Anda di halaman 1dari 4

UAS ANALISIS KEBIJAKAN

Nama : Enggartiasto Utomo


NIM : 182104102348

1. A
a. Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa produksi dan transformasi
informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis
kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk
dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang
dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan
kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan
kebijakan.
b. Analisis Kebijakan Retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi
informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis
berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok analis ini yakni
analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada masalah
dan analis yang berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga tipe analisis
retrospektif ini terdapat kelebihan dan kelemahan.
c. Analisis Kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang
mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada
penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan
kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya
mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif
dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus
menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat.

B. Menurut saya analisis yang paling ideal untuk menganalisis penaggulangan


kemiskinan di indonesia yaitu Analisis kebijakan terintegrasi karena disitu analisis yang
mengkombinasikan analisis prospektif & Retrospektif yang artinya mengikuti siklus
perumusan kebijakan, yang mencakup pemetaan isu kemiskinan dalam agenda kebijakan,
pengukuran kemiskinan, perumusan, hingga monitoring dan evaluasi kebijakan
penanggulangan kemiskinan. Selain itu dari Retrospektif yang didasari yakni analis yang
berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada masalah dan analis yang
berorientasi pada aplikasi. Maka dari itu penuntasan kemiskinan harus benar-benar
disiplin dari bagaimana perumusan awal, pemetaan, proses nya hingga monitoring
penaggulangan kemiskinan. Yang saya lihat di Indonesia memang belum begitu
maksimal karena biasanya penaggulangan kemiskinan hanya diberikan bantuan dana
langsung dan itu kurang maksimal, harusnya harus ada semacam kegiatan atau usaha
yang benar-benar menciptakan hasil dan dapat mengurangi pengangguran tapi itu tadi
harus disiplin dijalankan dan didukung oleh pihak terkait jangan hanya awalnya saja dan
lama-lama dibiarkan.

2.
a. Perumusan Masalah dapat memasok pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan yang mempersoalkan asumsi-asumsi yang mendasari definisi
masalah, dapat membantu menemukan asumsi- asumsi yang tersembunyi,
memetakan tujuan-tujuan yang memungkinkan, memadukan pandangan2 yang
bertentangan dan merancang peluang-peluang kebijakan baru.
b. Peramalan dapat menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan
tentang masalah yang akan terjadi di masa mendatang sebagai akibat dari
diambilnya alternatif, termasuk tidak melakukan sesuatu
c. Rekomendasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan
tentang manfaat atau biaya dari berbagai alternatif
d. Pemantauan menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan
tentang akibat dari kebijakan yang diambil sebelumnya.
e. Evaluasi membuahkan pengetahuan tentang ketidaksesuaian antar kinerja
kebijakan yang diharapkan dengan yang benar2 dihasilkan.

3. Soal Tindakan Bu Risma yang blusukan ke jalan-jalan dan kolong jembatan


menurut saya yang tindakan tersebut sah-sah saja karena dalam kepemimpinan Bu
Risma sebelumnya sebagai walikota surabaya dia kerap kali melakukan blusukan
terjun langsung ke jalan-jalan Surabaya untuk mengetahui permasalahan secara
langsung yang terjadi di lapangan, karena mungkin saat langsung terjun ke lapangan
semua permasalahan jadi lebih diketahui dari pada mendapat laporan saja. Dan
mungkin yang Bu Risma lakukan sekarang saat menjadi menteri Sosial yang terjun
langsung di Jakarta yaitu ingin mengetahui permasalahan langsung yang ada di
lapangan saat ini, dan dari pengamatan langsung itu mungkin bu Risma mendapatkan
gambaran untuk menetukan suatu kebijakan yang nantinya akan dibuat. Karena tahap
pertama menentukan kebijakan yaitu diperlukan informasi-informasi dulu dam
menyeleleksi masalah-masalah yang kemudian nantinya akan dilakukan perumusan
kebijakan,penetapan kebijakan, penerapan kebijakan, dan evaluasi kebijakan.
4.
 Komunikasi. Implemetasi kebijakan publik agar dapat mencapai keberhasilan,
mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan secara
jelas.  Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus diinformasikan
kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi
implementasi.  Apabila penyampaian tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak
jelas, tidak memberikan pemahaman atau bahkan tujuan dan sasaran kebijakan
tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan
terjadi suatu penolakan atau resistensi dari kelompok sasaran yang
bersangkutan.  Oleh karena itu diperlukan adanya tiga hal, yaitu :
(1) penyaluran (transmisi) yang baik akan menghasilkan implementasi yang
baik pula (kejelasan)
(2) adanya kejelasan yang diterima oleh pelaksana kebijakan sehingga tidak
membingungkan dalam pelaksanaan kebijakan
(3) adanya konsistensi yang diberikan dalam pelaksanaan kebijakan.  Jika yang
dikomunikasikan berubah-ubah akan membingungkan dalam pelaksanaan
kebijakan yang bersangkutan.
 Sumberdaya.  Dalam implementasi kebijakan harus ditunjang oleh sumberdaya
baik sumberdaya manusia, materi dan metoda.  Sasaran, tujuan dan isi kebijakan
walaupun sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila
implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak
akan berjalan efektif dan efisien.  Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal di
kertas menjadi dokumen saja tidak diwujudkan untuk memberikan pemecahan
masalah yang ada di masyarakat dan upaya memberikan pelayan pada
masyarakat.
 Disposisi.  Suatu disposisi dalam implementasi dan karakteristik, sikap yang
dimiliki oleh implementor kebijakan, seperti komitmen, kejujuran, komunikatif,
cerdik dan sifat demokratis.  Implementor baik harus memiliki disposisi yang
baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang
diinginkan dan ditetapkan oleh pembuat kebijakan.  Implementasi kebijakan
apabila memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan,
maka proses implementasinya menjadi tidak efektif dan efisien. Wahab (2010),
menjelaskan bahwa disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implementor, seperti komitmen, keejujuran, sifat demokratis.  Apabila
implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan
kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan
 Struktur birokrasi.  Organisasi, menyediakan peta sederhana untuk
menunjukkan secara umum kegiatan-kegiatannya dan jarak dari puncak
menunjukkan status relatifnya.  Garis-garis antara berbagai posisi-posisi itu
dibingkai untuk menunjukkan interaksi formal yang diterapkan.  Kebanyakan
peta organisasi bersifat hirarki yang menentukan hubungan antara atasan dan
bawahan dan hubungan secara diagonal langsung organisasi melalui lima hal
harus tergambar, yaitu;
(1) jenjang hirarki jabatan-jabatan manajerial yang jelas sehingga terlihat “Siapa
yang bertanggungjawab kepada siapa?
(2) pelembagaan berbagai jenis kegiatan oprasional sehingga nyata jawaban
terhadap pertanyaan “Siapa yang melakukan apa?
(3) Berbagai saluran komunikasi yang terdapat dalam organisasi sebagai
jawaban terhadap pertanyaan “Siapa yang berhubungan dengan siapa dan untuk
kepentingan apa?
(4) jaringan informasi yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, baik
yang sifatnya institusional maupun individual
(5) hubungan antara satu satuan kerja dengan berbagai satuan kerja yang lain. 
Dalam implementasi kebijakan, struktur organisasi mempunyai peranan yang
penting.  Salah satu dari aspek struktur organisasi adalah adanya prosedur
operasi yang standar (standard operating procedures/SOP).  Fungsi dari SOP
menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.  Struktur organisasi
yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan
menimbulkan red-tape, yakni birokrasi yang rumit dan kompleks.  Hal demikian
pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Anda mungkin juga menyukai