Anda di halaman 1dari 15

TEORI CULTURE CAREE LEININGER

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. AL ATIKA

2. DELI YATI

3. DEBBY RICKA

4. DESKI YULIA

5. M. FAISAL

6. NINDIYA OKTAVINA

7. VIVI YUSTICIANA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN NON REGULER

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

1
T.A 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Teori culture care leininger”  ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Psikososial tahun akademik 2020 / 2021. Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini tanpa adanya bimbingan, dorongan, motivasi, dan doa,
makalah ini tidak akan terwujud. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membimbing dan mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya khususnya mahasiswa dan
masyarakat umum.
Akhir kata penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan, baik dalam
penulisan maupun informasi yang terkandung didalam makalah ini, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Tanjungpinang, 20 Desember 2020

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1

KATA PENGANTAR..................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 4

 1.3 Tujuan................................................................................................ 5

1.4. Manfaat…………………………………………………………………….. 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 6

2.1.       Definisi Teori culture care dari Leininger........................................... 6

2.2 Asumsi dasar Teori culture care dari leininger................................... 7

2.3       Konsep Teori Culture care dari leininger........................................... 8

2.4. Paradigma Teori culture care dari leininger……………………………. 11

2.5. Kelebihan dan Kekurangan Teori culture care leininger……………... 13

BAB III PENUTUP.........................................................................................14

 3.1    Kesimpulan........................................................................................14

3.2 Saran.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses keperawatan
adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Keperawatan
merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan suatu bentuk
layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan,
dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai situasi
kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan
perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yamg harus dilakukan.

Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam prakti,penelitian dan proses belajar-


mengajardalam bidang keperawatan sehingga perlu deperkenalkan,disaji dan dikembangkan
untuk memperkuat profesi keperawatan. Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan
baik secara teoritis maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada, sehingga
perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang
dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih di kenal dengan teori “trans Cultural”.

1.2.   Rumusan Masalah
1.      Apa definisi teori culture care dari leininger ?
2.      Bagaimana asumsi dasar teori culture care dari leininger ?
3.      Bagaimana konsep teori culture care dari leininger ?
4.      Bagaimana paradigma teori culture care dari leininger ?
5. Apa kelebihan dan juga kekurangan teori culture care dari leininger?

4
1.3.   Tujuan
1.3.1.      Tujuan umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan informasi secara runtut dan
lengkap tentang teori culture care dari leininger .

1.3.2.      Tujuan khusus
1.      Untuk mengetahui apa definisi teori culture care dari leininger.
2.      Untuk mengetahui bagaimana asumsi dasar teori culture care dari leininger.
3.      Untuk mengetahui bagaimana konsep teori culture care dari leininger.
4.      Untuk mengetahui bagaimana paradigma teori culture care dari leininger.
5. Untuk mengetahui apa kelebihan dan juga kekurangan teori culture care dari
leininger
1.4.   Manfaat
1.4.1.      Dapat mengetahui definisi teori culture care dari leininger.
1.4.2.      Dapat mengetahui asumsi dasar terori culture care dari leininger.
1.4.3.      Dapat mengetahui konsep teori culture care dari leininger.
1.4.4.      Dapat mengetahui paradigma teori culture care dari leininger.
1.4.5. Dapat mengetahui kelebihan dan juga kekurangan teori culture care dari leininger

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Teori Trans Culture dari leininger

Teori Leininger adalah tentang culture care diversity and universality, atau yang kini
lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya Leininger memfokuskan pada
pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun kemudian dia menemukan teori cultural
diversity and universality yang semula disadarinya dari kebutuhan khusus karena didasari
latar belakang budaya yang berbeda. Transcultural nursing merupakan subbidang dari praktik
keperawatan yang telah diadakan penelitiannya. Berfokus pada nilai-nilai budaya,
kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya. Bahasan yang khusus dalam teori
Leininger, antara lain adalah :

1)      Culture Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan,


norma, cara hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfikir,
membuat keputusan, serta motif tindakan yang diambil.

2)      Culture care Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan
dengan nilai yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu,
menfasilitasi atau memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan
kesejahteraannya, memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat, atau kematian.

3)      Diversity Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat


kesehatan, serta asuhan keperawatan.

4)      Universality Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep


sehat dan asuhan keperawatan.

5)      Worldview Cara seseorang memandang dunianya

6)      Ethnohistory Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya,


lembaga, terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam

6
sebuah budaya dalam jangka waktu tertentu. Untuk membantu perawat dalam
menvisualisasikan Teori Leininger, maka Leininger menjalaskan teorinya dengan model
sunrise. Model ini adalah sebuah peta kognitif yang bergerak dari yang paling abstrak, ke
yang sederhana dalam menyajikan faktor penting teorinya secara holistik

Sunrise model dikembangkan untuk memvisualisasikan dimensi tentang pemahaman perawat


mengenai budaya yang berdeda-beda. Perawat dapat menggunakan model ini saat melakukan
pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan, pada pasien dengan berbagai latar
belakang budaya. Meskipun model ini bukan merupakan teori, namun setidaknya model ini
dapat dijadikan sebagai panduan untuk memahami aspek holistik, yakni bio, psiko, sosio,
dan spiritual dalam proses perawatan klien. Selain itu, sunrise model ini juga dapat
digunakan oleh perawat komunitas untuk menilai faktor cultural care pasien (individu,
kelompok, khususnya keluarga) untuk mendapatkan pemahaman budaya klien secara
menyeluruh. Sampai pada akhirnya, klien akan merasa bahwa perawat tidak hanya melihat
penyakit serta kondisi emosional yang dimiliki pasien. Namun, merawat pasien secara lebih
menyeluruh.

2.2.  Asumsi Dasar Teori Culture dari leininger

Asumsi mendasar dari teori Transcultural Nursing adalah perilaku Caring. Caring


adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan.
Asumsi mayor untuk mendukung teori cultural care: diversity and universality yang
dikeskan oleh Leininger.
a.       Perawatan (caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah suatu aspek esensial
untuk memperoleh kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan, dan ketahanan, serta
kemampuan untuk menghadapi rintangan maupun kematian.
b.      Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling komprehensif dan
holisatic untuk mengetahui, menjelaskan, menginterpretasikan dan memprediksikan
fenomena asuhan keperawatan serta memberikan panduan dalam pengambilan
keputusan dan tindakan perawatan.
c.       Keperawatan transcultural adalah disiplin ilmu perawatan humanistic dan profesi
yang memiliki tujuan utama untuk melayani individu, dan kelompok.

7
d.      Caring yang berdasarkan kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk mengobati
dan menyembuhkan dimana pengobatan tidak akan mungkin dilakukan tanpa
perawatan, sebaliknya perawatan dapat tetap eksis tanpa pengobatan.
e.       Konsep keperawatan cultural, arti, ekspresi, pola-pola, proses dan struktur dari
bentuk perawatan transkultural yang beragam dengan perbedaan dan persamaan yang
ada.
f.       Setiap kebudayaan manusia meiliki pengetahuan dan praktek perawatan tradisional
serta praktik professional yang bersifat budaya dan individual.
g.      Praktik perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh dan cenderung
tertanam dalam pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama, kekeluargaan, sosial,
politik, pendidikan, ekonomi, tehnologi, etnohistory, dan lingkungan kebudayaan.
h.      Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya perawatan mempengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan kelompok, komunitas di dalam
lingkungan.
i.        Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud apabila pola-pola,
ekspresi, dan nilai-nilai perawatan digunakan secara tepat, aman dan bermakna.
j.        Perbedaan dan persamaan perawatan culture tetap berada diantara masyarakat
tradisional dan profesional pada setiap kebudayaan manusia.
k.      Konflik cultural, beban praktek kebudayaan, stres kultural merefleksikan kurangnya
untuk memberikan perawatan, rasa aman, tanggung jawab yang koggruen dengan
kebudayaan.
l.        Metode penelitian kualitatif ethnonursing memberikan interpretasi dan temuan yang
penting mengenai pemberian asuhan keperawatan dengan kebudayaan kompleks yang
berbeda.

2.3 Konsep teori culture care dari leininger


Teori Leininger dikembangkan dari antropologi dan keperawatan, namun diformulasikan
menjadi keperawatan transkultural dengan perspektif asuhan pada manusia. Leinenger
mengembangkan metode penelitian enthnonursing dan menegaskan pentingnya mempelajari
seseorang dari pengetahuan dan pengalaman lokal mereka, kemudian menghadapkan mereka
dengan perilaku dan kepercayaan yang ada di luar diri mereka (Alligood, 2006). Sunrise
model dikembangkan untuk memberikan gambar konseptual yang holistik dan komprehensif
dari faktor-faktor utama yang berperan penting dalam teori keragaman asuhan budaya &
kebersamaan asuhan budaya (Parker, 2001).

Dalam model sunrisenya menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai konsep yang

8
signifikan ide pelayanan dan keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari
keperawatan dan merupakan karakteristik dasar dari keperawatan. Terdapat 7 komponen
yang ada pada "Sunrise Model" dan dapat menjadikan inspirasi dalam penelitian khususnya
yang berkaitan dengan asuhan transkultural yaitu :

 a.    Faktor teknologi (tecnological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji lebih
dalam tentang persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini.

b.    Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.

c.    Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga

d.    Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma

9
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.

 e.    Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya.
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.

F. Faktor ekonomi (economical factors)


Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.

g.    Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

10
Empat prinsip atau ajaran utama dari teori keperawatan transkultural adalah sebagai berikut
(Alligood, 2006):

1.      Ekspresi, arti, pola dan perilaku asuhan budaya bermacam-macam namun masih ada
nilai-nilai yang bersifat umum dan universal.

2.      Pandangan dunia terdiri dari berbagai faktor struktur sosial seperti agama, ekonomi,
nilai budaya, sejarah bangsa, konteks lingkungan, bahasa, asuhan umum dan professional
yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pola asuhan budaya untuk memprediksi
kesehatan, kesejahteraan manusia, penyakit, penyembuhan dan cara orang dalam menghadapi
kecacatan maupun kematian.

3.      Nilai generik dan nilai professional dalam konteks lingkungan yang berbeda akan
berpengaruh besar terhadap pencapaian derajad kesehatan dan kesakitan

4.      Dari penjelasan ketiga prinsip diatas, maka diperlukan cara untuk memberikan asuhan
yang sesuai dengan budaya, aman dan bermanfaat. Ada 3 model keputusan dan intervensi
yang didasarkan pada budaya yaitu: (1) preservasi asuhan budaya atau mempertahankan, (2)
akomodasi asuhan budaya atau negosiasi, dan (3) Restrukturisasi asuhan budaya atau
merubah pola. Model keputusan dan intervensi yang didasarkan pada budaya dianggap
sebagai kunci keberhasilan dari asuhan yang aman, bermanfaat dan sesuai dengan budaya.

2.4 Paradigma keperawatan dari leininger

Paradigma Transcultural Nursing Leininger (1985) mengartikan paradigma


keperawatan transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat
konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and
Boyle, 1995.

1. Manusia

11
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan.
Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya
pada setiap saat dimanapun ia berada.

2. Kesehatan

Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara


kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun
kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola
hidup.

3. Lingkungan

Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi
sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.

4. Keperawatan

Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi


keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia
yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau
memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam
cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong
orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.

12
2.5.  Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger

1.        Kelebihan :
a.         Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat
memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar
belakang budaya yang berbeda.
b.        Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
c.         Penggunakan teori ini  dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
d.        Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
e.         Teori ini banyak  digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan
praktek keperawatan .
2.        Kelemahan :
a.         Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga  tidak bisa berdiri
sendiri dan  hanya  digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.
b.        Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi
masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Teori Leininger adalah tentang culture care diversity and universality, atau yang kini
lebih dikenal dengan transcultural nursing yang lebih memfokuskan pada pentingnya
sifat caring dalam keperawatan. Teori model medeleine leinenger ini menekankan pada
pendekatan melalui budaya klien untuk melakukan asuhan keperawatan. Model teori menurut
medeleine ini mencakup pendekatan yang kompleks secara holistik yaitu bio, psiko, sosial,
dan spiritual.

3.2. Saran

1.        Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu


antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2.        Pelaksanaan teori leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang
lain yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dll

14
DAFTAR PUSTAKA

Sudiharto. 2007. Asuhan keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. cetakan 1.Penerbit buku Kedokteran EGC.

Wijj.2013.TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER. Diambil dari: http://wijj-


 
lestari.blogspot.co.id/2013/10/teori-keperawatan-madeleine-leininger.htmlv  (20 Desember
2020 jam 11.43)

2012. Kesehatan Adalah Segalanya: TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER.


Diambil daari: http://renal-mumar.blogspot.co.id/2012/04/teori-keperawatan-madeleine-
leininger.html (20  Desember 2020 jam 14.03)

15

Anda mungkin juga menyukai