Anda di halaman 1dari 16

JURNAL

KEMUNDURAN MUTU IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) SEGAR DI


PASAR MODERN DAN TRADISIONAL KOTA PEKANBARU

OLEH

DIAN DESTARI
1304115539

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
KEMUNDURAN MUTU IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) SEGAR DI
PASAR MODERN DAN TRADISIONAL KOTA PEKANBARU
Oleh:
Dian Destari1), N. Ira Sari2), Tjipto Leksono2)
E-mail: diandestari75@gmail.com

ABSTRAK
Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak, sehingga diperlukan
cara penanganan yang tepat untuk menjaga kesegaran ikan sejak ikan ditangkap
tanpa menggunakan bahan pengawet yang berbahaya. Penerapan prinsip
penanganan ikan segar dengan rantai dingin merupakan salah satu cara
mempertahankan suhu ikan menggunakan es yang ditambahkan selama proses
distribusi dan pemasaran tanpa penambahan bahan pengawet kimia yang
berbahaya., baik itu di pasar tradisional maupun pasar modern. Penelitian ini
bertujuan untuk memaparkan perbedaan kemunduran mutu serta mengetahui
kandungan formalin ikan tongkol segar di pasar modern dan tradisional Kota
Pekanbaru. Metode yang digunakan adalah metode survey dan observasi langsung
ke pasar modern dan tradisional. Parameter yang diuji adalah analisis formalin, uji
ALT dan Escherichia coli. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat kandungan
formalin pada ikan tongkol segar yang berasal dari pasar modern dan tradisional
Kota Pekanbaru periode Juni 2017. Pada uji ALT ikan tongkol segar jika dilihat
dari rerata, hasil uji yang diperoleh pada pasar modern pukul 08.00 sebanyak 2,7 x
105 koloni/gr, pukul 13.00 sebanyak 3,7 x 105 koloni/gr dan pukul 18.00 sebanyak
4,5 x 105 koloni/gr sedangkan pada pasar tradisional hasil yang diperoleh pada
pengambilan sampel pukul 06.00 sebanyak 1,2 x 105 koloni/gr, pukul 08.00
sebanyak 2,7 x 105 koloni/gr dan pukul 10.00 sebanyak 4,6 x 105 koloni/gr.
Sementara itu, Escherichia coli diindikasikan negatif pada ikan yang dijajakan di
kedua macam pasar tersebut.

Kata Kunci: Euthynnus affinis, kemunduran mutu, pasar modern, pasar tradisional

1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
THE QUALITY EVALUATION OF A FRESH MACKAREL (Euthynnus
affinis) MARKETED AT MODERN AND TRADISIONAL MARKET IN
PEKANBARU
By:
Dian Destari1), N. Ira Sari2), Tjipto Leksono2)
E-mail: diandestari75@gmail.com

ABSTRACT
Fish is an easily perishable food, so it needs the right handling methods to
keep the freshness of the fish since the fish was caught without the use of
hazardous preservatives. Application of the principle of handling for fresh fish
with cold chain is a way to maintain the cold temperature of fish using ice added
during the distribution and marketing process without the addition of harmful
chemical preservatives, both marketed in traditional markets and at modern
markets. This study was conducted to explain the differences of quality evaluation
and to analyze the formalin content of fresh mackarel (Euthynnus affinis)
marketed both in modern and traditional markets in Pekanbaru City. The method
used is survey method and direct observation to modern and traditional market.
The parameters tested were formalin presence, ALT test and Escherichia coli. The
results show that there is no formalin content found in fresh mackarel marketed at
the modern market as well as in traditional market of Pekanbaru City along June
2017. The total bacteria counted in the mackerel marketed at the modern market at
08.00 am is 2.7 x 105 cfu / g sample, at 13:00 pm is 3.7 x 105 cfu / g sample and
at 18.00 is 4.5 x 105 cfu / g sample. Whereas, the total bacteria counted in the
mackerel marketed in the traditional market at 06.00 is 1.2 x 105 cfu / g sample, at
08.00 is 2.7 x 105 cfu / g sample and at 10.00 is 4.6 x 105 cfu / g sample.
Meanwhile, the Escherichia coli is indicated negative in the fish marketed in both
marketing places.

Keywords: cold-chain, Euthynnus affinis, modern market, quality decline,


traditional market

1)
Student of Marine and Fishery Faculty, Universitas Riau
2)
Lecturer of Marine and Fishery Faculty, Universitas Riau
PENDAHULUAN Pekanbaru. Adapun manfaatnya
diharapkan mampu memberikan
Salah satu hasil tangkapan informasi bagi masyarakat luas dan
perikanan yang memiliki kandungan dapat digunakan sebagai acuan untuk
gizi tinggi adalah ikan tongkol. Ikan penelitian selanjutnya.
tongkol merupakan ikan yang
memiliki kandungan protein tinggi METODE PENELITIAN
(21,6-26,3 g/100 g) dan merupakan Bahan dan Alat
ikan yang banyak diminati oleh Bahan utama yang digunakan
masyarakat karena kandungan pada penelitian ini adalah ikan
proteinnya yang hampir sama dengan tongkol segar yang diperoleh dari
ikan tuna, namun harganya lebih Pasar Modern dan Tradisional di
terjangkau (Milo et al., 2011). Kota Pekanbaru. Bahan kimia terdiri
Ikan merupakan bahan dari formaldehid test, larutan LTB
pangan yang mudah rusak, untuk (Lauryl Tryptose Broth), larutan BFP
menjaga agar tidak terjadi (Butterfield’s Phosphate Buffered),
kemunduran mutu perlu dilakukan MR-VP Broth (Methyl Red Voges
penanganan. Penanganan yang Proskauer Broth), BGLB
umum dilakukan di pasar tradisional (Brilliant Green Bile Lactose Broth /
adalah dengan menggunakan es batu, BRILA Broth ), SIMMONS Citrate
dengan menyiram air pada ikan dan Agar, PCA (Plate Count Agar),
ada juga yang menggunakan EMBA (Eosin Methylen Blue Agar),
pengawet seperti formalin. EC Broth, Indole, Crystal Violet,
Sedangkan penanganan yang umum Iodine Lugol, Ethanol, Safranin,
dilakukan di pasar modern adalah Metil Red, α- naptol, KOH 40%,
dengan menggunakan es batu. KOH 3%, dan Alkohol 70%.
Menjaga kesegaran ikan perlu Alat-alat yang digunakan
dilakukan agar ikan dapat tetap pada penelitian ini adalah tabung
dikonsumsi dalam keadaan yang reaksi, tabung durham, timbangan
baik. Pada dasarnya pengawetan ikan digital, autoclave, cawan petri, jarum
bertujuan untuk mencegah bakteri ose, inkubator, talenan, pisau, kapas,
pembusuk masuk ke dalam ikan. plastik steril, koloni counter, batang
Nelayan biasanya memberi es gelas bengkok, mikropipet,
sebagai pendingin agar waterbath bertutup dengan sirkulasi
memperpanjang masa simpan ikan 45oC, mikroskop dan fortex.
sebelum sampai pada konsumen.
Demikian pula dengan penggunaan Metode Penelitian
bahan pengawet yang tidak diizinkan Metode yang digunakan
untuk digunakan seperti formalin dan dalam penelitian ini adalah metode
boraks dalam mempertahankan survey dan observasi yang dilakukan
kesegaran ikan, namun langsung ke pasar tradisional dan
membahayakan kesehatan manusia pasar modern. Pasar tradisional
(Mahatmanti et al., 2011). terdiri dari 3 pedagang (U1, U2, dan
Penelitian ini bertujuan untuk U3) dengan interval waktu 2 jam
memaparkan perbedaan kemunduran yaitu jam 6, 8 dan 10 (T6, T8, dan
mutu serta mengetahui kandungan T10). Pengambilan sampel di pasar
formalin ikan tongkol segar di pasar modern dilakukan per minggu
modern dan tradisional Kota selama 3 minggu (U1, U2, dan U3)
dengan interval waktu 5 jam yaitu
jam 8, 13 dan 18 (M8, M13 dan M18). larutan. Selanjutnya saring sampel
Pengujian formalin dilakukan secara untuk memisahkan endapan dan
kualitatif. Lalu dilanjutkan analisis larutan. Larutan yang sudah
dengan cara uji mikrobiologis yaitu terpisah dimasukkan ke dalam 2
uji angka lempeng total dan botol dimana 1 botol dijadikan
Escherichia coli. kontrol dan 1 botol lagi untuk uji
formalin.
Prosedur penelitian 3. Tambahkan 5 tetes reagen F0 dan
Identifikasi keberadaan aduk perlahan selama 1 menit
formalin, uji ALT, dan Escherichia selanjutnya ukur pH sampel
coli pada ikan tongkol segar yang kemudian tambahkan 1 sendok
akan peneliti lakukan adalah dengan reagen F1 dan tunggu selama 5
melakukan beberapa tahap menit. Sampel yang positif akan
penelitian. berubah warna menjadi ungu.
Prosedur penelitian lapangan Analisis angka lempeng total (SNI
1. Tahap pertama peneliti 01-2332.3-2006)
melakukan survei langsung ke Dalam pengujian angka
pasar tradisional dengan lempeng total digunakan alat-alat
menentukan 3 orang pedagang yaitu timbangan analitik, autoclave,
yang akan diwawancarai serta plastik steril, inkubator, tabung
melakukan survey ke pasar reaksi, cawan petri, koloni counter,
modern. batang gelas bengkok dan
2. Tahap kedua memastikan kapan mikropipet. Sedangkan bahan yang
datangnya pasokan ikan baru dan digunakan yaitu ikan tongkol segar,
kapan habisnya pasokan ikan PCA dan larutan BFP.
lama.
3. Tahap ketiga sampel yang diambil Cara pelaksanaan:
dalam penelitian ini adalah ikan a. Timbang sampel seberat 25 g
tongkol segar yang dijual di pasar kemudian masukkan kedalam
tradisional dari 3 orang pedagang plastik steril dan haluskan.
dengan interval waktu Selanjutnya tambahkan 225 ml
pengambilan 2 jam (jam 06, 08 larutan BFP, homogenkan selama
dan 10 WIB) dan di pasar modern 2 menit. pindahkan larutan dalam
pengambilan sampel dilakukan plastik ke tabung reaksi dan beri
per minggu selama 3 minggu label 10-1.
dengan interval waktu b. Dengan menggunakan pipet steril
pengambilan 5 jam (jam 07, 12, ambil 1 ml larutan 10-1 dan
dan 17 WIB) di Kota Pekanbaru masukkan kedalam tabung reaksi
yang berisi 9 ml larutan BFP dan
Analisis Formalin (Merck)
diberi label 10-2 kemudian
1. Timbang sampel sebanyak 20 g
homogenkan dengan
dan haluskan kemudian masukkan
menggunakan fortex dan
ke dalam tabung sentrifuge serta
seterusnya hingga pengenceran
ditambahkan 10 ml akuades
10-5.
kemudian di sentrifuge selama 15
c. Tuang 12-15 ml PCA kedalam
menit.
cawan petri steril dan dinginkan.
2. Sampel yang sudah di sentrifuge
Pipet 0,1 ml dari setiap
akan menghasilkan endapan dan
pengenceran kedalam cawan petri menggunakan fortex dan
yang telah berisi media PCA seterusnya hingga pengenceran
diatas dan ratakan dengan 10-3.
menggunakan batang gelas c. Pindahkan dengan menggunakan
bengkok. Lakukan secara duplo pipet steril sebanyak 1 ml larutan
untuk setiap pengenceran. dari setiap pengenceran kedalam 3
d. Setelah sampel meresap kedalam seri tabung LTB yang berisi
media, inkubasi selama ± 48 jam tabung durham.
pada suhu ± 35oC. d. Inkubasi tabung-tabung tersebut
e. Hitung koloni yang tumbuh pada selama ± 48 jam pada suhu ±
media PCA dengan menggunakan 35oC. tabung positif ditandai
koloni counter. dengan kekeruhan dan gas dalam
tabung durham.
Analisis Escherichia coli (SNI 01- e. Lakukan uji penegasan coliform
2332.1-2006) untuk tabung yang positif.
Dalam pengujian E.coli
dilakukan uji pendugaan coliform, uji Uji penegasan coliform
penegasan coliform, uji pendugaan Cara pelaksanaan:
E.coli, uji penegasan E.coli, uji a. Inokulasikan tabung-tabung LTB
morfologi dan uji biokimia dengan yang positif ke tabung BGLB
alat-alat yaitu waterbath bertutup yang berisi tabung durham dengan
dengan sirkulasi 45oC, inkubator, menggunakan jarum ose.
tabung reaksi, tabung durham, cawan Inkubasikan selama ± 48 jam pada
petri, timbangan analitik, mikroskop, suhu ± 35oC. Tabung positif
fortex dan mikropipet. Sedangkan ditandai dengan kekeruhan dan
bahan yang digunakan meliputi ikan gas dalam tabung durham.
tongkol, larutan BGLB, larutan LTB, b. Tentukan angka paling
larutan EC Broth, media EMBA, memungkinkan (APM)
MR-VP Broth, sitrat agar, media berdasarkan jumlah tabung yang
PCA, larutan BFP, pereaksi kovacs, positif dan nyatakan nilainya
pereaksi VP, indikator MR dan sebagai APM/g coliform.
pereaksi pewarnaan gram.
Uji pendugaan Escherichia coli
Pendugaan coliform Cara pelaksanaan:
Cara pelaksanaan: a. Inokulasikan tabung-tabung LTB
a. Timbang sampel seberat 25 g yang positif ke tabung EC yang
kemudian masukkan ke dalam berisi tabung durham dengan
plastik steril dan haluskan. menggunakan jarum ose. Inkubasi
Selanjutnya tambahkan 225 ml EC dalam waterbath sirkulasi
larutan BFP, homogenkan selama selama ± 48 jam pada suhu ±
2 menit. pindahkan larutan dalam 45oC. Tabung positif ditandai
plastik ke tabung reaksi dan beri dengan kekeruhan dan gas dalam
label 10-1. tabung durham.
b. Dengan menggunakan pipet steril b. Tentukan angka paling
ambil 1 ml larutan 10-1 dan memungkinkan (APM)
masukkan ke dalam tabung reaksi berdasarkan jumlah tabung yang
yang berisi 9 ml larutan BFP dan positif dan nyatakan nilainya
diberi label 10-2 kemudian sebagai APM/g faecal coliform.
homogenkan dengan
Uji penegasan Escherichia coli Uji Voges Proskauer (VP)
Cara pelaksanaan: Cara pelaksanaan:
a. Dari tabung EC yang positif, a. Inokulasikan 1 ose dari PCA
dengan menggunakan jarum ose kedalam MRVP. Inkubasikan
gores ke media EMBA. selama ± 24 jam pada suhu ±
Inkubasikan selama ± 24 jam 35oC.
pada suhu ± 35oC. b. pindahkan setiap larutan MRVP
b. Koloni Escherichia coli terduga ke dalam 2 tabung reaksi sama
memberikan cirri khas yaitu rata untuk uji MR dan uji VP.
warna hitam pada bagian tengah c. Pada uji VP Tambahkan 0,6 ml
dengan atau tanpa hijau metalik. alpha naphtol dan 0,2 ml KOH
c. Ambil lebih dari satu koloni 40%. Reaksi positif jika terbentuk
Escherichia coli dari masing- warna merah muda atau merah
masing cawan EMBA dan delima.
goreskan ke media PCA dengan
menggunakan jarum ose. Uji Methyl Red (MR)
Inkubasikan selama ± 24 jam pada Cara pelaksanaan:
suhu ± 35oC. a. Pada uji MR tambahkan 5 tetes
indikator methyl red ke dalam
Uji Morfologi tabung reaksi yang berisi larutan
Cara pelaksanaan: MRVP. Reaksi positif jika
a. Lakukan uji morfologi dengan terbentuk warna merah dan
melakukan pewarnaan gram dari negatif jika terbentuk warna
setiap koloni Escherichia coli kuning.
terduga. Biakan diambil dari PCA
yang telah diinkubasi selama 24 Uji Sitrat (C)
jam. Amati dengan menggukan Cara pelaksanaan:
mikroskop, bakteri Escherichia a. Goreskan 1 ose dari PCA ke
coli termasuk bakteri gram negatif permukaan simmon citrate agar,
berbentuk batang pendek atau inkubasikan selama ± 24 jam pada
coccus. suhu ± 35oC. Reaksi positif jika
terjadi pertumbuhan dan media
Uji Biokimia berubah warna menjadi biru, dan
Produksi Indol (I) negatif jika tidak ada
Cara pelaksanaan: pertumbuhan dan warna tetap
a. Inokulasikan 1 ose dari PCA ke hijau.
dalam Tryptose Broth,
inkubasikan selam ± 24 jam HASIL DAN PEMBAHASAN
pada suhu ± 35oC. Uji indol Hasil Survey
dilakukan dengan menambahkan
0,2 -0,3 ml pereaksi kovacs. Berdasarkan hasil survey
Reaksi positif jika terbentuk yang didapat, pada pasar Tradisional
cincin merah pada lapisan maupun pasar Modern pasokan ikan
bagian atas media dan negatif datang setiap hari dan pasokan ikan
jika membentuk cincin warna akan habis pada hari itu juga. Pada
kuning. pasar modern jika hingga malam hari
ikan belum habis maka akan di
diskon agar ikan habis terjual. Dari
proses penanganannya jauh lebih
baik pasar modern dibandingkan Kondisi pasar modern lebih bersih
pasar tradisional. Pada pasar modern dibandingkan pasar tradisional.
ikan yang datang diletakkan diatas Menurut Dekanu (2015),
wadah yang berisi es batu untuk keunggulan pasar modern
menjaga kesegarannya. Sedangkan dibandingkan pasar tradisional
pada pasar tradisional ikan yang adalah lebih higienis, melewati
datang diletakkan diatas meja dan proses penyortiran, sarana lebih
disiram dengan air, pada pasar canggih, tata letak diatur, lokasi
modern barang yang masuk melalui strategis dan mudah dijangkau, bisa
proses penyortiran terlebih dahulu melihat harga produk, menarik
kemudian di letakkan di rak dengan konsumen dan produknya sudah SNI.
rapi. sedangkan pada pasar Kondisi ikan tongkol yang
tradisional barang yang datang digunakan untuk penelitian ini dapat
langsung disusun diatas meja. dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Kondisi ikan tongkol segar di pasar modern


Waktu Kondisi ikan tongkol
08.00 (M8) Bola mata cembung dan cemerlang, insang berwarna merah
tua, tubuh tidak berlendir, elastis, perut tidak pecah dan bau
spesifik ikan segar

13.00 (M13) Bola mata cembung dan cemerlang, insang berwarna merah,
tubuh sedikit berlendir, elastis, perut tidak pecah dan bau
spesifik ikan segar

18.00 (M18) Bola mata agak cerah, insang berwarna merah agak kusam,
tubuh sedikit berlendir, agak lembek, perut tidak pecah dan bau
spesifik ikan segar

Tabel 2. Kondisi ikan tongkol segar di pasar tradisional


Waktu Kondisi ikan tongkol

06.00 (T6) Bola mata cembung dan cemerlang, insang berwarna merah tua,
tubuh tidak berlendir, elastis, perut tidak pecah dan bau spesifik
ikan segar

08.00 (T8) Bola mata cembung dan cemerlang, insang berwarna merah, tubuh
sedikit berlendir, elastis, perut tidak pecah dan bau spesifik ikan
segar

10.00 (T10) Bola mata agak cerah, insang berwarna merah agak kusam, tubuh
sedikit berlendir, agak lembek, perut tidak pecah dan bau spesifik
ikan segar

Adapun ciri-ciri ikan segar


menurut SNI 01-2729.1-2006 dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ciri ikan segar (SNI 01-2729.1-2006)

Parameter Ikan segar Ikan busuk

Mata Pupil hitam menonjol dengan Pupil mata kelabu tertutup lender
kornea jernih, bola mata seperti putih susu, bola mata
cembung dan cemerlang cekung dan keruh
Insang Warna merah tua, tak Warna merah cokelat sampai
berlendir, tidak tercium bau keabu-abuan, bau menyengat,
yang menyimpang lendir tebal
Tekstur Elastis dan jika ditekan tidak Daging kehilangan elastisitas nya
daging ada bekas jari, serata padat atau luank dan jika ditekan
atau kompak dengan jari maka bekas
tekanannya lama hilang
Keadaan Warnanya sesuai dengan Warnanya sudah pudar dan
kulit dan aslinya dan cemerlang, lender memucat, lender tebal dan
lender dipermukaan jernih dan menggumpal serta lengket,
transparan dan baunya segar warnanya berubah seperti putih
khas menurut jenisnya susu
Keadaan Perut tidak pecah masih utuh Perut pecah, warna sayatan
perut dan dan warna sayatan daging daging kurang cemerlang dan
sayatan cemerlang serta jika ikan terdapat warna merah sepanjang
daging dibelah daging melekat kuat tulang belakang serta jika dibelah
pada tulang terutama rusuknya daging mudah lepas
Bau Spesifik menurut jenisnya Bau menusuk seperti asam asetat
dan lama kelamaan berubah
menjadi bau busuk yang
menusuk hidung.

Analisis Kandungan Formalin terhadap sampel ikan yang diperoleh


Berdasarkan hasil uji dari pasar Kota Pekanbaru, seluruh
formalin yang dilakukan di sampel ternyata tidak mengandung
laboratorium Stasiun Karantina Ikan, formalin. Hasil analisis kandungan
Pengendalian Mutu dan Keamanan formalin dapat dilihat pada Tabel 4.
Hasil perikanan Kelas 1 Pekanbaru
Tabel 4. Kadar formalin ikan tongkol
Waktu Kadar formalin
Jenis pasar
U1 U2 U3
08.00 (M8) Negative Negative Negative
Modern 13.00 (M13) Negative Negative Negative
18.00 (M18) Negative Negative Negative

06.00 (T6) Negative Negative Negative


Tradisional 08.00 (T8) Negative Negative Negative
10.00 (T10) Negative Negative Negative
Dari Tabel 4 dapat dilihat Kontaminasi formaldehida
bahwa hasil yang didapatkan selama dalam bahan makanan sangat
penelitian menunjukkan semua membahayakan kesehatan dan
sampel ikan tongkol yang di uji gangguan pada fungsi organ tubuh
memberikan nilai negative, artinya (Norliana dkk., 2009). Formaldehida
tidak ada kontaminasi dari formalin. dapat menyebabkan kanker saluran
Formalin merupakan bahan pernapasan dan meningkatkan risiko
kimia yang biasanya dipakai sebagai leukimia. International Agency for
desinfektan. Formalin mampu Research on Cancer (IARC)
membasmi berbagai jenis bakteri dan mengklasifikasikan formaldehida ke
cendawan atau kapang, selain itu dalam kelompok 1 (carcinogenic to
digunakan juga untuk mengeraskan humans) (IARC, 2006). Demikian
jaringan tubuh (Winarno, 2004). juga dengan makanan yang
Formalin mempunyai harga yang mengandung boraks. Senyawa ini
murah sehingga dapat menekan bersifat karsinogenik, gangguan
biaya produksi, dapat membuat proses reproduksi, iritasi pada
makanan kenyal, utuh, tidak rusak, lambung, gangguan ginjal, hati, dan
praktis dan efektif mengawetkan testis (Suklan, 2002). Pemerintah
makanan (Widowati dan Sumyati, telah melarang penggunaan formalin
2006). Pengetahuan yang terbatas dan boraks sebagai Bahan Tambahan
dari pedagang menyebabkan adanya Pangan (BTP), melalui Peraturan
pemakaian bahan pengawet yang Menteri kesehatan Republik
tidak diperbolehkan seperti boraks Indonesia Nomor 033 Tahun 2012
dan formalin (Yohana dan Asmara, tentang (Depkes, 2012).
1998). Menurut International
Sedangkan menurut Rinto dkk., Programme on Chemical Safety
(2009) formalin bersifat bakteriosidal (IPCS), ambang batas aman untuk
yang mampu membunuh semua formalin di dalam tubuh dalam
mikrobia termasuk bakteri oleh bentuk cairan adalah 1 mg per liter
karena itu formalin sering digunakan (Wisnu, 2006; Nurheti, 2007). Hasil
sebagai zat pengawet makanan uji klinis, dosis yang dapat
bahkan mayat. Formalin dapat ditoleransi oleh tubuh manusia untuk
merusak pertumbuhan dan formalin adalah 0,2 mg per kg berat
pembelahan sel sehingga badan bila penggunaan secara terus-
menimbulkan kerusakan struktur menerus. Sedangkan standar United
jaringan tubuh hingga memicu State Environmental Protection
timbulnya kanker. Agency (USEPA) untuk batas
Formalin adalah nama dagang toleransi formalin di udara tercatat
larutan formaldehid dalam air sebatas 0.016 ppm (Hastuti, 2010).
dengan kadar 30-40 persen. Pada Ikan yang diformalin
industri perikanan, formalin memiliki beberapa ciri-ciri yang
digunakan untuk menghilangkan dapat diamati seperti:
bakteri yang biasa hidup di sisik 1. Akan tetap segar dalam jangka
ikan. Formalin banyak digunakan waktu sebulan di dalam suhu
dalam pengawetan sampel ikan 25°C
untuk keperluan penelitian dan 2. Warna ikan akan terlihat lebih
identifikasi (Widyaningsih dan cerah, kenyal dan bersih
Murini, 2006).
3. Tidak berbau layaknya ikan dan 5. Selaput lendir di permukaan tubuh
tidak cepat hancur, baunya pun tipis, encer, bening, mengkilap
sedikit amis bercampur busuk cerah, tidak lengket, berbau
4. Insang pada ikan berwarna merah sedikit amis, dan tidak berbau
kegelapan busuk.
5. Tidak dihinggapi oleh lalat walau 6. Tekstur dan daging Ikan kaku
tersimpan di tempat terbuka atau masih lemas dengan daging
(Anonim, 2008) pejal jika ditekan dengan jari
Sedangkan Menurut Wibowo besarnya cepat pulih kembali.
dan Yunizal (1998), ikan segar Sisik tidak mudah lepas. Jika
memiliki ciri-ciri yang dapat diamati daging disayat, tampak jaringan
sebagai berikut: antardaging masih kuat dan
1. Penampakan Ikan cemerlang kompak, sayatan cemerlang
mengkilap sesuai jenis, badan dengan menampilkan warna
ikan utuh, tidak patah, tidak rusak daging ikan asli.
fisik, bagian perut masih utuh dan
liat, serta lubang anus tertutup.
2. Mata cerah (terang), selaput mata Hasil Uji Angka Lempeng Total
jernih, pupil hitam dan menonjol. Hasil uji ALT pada ikan
3. Insang berwarna merah cemerlang tongkol (Euthynnus affinis) segar di
atau sedikit kecokelatan, tidak ada pasar modern dan tradisional di Kota
atau sedikit lendir. Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel
4. Bau segar spesifik jenis atau 5.
sedikit berbau amis yang lembut.
Tabel 5. Hasil uji angka lempeng total (koloni/gram) ikan tongkol
Jenis pasar Waktu Jumlah koloni Rerata
U1 U2 U3
08.00 1,6 x 105 3,5 x 105 3,0 x 105 2,7x 105
Modern 13.00 3,6 x 105 4,0 x 105 4,0 x 105 3,7 x 105
18.00 4,4 x 105 4,4 x 105 4,7 x 105 4,5 x 105

06.00 0,4 x 105 2,8 x 105 0,5 x 105 1,2 x 105


Tradisional 08.00 2,2 x 105 3,9 x 105 2,1 x 105 2,7 x 105
10.00 4,4 x 105 4,6 x 105 4,8 x 105 4,6 x 105

Dari Tabel 5, dapat dilihat Hasil uji yang didapat belum


bahwa hasil penghitungan bakteri melewati batas maksimal cemaran
dengan uji ALT pada ikan tongkol mikroba yang ditetapkan sesuai SNI
segar yang di uji di Laboratorium 7388:2009 yaitu sebanyak 5 x 105
SKIPM kelas 1 Pekanbaru koloni/gram. Dengan demikian ikan
menunjukkan hasil yang beragam. tongkol yang ada dipasar modern
Jika dilihat dari rerata, hasil uji dan tradisional Pekanbaru aman
cenderung tidak berbeda antara pasar untuk dikonsumsi.
modern dengan pasar tradisional Menurut Irianto dan Giyatmi
padahal pasar modern dan pasar (2014), mikroorganisme dominan
tradisional memiliki rentang waktu yang berperan penting di dalam
pengambilan sampel yang berbeda. proses penurunan kesegaran ikan
adalah bakteri. Pada umumnya (2002) terdapat bukti dari industri
daging ikan yang masih segar adalah pangan yang menunjukkan bahwa
steril, bakteri dapat ditemukan di mikroorganisme ditransfer dalam
permukaan kulit, insang dan saluran proses penanganan pangan melalui
pencernaan. Setelah ikan mati, kurangnya kebersihan perorangan
bakteri yang terkonsentrasi pada sehingga tangan terkontaminasi oleh
ketiga tempat tersebut secara pathogen.
perlahan-lahan berpenetrasi dan Menurut Faridz dkk., (2007)
bergerak aktif menyebar ke seluruh menyatakan bahwa bahan pangan
jaringan dan organ ikan yang tadinya dapat tercemar oleh mikroba
steril mulai dijadikan tempat sebelum pengolahan atau sesudah
berkembangbiaknya bakteri. pengolahan. Kebiasaan pribadi para
Dari hasil penelitian dapat pekerja dan konsumen dalam
dilihat bahwa jumlah bakteri pada mengolah bahan pangan dapat
pasar tradisional mengalami merupakan sumber penting dari
peningkatan yang relatif sama pencemaran mikroba. Lebih lanjut
dengan pasar modern walaupun Murniati dan Sunarman (2000),
rentang waktu pengambilan ikan berpendapat bahwa untuk
berbeda, hal ini dapat disebabkan mempertahankan mutu ikan segar
oleh perbedaan yang dikonsumsi harus mendapatkan
perlakuan/lingkungan yang terjadi di penanganan secara benar, ikan harus
pasar modern dan tradisional yang diperhatikan sebagaimana bahan
dapat mempengaruhi kemunduran makanan yang lain. Kebersihan harus
mutu dari ikan tongkol. Menurut selalu dijaga sepanjang rantai
Junianto (2003), proses kemunduran distribusi, mengingat bahwa ikan
mutu kesegaran ikan akan terus adalah bahan makanan yang lebih
berlangsung apabila tidak segera cepat membusuk dari pada yang lain.
dihambat. Cepat lambatnya proses Selain ikan itu sendiri, alat-alat yang
tersebut sangat dipengaruhi oleh digunakan dalam penanganan harus
banyak hal, baik faktor internal yang diperhatikan kebersihanya serta
lebih banyak berkaitan dengan sifat penggunaan es.
ikan itu sendiri maupun eksternal
yang berkaitan dengan lingkungan. Hasil Uji Escherichia coli
Selain itu lebih banyaknya Hasil uji Escherichia coli
jumlah bakteri pada pasar tradisional pada ikan tongkol (Euthynnus
dibandingkan pasar modern juga affinis) segar di pasar modern dan
dapat disebabkan oleh kontaminasi tradisional di Kota Pekanbaru dapat
dari penjual. Menurut Taylor et al., dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil uji E.coli
Waktu E.coli
Jenis pasar
U1 U2 U3
Modern 08.00 Negative Negative Negative
13.00 Negative Negative Negative
18.00 Negative Negative Negative
Tradisional 06.00 Negative Negative Negative
08.00 Negative Negative Negative
10.00 Negative Negative Negative

Adapun Angka Paling menunjukkan bahwa MPN coliform


Memungkinkan (APM) coliform dan dan MPN faecal coliform umumnya
faecal coliform dari uji Escherichia >1100 /g, namun ada juga yang 240
coli pada ikan tongkol (Euthynnus dan 23 nilai ini melewati batas
affinis) segar di pasar modern dan maksimal jumlah bakteri yang
tradisional di Kota Pekanbaru dapat terdapat pada pangan yang sesuai
dilihat pada Tabel 7. Dari hasil dengan SNI yaitu MPN coliform dan
penelitian dapat dilihat bahwa hasil MPN faecal coliform < 3/g.
uji Escherichia coli yang dilakukan
di SKIPM kelas 1 Pekanbaru

Tabel 7. APM Coliform dan Faecal Coliform


Jenis pasar Waktu APM Coliform APM Faecal coliform
U1 U2 U3 U1 U2 U3
Modern 08.00 240 240 240 240 240 240
13.00 >1100 >1100 >1100 >1100 >1100 >1100
18.00 >1100 >1100 >1100 >1100 >1100 >1100

Tradisional 06.00 >1100 >1100 >1100 23 23 240


08.00 >1100 >1100 >1100 >1100 >1100 >1100
10.00 >1100 >1100 >1100 >1100 >1100 >1100

Pada uji penegasan berbeda dengan hasil yang didapat


Escherichia coli bakteri yang ada pada uji biokimia dan morfologi
pada tongkol yang diteliti negatif pada ikan tongkol yang diamati (SNI
mengandung Escherichia coli karena 01-2332.1-2006).
kriteria pangan yang mengandung Dari uji biokimia baik di pasar
Escherichia coli pada uji biokimia modern dan tradisional didapat hasil
akan menunjukkan hasil indol negatif E.coli, hal ini dapat
positif, MR positif, VP negatif, disebabkan masih baiknya sanitasi
citrate negatif dan pada uji morfologi yang dilakukan dikedua sampel pasar
didapat hasil gram negatif hal ini tersebut. Menurut Githiri et al.,
(2009) keberadaan bakteri E.coli
pada makanan menunjukkan bahwa diskon agar ikan habis terjual. Dari
makanan tersebut tercemar kotoran proses penanganannya jauh lebih
akibat pengolahan dan kebersihan baik pasar modern dibandingkan
pengolah makanan yang kurang baik. pasar tradisional.
Bakteri E.coli merupakan bakteri Pada uji formalin tidak
patogen yang sering dijadikan terdapat kandungan formalin pada
indikator sanitasi. ikan tongkol segar yang berasal dari
Menurut Harsojo dkk., (2005) pasar tradisional dan modern di Kota
daging segar yang tidak langsung Pekanbaru periode bulan Juni 2017.
diolah dapat cepat mengalami Pada uji ALT hasil
pembusukan akibat aktivitas bakteri. penghitungan bakteri pada ikan
Daging yang tercemar bakteri tongkol segar yang di uji di
patogen akan berbahaya bila Laboratorium SKIPM kelas 1
dikonsumsi karena akan Pekanbaru menunjukkan hasil yang
menimbulkan penyakit, untuk itu beragam. Jika dilihat dari rerata,
perlu dilakukan adanya proses hasil uji cenderung tidak berbeda
pengawetan pada saat proses antara pasar modern dengan pasar
distribusinya. Keberadaan tradisional padahal pasar modern dan
Escherichia coli pada ikan segar pasar tradisional memiliki rentang
dapat di sebabkan oleh lingkungan, waktu pengambilan sampel yang
bakteri ini merupakan bakteri berbeda. Hasil uji yang didapat
patogen yang berada pada ekosistem belum melewati batas maksimal
perairan dengan kata lain sumber cemaran mikroba yang ditetapkan
cemaran Escherichia coli berasal sesuai SNI 7388:2009 yaitu
dari lingkungan. sebanyak 5 x 105 koloni/gram.
Menurut Amalia dkk., (2015) Dengan demikian ikan tongkol yang
salah satu bakteri yang umum ada dipasar modern dan tradisional
dijumpai di dalam ekosistem Pekanbaru aman untuk dikonsumsi.
perairan adalah Eschericia coli. Selanjutnya berdasarkan uji
E.coli adalah bakteri yang apabila E.coli dari pasar tradisional dan
terdapat pada daging ikan, kemudian modern didapat hasil negative E.coli
dikonsumsi akan mempengaruhi sesuai dengan hasil uji biokimia yang
pencernaan pada manusia, misalnya menunjukkan hasil negative.
sakit perut. Sedangkan menurut
Suriawiria (1996), bakteri pencemar Daftar Pustaka
misalnya golongan E.coli, Amalia, E., Soeprapto, H., Syakirin,
kehadirannya di dalam badan air M. Bahrus. 2015. Analisis
dikategorikan bahwa air tersebut Bakteri Escherichia Coli Pada
tercemar feses (kotoran manusia). Budidaya Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Di
Kesimpulan Tambak-Tambak Kota
Berdasarkan hasil survey Pekalongan. PENA Akuatika
yang didapat, pada pasar Tradisional Volume 12 No. 1. Fakultas
maupun pasar Modern pasokan ikan Perikanan Unikal.
datang setiap hari dan pasokan ikan Pekalongan.
akan habis pada hari itu juga. Pada
pasar modern jika hingga malam hari
ikan belum habis maka akan di
Anonim. 2008. Ciri-ciri Ikan Yang IARC. 2006. IARC monographs on
Mengandung Formalin. the evaluation of carcinogenic
http://www.gudangkesehatan. risks to humans:
com/ketahui-ciri-ciri-ikan- Formaldehyde, 2
yang-mengandung-formalin/ Butoxyethanol and 1-tert-
Dekanu, N. 2015. Pasar Tradisional Butoxypropan-2-ol. Vol. 88.
dan Pasar Modern. Karya Lyon: WHO.
Tulis Ilmiah. STMIK Irianto, H. E., & Giyatmi, S. 2014.
Muhammadiyah. Ciracas. Teknologi Pengolahan Hasil
Depkes R.I. 2012. Permenkes RI Perikanan. Modul 1.
Nomor 033 Tahun 2012 Universitas Terbuka. Jakarta.
tentang Bahan Tambahan Junianto. 2003. Teknik Penanganan
Makanan. Jakarta. Ikan. Penebar Swadaya.
Faridz, R., Hafiluddin, Mega Jakarta.
Ansahari. 2007. Analisis Mahatmanti, F. W., Sugiyo, W., dan
Jumlah Bakteri dan Sunarto, W. 2011. Sintesis
Keberadaan Escherichia coli Kitosan dan Pemanfaatannya
Pada Pengolahan Ikan Teri sebagai Antimikrobia Ikan
Nasi di PT. Kelola Mina Laut Segar. Jurnal Penelitian.
Unit. Sumenap. Jurnal Fakultas Matematika dan
Embryo Vol 4 No 2. Ilmu Pengetahuan Alam
Teknologi Industri Pertanian Universitas Negeri Semarang.
Fakultas Pertanian Unijoyo. Semarang.
Githiri, M., P. Okemo, J. Kimiywe. Milo, M.S.,L.M Ekawati, dan F.S.
2009. Hygienic Practices and Pranata. 2011. Mutu Ikan
Occurrence of Coliforms and Tongkol (Euthynnus affinis)
Staphylococcus on Food at a di Kabupaten Gunungkidul
Public Hospitas in Kenya. dan Sleman Daerah Istimewa
Journal of applied biosciences Yogyakarta. Fakultas
27: 1727-1731. Kenya. Teknobiologi Universitas
Harsojo, Andini, L. S., dan Trimey, Atma Jaya Yogyakarta.
R. S. 2005. Dekontaminasi Murniati, A.S dan Sunarman. 2000.
Bakteri Patogen pada Daging Pendinginan, Pembekuan,
dan Jeroan Kambing dengan Pengawetan Ikan. Kanisius.
Iridiasi Gamma. Seminar Yogyakarta.
Nasional Teknologi Norliana, Abdulamir, A Bakar, dan
Peternakan dan Veteriner. Salleh. 2009. The health risk
Hastuti, S. 2010. Analisis Kualitatif of formaldehyde to human
dan Kuantitatif Formaldehid beings. Am. J. Pharm. &
pada Ikan Asin di Madura. Toxicol., 4(3): 98-106.
Jurusan Teknologi Industri Nurheti, Y. 2007. Awas Bahaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Dibalik Lezatnya Makanan.
Universitas Trunojoyo, Jurnal CV Andi Offset, Yogyakarta.
Agrointek, 4 (2): 136-137.
Rinto, E., Arafah, S.B. Utama. 2009. Yohana, SKD. dan U.H. Asmara.
Kajian keamanan pangan 1998. Kajian Nilai Gizi
(formalin, garam dan Bakso Sapi dan Bubur Pedas
mikrobia) pada ikan sepat sebagai Sumber Makanan
asin produksi Indralaya. Setengah Berat di Kotamadya
Jurnal Pembangunan Pontianak. Prosiding Seminar
Manusia, 8 (2): (20-25). Nasional Teknologi Pangan
Suklan, H. 2002. Apa dan Mengapa dan Gizi, Yogyakarta.
Boraks Dalam Makanan. Yunizal dan S. Wibowo. 1998.
Penyehatan Air dan Sanitasi Penanganan Ikan Segar.
(PAS); 4(7): 90-105. Instalasi Penelitian Perikanan
Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Laut Slipi, Jakarta.
Air dan Dasar-Dasar
Pengolahan Air Buangan
Secara Biologis, Penerbit
Alumni, Bandung.
Taylor, H., K. Brown, J. Toivenne, J.
Holah. 2002. A
Microbiological Evaluation
of Warm Air Hand Driers
with Respect to Hand
Hygiene and The Washroom
Environment. J. Appl.
Microbiol. 89: 910-919.
Widowati W dan Sumyati. 2006.
Pengaturan tata niaga
formalin untuk melindungi
produsen makanan dari
ancaman gulung tikar dan
melindungi konsumen dari
bahaya formalin. Pemberitaan
Ilmiah Percikan, 63, 33-40.
Widyaningsih, T.D., E .S. Murini.
2006. Alternatif pengganti
formalin pada produk pangan,
cetakan Pertama. Trubus
Agrisarana, Surabaya.
Winarno, F.G . 2004. Keamanan
Pangan Jilid 1. Bogor: M-
Brio Press. Bogor.
Wisnu, C. 2006. Analisis dan Aspek
Kesehatan. Bahan Tambahan
Pangan. PT. Bumi Aksara,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai