Anda di halaman 1dari 12

ACTUATING

A. Gaya Kepemimpinan
Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau
tersendiri. Gaya didefinisikan sebagai hak istimewa tersendiri dari si ahli
dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies
(1996) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan
berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi
oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu,
kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
digunakan. Gaya kepemimpinn seseorang cenderung sangat bervariasi dan
berbeda-beda (Nursalam, 2014).
Menurut Hersey dan Blanchard dalam Nursalam (2014) menyatakan
cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya.
Umumnya deikenal 5 gaya kepemimpinan, yakni:
1. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan.
Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin.
Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan
tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan hukuman.
2. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang
menyampaikan hasil analisa masalah dan kemudian mengusulkan tindaka
tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta saran dan kritik staf serta
mempertimbangkan espons staf terhadap usulannya. Keputusan akhir yang
diambil bergantung pada kelompok.
3. Bebas tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa
pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi
pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber
informasi dan pengendalian secara minimal

1
4. Demokrasi
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap
staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide
dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri.
Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi
diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
Analisa Data
Gaya kepemimpinan di Ruang Wijaya Kusuma yaitu demokratik.
Kepemimpinan demokratis yaitu tipe kepemimpinan yang melibatkan
anggota tim dalam proses pengembalian keputusan. Antara kepala ruang,
kepala tim dan perawat pelaksana selalu bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan
dilakukan ditentukan bersama. Kepala ruang dalam mengatur gaya
kepemimpinan anggota dengan cara pengawasan kinerja perawat. Jika ada
kesalahan dalam bekerja kepala ruang melakukan tindakan dengan
menyelesaikan atau mengutarakan langsung ditempat. Ketua tim sendiri
bertanggung jawab atas anggota tim nya, jika ada masalah yang tidak bisa
di selesaikan dalam tim maka kepala tuang akan membantu
menyelesaikannya.
Ciri-ciri kepemimpinan demokratik menurut Wahab (2011), antara lain:
1) Wewenang pemimpin tidak mutlak
2) Keputusan dibuat bersama antara pemimpin dan bawahan
3) Komunikasi antara pemimpin dan bawahab menjadi dua arah
4) Adanya kebebasan mengemukakan pendapat
5) Pemimpin membagi wewenang kebawahannya

B. Menciptakan budaya motivasi


Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberikan
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Motivasi adalah perasaan atau
pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan
kekuasaan, terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2014).

2
Motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang
melatarbelakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja. Motivasi
seseorang ditentukan oleh intensitas motifnya (Usman, 2013).
Menurut Usman (2013), Teknik motivasi antara lain:
a. Berpikiran positif
b. Menciptakan perubahan yang kuat
c. Membangun harga diri
d. Memantapkan pelaksanaan
e. Membangkitkan orang yang lemah menjadi kuat
f. Membasmi sikap menunda-nunda
Analisa Data
Berdasarkan hasil yang didapatkan dengan kepala ruang diperoleh
informasi bahwa kepala ruangan memberikan reward dalam bentuk lisan
kepada staf yang berprestasi, serta memberikan punishment berupa teguran
lisan maupun tulisan kepada staf yang kurang disiplin menjalankan tugas.

C. System Komunikasi: strategi komunikasi, model komunikasi.


Komunikasi adalah suatu proses pertukaran serta penyampaian dan
penerimaan berita, ide, atau informasi dari seseorang ke orang lain
(Anjaswarni, 2016). Sejalan dengan prinsip komunikasi efektif di atas,
Nursalam (2012) membagi kegiatan timbang terima menjadi beberapa tahapan
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap post timbang terima. Pada
saat tahap persiapan ada beberapa kegiatan yang dilakukan, tahap ini dilakukan
di nurse station. Perawat yang akan melakukan timbang terima adalah perawat
pelaksana. Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan timbang terima, setting
tempat pada tahap pelaksanaan ada dua tempat, yaitu nurse station dan ruang
perawatan. Pelaksana dari tahap ini adalah kepala ruangan, perawat pelaksana.
Tahap terakhir dari timbang terima.
Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang dilaksanakan secara
faceto face yang terdiri dari 4 komponen yaitu S (Situation): merupakan suatu
gambaran yang terjadi pada saat itu. B (Background): merupakan sesuatu yang

3
melatar belakangi situasi yang terjadi. A (Assessment): merupakan suatu
pengkajian terhadap suatu masalah. R (Recommendation): merupakan suatu
tindakan dimana meminta saran untuk tindakan yang benar yang seharusnya
dilakukan untuk masalah tersebut (Jefferson, 2012).
Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012), yaitu:
a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari
keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu
dibangun antara manajer dan staf
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak
terpisahkan dalam organisasi
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
d. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara adekuat,
lengkap dan cepat.
e. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima
f. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam komunikasi.
Analisa Data
Komunikasi yang dilakukan diruang Wijaya Kusuma sudah melakukan
komunikasi secara efektif. Ruang Wijaya Kusuma juga menggunakan
komunikasi non-Verbal dengan mencatat semua hasil diskusi baik dari perawat
dan dokter di dalam buku Rekam Medis Pasien

D. Pendelegasian
Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab.
Tetapi suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna. Manajer
keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf dalam
melaksanakan asuhan terhadap pasien( Nursalam 2014).Di Ruang Wijaya
Kusuma delegasi dilaksanakan oleh Kepala Ruang kepada Ketua Tim, Ketua
Tim Kepada Perawat Pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanis
mepelimpahan tugas dan wewenang. Penelegasian tugas ini di lakuakan secara
berjenjang, penerapanya dibagi menjadi 2, yaitu:

4
1) PendelegasianTerencana
a) Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada ketua tim.
b) Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah di rencanakan.
2) Pendelegasian Insendentil
Terjadi apabila salah satu personil berhalangan hadir maka pendelegasian
tugas harus dilakukan.
Menurut Nursalam (2014) Tempat dan Waktu Pendelegasiandapat
dilaksanakan:
a. Tugas rutin.
Tugas rutin seperti wawancara lamaran pekerjaan, tanggung jawab
terhadap masalah-masalah yang kecil, dan menyeleksi surat merupakan
tugas biasa dan dapat didelegasikan kepada staf.
b. Tugas yang tidak mencukupi waktunya.
Pendelegasian dapat dilaksanakan pada tugas-tugas tertentu karena
manajer tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakannya. Tugas-
tugas tersebut akan dilaksanakan oleh manajer jika mempunyai waktu
untuk menyelesaikannya.
c. Penyelesaian masalah.
Pendelegasian diberikan dengan tujuan memberikan
pengalaman/tantangan kepada staf untuk menyelesaikannya. Staf akan
termotivasi apabila mereka menerimanya sebagai suatu tantangan. Oleh
karena itu, perlu perhatian dan bimbingan khusus dalam membantu staf
untuk menyelesaikan tugas yang dilimpahkan kepadanya.
d. Peningkatan kemampuan.
Pendelegasian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf dan
tim. Dengan pengelolaan yang sesuai, pendelegasian akan menjadikan
suatu latihan bagi staf untuk belajar.
e. Kapan pendelegasian tidak diperlukan.
Tidak semua jenis tugas dapat didelegasikan. Seorang manajer harus
berhati-hati dalam mendelegasikan jenis tugas tertentu, yaitu:

5
1) Tugas yang terlalu teknis, misalnya jadwal staf dan anggaran yang
merupakan tugas rutin manajer, tetapi terlalu teknis dan perlu
keterampilan khusus untuk dilaksanakan staf;
2) Tugas yang berhubungan dengan kepercayaan dan kerahasiaan,
misalnya kerahasiaan suatu informasi dari institusi berhubungan
dengan terjadinya perselingkuhan staf.
Analisa Data
Berdasarkan hasil dari kepala ruangan diperoleh informasi bahwa
pendelegasian wewenang dilaksanakan dengan cara menunjuk ketua tim atau
penanggung jawab shif yang bertugas pada saat itu.

E. Manajemen Konflik
Konflik diindikasikan sebagai suatu kelemahan manajemen pada suatu
organisasi yang harus dihindari. Keharmonisan suatu organisasi sangat
diharapkan, tetapi konflik selalu akan merusaknya. Konfliks sebenarnya dapat
dihindari dengan mengarahkan staf kepada tujuan yang jelas dalam
melaksanakan tugas dan memfasilitasi agar staf dapat mengekspresikan
ketidakpuasannya secara langsung, sehingga masalah tidak menumpuk dan
bertambah banyak (Nursalam, 2014).
Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam macam
(Nursalam, 2014):
a. Kompromi atau negisiasi
Suatu strategi penyelesaian konflik di mana semua yang terlibat saling
menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini
sering diartikan sebagai lose-lose situation. Kedua pihak yang terlibat
saling menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam
manajemen keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh middle dan
top manajer keperawatan.
b. Kompetisi.
Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation. Penyelesaian ini
menekankan hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari strategi ini adalah

6
kemarahan, putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di masa
mendatang.
c. Akomodasi.
Istilah lain yang sering digunakan adalah cooperative situation. Konflik
ini berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini, seseorang berusaha
mengakomodasi permasalahan, dan memberi kesempatan pada orang lain
untuk menang. Pada strategi ini, masalah utama yang terjadi sebenarnya
tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya digunakan dalam politik untuk
merebut kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.
d. Smoothing.
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi
komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu yang
terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan daripada
perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa
diterapkan pada konflik yang ringan, tetapi tidak dapat dipergunakan
pada konflik yang besar, misalnya persaingan pelayanan/hasil produksi.
e. Menghindar.
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang
masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak
menyelesaikan masalah. Strategi ini biasanya dipilih bila
ketidaksepakatan membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih
besar daripada menghindar, atau perlu orang ketiga dalam
menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan dengan
sendirinya.
f. Kolaborasi.
Strategi ini merupakan strategi win-win solution. Dalam kolaborasi,
kedua pihak yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama
dalam mencapai suatu tujuan. Oleh karena keduanya yakin akan
tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan. Strategi kolaborasi tidak
akan bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi
tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam

7
menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari kedua
kelompok/seseorang (Bowditch dan Buono, 1994).
Analisa Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan diperoleh
informasi bahwa penerapan menejemen konflik di ruang Wijaya Kusuma
menggunakan pendekatan penyelesaian masalah, yakni dengan caram
mengkomunikasikan masalah yang terjadi.

F. Reward dan Punissment


Sanksi diberlakukan bagi perawat yang tidak mengikuti aturan baik yang
disengaja atau tidak disengaja
- Bentuk sanksi :
1. Ringan : Berupa teguran lisan dari karu / katim
2. Sedang : Berupa surat pernyataan dari karu / katim
3. Berat : Berupa surat peringatan terakhir dari karu / katim
4. Sangat berat: Yaitu diberhentikan sementara dari seluruh kegiatan
sampai ditentukan melalui rapat
- Kategori Sanksi :
1. Ringan : Jika melakukan pelanggaran tata tertib 1-2 kali
2. Sedang : Jika melakukan pelanggaran tata tertib 3-4 kali
3. Berat : Jika melakukan pelanggaran tata tertib 4-5 kali
4. Sangat Berat : Jika melakukan pelanggaran tata tertib > 5 kali
Perawat yang mematuhi aturan yang ditetapkan akan diberikan reward
berupa kenaikan jabatan dalam periode tertentu dan kenaikan bonus dari
kepala ruangan

G. Supervisi
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan
keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan
perawat dalam melaksanakan tugas (Nursalam, 2014).

8
Tujuan supervisi :
a. Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan/khusus tenaga baru
b. Melatih staf dan pelaksana keperawatan
c. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari dan
mengerti terhadap peran, fungsi dan tugas sebagai staf dan pelaksana
asuhan keperawatan
d. Memberikan layanan dan bantuan kepada staf dan pelaksana
keperawatan apabila menghadapi kendala dalam pelaksanaan
e. Mengembangkan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan
Kompetensi Supervisor
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana
keperawatan
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan
pelaksana keperawatan
d. Proses kelompok
e. Memberi latihan dan bimbingan yang diperlukan staf
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kerja perawat
g. Mengadakan pengawasan agar pelayanan keperawatan lebih baik
Fungsi Supervisi
1. Untuk mengatur dan mengorganisasi proses pemberian pelayanan
keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan
keperawatan tentang staf dan SOP
2. Menilai dan memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses
pemberian pelayanan asuhan keperawatan
3. Briggs, mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi dalam
keperawatan ialah mengkoordinasi, menstimuli dan mendorong kearah
peningkatan kwalitas asuhan keperawatan

9
Peran Supervisi
1. Menurut Bowe dan Deas Lore, dikutip Yuslis ( 2019), menyatakan
peranan supervisor dalam keperawatan menitik beratkan kepada
perencanaan, pelaksanaan tugas, pelimpahan tanggung jawab, memberi
kesempatan pada staf untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan
standar asuhan keperawatan, memberi support, mempertahankan
kebersamaan
2. Olivia (2016) mengatakan bahwa peranan supervisor adalah koordinator,
konsultan, pemimpin kelompok evaluator
3. Secara umum peranan supervisor dalam keperawatan adalah leader,
koordinator, pembantu/pelayan, pelatih, pembimbing, evaluator, peneliti
dan inspektur
Prinsip-prinsip dalam supervise
1. Didasarkan atas hubungan professional dan bukan pribadi
2. Kegiatan yang direncanakan secara matang
3. Bersifat edukatif, suppotif dan informal
4. Memberikan perasaan aman pada staf
5. Membentuk suatu kerja sama
6. Objektif dan sanggup melakukan self evaluation ( mengkaji diri sendiri ).
7. Progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan
masing-masing
8. Kontruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan
kebutuhan
9. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan
Tehnik supervise
1. Individual Technic
2. Pertemuan percakapan pribadi dengan staf secara informal/formal
3. Observasi ke bangsal
4. Intervisite
5. Penilaian diri sendiri (self evaluation)
6. Group Technic

10
Area supervisi keperawatan
1. Standar praktek keperawatan/SOP sebagai acuan.
2. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan kesenjangan
3. Tindak lanjut berupa upaya mempertahankan kualitas maupun upaya
memperbaiki
Analisa Data
Berdasarkan hasil dari observasi, supervisi dilakukan oleh kepala ruangan
sesuai jadwal bulanan yang telah dibuat. Supervisi dilakukan oleh kepala
ruangan secara langsung kepada ketua tim dan ketua tim secara langsung
melakukan supervisi kepada perawat pelaksana. Kepala ruangan memberikan
umpan balik pada saat supervisi dengan cara memberikan penjelasan tentang
hasil supervisi, memberikan reward kepada staf yang berprestasi dan
punishment kepada staf yang kurang disiplin, serta memotivasi staf untuk
bekerja lebih baik.

11
12

Anda mungkin juga menyukai