Anda di halaman 1dari 20

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

I. Pendahuluan

Laboratorium adalah suatu tempat di mana peserta didik, mahasiswa, dosen,


peneliti dan sebagainya melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan
menggunakan berbagai bahan biologi dan kimia, peralatan gelas dan
instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan
dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena
kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan
bahkan membahayakan bagi orang di sekitarnya. Karena itu guru atau dosen dan
asisten/teknisi laboratorium harus mampu mencegah terjadinya kecelakaan.
Peserta praktikum/peserta didik harus mengetahui bahaya-bahaya yang dapat
terjadi di dalam melakukan suatu kegiatan laboratorium atau eksperimen sehingga
mereka melakukannya dengan hati-hati. Hal ini dimaksudkan agar bahaya terjadinya
kecelakaan dapat dihindarkan.

Keselamatan kerja di laboratorium merupakan suatu keharusan bagi setiap


individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja.
Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan.
Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah terpasang di laboratorium dan tertulis
dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang
agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium.

Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang
pentingnya bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal
dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai jenis
bahan kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dapat lebih berhati-
hati dan yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia
sisa percobaan harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan
polusi pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai
petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan
yang mungkin terjadi ketika bekerja di Laboratorium. Dengan pengetahuan singkat
tersebut diharapkan setiap individu yang melakukan praktikum dan para petugas
laboran dapat bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja para peserta
didik di laboratorium dengan sebaik-baiknya.

II. Sumber Terjadinya Kecelakaan

Terjadinya kecelakaan di laboratorium dapat disebabkan oleh beberapa hal, berikut


ini dipaparkan hal-hal yang sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan :

1. Kurang nya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan


proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan laboratorium.
2. Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurang nya
pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan di laboratorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap peserta didik yang sedang melakukan kegiatan
di laboratorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
pelindung kegiatan laboratorium.
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus
ditaati.
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7. Tidak bersikap hati-hati dalam melakukan percobaan.

Kecelakaan di laboratorium dapatlam dihindari jika orang-orang yang menggunakan


laboratorium mengetahui tanggung jawabnya. Di bawah ini dijelaskan orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap keamanan laboratorium :

1. Lembaga /sekolah dan staf laboratorium bertanggung jawab atas fasilitas


laboratorium yaitu kelengkapannya, pemeliharaan dan keamanannya.
2. Guru/dosen/peneliti/widyaiswara IPA bertanggung jawab di dalam memberikan
semua petunjuk yang diperlukan kepada mahasiswa/peserta didik/peserta diklat
termasuk didalamnya aspek keamanan.
3. Mahasiswa/peserta diklat/peserta didik bertanggung jawab untuk mempelajari
aspek kesehatan dan keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik
yang digunakan maupun yang dihasilkan dari suatu reaksi, dan keselamatan dari
teknik dan prosedur yang akan dilakukannya.

III. Aturan Umum dalam Keamanan di Llaboratorium

Aturan-aturan membantu mahasiswa/peserta didik dan pengguna laboratorium


mengembangkan sikap yang aman terhadap terhadap berbagai bahan kimia
yang berbahaya. Hal yang paling penting adalah pengguna laboratorium
mengetahui aturan-aturan yang aman dan mengetahui apa yang dikerjakannya,
bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi dan hal apa yang harus dilakukan
jika terjadi suatu kecelakaan.
Bberikut ini adalah aturan umum untuk menjaga keamanan di laboratorium :
1. Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di
laboratorium. Ruangan perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk jalan
lewat dan tempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
2. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang
mengawasi.
3. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan Kimia.
4. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku
kerja, jenis percobaan, jenis bahan, jenis peralatan, dan cara membuang
limbah sisa percobaan.
5. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
6. Setiap orang harus cukup hapal dengan lokasi dan perlengkapan darurat
seperti kotak P3K, alat pemadam kebakaran, botol cuci mata, dll.
7. Gunakan perlengkapan keamanan jika sedang melakukan eksperimen.
8. Sebelum mulai kerja kenalilah dahulu kemungkinan bahaya yang akan
terjadi ambillah tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut.
9. Berikan peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan tertentu.
10. Eksperimen yang tanpa ijin harus dilarang. Bekerja sendirian di laboratorium
juga tidak diperbolehkan.
11. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas,
kertas, dsb.
12. Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.
13. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum basah segera
keringkan dengan lap basah.
14. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.
15. Pencatatan data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya. Jawablah
pertanyaan pada penuntun praktikum untuk menilai kesiapan anda dalam
memahami percobaan.
16. Berdiskusi adalah hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih lanjut
percobaan yang dilakukan.
17. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,
jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk
melindungi kaki.
18. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.
19. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
20. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
21. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah
melakukan praktikum.
22. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
23. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan Kimia, laporkan segera
pada laboran/asisten atau pemimpin praktikum. Segera pergi ke dokter untuk
mendapat pertolongan secepatnya.

Jika terjadi kecelakaan :


Cara terbaik jika terjadi kecelakaan adalah menanganinya setenang mungkin dan
banyak melatih kepekaan. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dapat dijadikan
acuan jikak diperlukan. Guru perlu memberikan petunjuk kepada peserta didik
tentang perlunya melaporkan semua kecelakaan, baik terjadi luka maupun tidak.
Hhal ini perlu dilakukan agar kecelakaan tersebut mendapat perlakuan yang
selayaknya dan memungkinkan guru untuk meneliti penyebab terjadinya
kecelakaan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mengidentifikasi kecelakaan :
1. Gambaran kecelakaan termasuk luka jika ada
2. Sebab-sebab kecelakaan
3. Gambaran tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kembali
kecelakaan.
Laporan kecelakaan harus memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Tanggal kecelakaan
2. Jenis kecelakaan
3. Nama korban
4. Tindakan yang diberikan
5. Peringatan sebagai tindak lanjut

IV. Perlengkapan Keselamatan

Dibagi dalam 2 kelompok :

1. Perlengkapan yang digunakan untuk perlindungan diri dan alat-alat laboratorium


dalam kasus darurat dan peristiwa yang tidak biasa.
2. Perlengkapan yang digunakan sehari-hari sebagai perlindungan untuk
mengantisipasi bahan-bahan yang diketahui berbahaya.
Setiap pengguna laboratorium harus mengetahui bagaimana menggunakan semua
perlengkapan keselamatan, ketika dalam kondisi darurat. Alat-alat darurat terdiri
atas :
1. Alarm kebakaran
2. Alat dan bahan pemadam kebakaran
3. Pancuran keselamatan
4. Botol pencuci mata
5. Pintu darurat
6. Selimut kebakaran
Jika kita bekerja dengan bahan korosif dan atau bahan pewarna, pengetahuan
tentang metode perlindungan pribadi harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya
luka jika terjadi kecelakaan: beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan :
1. Jas laboratorium untuk menceagah kotornya pakaian. Pakaian pelindung ini
harus nyaman dipakai dan mudah dilepaskan bila terjadi kecelakaan dan
pengotoran oleh bahan kimia.
2. Pelindung lengan, tangan dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan dan
mudah dilepaskan merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas,
bahan kimia dan bahan lain. Ssarung tangan dan karet diperlukan untuk
menangani bahan korosif seperti asam dan alkali. sarung tangan kulit digunakan
untuk melindungi tangan dan jari dsari benda tajam seperti pada saat bekerja di
bengkel. Ssarung tangan asbes digunakan untuk menangani bahan-bahan
panas. Sarung tangan karet perlu disimpan dengan baik dan ditaburi talk agar
tidak lengket saat disimpan.
3. Pelindung mata. Kacamata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari
percikan bahan kimia dan di laboratorium harus disediakan minimal sapasang.
Idealnya setiap peserta didik memilikinya. Kacamata pelindung harus nyaman
dipakai dan cukup ringan. Kacamata ini perlu dipakai bila kiuta bekerja dengan
asam, bromin, ammonia atau bila bekerja di bengkel seperti memotong logam
natrium, menumbuk, menggergaji, menggerinda dan pekerjaan sejenis yang
memungkinkan terjadinya percikan ke mata.
4. Respirator dan lemari uap. Respirator digunakan sebagai pelindung terhadap
gas, uap dan debu yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja
dengan gas-gas beracun walau dalam jumlah sedikit seperti klorin, bromin, dan
nitrogen dioksida maka perlu dilakukan di lemari uap dan perlu ventilasi yang
baik untuk melindungi peserta didik dari keracunan. Bila bekerja dengan lemari
uaop harus hati-hati, sering terjadi kecelakaan karena meninggalkan kran gas
dalam keadaan terbuka. Kran pengeluaran gas di dalam lemari uap harus selalu
ditutup bila tidak digunakan.
5. Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan sol yang
padat harus dipakai saat bekerja di laboratorium atau bengkel. Jangan
menggunakan sandal untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan tertimpanya
kaki oleh beneda-benda berat.
6. Layar pelindung, jika kita khawatir akan terjadinya ledakan dari bahan kimia dan
alat-alat hampa udara. Layar ini biasanya ditempatkan di meja guru.
Alat-alat perlindungan seperti kaca mata, sarung tangan dan respirator harus
ditempatkan di tempat terbuka, demikian juga alat lain yang digunakan teratur
jangan disimpan tersembunyi dalam lemari.

V. Bahan Kimia

Setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa takut bekerja dengan
bahan kimia bila tahu cara yang tepat untuk menanggulanginya. Yang dimaksud
berbahaya ialah dapat menyebabkan terjadinya kebakaran, mengganggu
kesehatan, menyebabkan sakit atau luka, merusak, menyebabkan korosi dsb. Jenis
bahan kimia berbahaya dapat diketahui dari label yang tertera pada kemasannya.

Dari data tersebut, tingkat bahaya bahan kimia dapat diketahui upaya dan
penanggulangannya harus dilakukan bagi mereka yang menggunakan bahan-bahan
tersebut. Kadang-kadang terdapat dua atau tiga tanda bahaya pada satu jenis
bahan kimia, itu berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan bahan tersebut
harus lebih ditingkatkan. Contoh bahan kimia yang mudah meledak adalah
kelompok bahan oksidator seperti perklorat, permanganat, nitrat dsb. Bahan-bahan
ini bila bereaksi dengan bahan organik dapat menghasilkan ledakan. Logam alkali
seperti natrium, mudah bereaksi dengan air menghasilkan reaksi yang disertai
dengan api dan ledakan. Gas metana, pelarut organik seperti eter, dan padatan
anorganik seperti belerang dan fosfor mudah terbakar, maka ketika menggunakan
bahan-bahan tersebut, hendaknya dijauhkan dari api. Bahan kimia seperti senyawa
sianida, mercuri dan arsen merupakan racun kuat, harap bahan-bahan tersebut tidak
terisap atau tertelan ke dalam tubuh. Asam-asam anorganik bersifat oksidator dan
menyebabkan peristiwa korosi, maka hindarilah jangan sampai asam tersebut
tumpah ke permukaan dari besi atau kayu. Memang penggunaan bahan-bahan
tersebut di laboratorium pendidikan Kimia tidak berjumlah banyak, namun
kewaspadaan menggunakan bahan tersebut perlu tetap dijaga.

VI. Peralatan dan cara kerja

Selain bahan kimia, peralatan laboratorium juga dapat mendatangkan bahaya bila
cara menggunakannya tidak tepat. Contoh sederhana yaitu cara memegang botol
reagen, label pada botol tersebut harus dilindungi dengan tangan, karena label
bahan tersebut mudah rusak kena cairan yang keluar dari botol ketika memindahkan
isi botol tersebut. Banyak peralatan laboratorium terbuat dari gelas, bahan gelas
tersebut mudah pecah dan pecahannya dapat melukai tubuh. Khususnya bila
memasukkan pipa gelas kedalam prop-karet, harus digunakan sarung tangan untuk
melindungi tangan dari pecahan kaca. Pada proses pemanasan suatu larutan, harus
digunakan batu didih untuk mencegah terjadinya proses lewat didih yang
menyebabkan larutan panas itu muncrat kemana-mana. Juga ketika
menggunakan pembakar spiritus atau pembakar bunsen, hati-hati karena spiritus
mudah terbakar, jadi jangan sampai tumpah ke atas meja dan selang penyambung
aliran gas pada bunsen harus terikat kuat, jangan sampai lepas.

a. Langkah-langkah praktis

Sebagai instruktur dan melaksanakan pekerjaan di laboratorium, yang bertugas


membimbing peserta didik /peserta diklat /mahasiswa untuk bekerja dengan baik
dan aman, maka perlu persiapan sebelum bekerja. Asisten/laboran perlu datang
lebih awal untuk memeriksa lokasi dan cara pakai alat bantu keselamatan kerja.
Selanjutnya asisten/laboran harus mengetahui jenis bahan kimia dan peralatan yang
akan digunakan ada percobaan hari tersebut dan cara menanggulangi bila terjadi
kecelakaan karena bahan atau peralatan tersebut. Di sini kehadiran asisten
mendampingi mahasiswa yang sedang bekerja merupakan tugas mulia dalam
menjaga keselamatan kerja. Pada akhir praktikum, biasakanlah menutup kran air
dan gas, mematikan listrik dan api serta mencuci tangan dan meninggalkan
laboratorium dalam keadaan bersih. Ini dilakukan oleh asisten/laboran agar menjadi
panutan bagi mahasiswa. Masih banyak hal penting yang belum diungkapkan, untuk
itu disarankan agar asisten berkomunikasi dengan ketua laboratoriumnya masing-
masing dalam meningkatkan kewaspadaan kerja di laboratorium. Mudah-mudahan
pengetahun singkat ini bermanfaat bagi setiap individu khususnya bagi para
pengguna laboratorium yang bertugas membimbing peserta didik/mahasiswa
melakukan praktikum, agar semua dapat menikmati keselamatan, keamanan dan
kenyamanan kerja di laboratorium dan ini mendukung tercapainya tujuan pendidikan
secara memuaskan.

b. Bekerja aman dengan bahan kimia :


1. Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.
2. Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia.
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada perintah khusus.
4. Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih
atau gatal).
c. Memindahkan bahan Kimia
1. Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan.
2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
3. Jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.
4. Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi.
d. Memindahkan bahan Kimia cair
1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligus telapak
tangan memegang botol tersebut.
2. Tutup botol jangan ditaruh di atas meja karena isi botol dapat terkotori.
3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak
memercik.
e. Memindahkan bahan Kimia padat
1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia.
2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.
3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat
mengotori bahan tersebut.
f. Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi
1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan.
3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak
melukai orang lain maupun diri sendiri.

g. Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia


1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.
2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk
mencegah pemanasan mendadak.
3. Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air,
Maksimum seperampatnya.

h. Pembuangan limbah

Setelah selesai melakukan suatu percobaan maka limbah bahan kimia yang
digunakan hendaknya dibuang pada tempat yang disediakan, jangan
langsung dibuang ke pembuangan air kotor (wasbak) karena dapat
menimbulkan polusi bagi lingkungan. Limbah zat organik harus dibuang secara
terpisah pada tempat yang tersedia agar dapat didaur ulang, limbah padat
haurs dibuang terpisah karena dapat menyebabkan penyumbatan. Limbah
cair yang tidak berbahaya dapat langsung dibuang tetapi harus diencerkan dengan
air secukupnya.

1. Buanglah limbah sisa bahan Kimia setelah selesai pengamatan.


2. Buanglah limbah sesuai dengan kategori berikut :
a. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan limbah beracun harus
dikumpulkan dalam botol penampung. Botol ini harus tertutup dan diberi label
yang jelas.
b. Limbah padat seperti kertas saring, lakmus, korek api, dan pecahan kaca
dibuang pada tempat sampah.
c. Sabun, deterjen dan cairan tidak berbahaya dalam air dapat dibuang
langusng melalui saluran air kotor dan dibilas dengan air secukupnya.
3. Gunakan zat kimia secukupnya

i. Bahan kimia B3

Bahan kimia jenis B3 (berbau, berbahaya, beracun) dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :

a. Mudah meledak (explosive)

b. Pengoksidasi (oxidizing)

c. Sangat mudah sekali menyala (highly flammable)

d. Mudah menyala (flammable)

e. Amat sangat beracun (extremely toxic)

f. Sangat beracun (highly toxic)

g. Beracun (moderately toxic)

h. Berbahaya (harmful)

i. Korosif (corrosive)
j. Bersifat iritasi (irritant)

k. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

l. Karsinogenik (carcinogenic)

m. Teratogenik (teratogenic)

n. Mutagenik (mutagenic)

Lambang dan simbol


VII. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Pertolongan pertama pada kecelakaan dimaksudkan untuk memberikan


perawatan darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih lanjut diberikan
oleh dokter. Tindakan yang diambil dalam P3K tidak dimaksudkan untuk
memberikan pertolongan sampai selesai. Hal-hal yang lebih serius harus
diserahkan kepada tenaga medis. Walaupun begitu usaha yang dilakukan harus
maksimal dan ditunjukan untuk :
1. Menyelamatkan jiwa korban
2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah terjadinya cedera yang
lebih parah.
3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan lanjutan diberikan.

a. Pokok-pokok Tindakan P3K


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tindakan P3K :
1. Jangan panik, tetapi bertindaklah dengan cekatan dan tenang.
2. Perhatikan pernafasan korban, jika berhenti segera berikan pernafasan dari
mulut ke mulut.
3. Hentikan pendarahan. Darah yang keluar dari pembuluh darah besar dapat
menimbulkan kematian dalam waktu 3 sampai 5 menit. Dengan
menggunakan sapu tangan atau kain yang bersih tekanlah tempat
pendarahan kuat-kuat, kemudian ikatlah. Letakkan bagian pendarahan tadi
lebih tinggi dari pembuluh lainnya, kecuali kalau keadaannya tidak
memungkinkan.
4. Perhatikan tanda-tanbda shock, apabila ada tanda shock terlentangkan
korban dengan letak kepala lebih rendah daripada bagian tubuh lainnya.
Apabila korban muntah dan dalam keadaan setengah sadar, letakkan
kepalanya lebih rendah daripada bagian tubuh lainnya dan miringkan
kepalanya atau telungkupkan. Apabila korban sesak nafas, letakkan dalam
posisi setengah duduk.
5. Jangan memindahkan korban terburu-buru. Korban tidak bileh dipindahkan
dari tempatnya sebelum dipastikan jenis serta tingkat keparahan cedera yang
dialaminya.
b. Peralatan P3K
1. Plester
2. Pembalut berperekat
3. Pembalut steril (besar, sedang dan kecil)
4. Perban gulung
5. Perban segitiga
6. Kain kasa
7. Pinset
8. Gunting
9. Peniti, dll

c. Luka Bakar
Pertolongan pertama pada luka bakar ditujukan untuk :
1. Pengurangan rasa panas dan rasa sakit
2. Pengurangan terjadinya pelepuhan
3. Pemberian cairan ataupun minuman sebanyak mungkin
4. Pencegahan dan pengurangan terjadinya schock
Luka bakar dapat terjadinya karena panas dan zat kimia. Kedua jenis luka tersebut
harus ditangani secara berbeda. Tindakan pertolongan luka bakar karena panas
adalah :
1. Bagian yang trebakar secepatnya direndam dalam air es sampai rasa sakit
hilang. Jika tidak memungkinkan untuk direndam, lakukan pengompresan
dengan handuk biasa.
2. Bagian yang melepuh jangan dikelupas dan tutup bagian yang terbakar dengan
lembaran safratulle atau kain kassa steril.
3. Bawa ke dokter secepatnya

Luka bakar karena zat kimia dapat diakibatkan oleh asam, basa atau bahan kimia
lainnya. Luka bakar akibat basa lebih merusak daripada asam keras. Kecepatan
mengguyur dan membasuh luka bakar akibat zat kimia sangat menentukan dalam
usaha membatasi akibat-akibatnya. Lepaskan pakaian korban dan guyurlah bagian
yang terbakar dengan air paling sebentar 15 menit. Untuk luka bakar yang kecil
lakukan hal berikut :
1. Akibat asam : cuci dengan air, kemudian dengan larutan natrium bikarbonat 1 %
dan cuci lagi dengan air.
2. Akibat basa : sama dengan asam, tetapi menggunakan larutan asam asetat 1 %.
3. Akibat bromin, cuci dengan air kemudian dengan ammonia encer (1 bagian
ammonia dengan 15 bagian air).
4. Akibat Na dan K : ambil Na atau K yang melekat pada kulit dengan pinset,
kemudian rendam dalam air selama 20 menit, keringkan dan tutup dengan kassa
steril.
5. Akibat fosfor ; cuci dengan air kemudian rendam dan bersihkan fosfor yang
melekat ketika proses perendaman, setelah itu rendam lagi dalam larutan
tembaga sulfat 3 % dan tutup dengan kassa steril.

d. Luka karena benda tajam dan benda tumpul


Ada beberapa jenis luka yang dapat terjadi pada jaringan kulit, yaitu luka lecet, luka
iris, luka robek dan luka tusuk. Tindakan pertolongannya adalah sebagai berikut :
bila luka kecil dan tidak banyak keluar darah :
1. Bersihkan luka dengan air dan kemudian dengan antiseptic.
2. Tutup luka dengan kain kassa atau plester.
3. Bila perlu dijahit segeralah pergi ke rumah sakit
4. Bila luka tersebut disebabkan oleh benda-benda kotor, seperti paku berkarat
harus diberitahukan kepada dokter. Jika luka tidak dalam, maka untuk
mengehntikan aktifitas kuman tetanus siramlah luka dengan larutan nhidrogen
peroksida 3 %.
5. Jika darah banyak keluar, hentikan dulu pendarahan sebelum pertolongan
selanjutnya diberikan. Lakukan penekanan daerah luka dengan kain kassa. Jika
luka terjadi pada anggota tubuh penekanan dilakukan pada titik-titik penekanan
yaitu lengan bagian atas atau paha bagian bawah. Ikatan pada dfaerah luka
jangan terlalu kuat.
6. jika luka akibat pecahan thermometer segeralah pergi ke dokter
7. Pada kasus patah tulang, jangan pindahkan korban kecuali jika tidak
memungkinkan seperti pada kebakaran atau kebocoran gas. Cegah terjadinya
pendarahan atau schock. Jika penderita mau dipindahkan gunakan bidai sebagai
penyangga tulang yang patah.
e. Cedera pada Mata
Cedera pada mata memerlukan perhatian khusus karena bahaya kebutaan.
Apabila cedera Nampak berat, jangan mencoba menolong sendiri segeralah
bawa ke dokter.
1. Kelilipan (bnenda kecil masuk mata)
Kelilipan yang ringan dapat dibersihkan dengan jalan mencuci mata dengan
boorwater atau air, bila perlu dibersihkan dengan kapas yang dibasahi olerh
air. Setelah dibersihkan mata ditetesi dengan salep atau tetes mata yang
mengandung antibiotic.
2. Luka di mata
Kelilipan benda tajam atau tusukan benda tajam dapat melukai mata. Untuk
pertolongannya bawa ke dokter. Lindungi mata yang cedera tersebut dengan
menggunakan kain kassa yang digantungkan di depan mata. Bila benda yang
melukai mata masih menempel, penderita tidak boleh menggerakkan kepala
dan matanya. Kirim ke rumah sakit dengan bantal di kiri kanan kepalanya.
Bila disertai pendarahan penderita diususng ke rumah sakit dengan mata
dibalut kassa steril.
3. Luka di kelopak mata
Tutup luka tersebut dengan kain kassaa steril yang selalu dibasahi air dan
bawa ke dokter. Selama di perjalanan mata harus dijaga agar tetap basah
dengan menggunakan tetes mata atau air.

4. Tersiram bahan kimia


Asam keras akan segera membakar selaput lender mata, tetapi basa keras
akan menimbulkan kerusakan yang lebih dalam. Mata kemasukan kapur
tohor harus diperlakukan sama dengan aabsam keras
a. Tersiram asam keras
Guyur segera dengan larutan soda 5 % atau dengan air biasa. Guyuran
dilakukan selama 15 – 30 menit terus menerus dan harus mengenai
bagian-bagian yang berada di balik kelopak mata
b. Tersiram basa keras
Seluruh muka dan mata korban diguyur dengan larutan cuka encer (1
bagian cuka dapur tambah 1 bagian air), atau air biasa. Guyuran
dilakukan selama 30 – 45 menit terus menerus, dan harus mengenai
bagian yang terlindung oleh kelopak mata. Selama diguyur penderita
disuruh menggerak gerakkan kelopak matanya.

e. Shock
Shock merupakan kejadian yang sering menyertai kita. Shock adalah
suatu keadaan yang timbul akibat system peredaran darah tubuh
terganggu sehingga tidak dapat memenuhi keperluan. Alat-alat vital tubuh
akan mengalami kehilangan cairan dan zat yang diperlukannya, akibatnya
fungsi alat-alat tersebut akan terganggu. Jika tidak cepat ditanggulangi
akan berakibat fatal.
Gejala-gejalanya adalah : kesadaran penderita menurun, nadi berdenyut
cepat (lebih dari 140 kali per menit) kemudian melemah dan menghilang,
kulit penderita pucat, dingin dan lembab, dahi dan telapak tangan
berkeringat, penderita merasa mual, nafasnya dangkal dan tidak teratur,
mata (pupil) melebar dan tidak bercahaya.
Pertolongannya :
Bariingkan penderita dengan posisi kepala lebih rendah daripada bagian
tubuh lainnya, kecuali jika penderita mengalami gegar otak. Sebaiknya
penderita ditempatkan di udara terbuka tetapi jaga tubuhnya agar tetap
hangat (diselimuti). Jika penderita muntah, miringkan kepalanya. Tarik
lidah penderita keluar, bersihkan mulut dan hidung dari lender yang
menyumbat. Hentikan pendarahan jika ada. Berikan the atau kopi panas
jika penderita sadar. Jangan memberikan stimulant jika terjadi
pendarahan.
Shock karena arus listrik dengan voltase dibawah 220 volt mengacaukan
denyut jantung sedangkan voltase diatas 1000 volt menghentikan
pernafasan. Arus dengan tegangan diantara keduanya dapat
mengakibatkan kedua akibat atdi. Pingsan akibat arus listrik dapat
berlangsung lama. Meskipun pernafasan terhenti denyut nadi biasanya
masih terasa.
Pertolongannya : Matikan sumber arus dan segera lepaskan penderita
dari kabel yang mengenainya, dengan penolong melindungi diri terlebih
dahulu. Kemudian lakukan pernafasan buatan sampai pernafasannya
normal kembali. Lakukan pemulihan denyut jantung sambil ndijaga agar
tubuuh penderita tetap hangat. Jika terdapat luka bakar rawatlah lukanya.

f. Pingsan
Pingsan merupakan akibat umum dari luka atau karena berbagai sebab.
Dalam pengertian sehari-hari pingsan berarti tidak sadarkan diri. Penderita
berkeringat pada kepala dan bibir bagian atas.
Pertolongannya : Baringkan penderita di tempat teduh dan datar atau
kepala sedikit lebih rendah dari bagian tubuh lainnya. Lepaskan atau
longgarkan semua pakaian yang menekan leher dan segera bungkukkan
kepalanya diantara kedua lututnya sampai mukanya menjadi merah. Bila
penderita muntah miringkan kepalanya agar tidak terdesak. Kompres
kepalanya dengan air dingin. Hembuskan uap ammoniak di depan
hidungnya dan jaga agar tetap hangat.

g. Keracunan
Sebagian besar kasus keracunan di laboratorium terjadi karena salah
penanganan dan tidak mengikuti petunjuk keselamatan laboratorium.
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apa saja
haruslah dilakukan dengan sebaik baiknya. Pertolongan yang keliru atau
secara berlebihan justru mendatangkan bahaya.
Tindakan-tindakan pokok yang penting adalah :
1. Cari jenis racun yang telah menyebabkan keracunan tersebut,
misalnya dari botol bekas zat beracun atau sisa yang masih ada.
Pertolongan selanjutnya tergantung jenis racunnya.
2. Bersihkan saluran pernafasan penderita dari kotoran, lender, atau
muntahan.
3. Jangan memberikan pernafasan buatan dengan cara mulut ke mulut.
Bila diperlukan berikan dengan cara lain.
4. Apabila racun tidak dapat dikenali, sementara berikan norit, putih telur,
susu sebanyak banyaknya untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan.

Racun dapat masuk ke dalam tubuuh melalui mulut, saluran pernafasan dan melalui
kulit.
a. Racun yang terisap melalui pernafasan
Jauhkan penderita dari tempat kecelakaan dan bawa ke tempat yang udaranya
segar.Bila ada tabung oksigen berikan dengan segera atau lakukan pernafasan
buatan. Bila memungkinkan kenali bahan racunnya, jaga agar tubuh penderita
tetap hangat.
b. Racun yang masuk melalui kulit
Lepaskan semua pakaian yang terkena kontaminasi, kemudian guyur bagian
tubuh penderita yang terkena racun dengan air. Jaga agar tubuh penderita tetap
hangat dan baringkan, kemudian bawa ke dokter. Jangan menggunakan
antidotum seperti alkali untuk keracunan asam atau sebaliknya, jangan
menggunakan pelarut seperti alcohol atau fenol. Jangan lupa penolong mencuci
tangan dengan sabun setelah melakukan pertolongan.
c. Racun yang tertelan
Jika penderita sadar, beri minum susu atau air dengan segera sebanyak mungkin
paling paling sedikit 2 sampai 4 gelas, kemudian panggil dokter. Bila penderita
tidak muntah rangsanglah agar muntah dengan cara menekan tenggorokannya
dengan jari. Teruskan perangsangan ini sampai muntahnya jernih. Jangan
merangsang terjadinya muntah pada keracunan asam kuat, basa kuat, dan
hidrokarbon atau jika korban dalam keadaan kejang. Jika terjadin kekejangan
berikan pertolongan seperti pada pertolongan untuk shock, kemudian panggil
dokter dengan segera. Jika keracunan disebabkan oleh asam kuat atau basa
kuat, berikan putih telur, air susu, atau minyak mineral.
Untuk pertolongan pertama pada keracunan yang tertelan dapat diberikan
antidotum universal sebanyak satu sendok the dalam setengah bgelas air
hangat. Formula antidotum ini harus disimpan dalam keadaan kering. Adapun
formula antidotum terdiri atas :
1. dua2 bagian arang aktif
2. 1 satu bagian magnesium oksida
3. 1 satu bagian asam tannat
Kemudia. cegah jangan sampai terjadi shock dan jaga agar tubuh penderita tetap
hangat. Lakukan pembilasan lambung apabila racun yang termakan belum melebihi
3 jam, boleh setelah lewat 3 jam tetapi sebelumnya penderita telah diberi minum
susu dalm jumlah banyak. Pembilasan lambung tidak boleh dilakukan pada
keracunan akibat bahan korosif (asam dan basa keras) atau keracunan senyawa
hidrokarbon. Cara pembilasan lambung adalah : diberi minum air garam (satu
sendok makan garam dapur dalam 1 liter air) atau satu sendok makan bubuk norit
dalam satu liter air kemudian muntahkan.

h. Kebakaran
1. 1. Jangan panik.
2. 2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.
3. 3. Beritahu teman anda.
4. 4. Hindari mengunakan lift.
5. 5. Hindari mengirup asap secara langsung.
6. 6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan
dikunci).
7. 7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
8. 8. Hubungi pemadam kebakaran.

i. Gempa bumi
1. 1. Jangan panik.
2. 2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, kolong
kasur, lemari.
3. 3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.
4. 4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas,tersengat
listrik.
5. 5. Jangan gunakan lift.
6. 6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.

j. Daftar Pustaka
 Chemical Safety Labels and Signs - The Science Room
 Environmental Health & Safety Department - Oklahoma State University
 EPA Hazardous and Toxic Chemical Search - Environmental Protection
Agency
 Suhara, (2009), Teknik Laboratorium, Universitas Pasundan, Bandung
 abunajmu.wordpress.com/..

Anda mungkin juga menyukai