitor TTV
-Afektif : Pasien mampu syok
mendemostrasikan Hipovolemik
Cemas,syok/ketakutan -Untuk
yang di mengentahui
2.7.5 Pelaksanaan
24
2.7.6. Evaluasi
26
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
27
3.2 Status Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri di abdomen bagian
bawah
28
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G5 P5 A0
29
3.3 Pemerikasaan Fisik
3.3.1 Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Gelisah
Kesadaran: Delirium (Gelisah)
Vital sign : TD : 110/70 mmHg S : 36oC N: 83x/mnt teraba lemah R:
23x/mnt
BB : Sebelum hamil : 55 kg
Sesudah hamil : 65 kg
LILA : 23,5 cm
Tinggi Badan : 162 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bersih, tidak ada ketombe
Wajah : simetris, tidak ada oedem
Mata : bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva merah
tidak anemis
Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih
Gigi dan mulut: tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat
stomatitis, keadaan gigi bersih
Telinga : simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjaran limfe, kelenjar tiroid
namun vena jogularis membesar
Dada : simetris, pergerakan nafas teratur tidak ada benjolan
abnormal
Payudara : simetris, puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi,
kolostrum keluar hanya sedikit
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada strie gravidarum,
pembesaran perut sesuai ukuran kehamilan
Ekstremitas : fungsi pergerakan baik, tidak oedem, tidak ada
varises
Genetalia : tidak ada oedem dan varises pada vulva vagina
Punggung : tulang belakang sedikit lordosis
30
Rectum : tidak ada hemoroid
3.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
- Frekuensi makan : 2 Kali sehari
- Jenis makanan : Nasi, ikan, sayur, lauk pauk
- Makanan yang disukai : Nasi Goreng
- Makanan yang tidak disukai : Burger
- Makanan pantang / alergi : Tidak ada
- Nafsu makan : Baik
- Porsi makan : 1 Piring
- Minum (jumlah dan jenis) : Air putih 6 gelas/ Hari
b. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 1 Kali sehari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Bau : Tai
- Konsistensi : Lembek
- Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
2. Buang Air Kecil (BAK)
- Frekuensi : 3 Kali sehari
- Warna : Kuning pekat
- Bau : Amoniak
- Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
c. Pola tidur dan istirahat
- Waktu tidur : 6-7 Jam
- Lama tidur/hari : 7 Jam
- Kebiasaan pengantar tidur : Mendengarkan musik
- Kebiasaan saat tidur : Mengorok
- Kesulitan dalam tidur : Tidak ada
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kegiatan dalam pekerjaan : Bersih-bersih rumah
- Olah raga : Jarang
31
- Mobilisasi dini : Jarang dilakukan
- Kegiatan di waktu luang : Berkumpul dengan keluarga
- Menyusui (posisi, cara, frekuensi) :
e. Personel Hygiene
- Kulit : Agak kering
- Rambut : Baik tidak ada ketombe
- Mulut dan Gigi : Bersih tidak bau
- Pakaian : Bersih dan rapi
- Kuku : Bersih simetris
f. Ketergatungan fisik
- Merokok : Tidak ada
- Minuman keras : Tidak ada
- Obat-obatan : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
5. Aspek Psikososial dan Spiritual
a. Pola pikir dan persepsi
Apakah ibu telah mengetahu cara memberi ASI dan memberi
makanan tambahan pada bayi : Ibu sudah mengetahui
Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : iya
Jenis kelamin yang diharapkan : terserah yang penting selamat
Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : Pasien sendiri
Apakah ibu telah mengetahui nutrisiibu menteteki :
Apakah hamil ini diharapkan : Iya diharapkam
Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya :
iya sudah di rencanakan
Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan
merawat tali pusat : Iya ibu sudah mengetahuinya
b. Persepsi diri
Hal yang amat dipikirkan saat ini : bu mengatakan sangat
mengharapkan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat.
Harapan setelah menjalani perawatan : Ibu mengatakan tetap
rajin beribadah.
32
Perubahan yang dirasa setelah hamil : Ibu mengatakan ada
perubahan setelah larian anak ke 5 ini
c. Konsep diri
Body image : Pasien mengatakan walaupun ini kehamilan yang
ke lima ibu dan keluarga sangat bahagia.
Peran : Menjaga dan mengasuh anak
Ideal diri : Pasienn mengatakan sangat mengharapkan anak
yang dilahirkan dalam keadaan sehat.
Identitas diri : Pasien dari anak-anaknya
Harga diri : Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
d. Hubungan/Komunikasi
Bicara : jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti
orang lain : Jelas
Bahasa utama : Bahasa daerah dayak
Yang tinggal serumah : Suami dan anak-anak
Adat istiadat yang dianut : Dayak ngaju
Yang memegang peranan penting dalam keluarga : Suami
Motivasi dari suami : Tetap tenang jangan cemas
Apakah suami perokok : Tidak
Kesulitan dalam keluarga : Keuangan
e. Kebiasaan Seksual
Gangguan hubungan seksual : Tidak ada gangguan
Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : Pasien sudah
mengerti
f. Sistem nilai - kepercayaan
Siapa dan apa sumber kekuatan : Semua kekuatan diberikan
oleh tuhan
Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda :
Pasien mengatakan sangat penting
Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam
frekuensi) sebutkan :
33
Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di
Rumah Sakit, sebutkan : Berdoa
6. Pemerikasaan Penunjang
a. Darah
HB : 7 mg/dl Golongan darah/Rh+
Gula darah : 130 mg/dl Leukosit : 5000 103/µ
b. Urine
Protein :
Sedimen :
Reduksi :
c. Pemeriksaan tambahan
Rontgent :
I. PENGOBATAN
Palangka Raya,
…………………………………………
Mahasiswa
Lastri Lestari
Analisa Data
34
dibagian vagina nyeri psikososial
- Klien mengatkan
nyeri di bagian
abdomen bagian Pelepasan mediator
bawah kimia
DO :
- Pasien Tampak Berikatan dengan
meringis moniceptor
- Pasiien tampak
gelisah
- Nadi teraba melemah Nyeri akut
- Tekanan darah
menurun
- Tampak keluar darah
dari pervagina
- Klien tampak
meringis menahan
sakit
- Gelisa, tingkah
berhati-hati posisi
untuk mengurangi
nyeri
- Skala nyeri 7
- TTV Kontraksi uterus Resiko syok
- TD : 110/70 Hipovolemik
mmHg
- Nadi : 83 x/menit Atonia aliran darah
- RR : 23 x/menit uteri
- TT: 36,00 C
Kontraksi
berlebihan
DS : -
DO : Perdarahan
- Nadi teraba lemah meningkat
- Tekanan darah menurun
- Turgor kulit menurun
- Volume urine menurun Resiko syok
- Perdarahan ± 800 cc Hipovolemik
- TTV
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 83 x/menit
- RR : 23 x/menit
- TT: 36,00 C
- Hb 7 mg/dl
35
PRIORITAS MASALAH
36
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. L
Ruang Rawat :Ruang VK
37
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan atonia aliran darah uteri keperawatan diharaapkan
dibuktikan dengan pasien nyeri akut pasien teratasi, Manajemen Nyeri
tampak meringis dan dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi skala nyeri 1. Untuk mengetahui skala nyeri
2. Berikan teknik non farmakologi
mengalami perdarahan. 1. Klien tidak meringis pasien
untuk mengurangi rasa nyeri,
kembali
pengalihan perhatian. 2. Untuk pengalihan focus pasien
2. Tidak ada keluhan
3. Jelaskan strategi meredakan nyeri
nyeri untuk mengurangi nyeri
4. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Kondisi pasien
ketorolac 3. agar pasien bias meredakan nyeri
membaik
4. Skala nyeri 4 sendiri
4. agar membantu mengurangi nyeri
38
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
1). 20 Juni 2020 1.Memonitor TTV pasien S: Lastri Lestari
2. Memonitor satus cairan pasien O:
3. Melakukan pemeriksa adanya nyeri tekan - Nadi masih teraba lemah
4. Mengatur posisi modified trendelenberg - Turgor kulit menurun
- Volume urine menurun
5. Berkolaborasi pemberian inf cairan kristaloid
- Perdarahan ± 800 cc
- TTV
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 83 x/menit
- RR : 23 x/menit
- TT: 36,00 C
- Hb 7 mg/dl
- Nyeri tekan di bagian abdomen bawah
- Gelisah pasien mulai berkurang
39
40
Tanda tangan
Hari/Tanggal dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama
Perawat
2). 20 Juni 2020 1. mengidentifikasi skala nyeri S : Pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
2. Memberikan teknik non farmakologi untuk
- P= karna atonia uteri,
mengurangi rasa nyeri, pengalihan perhatian.
- Q=seperti tertusuk-tusuk
3. Menjelaskan strategi meredakan nyeri Lastri Lestari
- R=abdomen bawah,
4. Berkolaborasi pemberian analgetik ketorolac
- S= 4 sedang
- T= hilang timbul
O:
-Skala nyeri pasien 4 ( Sedang)
-Pengalihan perhatian pasien berhasil, neri
pasien berkurang
- Pasien tampak sudah paham dengan apa yang
dijelaskan
- Kolaborasi berhasil nyeri berkurang setelah
disuntikan analgetik inj ketorolak
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Tetap lanjutkan intervensi sesuai kebutuhan
pasien sampai keadaan pasien membaik dan
dibolehkan pulanng
43
IV. Materi
1. Pengertian nyeri
2. Penyebab nyeri
3. Macam-macam nyeri
4. Teknik pengobatan nyeri
5. Cara menghilangkan nyeri
V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. Media
1. Leaflet
VII. Proses Pelaksanaan
No. Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Peserta
1. Pendahuluan 5 menit
Memberi salam Menjawab salam
Menyampaikan pokok bahasan Menyimak
Menyampaikan tujuan Menyimak
2. Kegiatan Inti 10 menit
Memberikan penjelasan tentang Menyimak
44
nyeri Bertanya
Memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya Memperhatikan
Menjawab pertanyaan peserta
3. Penutup 5 menit
Menyimpulkan materi penyuluhan Memperhatikan
bersama peserta
Memberikan salam penutup Menjawab salam penutup
H. Evaluasi
Menguji pemahaman orang tua pasien dengan memberikan pertanyaan:
1. Apa yang di maksudkan dengan nyeri?
2. Apakah penyebab terjadinya nyeri?
3. Sebutkan macam-macam nyeri?
4. Sebutkan salah satu cara menghilangkan nyeri?
45
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
MANAGEMEN NYERI
A. Pengertian
Nyeri adalah sensasi apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun
individu mengatakannya atau nyeri adalah perasaan spesifik seseorang yang diinformasikan oleh mekanisme pertahanan
organisasi tubuh terhadap suatu lesi (kerusakan jaringan).
B. Penyebab
Adanya gangguan jaringan tubuh sehingga jaringan tubuh tidak bisa berfungsi secara normal.
Seperti : Pasien dengan Vulnus laceratum
C. Macam-Macam Nyeri
1. Nyeri akut
Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai nyeri yang disebabkan karena suatu cidera,prosedur pembedahan, proses penyakit atau
fungsi abnormal otot dan visera.
2. Nyeri kronik
Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang menetap melebihi rentang waktu suatu proses akut atau melebihi kurun waktu
normal tercapainya suatu penyembuhan; periodenya dapat bervariasi dari 1 hingga 6 bulan
D. Tehnik Pengobatan
Pada prinsipnya, rasa nyeri bisa diobati dengan tiga cara yaitu:
46
1. Menghiiangkan Penyebab Nyeri
Nyeri akibat peradangan yang timbul karena bakteri ataupun infeksi Vulnus laceratum dapat dihilangkan dengan mengobati
atau melenyapkan faktor penyebabnya, yakni dengan pemberian obat guna membunuh kuman/bakteri. Agar tidak berkembang
biak pada luka Vulnus laceratum.
2. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Nyeri juga dapat ditekan dengan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Atau luka Vulnus laceratum Ini dapat
dilakukan dengan pemberian terapi. Misalnya, terapi media, tehnik Relaksasi (nafas dalam).
3. Memotong Jalur Transmisi Nyeri
Pada dasarnya segala bentuk pengobatan terhadap nyeri adalah dengan melakukan blokade syaraf sensorik. Ini dapat dilakukan
dengan pemberian obat-obatan yang sifatnya menekan fungsi nociceptor (saraf nyeri).
E. Cara Menghilangkan
1. Bernapas pelan dan dalam
Cara mudah untuk mengatasi nyeri akut seperti akibat dari vunus laceratum, yakni pernapasan yang pelan dan dalam. Cara ini
cukup efektif bahkan untuk nyeri yang lebih berat, seperti yang sering dilakukan para wanita saat melahirkan.
2. Mengkhayal ( Tehnik emagery)
Bebaskan fantasi dengan mengkhayal apa saja, maka nyeri akut akan berkurang. Dalam sebuah studi di University of
Wisconsin, khayalan seksual atau tentang sesuatu yang seksi paling efektif meningkatkan toleransi terhadap nyeri
dibandingkan khayalan tentang topik lain. Fantasi seksual tidak hanya mengalihkan perhatian dari rasa nyeri. Hamid Hekmat
47
PhD, ilmuwan yang melakukan studi tersebut mengungkap bahwa khayalan semacam itu juga dapat mengurangi rasa gelisah
selama pemeriksaan.
3. Meditasi setiap hari
Agar efektif, cara ini harus dilakukan secara rutin misalnya setiap hari menjelang tidur. Menurut penelitian di Kanada,
seseorang yang rutin bermeditasi memiliki area cortex yang lebih tebal di otak sehingga sensitivitas terhadap nyeri berkurang.
Tidak perlu berbulan-bulan, efeknya sudah bisa dirasakan dengan melakukannya secara rutin selama beberapa hari.
4. Percaya diri
Saat merasakan nyeri pada luka Vulnus mulai timbul , katakan dan yakinkan diri sendiri bahwa sakitnya hanya sebentar.
Alihkan perhatian apabila melihat pasien lainnya tampak kesakitan, atau anggap saja orang itu berlebihan. Cara ini sangat
efektif, dan telah dibuktikan dalam penelitian Robert C. Coghill, PhD. dari Wake Forest University.
5. Bergaul dengan sahabat
Nyeri yang persisten atau menetap seperti nyeri luka Vulnus tidak bisa diatasi hanya dengan obat. Terapi penunjang
dibutuhkan untuk membantu meredakan, salah satunya bergaul dengan sahabat. Menurut sebuah penelitian di Spanyol,
semakin aktif seseorang dalam bergaul, semakin mudah baginya untuk mengatasi gejala nyeri Vulnus.
48
MANAJEMEN Apa itu Nyeri?
NYERI
1. Cidera, luka pembedahan
2. Panas (terbakar)
kanker
Macam- macamNyeri
OLEH
Penyebab Nyeri..
menjadi 2 jenis yaitu :
2. Teknik Distraksi
Suatu metode untuk menghilangkan
Bagaimana cara mengatasi nyeri ?? nyeri dengan cara mengalihkan
1. Teknik Relaksasi perhatian padahal - hal lain sehingga
2. Posisi untuk mengurangi nyeri, gerakan akan lupa terhadap nyeri yang
Mengatur posisi yang nyaman
melindungi nyeri. dirasakan. Misalnya :
Lingkungan yang tenang
Nafas dalam
tetap tertutup.
DAFTAR PUSTAKAHitung sampai
3 selama inspirasi. Hembuskan
meniup50secara perlahan-lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Benson Ralph C, Pernoll Martin L, 2009, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta
Manuaba .I.G.B, dkk, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri, EGC, Jakarta
Marmi, dkk, 2014, Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Prawiroharjo, 2011, Ilmu Kandungan, Bina Pustaka, Jakarta
Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia, 2010, Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan), Trans Info Media, Jakarta
51
52
53