Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN NY.L DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATONIA UTERI DI


RUANGAN VK PUSKESMAS PAHANDUT

Disusun oleh :
Lastri Lestari
(2016.C.08a.0751)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. L Dengan Diagnosa Medis
Atonia Uteri Di Ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya. dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya, Saya berharap laporan pendahuluan
penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai penyakit Atonia Uteri.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempur oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katayang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Palangka Raya, 20 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................... 4
Latar Belakang........................................................................................ 4
Tujuan...................................................................................................... 4
BAB II: TINJAUAN TEORI............................................................................ 5
Pengertian................................................................................................ 5
Etiologi.................................................................................................... 6
Gambaran Klinis..................................................................................... 7
Manifestasi Klinis................................................................................... 8
Pencegahan Atonia Uteri......................................................................... 8
Manajemen Atonia Uteri......................................................................... 10
BAB III: TINJAUAN KASUS......................................................................... 15
BAB IV: PEMBAHASAN............................................................................... 32
BAB V: PENUTUP.......................................................................................... 34
Kesimpulan.............................................................................................. 34
Saran........................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 35

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini
(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-
serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi
daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut
miometrium tersebut tidak berkontraksi.
Atonia uteri dapat disebabkan oleh overdistention uterus seperti: gemeli,
makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi. Umur yang terlalu muda atau
terlalu tua. Multipara dengan jarak keahiran pendek.Partus lama / partus
terlantar.Malnutrisi, Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan
plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang perdarahan post partum akibat
atonia uteri, baik dari pengertian, penyebab, gejala klinis, pencegahan dan
penanganannya.
a.       Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu perdarahan post partum
sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
b.      Tujuan Khusus
·         Mengetahui apa itu atonia uteri
·         Mengetahui tanda dan gejala atonia uteri
·         Mengetahui epidemiologi atonia uteri
·         Mengetahui etiologi atonia uteri
·         Mengetahui patofisiologi atonia uteri
·         Mengetahui klasifikasi atonia uteri
·         Mengetahui penatalaksanaan atonia uteri
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa

4
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan
kebidanan.
1.3.2 Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan
khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes
Jakarta, 2002).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2011).

a b
Gambar 1: a. Kontraksi uterus normal b: Atonia uteri
Atonia
uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi
dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling
penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan.
Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada
terjadinya syok hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia, 2010).

6
Gambar 2: a: Uterus tidak berkontraksi b: uterus berkontraksi

Uterus berkontraksi, miometrium menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara
serabut otot yang keluar dari bekas implantasi

Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat


berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Apri, 2009).
Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah
persalinan.

2.2 Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain:
overdistention uterus seperti gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi, umur terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran
pendek, partus lama atau partus terlantar, malnutrisi, dapat juga karena salah
penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum
terlepas dari uterus (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Grandemultipara: uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda,
anak besar berat badan lebih dari 4000 gr, kelainan uterus (miom uteri, bekas
operasi), plasenta previa dan solusio plasenta (perdarahan antepartum), partus
lama, partus presipitatus, hipertensi dalam kehamilan, infeksi uterus, anemia
berat, penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus),

7
riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya atau riwayatmanual plasenta,
pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong uterus
sebelum plasenta terlepas, IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air
ketuban, tindakan operatif dengan anastesi umum terlalu dalam (Ai Yeyeh, Lia,
2010). Pasien yang mengalami atonia uteri bisa mengalami syok. Terdapat tanda-
tanda syok meliputi nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih),  tekanan
darah sangat rendah: tekanan sistolik < 90 mmHg,   pucat,  keriangat/ kulit terasa
dingin dan lembab, pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih,   gelisah,
binggung atau kehilangan kesadaran, urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam).

2.3 Gambaran Klinis


Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-menerus dan keadaan pasien
secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut nadi menjadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat dan dingin, dan napasnya
menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat dan akhirnya coma serta meninggal
dunia. Situasi yang berbahaya adalah kalau denyut nadi dan tekanan darah hanya
memperlihatkan sedikit perubahan untuk beberapa saat karena adanya mekanisme
kompensasi vaskuler. Kemudian fungsi kompensasi ini tidak bisa dipertahankan
lagi, denyut nadi meningkat dengan cepat, tekanan darah tiba-tiba turun, dan
pasien dalam keadaan shock. Uterus dapat terisi darah dalam jumlah yang cukup
banyak sekalipun dari luar hanya terlihat sedikit. Bahaya perdarahan post partum
ada dua, pertama : anemia yang berakibat perdarahan tersebut memperlemah
keadaan pasien, menurunkan daya tahannya dan menjadi faktor predisposisi
terjadinya infekol nifas. Kedua: Jika kehilangan darah ini tidak dihentikan, akibat
akhir tentu saja kematian (Human labor and birth, 1996).
Tanda dan gejala atonia uteri sendiri menurut Ralph C. Benson & Martin L.
Pernoll (2009), di antaranya:
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa
sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti
pembeku darah.

8
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
3. Fundus uteri naik    
4. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu:
a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. pucat
d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. urine yang sedikit (< 30 cc/ jam)

2.4 Patofisiologi
Faktor resiko yang terdiri dari : Grande multipara,jarak persalinan kurang
dari 2 tahun,persalinan dengan tindakan :
Pertolongan dukung,tindakan paksa,dengan narkosa,kelahiran sulit atau
normal dari plasenta,penyakit yang diderita (penyakit jantung, DM, dan
kelainan pembekuan darah)dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri,t rauma
genital (perineum,vulva,vagina,servik,atau uterus). Retensio plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Pada atonia uterus ditandai dengan uterus tidak
berkontraksi dan lembek menyebabkan pembuluh darah pada bekas implementasi
plasenta terbuka sehingga menyebabkan pendarahan. Pada genetelia terjadi
robekan atau luka episotomi, ruptur verikositis, inversi uterus menyebabkan
pendarahan. Pada retensio plasenta ditandai dengaplasenta belum lahir setelah
30 menit. Sisa plasenta ditandai dengan palsenta atau selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan robekan jalan lahir, jika ditangani dengan
tidak baik dapat menimbulkan komplikasi : dehidrasi,hivolemik, syok
hipovolemik, anemia berat,infeksi dan syok septik,sepsis purpuralis,emboli paru.
Pada kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi spontan, hipoksia intra uterin,
reterdasi pertumbahan intra uteri dan dampak terkahir menimbulkan kematian
( Maritalia D,2012).

9
10
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), tanda gejala yang khas pada atonia uteri
jika kita menemukan: uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera
setelah anak lahir.
2.5.1 Pencegahan Atonia Uteri
Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
- Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita
yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan
pasca persalinan akibat atonia uteri.
- Pemberian misoprostol perora 2-3 tablet (400 – 600 µg) segera setelah
bayi lahir (Prawiroharjo, 2011).
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan post partum lebih dari 40 %, dan juga dapat mengurangi
kebetulan obat tersebut sebagai terapi. Memejemen aktif kala III dapat
mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan
tranfusi darah (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu
onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau
kontraksi tetani seperti ergometrin. Pembrian oksitosin paling bermanfaat
untuk mencegah atonia uteri. Pada menejemen kala III harus dilakukan
pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10
unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-500 cc/jam (Ai
Yeyeh, Lia, 2010).
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti
sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan postpartum
dini. Karbetosin merupakan obat obat long-action dan onset kerjanya cepat,
mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian oksitosin bolus IV
dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin
ternyata lebih efektif dibanding oksitosin (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
- Pemberian ASI awal

11
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat
untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga membantu uterus
berkontraksi. Pemberian ASI awal dengan cara Inisiasi Menyusu Dini.
Langkah Inisiasi menyusu Dini (IMD)
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera
lahir selama sedikit satu jam. Dianjurkan agae tetap melakukan
kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama kelahirannya
w/alaupun bayi telah berhasil menghisap putting susu ibu dalam
waktu kurang dari 1 jam.
2. Bayi harus menggunakan naluri alamiyahnya untuk melakukan
Inisiasi Menyusu Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk
menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya harus dilakukan kepada bayi
baru lahir hingga menyusu selesai dilakukan, proseedur tersebut
seperti : menimbang, pemberian antibiotika salep mata, vitamin
K1 dan lain-lain.
 Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sendini mungkin
dan secara ekslusif (Asuhan Persalinan Normal, 2008).

2.5.2 Manajemen Atonia Uteri


Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), menejemen atonia uteri meliputi :
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan
awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat,
monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, monitoring
saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu
dilakukan untuk persiapan tranfusi darah.
2. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus
yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera
lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka lakukan
evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung,

12
periksa apakah perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan
jahit atau rujuk segera.
3. Jika uterus tidak berkontraksi
Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan
lubang servik, pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, lakukan
kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. Jika uterus
berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-
lahan dan pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi
maka anjurkan keluarga untuk memulai melakukan kompresi bimanual
eksterna, keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg
LM (jangan diberikan jika hipertensi), pasang infus menggunakan
jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 oksitosin.
Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin, ulangi KBI jika uterus
berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus
tidak berkontraksi maka rujuk segera.
4. Pemberian uterotonika
Oksitosin merrupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus
posterior hipofisis.obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya
meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan
timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan
kontraksi dan meningkatkan frekuensi tetapi pada dosis tinggi
menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV,
untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus ringer laktat 20 IU perliter,
jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal
9IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan
yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan
jarang ditemukan.
5. Operatif (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen
bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang
besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina,
masuk ke miometrium ke luar bagian avaskular ligamentum latum

13
lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina
dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu
penting untuk menyertakan 2-3 cm miometriom. Jahitan kedua dapat
dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan
pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi
kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bawah, 3-4 cm dibawah
ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar
cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri
uterina menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu
dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
6. Histerektomi (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering
dilakukan jika terjadi perdarahan post partum masif yang membutuhkan
tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan
lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
7. Kompresi bimanual (boleh dilakukan oleh bidan yang sudah
berpengalaman)
Menurut Ai Yeyeh, Lia (2010) kompresi uterus bimanual dapat
ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit. Biasanya ia sangat
baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan
perdarahan secara sempurna. Bila uterus refrakter oksitosin, dan
perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka
histerektomi merupakan tindakan terakhir.
Peralatan yang digunakan meliputi sarung tangan steril dan
keadaan sangat gawat lakukan dengan tangan telanjang dengan tangan
yang telah dicuci. Tekniknya yaitu basuh genetalia eksterna dengan
lakukan desinfektan dalam kedaruratan tidak diperlukan. Eksplorasi
dengan tangan kiri sisipkan tinju dalam vornik anterior vagina, tangan
kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan
menangkap dari belakang atas, tamgan dalam menekan uterus keatas
terhadap tangan luar, itu tidak hanya menekan uterus tetapi juga
meregangkan pembuluh aferen sehingga menyempitkan lumennya.

14
Alasan dilakukan KBI adalah atonia uteri seringkali bisa diatasi
dengan KBI. Jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan
tindakan-tindakan lain seperti :
a. Berikan 0,2 ergometrin secara IM atau misoprostrol 600-1000 mcg
dan jangan berikan ergometrin pada ibu dengan hipertensi karena
ergometrin bisa menaikkan tekanan darah.
b. Gunakan jarum dengan ukuran besar (16 atau 18). Pasang infus dan
berikan 500 cc larutan RL yang mengandung 20 IU oksitosin.
c. Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit seger rujuk ibu
karena ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu memebutuhkan tindakan
gawat darurat difasilitas kesehatan rujukan mampu melakukan
operasi dan transfusi darah.
e. Teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di tempat
rujukan.
f. Infus 500 ml perjam pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit dan
berikan tambahan 500 ml per jam hingga tiba ditempat rujukan atau
hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian
lanjutkan dalam jumlah 125 cc / jam.
g. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan cairan 500 ml (botol ke 2)
cairan infus dengan tetesan sedang dan ditambah dengan cairan
secara oral untuk rehidarasi.
Berikut merupakan cara kompresi bimanual eksterna (hanya boleh
dilakukan oleh bidan yang sudah berpengalaman) menurut Ai Yeyeh dan
Lia (2010) seperti :
a. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan
korpus uteri dan diatas simpisis pubis.
b. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri. Usahakan untuk mencakup atau memegang bagian
uterus seluas mungkin.
c. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan
depan dan belakang agar pembuluh darah dalam anyaman

15
miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.

2.6 Pencegahan
Mencegah atau sekurang kurangnya bersiap siaga pada kasus kasus yang
di sangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak
saja dilakukan waktu brsalin,namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan
melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai presposisi atau
riwayat pendarahan postpartum sangat di anjurkan untuk bersalin di Rumah sakit.
Dirumahsakit diperuksa keadaan fisik,keadaan umum,kadar Hb,golongan
darah,dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi
persalinan,dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan. Setelah ketuban
pecah kepala janin mulai membuka.

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan

2.7.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses perawatan,

untuk itu di perlukan kecermatan dan keterlitihan tentang masalah-masalah klien

sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan

proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

2.7.1.1 Pengumpulan data

1) Identitas

Nama :Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak keliru

dalam memberikan penanganan

Umur :Untuk mengetahui umur pasien, semakin taunya umur resiko

terjadinya per-eklamsi berat sangat berat

Agama : Sebagai keyakinan individu untuk proses kesebuhannya

16
Alamat : Untuk mengentahui alamat rumahnya

Pendidikan: dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien sehingga

mempermudah dalam pemberian pendidikan kesehatan

Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemungkinan peengaruh pekerjaan

terhadap permasalahan kesehatan.

2).KeluhanUtama

Pendarahan jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin,


kesulitan Kesulitan bernafas, pusing, brkunang- kunang.

3). Riwayat Kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan dan
pre elkamsi/ elkamsia, bayi besar, peradarahan saat hamil,persalinan dengn
tindakan robekan jalan lahir, partus dan lain lain.
4). Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien pernah mampunyai riwayat penyakit
yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual dan
muntah.

5). Riwayat penyakit keluaarga : Adakah keluarga pasien yang menderita


penyakit tertentu yang dapat memperberat / menimbulkan komplikasi pada ibu
hamil misalnya : penyakit hipertensi.Perilaku yang memperngaruhi kesehatan :
Cemas dan ketakutan.
6). Perilaku yang memperngaruhi kesehatan : Cemas dan
ketakutan.

2.7.1.2 Pemeriksaan fisik :

1). B1 Pernafasan :
(1) Auskultasi: ( Bunyi nafas) Versikular tidak ada suara tambahan
(2) Inspeksi: (Bentuk dada) Barrel chest Tidak ada otot bantu nafas, Sekret (-)
(3) Perkursi: Resonan (dug dug dug)
(4) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

17
2). B2 Kardiovaskular : - Anemia mungkin terjadi karena pendarahan selama
proses persalinan sehingga ibu kehilangan darah selama prosedur
melahirkan,wajah pucat (Anemia).
(1) Auskultasi : Irama jantung reguler, S1 S2 tunggal

(2)Palpasi : CRT < 3 detik Nadi lemah( bradikardi)

3) B3 Persyarafan : GCS : 4,4,6

(1) Tingkat kesadaran : Delnium (Gelisah)


(2) Respon Mata (spontan), Verbal ( Bingung),
(3) Motorik (mengikuti perintah).

4). B4 Perkemihan :

(1) Inspeksi : Warna urine (kuning pekat), jumlah (menurun), pasien dalam

keadaan tidak terpasang kateter.

5). B5 Pencernaan :

(1) Palpasi : abdomen lunak, tidak ada distensi

(2) Inspeksi : abdomen tampak ada garis stretch mark

(3) Auskultasi : Bising usus

(4) Perkursi : Nyeri di bagian abdomen bawah

6).B6 Musculoskletal dan integumen :

(1) Inspeksi : Warna kulit normal, tidak ada benjolan/ pembekakan.


(2) Palpasi : Adanya nyeri tekan.

7). B7 Pengindraan
(1) Inspeksi : Mata (simetris), pupil (Normal), konjungtiva (merah muda),
ketajaman penglihatan (normal).
(2) Hidung (Normal), Sekret (-)

18
(3) Telingga (Bentuk simetris), ketajaman pendengaran (Normal).

8). B8 Endokrin

(1) Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Thyroid, Tidak ada pembesaran

kelenjar parotis

(2) Inspeksi : pasien banyak berkeringat.

2.7.2 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokan dan di analisa untuk

menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokannya dibagi menjadi

dua yaitu, data subjektif dan objektif dan kemudian ditentukan masalah

keperawatan yang timbul.

2.2.3 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah masalah keperawatan yang muncul dalam diri
pasien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien perdarahan post partum
dengan indikasi syok hipovolemik.
1) Nyeri Akut b/d Perdarahan
2) Ansietas b/d perubahan dalam fungsi peran
3) Resiko infeksi b/d perdarahan
4) Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan

2.7.4 Intervensi

2.7.4.1 Nyeri Akut b/d perdarahan.

Tabel 2.1 Intervensi data keperawatan pada klien dengan diagnosa


medis
Persalinan normal dengan indikasi pendarahan post partum.

19
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan -Bina hubungan - Agar pasien

keperawatan selama 1x24 jam Saling percaya antara Kooperatif


dalam tindakan
pasien diharapkan Rasa nyeri perawat dan pasien.
-Untuk
- Kaji tipe dan
pada pasien berkurang. mengetahui
sumber nyeri untuk
Kriteria Hasil : berapa berat
menentukan
-Kognitif : Pasien intervensi nyeri yang di

menunjukan pemahaman alami pasien.


-kaji tanda tanda vital -untuk
tentang penyebab Nyeri.
-Afektif : Pasien -Kolaborasikan mengetahui

mampu mendemostrasikan dengan dokter jika keadaan umum


kembali apa itu faktor nyeri ada keluhan dan pasien
dan penyebab nyeri. tindakan nyeri yang

-Psikomotor: berlebihan.
- Observasi TTV
Ajarkan kepada pasien
bagaimana mengepresikan
nyeri dengan bantuan
skala 1-10

20
2.7.4.2 Ansietas b/d Perubahan dalam fungsi peran

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi


Rasional
Setelah mendapatkan -Menciptakan - Agar pasien
perawatan selama 1x24 jam hubungan baik antara Kooperatif
diharapkan cemas pasien dan perawat. dalam tindakan
pada pasien sedikit -Dorong keluarga -Untuk
berkurang. Kriteria Hasil : untuk tinggal dengan memberika
-Kognitif:Pasien menunjukan pasien agar Suasana yang
pemahaman tentang meningkatkan aman dan
penyebab cemas atau keselamatan dan nyaman bagi
ketakutan. mengurangi rasa pasien yang
-Afektif : takut. sedang
Pasien mampu -Ajarkan pasien mengalami
mendemostrasikan kembali Tentang teknik kecemasan
teknik bagaimana cara Relaksasi dan
mengatasi cemas /ketakutan. Kolaborasi pada
-untuk
-Psikomotor : Dokter.
memberika
Ajarkan pasien bagaimana
rasa
cara menghadapi/mengatasi -observasi TTV
nyaman dan
krtika kecemasan itu datang.
relax pada
-Perubahan fungsi:
pasien
Rasa takut dan cemas sedikit
berkurang.

-untuk
mengetahui
keadaan umum
pasien

21
2.7.4.3. Resiko infeksi b/d Perdarahan

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi


Rasional

Setelah mendapatkan -Perubahan Fungsi : -Menciptakan


Tidak ada tanda hubungan baik
tindakan perawatan selama tanda infeksi.
antara pasien dan
1x24 jam diharapkan
perawat.
infeksi pada pasien benar -Jelaskan pada

benar teratasi. pasien tentang


resiko infeksi,
Kriteria
memberikan
Hasil :
informasi faktual

Kognitif : Pasien mampu tentang resiko


infeksi.
manunjukan tentang
-Berikan cairan IV,
mengetahui gejala awal pemberian

terjadinya infeksi. antibiotik untuk


mencegah
-
timbulnya infeksi.
Afe
ktif
:

pasien mampu -Observasi


mendemostrasikan, kembali TTV
bagaimana cara mengetahui
awal terjadi infeksi.
-
Psikom
otor :

Ajarkanpasien bagaimana
mengatasi jika terjadi infeksi.

22
- Agar pasien Kooperatif
-salah satu tindakan
dalam tindakan
pengobatan dan
-Untuk memberikan -untuk
pencegahan
Pengetahuan kepada pasien mengetahui
terjadinya resiko
dan keluarga tentang Resiko keadaan umum
infeksi.
infeksi pasien

2.7.4.4 Resiko syok hipovolemik b/d Perdarahan

Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi


Rasional

Setelah mendapatkan -Menciptakan - Agar pasien

perawatan selama 1x24 hubungan baik antara Kooperatif


pasien dan perawat.
jam diharapkan syok dalam tindakan
-Jelaskan pada pasien
yang dialami pasien

23
teratasi. tentang resiko syok -Untuk

Kriteria memberikan
Hipovolemik.
Hasil : Pengetahuan
- Berikan cairan IV
-Kognitif : Pasien mampu kepada pasien
atau oral yang tepat
menunjukan pemahaman dan keluarga
sesuai resep dokter.
tentang penyebab syok. tentang Resiko
-Monitor TTV
-Afektif : Pasien mampu syok

mendemostrasikan Hipovolemik

kembali bagaiman caranya -salah satu

mengatasi syok. tindakan

-Psikomotor : ajarkan pengobatan dan

pasien atau keluarga pencegahan

bagaimana cara mengatasi terjadinya

syok. resiko syok

-Perubahan Fungsi : hipovolemik.

Cemas,syok/ketakutan -Untuk

yang di mengentahui

alami pasien sedikit keadaan umum


berkurang.
pasien

2.7.5 Pelaksanaan

Fokus implementasi adalah efektifitas tindakan untuk menangani yang

sifatnya mendesak. Terdiri dari tindakan-tindakan otomatis seperti melaksanakan

tindakan pengobatan atau instruksi medis dan tindakan terencana.

24
2.7.6. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah memberikan tindakan keperawatan dengan

melihat respon pasien,mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan

proses yang menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai.

26
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengumpulan data

3.1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. L
Tempat/Tgl lahir : Palangkaraya 16 Desember 1986
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesi
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : IRT
Gol. Darah : B
Alamat : Jl. Rajawali No 102
Diagnosa Medis : Antonia Uteri
Penghasilan perbulan : -
Tanggal masuk RS : 19 Juni 2020
Tanggal Pengkajian : 19 Juni 2020
Nomor Medrek : 010900

3.1.2 Identitas Suami


Nama : Tn. B
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terakhir : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Gol. Darah : O
Alamat : Jl. Rajawali No 102

27
3.2 Status Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri di abdomen bagian
bawah

Riwayat Kesehatan sekarang : (PQRST)


Pasien perdarahan hebat post partum, nyeri dibagian abdomen bawah,
nyeri seperti ditusuk-tusuk di abdomen bagian bawah, skala nyeri
sedang ,rasanya terus menerus
b. Riwayat Kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi :

c. Riwayat obstetric dan ginekologi


1. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Menstruasi :
- Menarche : 2017
- Lamanya haid : 7 Hari
- Siklus : 28 Hari
- Banyaknya : 2 kali ganti pembalut
- Sifat darah (warna, bau/gumpalan, dysmenorhoe) : Bergumpal
- HPHT : 17-10-2019
- Taksiran persalinan : 24-7-2020
b. Riwayat Perkawinan : (suami dan isteri)
- Lamanya pernikahan : 11 Tahun
- Pernikahan yang ke : Pertama
c. Riwayat Keluarga Berencana :
- Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil: Tidak
ada
- Waktu dan lamanya penggunaan : Tidak ada
- Apakah ada masalah dengan cara tersebut : Tidak ada
- Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan
sekarang : KB Suntik
- Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga :2 anak

28
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G5 P5 A0

No Thn Jenis Penolong Tempat H/ J BB Komplik Ket


Persalinan M K lahir asi
1. 2003 Spontan Bidan BPS H L 2900 Tidak -
gr ada
2. 2007 Spontan Bidan BPS H P 3300 Tidak -
gr ada
3. 2012 Spontan Bidan BPS H P 3100 Tidak -
gr ada
4. 2016 Spontan Bidan BPS H L 2800 Tidak -
gr ada
5. Ham
il ini

b. Riwayat Kehamilan sekarang :


- Keluhan waktu hamil : Tidak ada keluhan
- Imunisasi : Belum diberikan imunisasi
- Penambahan BB selama hamil : ada sekitar 4 kg
- Pemerikasaan Kehamilan :Teratur
- Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan :RS(Normal)
c. Riwayat Persalinan sekarang :
- P5 A0
- Tanggal melahirkan :20 Juni 2020 Jam 16.00 WIB
- Jenis Persalinan : Normal Lamanya persalinan : 1 Jam
- Penyulit Persalinan : Perdarahan setelah bayi dan plasenta
lahir
- Pendarahan : 800 cc
- Jenis kelamin bayi :Perempuan ,BB :3500 gr APGAR Score
Normal

29
3.3 Pemerikasaan Fisik
3.3.1 Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Gelisah
Kesadaran: Delirium (Gelisah)
Vital sign : TD : 110/70 mmHg S : 36oC N: 83x/mnt teraba lemah R:
23x/mnt
BB : Sebelum hamil : 55 kg
Sesudah hamil : 65 kg
LILA : 23,5 cm
Tinggi Badan : 162 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bersih, tidak ada ketombe
Wajah : simetris, tidak ada oedem
Mata : bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva merah
tidak anemis
Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih
Gigi dan mulut: tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat
stomatitis, keadaan gigi bersih
Telinga : simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjaran limfe, kelenjar tiroid
namun vena jogularis membesar
Dada : simetris, pergerakan nafas teratur tidak ada benjolan
abnormal
Payudara : simetris, puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi,
kolostrum keluar hanya sedikit
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada strie gravidarum,
pembesaran perut sesuai ukuran kehamilan
Ekstremitas : fungsi pergerakan baik, tidak oedem, tidak ada
varises
Genetalia : tidak ada oedem dan varises pada vulva vagina
Punggung : tulang belakang sedikit lordosis

30
Rectum : tidak ada hemoroid
3.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
- Frekuensi makan : 2 Kali sehari
- Jenis makanan : Nasi, ikan, sayur, lauk pauk
- Makanan yang disukai : Nasi Goreng
- Makanan yang tidak disukai : Burger
- Makanan pantang / alergi : Tidak ada
- Nafsu makan : Baik
- Porsi makan : 1 Piring
- Minum (jumlah dan jenis) : Air putih 6 gelas/ Hari
b. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 1 Kali sehari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Bau : Tai
- Konsistensi : Lembek
- Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
2. Buang Air Kecil (BAK)
- Frekuensi : 3 Kali sehari
- Warna : Kuning pekat
- Bau : Amoniak
- Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
c. Pola tidur dan istirahat
- Waktu tidur : 6-7 Jam
- Lama tidur/hari : 7 Jam
- Kebiasaan pengantar tidur : Mendengarkan musik
- Kebiasaan saat tidur : Mengorok
- Kesulitan dalam tidur : Tidak ada
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kegiatan dalam pekerjaan : Bersih-bersih rumah
- Olah raga : Jarang

31
- Mobilisasi dini : Jarang dilakukan
- Kegiatan di waktu luang : Berkumpul dengan keluarga
- Menyusui (posisi, cara, frekuensi) :
e. Personel Hygiene
- Kulit : Agak kering
- Rambut : Baik tidak ada ketombe
- Mulut dan Gigi : Bersih tidak bau
- Pakaian : Bersih dan rapi
- Kuku : Bersih simetris
f. Ketergatungan fisik
- Merokok : Tidak ada
- Minuman keras : Tidak ada
- Obat-obatan : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
5. Aspek Psikososial dan Spiritual
a. Pola pikir dan persepsi
 Apakah ibu telah mengetahu cara memberi ASI dan memberi
makanan tambahan pada bayi : Ibu sudah mengetahui
 Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : iya
 Jenis kelamin yang diharapkan : terserah yang penting selamat
 Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : Pasien sendiri
 Apakah ibu telah mengetahui nutrisiibu menteteki :
 Apakah hamil ini diharapkan : Iya diharapkam
 Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya :
iya sudah di rencanakan
 Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan
merawat tali pusat : Iya ibu sudah mengetahuinya
b. Persepsi diri
 Hal yang amat dipikirkan saat ini : bu mengatakan sangat
mengharapkan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat.
 Harapan setelah menjalani perawatan : Ibu mengatakan tetap
rajin beribadah.

32
 Perubahan yang dirasa setelah hamil : Ibu mengatakan ada
perubahan setelah larian anak ke 5 ini
c. Konsep diri
 Body image : Pasien mengatakan walaupun ini kehamilan yang
ke lima ibu dan keluarga sangat bahagia.
 Peran : Menjaga dan mengasuh anak
 Ideal diri : Pasienn mengatakan sangat mengharapkan anak
yang dilahirkan dalam keadaan sehat.
 Identitas diri : Pasien dari anak-anaknya
 Harga diri : Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
d. Hubungan/Komunikasi
 Bicara : jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti
orang lain : Jelas
 Bahasa utama : Bahasa daerah dayak
 Yang tinggal serumah : Suami dan anak-anak
 Adat istiadat yang dianut : Dayak ngaju
 Yang memegang peranan penting dalam keluarga : Suami
 Motivasi dari suami : Tetap tenang jangan cemas
 Apakah suami perokok : Tidak
 Kesulitan dalam keluarga : Keuangan
e. Kebiasaan Seksual
 Gangguan hubungan seksual : Tidak ada gangguan
 Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : Pasien sudah
mengerti
f. Sistem nilai - kepercayaan
 Siapa dan apa sumber kekuatan : Semua kekuatan diberikan
oleh tuhan
 Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda :
Pasien mengatakan sangat penting
 Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam
frekuensi) sebutkan :

33
 Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di
Rumah Sakit, sebutkan : Berdoa
6. Pemerikasaan Penunjang
a. Darah
 HB : 7 mg/dl Golongan darah/Rh+
 Gula darah : 130 mg/dl Leukosit : 5000 103/µ
b. Urine
 Protein :
 Sedimen :
 Reduksi :
c. Pemeriksaan tambahan
 Rontgent :
I. PENGOBATAN

Palangka Raya,
…………………………………………
Mahasiswa

Lastri Lestari

Analisa Data

Data Objektif dan Kemungkinan Masalah


Subjektif Penyebab

DS : Kontraksi uterus Nyeri akut


- Pasien perdarahan
hebat post partum,
nyeri dibagian Atonia aliran darah
abdomen bawah, uteri
nyeri seperti ditusuk-
tusuk di abdomen
bagian bawah, skala Perdarahan
nyeri sedang ,rasanya
terus menerus
- Klien mengatakan Gangguan

34
dibagian vagina nyeri psikososial
- Klien mengatkan
nyeri di bagian
abdomen bagian Pelepasan mediator
bawah kimia

DO :
- Pasien Tampak Berikatan dengan
meringis moniceptor
- Pasiien tampak
gelisah
- Nadi teraba melemah Nyeri akut
- Tekanan darah
menurun
- Tampak keluar darah
dari pervagina
- Klien tampak
meringis menahan
sakit
- Gelisa, tingkah
berhati-hati posisi
untuk mengurangi
nyeri
- Skala nyeri 7
- TTV Kontraksi uterus Resiko syok
- TD : 110/70 Hipovolemik
mmHg
- Nadi : 83 x/menit Atonia aliran darah
- RR : 23 x/menit uteri
- TT: 36,00 C

Kontraksi
berlebihan

DS : -
DO : Perdarahan
- Nadi teraba lemah meningkat
- Tekanan darah menurun
- Turgor kulit menurun
- Volume urine menurun Resiko syok
- Perdarahan ± 800 cc Hipovolemik
- TTV
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 83 x/menit
- RR : 23 x/menit
- TT: 36,00 C
- Hb 7 mg/dl

35
PRIORITAS MASALAH

1. Resiko Hipovolemik dibuktikan dengan perdarahan post partum


2. Nyeri akut berhubungan dengan atonia aliran darah uteri dibuktikan dengan
pasien tampak meringis dan mengalami perdarahan.

36
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. L
Ruang Rawat :Ruang VK

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Resiko syok Hipovolemik Setelah dilakukan tindakan Manajemen Syok Hipovolemik 1. Untuk mengamati perubahan TTV
dibuktikan dengan pasien keperawatan diharaapkan 1. Monitor TTV secara signifikan
mengalami perdareahan kondisi pasien membaik, 2. Monitor satus cairan 2. Agar cairan pasien terpenuhi
dengan kriteria hasil : 3. Periksa adanya nyeri tekan 3. Untuk mempermudah manajemen
- TTV membaik dan 4. Berikan posisi modified trendelenberg nyeri
dalam keadaan 5. Kolaborasi pemberian inf cairan 4. Agar pasien bisa tenang dan tidak
normal
kristaloid gelisah
- Tidak terjadi
perdarahan lagi 6. Kolaborasi pemberian transfuse darah 5. Untuk pemenuhan cairan dan darah
- Hb dalam keadaan yang hilanng
normal
6. Untuk menormalkan hb

37
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan atonia aliran darah uteri keperawatan diharaapkan
dibuktikan dengan pasien nyeri akut pasien teratasi, Manajemen Nyeri
tampak meringis dan dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi skala nyeri 1. Untuk mengetahui skala nyeri
2. Berikan teknik non farmakologi
mengalami perdarahan. 1. Klien tidak meringis pasien
untuk mengurangi rasa nyeri,
kembali
pengalihan perhatian. 2. Untuk pengalihan focus pasien
2. Tidak ada keluhan
3. Jelaskan strategi meredakan nyeri
nyeri untuk mengurangi nyeri
4. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Kondisi pasien
ketorolac 3. agar pasien bias meredakan nyeri
membaik
4. Skala nyeri 4 sendiri
4. agar membantu mengurangi nyeri

38
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
1). 20 Juni 2020 1.Memonitor TTV pasien S: Lastri Lestari
2. Memonitor satus cairan pasien O:
3. Melakukan pemeriksa adanya nyeri tekan - Nadi masih teraba lemah
4. Mengatur posisi modified trendelenberg - Turgor kulit menurun
- Volume urine menurun
5. Berkolaborasi pemberian inf cairan kristaloid
- Perdarahan ± 800 cc
- TTV
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 83 x/menit
- RR : 23 x/menit
- TT: 36,00 C
- Hb 7 mg/dl
- Nyeri tekan di bagian abdomen bawah
- Gelisah pasien mulai berkurang

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi

39
40
Tanda tangan
Hari/Tanggal dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama
Perawat
2). 20 Juni 2020 1. mengidentifikasi skala nyeri S : Pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
2. Memberikan teknik non farmakologi untuk
- P= karna atonia uteri,
mengurangi rasa nyeri, pengalihan perhatian.
- Q=seperti tertusuk-tusuk
3. Menjelaskan strategi meredakan nyeri Lastri Lestari
- R=abdomen bawah,
4. Berkolaborasi pemberian analgetik ketorolac
- S= 4 sedang
- T= hilang timbul
O:
-Skala nyeri pasien 4 ( Sedang)
-Pengalihan perhatian pasien berhasil, neri
pasien berkurang
- Pasien tampak sudah paham dengan apa yang
dijelaskan
- Kolaborasi berhasil nyeri berkurang setelah
disuntikan analgetik inj ketorolak
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Tetap lanjutkan intervensi sesuai kebutuhan
pasien sampai keadaan pasien membaik dan
dibolehkan pulanng

SATUAN ACARA PENYULUHAN


42
Pokok bahasan          :
Sasaran                        :
Hari/tanggal                 :
Waktu                          :
Tempat                        :
Penyuluh                   :

I. Tujuan instruksional Umum


Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan diharapkan agar pasien dan keluarga dapat memahami tentang dasar-dasar managemen
nyeri.
II. Tujuan instruksional Khusus
1.Menjelaskan pengertian nyeri
2.Menjelaskan penyebab nyeri
3.Menjelaskan macam-macam nyeri
4.Menjelaskan tehnik pengobatan
5.Menjelaskan cara menghilangkan nyeri
III. Sasaran
Pasien dan Keluarga Pasien

43
IV. Materi
1.  Pengertian nyeri
2.  Penyebab nyeri
3.  Macam-macam nyeri
4.  Teknik pengobatan nyeri
5.  Cara menghilangkan nyeri
V. Metode
1.  Ceramah
2.  Tanya Jawab
VI. Media
1. Leaflet
VII. Proses Pelaksanaan
No. Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Peserta
1. Pendahuluan 5 menit
 Memberi salam  Menjawab salam
 Menyampaikan pokok bahasan  Menyimak
 Menyampaikan tujuan  Menyimak
2. Kegiatan Inti 10 menit
 Memberikan penjelasan tentang  Menyimak

44
nyeri  Bertanya
 Memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya  Memperhatikan
 Menjawab pertanyaan peserta
3. Penutup 5 menit
 Menyimpulkan materi penyuluhan  Memperhatikan
bersama peserta
 Memberikan salam penutup  Menjawab salam penutup

H. Evaluasi
Menguji pemahaman orang tua pasien dengan memberikan pertanyaan:
1.   Apa yang di maksudkan dengan nyeri?
2.   Apakah penyebab terjadinya nyeri?
3.   Sebutkan macam-macam nyeri?
4.   Sebutkan salah satu cara menghilangkan nyeri?

45
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
MANAGEMEN NYERI

A. Pengertian
Nyeri adalah sensasi apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun
individu mengatakannya atau nyeri adalah perasaan spesifik seseorang yang diinformasikan oleh mekanisme pertahanan
organisasi tubuh terhadap suatu lesi (kerusakan jaringan).
B.  Penyebab
Adanya gangguan jaringan tubuh sehingga jaringan tubuh tidak bisa berfungsi secara normal.
Seperti : Pasien dengan Vulnus laceratum
C. Macam-Macam Nyeri
1.  Nyeri akut
Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai nyeri yang disebabkan karena suatu cidera,prosedur pembedahan, proses penyakit atau
fungsi abnormal otot dan visera.
2.  Nyeri kronik
Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang menetap melebihi rentang waktu suatu proses akut atau melebihi kurun waktu
normal tercapainya suatu penyembuhan; periodenya dapat bervariasi dari 1 hingga 6 bulan
D. Tehnik Pengobatan
Pada prinsipnya, rasa nyeri bisa diobati dengan tiga cara yaitu:

46
1.  Menghiiangkan Penyebab Nyeri
Nyeri akibat peradangan yang timbul karena bakteri ataupun infeksi Vulnus laceratum dapat dihilangkan dengan mengobati
atau melenyapkan faktor penyebabnya, yakni dengan pemberian obat guna membunuh kuman/bakteri. Agar tidak berkembang
biak pada luka Vulnus laceratum.
2.  Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Nyeri juga dapat ditekan dengan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Atau luka Vulnus laceratum Ini dapat
dilakukan dengan pemberian terapi. Misalnya, terapi media, tehnik Relaksasi (nafas dalam).
3.  Memotong Jalur Transmisi Nyeri
Pada dasarnya segala bentuk pengobatan terhadap nyeri adalah dengan melakukan blokade syaraf sensorik. Ini dapat dilakukan
dengan pemberian obat-obatan yang sifatnya menekan fungsi nociceptor (saraf nyeri).
E. Cara Menghilangkan
1.  Bernapas pelan dan dalam
Cara mudah untuk mengatasi nyeri akut seperti akibat dari vunus laceratum, yakni pernapasan yang pelan dan dalam. Cara ini
cukup efektif bahkan untuk nyeri yang lebih berat, seperti yang sering dilakukan para wanita saat melahirkan.
2. Mengkhayal ( Tehnik emagery)
Bebaskan fantasi dengan mengkhayal apa saja, maka nyeri akut akan berkurang. Dalam sebuah studi di University of
Wisconsin, khayalan seksual atau tentang sesuatu yang seksi paling efektif meningkatkan toleransi terhadap nyeri
dibandingkan khayalan tentang topik lain. Fantasi seksual tidak hanya mengalihkan perhatian dari rasa nyeri. Hamid Hekmat

47
PhD, ilmuwan yang melakukan studi tersebut mengungkap bahwa khayalan semacam itu juga dapat mengurangi rasa gelisah
selama pemeriksaan.
3. Meditasi setiap hari
Agar efektif, cara ini harus dilakukan secara rutin misalnya setiap hari menjelang tidur. Menurut penelitian di Kanada,
seseorang yang rutin bermeditasi memiliki area cortex yang lebih tebal di otak sehingga sensitivitas terhadap nyeri berkurang.
Tidak perlu berbulan-bulan, efeknya sudah bisa dirasakan dengan melakukannya secara rutin selama beberapa hari.
4. Percaya diri
Saat merasakan nyeri pada luka Vulnus mulai timbul , katakan dan yakinkan diri sendiri bahwa sakitnya hanya sebentar.
Alihkan perhatian apabila melihat pasien lainnya tampak kesakitan, atau anggap saja orang itu berlebihan. Cara ini sangat
efektif, dan telah dibuktikan dalam penelitian Robert C. Coghill, PhD. dari Wake Forest University.
5. Bergaul dengan sahabat
Nyeri yang persisten atau menetap seperti nyeri luka Vulnus tidak bisa diatasi hanya dengan obat. Terapi penunjang
dibutuhkan untuk membantu meredakan, salah satunya bergaul dengan sahabat. Menurut sebuah penelitian di Spanyol,
semakin aktif seseorang dalam bergaul, semakin mudah baginya untuk mengatasi gejala nyeri Vulnus.

48
MANAJEMEN Apa itu Nyeri?
NYERI
1. Cidera, luka pembedahan

2. Panas (terbakar)

3. Proses penyakit, misalnya

kanker

Macam- macamNyeri

Nyeri dapat dibagi

OLEH
Penyebab Nyeri..
menjadi 2 jenis yaitu :

Nyeri merupakan sensasi yang 1. Nyeri akut (nyeri< 6


Nama : Lastri Lestari
bulan)
menganggu kenyamanan dan tidak
2. Nyeri kronis (nyeri> 6
NIM : 2016.C.08a.0751
menyenangkan yang bersifat individual bulan)

sertaantara orang yang satudengan yang

lainnya berbeda. Nyeri biasanya


YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
berhubungan dengan adanya suatu
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
kerusakan jaringan sehingga individu
49
akan merasa kesakitan dan halter sebut
Tanda & gejala 3. Tingkah laku berhati – hati.
nyeri 4. Perubahan dalam nafsu makan.

1. Tingkah laku ekspresif, misalnya gelisah,


merintih, menangis, nafas panjang, dan
mengeluh.

2. Teknik Distraksi
Suatu metode untuk menghilangkan
Bagaimana cara mengatasi nyeri ?? nyeri dengan cara mengalihkan
1. Teknik Relaksasi perhatian padahal - hal lain sehingga
2. Posisi untuk mengurangi nyeri, gerakan akan lupa terhadap nyeri yang
 Mengatur posisi yang nyaman
melindungi nyeri. dirasakan. Misalnya :
 Lingkungan yang tenang

 Nafas dalam

Caranya : Tarik nafas dalam

melalui hidung, jaga mulut

tetap tertutup.
DAFTAR PUSTAKAHitung sampai
3 selama inspirasi. Hembuskan

udara lewat mulut seperti

meniup50secara perlahan-lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Benson Ralph C, Pernoll Martin L, 2009, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta
Manuaba .I.G.B, dkk, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri, EGC, Jakarta
Marmi, dkk, 2014, Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Prawiroharjo, 2011, Ilmu Kandungan, Bina Pustaka, Jakarta
Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia, 2010, Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan), Trans Info Media, Jakarta

51
52
53

Anda mungkin juga menyukai