Anda di halaman 1dari 115

SKRIPSI

HUBUNGANPENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PENANGANAN


PASIEN GAWAT DARURATDI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
MAKASSAR

Oleh :
Ita Syarifatul Aini
NIM 15.152011

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN GUNUNG SARI


PROGRAM STUDI S.I KEPERAWATAN
MAKASSAR
2019

1
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PENANGANAN


PASIEN GAWAT DARURATDI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
MAKASSAR

Skripsi ini diajukan sebagai persyaratan


Untuk memperoleh Gelar Sarjana ( S.1 )

Ita Syarifatul Aini


NIM 15.152011

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN GUNUNG SARI


PROGRAM STUDI S.I KEPERAWATAN
MAKASSAR
2019
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP
PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT
DI IGD RS. LABUANG BAJI
MAKASSAR
Disusunoleh :
Ita syarifatul Aini
NIM :15.152011

Telah Diperiksa dan Disetujui Pada Ujian Skripsi


Program Studi S.1 Keperawatan
Pada tanggal 23 Juli 2019

Makassar, 23Juli2019

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Muliati M. S.Kes, Ns., M.Kep dr. Nurnaeni, M.Kes


NIDN :8892610015 NIDN :0905098901

Mengetahui,

Ketua Wakil Ketua I


Program Studi S1Keperawatan Bidang Akademik

Abdullah, S,Kep,Ns., M.KepNurnainah, S.Kep,Ns.,M.Kep


NIDN : 0911088702 NIDN : 0905078404

KETUA
STIKPER Gunung Sari

Dr. Pius Nalang, M.Kes


NIDN :3410016001

1
PENGESAHAN PENGUJI
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP
PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT
DI IGD RS. LABUANG BAJI
MAKASSAR
Disusunoleh :
Ita Syarifatul Aini
NIM :15.152011

Telah Diperiksa dan Disetujui Pada Ujian Seminar Skripsi dan dinyatakan telah
Memenuhi syarat Pada tanggal 23 Juli 2019

Menyetujui

Tim Penguji :

1. Nurnainah, S.Kep, Ns., M.Kep (..............................)


NIDN : 0901038801
2. Rita Ranggung, S.Kep, Ns., M.Kes (..............................)
NIDN : 3406046601
3. Muh, Saleh, S.Ag., M.Pd (..............................)
NIDK :8872960018

Mengetahui,

Ketua Wakil Ketua


Program Studi S1Keperawatan Bidang Akademik

Abdullah, S,Kep,Ns., M.KepNurnainah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN : 0911088702 NIDN : 0901038801

KETUA
STIKPER Gunung Sari

Dr. Pius Nalang, M.Kes


NIDN :3410016001
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
( STIKPER ) Gunung Sari Makassar
Program Studi S.1 Keperawatan
Skripsi, Juli 2019

ABSTRAK

Ita Sarifatul Aini “ Hubnugan Pengetahuan Perawat Terhadap Penanganan


Pasien Gawat Darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar “. ( Muliati M
dan Nurnaeni )
Penanganan pasien gawat darurat tergantung dari pengetahuan perawat
sehingga pengetahuan perawat sangat penting dalam penanganngan pasien gawat
darurat di IGD. Tujuan PenelitianUntuk mengetahui hubungan pengetahuan
perawat terhadap penanganan pasien gawat darurat Di IGD RSUD Labuang
BajiMakassar.
Jenis penelitian ini adalah penelitin Survey analitik dengan pendekatan
Cross Secsional yang ingin mengetahui hubungan pengetahuan perawat terhadap
penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar pada
Bulan Juli 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang berarda
di ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar sebanak 30 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan,
pemahaman, dan pengalaman kerja. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa tingkat
pendidikan, pemahaman dan penagalaman kerja dapat mempengaruhi terhadap
penangan pasien gawat darurat.
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa analisa tingkat
pendidikan menggunakan Uji Chi-square adalah p = 0.000 dengan tingkat
kemaknaan a = 0,05 yang berarti p < 0, 05, Ha diterima Ho ditolak, Pemahaman
didapatka p = 0,001 dengan tingkat kemaknaan a=0,05 yang berarti p < 0,05 , Ha
diterima dan Ho ditolak, dan pengalaman kerja didapatkan p= 0,000 dengan
tingkat kemaknaan a=0,05 yang berarti p < 0,05, Ha diterima dan Ho ditolak.

Kata kunci : Perawat, Pengetahuan, Penanganan pasien


College of Nursing
(STIKPER) Gunung Sari Makassar
Nursing Study Program S1
Thesis, July 2019

ABSTRACT

Ita Sarifatul Aini "RelationshipNurses Against Knowledge Management


Emergency Room Patients in the ER Hospital Makassar Baji Labuang".
(Muliati M and Nurnaeni)
Handling of emergency patients depends on the knowledge of nurses so
the knowledge of nurses is very important in handling emergency patients in the
emergency room . Research Objectives To determine the relationship of nurses'
knowledge to the handling of emergency patients in the Labuang Baji General
Hospital emergency room Makassar.
This research is an analytic survey research is conducted with cross
sectional wanting to know the correlation between knowledge of nurses to patient
management department of emergency in Makassar Baji Labuang Hospital
emergency department in July 2019. The population in this study were all nurses y
ang berarda in emergency room hospitals Makassar Baji Labuang 30 people.
The results of the study menun verifiers indicate variable levels of
education, understanding, and work experience. Based on the explanation above,
the level of education, understanding and work experience can affect the handling
of emergency patients.
Based on this study, it can be concluded that the educational level analysis
using Chi-square test was p = 0.000 with significance level a = 0.05 y ang mean p
<0, 05 , Ha Ho accepted rejected, understanding didapatka p = 0.001 with a
significance level = 0.05 y ang means p <0.05 , Ha Ho accepted and rejected, and
job experience obtained p = 0.000 with significance level a = 0.05 thatmeans p
<0.05, Ha Ho accepted and rejected.

Keywords: Nurses, Knowledge, Handlingpatients


PERNYATAAN KEASLIAN

Yangbertandatangan dibawah ini :

Nama : Ita Syarifatul Aini

Nim : 15152011

Program Studi : S1 Keperawatan STIKPER Gunung Sari Makassar

Menyatakan bahawa skripsi saya yang berjudul “HUBUNGAN

PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PENANGANAN PASIEN

GAWAT DARURATDI IGD RUMAH SAKIT LABUANG BAJI

MAKASSAR” adalah karya saya sendiri yang belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebut dalam

daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka

saya akan menerima sangsi yang telah ditetapkan.

Demikian surut pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya tanpa ada

paksaan dari pihak manapun.

Makassar, 17 Mei 2019


Yang menyatakan,

Ita Syarifatul Aini


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademis Stikper Gunung Sari Makassar, saya bertanda tangan
dibawah ini :

Nama : Ita Syarifatul Aini

Nim : 15152011

Program Studi : S1 Keperawatan

Depertemen : Gawat Darurat

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Stikper Gunung Sari Makassar Hak Bebas Royalti Nonekslusif (No-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “Hubungan
Pengetahuan Perawat Terhadap Penanganan Pasien Gawat Darurat” beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti Nonekslusif ini
Stikper Gunung Sari Makassar berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencamtumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : makassar

Pada Tanggal : 18 Juli 2018

Yang Menyatakan

Ita Syarifatul Aini


Nim.15152011
Biodata Diri

A. Data Pribadi
Nama : Ita Syarifatul Aini
Tanggal Kelahiran : 11 Oktober 1996
Kode Pos :
Nomor Telepon : 085298602421
Email : Itasyarifatulainistikperguns11@gmail.com
Jenis Kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
B. Data Orang Tua
Nama Ayah : M. Saleh
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : Siti Sakinah
Pekerjaan : Urt
C. Riwayat Pendidikan
1. SDN IMPRES KARUMBU
2. MTSn KARUMBU
3. SMA N 1 LANGGUDU
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Esensi dari penulisan Proposal ini adalah untuk memenuhi

salah satu syarat dalam menyelesaikan program SI keperawatan (STIKPER)

Gunung Sari Makassar dengan judul ”Hubungan Pengetahuan Perawat

Terhadap Penanganan Pasien Gawat Darurat. Penulis juga menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang dengan komitmenpenuh dengan kreativitasnya baik secara langsung

maupun tidak langsung telah membantu penulis, oleh karena itu penulis

menghaturkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamya kepada semua pihak

yang telah berpartispasi dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Selain itu

dalam kesempatan ini penulis menghatur kanpenghargaan yang setinggi-

tingginya dan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak H. SyamsuAlam, BA. Ketua Yayasan Pendidikan Gunung Sari

Makassar yang telah menyediakan sarana dan prasarana pendidikan.

2. Bapak Dr. Pius Nalang, M.Kes. Ketua Sekolah TinggiI lmu Keperawatan

Gunung Sari Makassar yang telah banyak membantu dan mengarahkan

penulis dalam menyelesaikan proposal ini.


3. Bapak Abdullah, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Ketua prodi S1 Keperawatan Gunung

Sari Makassar.

4. Ibu Muliati M,S.Kep.,Ns.,M.Kep. Pembimbing I yang telah banyak

membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu dr.Nurnaeni,M.Kes. Pembimbing II yang telah banyak membantu dan

mengarah kanpenulis dalam penyelesaian proposal ini.

6. Ibu Nurnainah, S.Kep, Ns.,M.Kep. Penguji I yang telah meluangkan

waktunya kepada peneliti untuk mengadakan seminar Proposal serta

memberikan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Rita Ranggung, S.Kep,Ns.,M.Kep. Penguji II yang telah meluangkan

waktunya kepada peneliti untuk mengadakan seminar skripsi serta

memberikan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.

8. Bapak Muh. Saleh,S.Ag.,M.Pd. Penguji III yang telah meluangkan waktunya

kepada peneliti untuk mengadakan seminar Proposal serta memberikan kritik

dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen beserta para staf sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Gunung Sari Makassar yang telah memberikan dorongan dan bimbingan

kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan Gunung Sari Makassar.

10. Teristimewa untuk Ayah andadan Ibunda tercinta yang selama ini tiada henti

member kudukungan dengan segenap jiwa dan raganya, baik materi maupun

doa yang tiada terhentinya dan telah membesarkanku serta memberikan

kepercayaan penuh kepadaku untuk menjadi manusia yang lebih baik.


11. Teristimewa kepada saudara – saudara sekandung saya ST. Rahma, Siti

Asiah, Rosmala, Suriyati yang selama ini selalu memberikan dukungan serta

memotivasi untuk terus semangat dan bersabar dalam proses penyusunan

skripsi ini.

12. Kepada teman-teman seperjuangan Suci Ramadhoan, Rahma, Suharni,

Novyanarwati, alamsyah, Riswan Juliardi, Harsono, Hasriadi, Saharudin

serta teman-teman seangkatan khususnya kelas empat A yang selalu

memberikan dukungan kepada saya dalam proses penyusunan skripsi ini.

Akhir penulis sangat mengharapkan do’a agar skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua, dalam hal menambah wawasan dan pengetahuan kita yang

terimplementasi dalam kehidupan keseharian serta bernilai ibadah di sisi Allah

SWT. Amin, yarabbal’alamin

Makassar,27 April 2019

ItaSyarifatulAini
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................... i

Halaman Pengesahan Pembimbing ..................................................................... ii

Halaman Pengesahan Penguji ............................................................................. iii

Surat Pernyataan Keaslian Penelitian.................................................................. iv

Persetujuan Publikasi ........................................................................................... v

Abstrak ................................................................................................................ vi

Abstrac ................................................................................................................ vii

Biodata Diri ........................................................................................................ viii

Kata Pengantar .................................................................................................... ix

Daftar Isi.............................................................................................................. xii

Daftar Tabel ........................................................................................................ xi

Daftar Gambar .................................................................................................... xiii

Daftar Lampiran ................................................................................................. xiv

Daftar Singkatan.................................................................................................. xv

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 10

C. Manfaat Penelitian .................................................................. 11

D. Penelitian Sejenis .................................................................... 12

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 13

A. Tinjauan Umum Tentang Gawat Darurat ............................... 13

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan .................................. 25


C. Tinjauan Utama Tentang Perawat .......................................... 30

D. Tinjauan Umum Variabel yang di Teliti ................................. 37

E. Kerangka Konsep penelitian ................................................... 42

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 47

A. Jenis Penelitian dan pendekatan ............................................. 47

B. Populasi, sampel, dan Smpling Penelitian .............................. 47

C. TempatdanWaktu Penelitian ................................................... 48

D. Instrumen Penelitian ............................................................... 48

E. Cara pengumpulan Data ......................................................... 50

F. Cara Pengambilan Data .......................................................... 51

G. Analisa Data............................................................................ 51

H. EtikaPenelitian ........................................................................ 52

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 52

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 52

B. Pembahasan ................................................................................. 60

BAB III :Penutup ................................................................................................ 68

A. Kesimpulan ................................................................................. 68

B. Saran ............................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 70


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Penelitian Sejenis ........................................................................... 12

Tabel 2.1. Definisi Operasional ...................................................................... 43

Tabel 4.1.Distribusi responden berdasarkan umur di ruangan IGD

RSUD Labuang Baji Makassar ........................................................... 45

Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di ruangan

IGD RSUD Labuang Baji Makassar ................................................... 45

Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan Lama Kerja di ruangan IGD

RSUD Labuang Baji Makassar ........................................................... 45

Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan Pemahaman di ruangan IGD

RSUD Labuang Baji Makassar .......................................................... 45

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan Pengalaman Kerja di ruangan

IGD RSUD Labuang Baji Makassar ................................................. 45

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan Penanganan Pasien Gawat

Darurat di ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar .................... 45

Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Pendidikan terhadap penanaganan pasien

gawat darurat di ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar ......... 45


Tabel 4.7. Distribusi Pemahaman terhadap penanganan pasien gawat darurat

di ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar ................................ 45

2.2. Distribusi pengalaman kerja terhadap penanganan pasien gawat darurat

di ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar ................................ 45


DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Kerangka Konsep ..................................................................................... 44


DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal

2. Surat Permohonan Ijin Meneliti

3. Surat Rekomendasi

4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

6. Lembar Koesiner Penelitian

7. Master Tabel
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Kepanjangan

ABC Airway, Breathing, Circulation

ACEP American College of Emergency Phicians

BTCLS Basic Trauma and Cardiac Life Suport

CO² Karbondioksida

ENA Emergency Nurse Assocition

GCS Glassgow Coma Scale

IGD Instalasi Gawat Darurat

METTAG Medikal Emergency Triage TAG

O² Oksigen

PPGD Pertolongan Pertama Gawat Darurat

RN Registered Nurse

RPM Respiratory, Pulse, Mental Status

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

START Simple Triage and Rapid Treament

WHO World Health Organisation


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut World Health Organisation rumah sakit merupakan suatu

organisasi sosial dan kesehatan yang mempunyai fungsi sebagai pelayanan,

meliputi pelayanan paripurna (komperhensif) penyembuhan penyakit

(kuratif) dan juga sebagai pencegahan penyakit (preventif) kepada

masyarakat.Sebagai bentuk peningkatan kualitas pelayanan perawatan di

Inggris dilakukan evaluasi dengan pendekatan sistem dan prinsip pelayanan

pasien. Hal itu bertujuan supaya pasien mendapatkan perawatan dengan

kualitas yang tinggi dan tepat waktu (Leading Practices in Emergency

Departement , 2010). ( Journal Wahyu Budiaji : 2016 : 3 )

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di

rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan

pertama masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat

darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan

pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan

lebih lanjut (UU RI nomor 44 tentang Rumah sakit, 2009). ( Journal Wahyu

Budiaji : 2016 : 3 )

Ketepatan waktu dalam pelayanan kegawatdaruratan menjadi

perhatian penting di negara - negara seluruh dunia. Hasil studi dari National
Health Service di Inggris, Australia, Amerika dan Kanada bahwa pelayanan

perawatan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien (LeadingPractices

inEmergency Departement , 2010). Data kunjungan masuk pasien ke IGD di

Indonesia sebanyak 4.402.205 pasien (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).

Pelayanan gawat darurat di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan

pada tahun 2011 - 2012 dari 98,80% menjadi 100% dengan berbagai banyak

keluhan pasien yang beranekaragam (Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah

tahun, 2013).( Journal Wahyu Budiaji : 2016 : 3 )

Menurut American Hospital Association dalam Herkutanto ( 2007 ),

keadaan gawat darurat adalah suatu kondisi dimana berdasarkan respon dari

pasien, keluarga pasien, atau siapapun yang berpendapat pentingnya

membawa pasien ke rumah sakit untuk diberi perhatian/ tindakan medis

dengan segera. Kondisi yang demikian berlanjut hingga adanya keputusan

yangdibuat oleh pelayanan kesehatan yang profesional bahwa pasien berada

dalam kondisi yang baik dan tidak dalam kondisi mengancam jiwa.

Penyebab gawat darurat ( penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi )

yang bila segera tidak ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ

tubuh atau meninggal. (Sudjito, 2007).

Menurut Departemen Kesehatan RI ( 2005 ), Karakteristik pasien

IGD ( Instalansi Gawat Darurat ) adalah pasien yang mengalami

kegawatanmenyangkut terganggunya jalan nafas, terganggunya fungsi

pernafasan,terganggunya fungsi sirkulasi, terganggunya fungsi otak dan

kesadaran,pasienyang menderita sakit secara mendadak (onset waktu yang


cepat) yangmembutuhkan pertolongan segera yang apabila tidak ditolong

sakitnya akanbertambah parah. Jumlah kasus pasien yang datang ke unit

gawat darurat tidakdapat diprediksi karena kejadian kegawatan atau bencana

dapat terjadi kapan saja,dimana saja serta menimpa siapa saja. Karakteristik

pelayanan di IGD ( Instalansi Gawat Darurat ) dengankondisi pasien yang

datang tidak terjadwal dan bersifat mendesak makadiperlukan triage sebagai

langkah awal penanganan pasien di IGD (Instalansi Gawat Darurat). (Renny

Martanti, 2014 : 16 )

Indonesia merupakan salah satu negara rawan bencana dilihat dari

aspek geografis, klimatologis dan demografis.Letak geografis Indonesia di

antara dua benua dan dua samudra menyebabkan Indonesia mempunyai

potensi bagus dalam perekonomian sekaligus rawan dengan bencana.

Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki gunung api di

dunia yaitu 500 gunung api yang tersebar di Indonesia dan 129 diantaranya

merupakan gunung api aktif, sekitar 70 dari gunung aktif tersebut sering

meletus. Berdasarkan sebaran zona resiko tinggi yang ditempatkan dalam

indeks rasio bencana letusan gunung api di Indonesia maka Badan Nasional

Penanggulangan Bencana telah menyatakan penanggulangan bencana

letusan gunung api dalam 5 tahun sejak tahun 2011 diarahkan pada wilayah

rawan bencana gunung api. (BNPB 2011 dalam journal Indrawati, 2015 :

147 ).

Sebenarnya Indonesia sangat berpengalaman karena sudah sering

daerah-daerah yang mengalami bencana tetapi penanganan pada saat


kejadian ternyata kurang baik bahkan nampak tidak siap. Pada pasal 2

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan

penanggulangan bencana menyatakan bahwa penanggulangan bencana

dilaksanakan secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh

dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman,

risiko dan dampak bencana. Penanggulangan bencana adalah serangkaian

upaya mengurangi resiko bencana meliputi mengurangi resiko terjadinya

bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.

(BNPB 2010dalam journal Indrawati, 2015 : 147 )

Instalasi gawat darurat termasuk dalam unit pelayanan yang ada di

rumah sakit, dimana instalasi gawat daruratmerupakan tempat di rumah

sakit yang memiliki tim kerja dengan kemampuan dan peralatankhusus,

yang memberikan pelayanan gawat darurat. Perawat di Instalasi gawat

darurat harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang membutuhkan

kemampuan untuk menyesuaikan situasi kritis dengan kecepatan dan

ketepatan yang tidak selalu dibutuhkan pada situasi keperawatan lain,

perawat Instalasi Gawat Darurat minimal memiliki sertifikat BTCLS (Basic

Training Cardiac Life Support) atau PPGD (Pertolongan Pertama Gawat

Darurat). ( Rankin et All 2013 dalam journal Joice Mermy Laoh, 2014: 44 )

Akhir - akhir ini berbagai bencana seperti belum bisa lepas dari

Negara kita mulai dari kebakaran pabrik petrokimia, banjir, tanah longsor,

gempa bumi dan stunami, letusan gunung berapi, bahkan yang lebih up to

date adalah terjadinya gempa dan stunami di Palu dan Donggala Sulawesi
Tengah, hal yang menggambarkan bahwa masih rentannya masyarakat

menjadi korban bencana. Bencana yang pernah kita kenal ada dua macam

yaitu bencana yang bersifat umum ( menyangkut orang banyak ) dan

bencana yang hanya terjadi pada satu atau beberapa orang saja atau sering

kita sebut sebagai kecelakaan. Tidak seorangpun yang bisa memprediksikan

akan terjadi kecelakaan, pada umumnya kecelakaan terjadi secara mendadak

dan seringnya kita sebagai tenaga kesehatan tidak cukup siap untuk

menolong korban walaupun sudah berpuluh-puluh teori yang sudah kita

pelajari. Kita tentu masih ingat tentang Gawat darurat, bahkan kata-kata itu

sudah kata-kata setiap hari yang sering kita ucapkan walaupun belum tentu

benar dalam mengartikannya.( Musliha, 2010:1 )

Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana

seseorang mebutuhkan pertolongan segera karena apabila tidak

mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya

atau menimbulkan kecacatan permane.Keadaan gawat darurat yang sering

terjadi dimasyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti

nafas, henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, dan korban bencana.

Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena terjadinya

kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama di daerah

perkotaan. ( Media Acculapius, 2007 dalam Musliha 2010 )

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan keperawatan yang

komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang

mengancam kehidupan.Pertolongan pertama adalah pertolongan secara


cepat dan bersifat sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang

menderita luka atau seseorang penyakit mendadak.Pertolongan ini

menggunakan fasilitas dan peralatan yang tersedia pada saat itu dan tempat

yang dibutuhkan.Tujuan yang penting dari pertolongan pertama adalah

memberikan perawatan yang menguntungkan pada orang-orang tersebut

sebagai persiapan terhadap penanganan lebih lanjut.( Skeet : 2006 dalam

Paula Krisanty dkk, 2011:1 ).

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan Darurat adalah perlu

mendapatkan penanganan atau tindakan dengan segera untuk

menghilangkan ancaman nyawa korban. Sebenarnya dalam tubuh kita

terdapat berbagai organ dan semua itu terbentuk dari sel-sel, sel tersebut

akan tetap hidup bila pasokan oksigen tidak berhenti, dan kematian tubuh

itu akan timbul jika sel tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen. Kematian

ada dua macam yaitu mati klinis dan mati biologis, mati klinis adalah

apabila seseorang penderita henti nafas dan henti jantung, waktunya 6-8

menit setelah terhentinya pernafasan dan sistem sirkulasi tubuh sedangkan

mati biologis adalah mulai terjadinya kerusakan sel-sel otak dan waktunya

dimulai 6 sampai 8 menit setelah berhentinya system pernafasan dan

sirkulasi ( Modul penanggulangan gawat darurat, 2008 dalam Paula

Krisanty : 2011 )

Pelaksanaan triage saat ini dilakukan dengan berbagai metode tetapi

semua tetap berprinsip pada penilaian jalan nafas ( airway ), pernafasan (

breathing ) dan sirkulasi ( circulation ) atau primari survey. Agar penilaian


triage lebih akurat primary surveyakan dilanjutkan dengan fokus survey

sekunder. Fasilitas yang diperlukan adalaha tempat dan peralatan untuk

menilai kondisi pasien. Karena fungsinya sebagai penilaian awal pasien

yang datang ke UGD ( Unit Gawat Darurat ) maka lokasi yang ideal untuk

triage adalah ruangan terdekat dengan pintu masuk pasien. Ruangan triage

memerlukan peralatan untuk melakukan pemeriksaan awal pada pasien

seperti tensimeter, pulse, oximeter, stetoskop dan glukometer ( Brooker

2008 dalam journal Anggar Pariyatan K.A.P : 2016 : 2 )

Perawat triage sebaiknya mempunyai pengalaman dan pengetahuan

yang memadai karena harus trampil dalam pengkajian serta harus mampu

mengatasi situasi yang komplek dan penuh tekanan sehingga memerlukan

kematangan profesional untuk mentoleransi stress yang terjadi dalam

mengambil keputusan terkait dengan kondisi akut pasien dan terhadap

keluarga pasien. ( Elliott et al, 2007 dalam journal Anggar Pariyatan K.A.P :

2016 : 2 )

Triase adalah pengelompokan pasien berdasarkan berat cideranya

yang harus di prioritaskan ada tidaknya gangguan airway, breathing, dan

circulation sesuai dengan sarana, sumberdaya manusia dan apa yang terjadi

pada pasien. ( Siswo : 2015 dalam journal Wahyu Budiaji : 2016 : 4 )

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Sedangkan keterampilan

menurut Dunette 1997 dalam Christian ( 2008 ) adalah kemampuan


seseorang menerapkan pengetahuan dalam bentuk tindakan, dimana perawat

harus memiliki keterampilan baik dalam komunikasi efektif, objektifitas,

dan kemampuan membuat keputusan klinis secara cepat dan tepat agar

perawatan setiap pasien menjadi maksimal.(Notoadmojo :2010 dalam

Anggar Pariyatan K.A.P : 2016 : 2 )

Menurut data kepegawaian, tenaga keperawatan di RSUD Labuang

Baji Makassar pada Tahun 2019 sebanyak 274 orang, dari jenis pendidikan

DIII keperawatan sebanyak 65 orang, D4 keperawatan sebanyak 9 orang, SI

keperawatan sebanyak 63 orang, Ners sebanyak 132 orang, dan S2

keperawatan sebanyak 5 orang. Untuk tenaga keperawatan yang ada di

ruangan Instansi Gawat Darurat 2019 berjumlah 31 orang.Dari jenis

pendidikan DIII keperawatan 18 orang, S1 + Ners sebanyak 13 orang.

Berdasarkan data hasil wawancara dari Komite Keperawatan dan

Bidang Keperawatan berdasarkan hasil asesment kopetensi sesuai dengan

level PK ( Perawat Klinis ) rata-rata petugas IGD ( Instalansi Gawat

Darurat) hasil asesmentnya kompoten sesuai hasil ujian yang terdiri dari 3

tahap yaitu ujian tulis, wawancara, dan skill. Hasil asesment wawancara

kompotennya 80 %.

Berdasarkan data dan uraian pada latar belakang diatas maka,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk melakukan penelitian

yang berjudul “ Hubungan Pengetahuan Pearawat Terhadap


Penanganan Pasien Gawat Darurat Di Igd Rsud Labuang Baji

Makassar “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan tingkat pendidikan perawat dengan penanganan

pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar

2. Apakah ada hubungan pemahaman perawat dengan penanganan

pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar

3. Apakah ada hubungan pengalaman kerha pearawat dengan

penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang Baji

Makassar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat terhadap

penanganan pasien gawat darurat Di IGDRSUD Labuang Baji

Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pendidikan

perawat dengan penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD

Labuang Baji Makassar


b. Untuk mengetahui apakah ada hubungan pemahaman perawat

dengan penanganan pasien gawat darurat di IGDRSUD Labuang

Baji Makassar

c. Untuk menegetahui apakah ada hubungan pengalaman kerja

pearawat dengan penanganan pasien gawat darurat di

IGDRSUD Labuang Baji Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi tempat penelitian

Diharapakan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman

bagi perawat dalam meningkatkan pengetahuan terhadap penanganan

pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Manfaat Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti.Penelitian ini

dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan tentang

pengetahuan perawat dalam penanganan pasien gawat darurat di IGD

RSUD Labuang Baji Makassar.

3. Manfaat Bagi Perawat

Penelitian ini diharapkan bagi perawat yang sebagai bahan bacaan dan

juga sebagai bahan acuan bagi perawat yang ingin mengetahui lebih

dalam tentang penanganan pasien gawat darurat.

4. Manfaat Bagi Institusi

Sebagai bahan bacaan ataupun penelitian bagi peneliti selanjutnya

untuk menambah wawasan bagi para mahasiswa maupun mahasiswi.


5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan

lebih lanjut di masa yang akan datang.

E. Penelitian Sejenis
Tabel 1.1
Penelitian Sejenis
No Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan Persamaan : Pada
pengetahuan merupakan bahwa tingkat pengetahuan samasama metode
perawat instalasi penelitian Survey secara kognitif perawat di IRD meneliti penelitian
gawat darurat analitik dengan RSUD Majene tentang tentang tingkat dan variabel
(IRD) dengan pendekatan cross kesiapsiagaan menghadapi pengetahuan dan pengetahuan
kesiapan sectional bencana lebih banyak pada keterampilan dan
menghadapi kategori kurang. Hal ini petugas. keterampilan
bencana di RSUD disebabkan karena baru 55.6%
Majene yang pernah mengikuti
( Indrawati1, pelatihan tentang kesiapsiagaan
Wardina Sari2 ) menghadapi bencana,
2. Gambaran Penelitian ini Dari hasil penelitian yang telah Persamaan : Pada
pengetahuan menggunakan dilakukan di IGDM BLU samasama metode
perawat pelaksana metode deskriptif RSUP Prof. Dr . R.D Kandou meneliti penelitian
dalam penanganan Manado menggambarkan tentang tingkat dan variabel
pasien gawat responden pada penelitian pengetahuan dan pengetahuan
darurat di ruangan umur responden dengan keterampilan dan
igdm blu rsup. frekwensi terbanyak berumur petugas. keterampilan
Prof. Dr. R. D 26-30 tahun dengan jumlah 12
kandou manado responden (39,0%). Jenis
( Joice Mermy kelamin responden dengan
Laoh dan Konny frekwensi terbanyak
Rako ) perempuan dengan jumlah 16
responden (52%). Bila ditinjau
dari tingkat pengetahuan
responden dalam penanganan
pasien gawat darurat dalam
kategori baik sebanyak 9
responden (29%), cukup yakni
sebanyak 19 responden
(61,3%), dan kurang sebanyak
3 responden (9,7%).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Gawat Darurat

1. Pengertian

Keperawatan gawat darurat ( Emergency Nursing ) merupakan

pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien

dengan injuri akut atau sakit yang mengancam kehidupan. Kegiatan

pelayanan keperawatan menunjukan keahlian dalam pengkajian

pasien, setting prioritas, intervensi krisis, dan pendidikan kesehatan

masyarakat. (Burrel et al,1997 dalam Paula Krisanty, 2011 :1 ).

Sebagai seorang spesialis, perawat gawat darurat

menghubungkan pengetahuan dan keterampilan untuk menangani

respon pasien pada resusitasi, syok, trauma, ketidak stabilan

multisystem, keracunan, dan kegawatan yang mengancam jiwa yang

lainnya.

2. Tujuan Penanggulangan Gawat Darurat

Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah :

a. Mencegah kematian dan kecacatan pada pasien gawat darurat,

hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.

b. Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan untuk

memperoleh penanganan yang lebih memadai


c. Penanggulangan korban bencana

Untuk dapat mencegah kematian petugas harus tahu penyebab

kematian yaitu :

a. Mati dalam wakti singkat ( 4-6 menit )

1. Kegagalan sistem otak

2. Kegagalan sistem pernafasan

3. Kegagalan sistem kardiovasculer

b. Mati dalam waktu lebih lama

1. Kegagalan sistem hati

2. Kegagalan sistem ginjal ( perkemihan )

3. Kegagalan sistem pangkreas ( endokrin ). ( Paula Krisanty,

2011:1-2 )

3. Prinsip-prinsip penanggulangan korban bencana

Prinsip utama adalah memberikan pertolongan pertama pada

korban.Pertolongan pertama adalah pertolongan yang diberikan saat

kejadian atau bencana yang terjadi ditempat kejadian.( Paula krisanty

dkk, 2009;11-13 )

a. Tujuan Pertolongan Pertama

1) Menyelamatkan kehidupan

2) Mencegah kesakitan makin parah

3) Meningkatkan oemulihan
b. Tindakan prioritas penolong

1) Ambil alih situasi

2) Minta bantuan pada orang sekitar

3) Kaji bahaya lingkungan

4) Yakinkan area aman bagi penolong dan korban

5) Kaji korban secara cepat untuk masalah yang mengancam

kehidupan

6) Berikan pertolongan pertama untuk kondisi yang

mengancam kehidupan

7) Kirim seseorang untuk menggil polisi atau ambulan.

c. Mengontrol Area

1) Kecelakaan listrik, yang harus dilakukan putuskan

hubungan listrik dengan kayu atau lainnya, jaga dengan

korban sampai korban berada di area yang aman

2) Gas, asap dan gas beracun maka pindahkan pasien

3) Kebakaran, yang harus dilakukan adalah menjauhkan

pasien dari api.

d. Sikap Penolong

1. Jangan panik

2. Bersikap tenang

3. Jangan terlalu buru-buru memindahkan korban dari

tempatnya sebelum dipastikan sarana angkutan yang

memadai
4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan

korbanatau pasien adalah:

a) Pernafasan dan denyut jantung

1) Bila nafas berhenti berdenyut maka segera

kerjakan pernafasan buatan

2) Bila jantung berhenti berdenyut maka

lakuakan kompresi jantung luar ( KJL )

3) Usaha-usaha mengembalikan fungsi

pernafasan dan sirkulasi

b) Perdarahan

Bila terjadi perdarahan maka lakukan usaha-

usaha untuk menghentikan perdarahan. Terutama

perdarahan dari pembuluh darah besar

c) Syok

Bila terjadi syok maka hentikan tanda-

tandanya serta lakukan penanggualangan.

d) Cegah aspirasi terhadap muntahan dengan mengatur

posisi pasien miring pada salah satu sisi tubuh atau

ditelungkupkan.

e) Bila terjadi fraktur, maka lakukan pembidaian. (

Musliha 2010 : 1-2 )


4. Prinsip Prinsip Keperawatan Gawat Darurat

Triase diambil dari bahasa prancis “ trier “ artinya

menggolompokan” ( Gilboy, 2003, dalam paula krisanty, 2011,18 ).

Konsep triase unit gawat darurat adalah berdasarkan penggolompokan

kedalam tingkatan prioritas tergantung pada keparahan penyakit.

Triage adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan

terapi dan sumber dayayang tersedia. Terapi berdasarkan pada

keadaan ABC ( Airway, dengan cervical spine control, Breathing dan

Circulation dengan kontrol perdarahan ). Triase merupakan metode

penanganan korban bencana masal untuk mendapatkan hasil yang

maksimal dengan jumlah korban besar dengan sarana terbatas.

(Musliha 2010: 2 )

Menurut Sistem triase yang sering di gunakan dan mudah

dalam mengaplikasikanya adalah menggunakan START (Simple

triage and rapid treatment) yang pemilahanya menggunakan

warna.Warna merah menunjukan prioritas tertinggi yaitu korban yang

terancam jiwa jika tidak segera mendapatkan pertolongan

pertama.Warna kuning menunjukan prioritas tinggi yaitu koban

moderete dan emergent. Warna hijau yaitu korban gawat tetapi tidak

darurat meskipun kondisi dalam keaadaan gawat ia tidak memerlukan

tindakan segera. Terakhir adalah warna hitam adalah korban ada


tanda-tanda meninggal. (Ramsi, IF. Dkk 2014 dalam journal Wahyu

Budiaji, 2016 : 4 )

Label kuning merupakan salah satu indikator warna yang

digunakan ketika mengidentifikasi, memilah dan menempatkan pasien

pada kategori prioritas untuk mendapatkan perawatan sesuai dengan

tingkat keparahan dalam sistem triase. Pada label kuning, perawatan

pasien dapat ditunda dalam waktu kurang dari 30 menit. Warna

kuning termasuk prioritas tinggi yaitu korban gawat dan darurat yang

tidak dapat dimasukan prioritas tertinggi (label merah) maupun

prioritas sedang ( label hijau ). (Ramsi:2014). Pasien dengan kriteria

respirasi 10-30 x/menit , nadi teraba, capillary revilltime lebih dari 2

detik dan niali GCS kurang dari 13 merupakan kriteria pasien label

kuning. ( Kilner T : 2002 dalam journal Wahyu Budiaji : 2016 : 4)

Perawat triase adalah “ penjaga pintu gerbang “ pada sistem

pelayanan gawat darurat. Standar of emergency nursing praktice

dengan jelas menggambarkan seseorang registered nurse sebagai

pemberi layanan yang harus mentriase setiap pasien ( ENA,2001,

dalam paula Krisanty,2011,18 ).

a. Gawat Darurat ( Emergency Triase )

Klien tiba-tiba dalam keadaan gawat dan terancam

nyawanya bila tidak mendapatkan pertolongan

secepatnya.Kategori yang termasuk dalamnya yaitu kondisi


yang timbul berhadapan dengan keadaan yang dapat segera

mengancam kehidupan atau berisiko kecacatan.Misalnya

dengan klien dengan nyeri dada substernal, nafas pendek, dan

diploresis di triage segera ke ruang treatment dan klien injuri

trauma kritis atau seseorang dengan perdarahan aktif.

b. Gawat tidak darurat ( Urgent Triage )

Klien dalam keadaan gawat tetapi memerlukan tindakan

darurat, misalnya kanker stadium lanjut.Kategori yang

mengindikasikan bahwa klien harus idlakukan tindakan segera,

tetapi keadaan yang mengancam kehidupan tidak muncul saat

itu.Misalnya klien dengan serangan baru pneumoni, nyeri

abdomen, kolik ginjal, dislokasi.

c. Darurat Tidak Gawat ( Non Urgent Triage )

Klien akibat musibah datang dengan tiba-tiba, tetapi

tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka

sayat dangkal.( Nugroho Taufan, 2009;19 )

Pada kasus kegawat darutan seperti jika bertugas diruang

gawat darurat kita harus dapat mengatur alur pasien yang baik,

terutama pada jumlah ruang yang terbatas, memprioritaskan

pasien terutama untuk menekan jumlah mordibilitas dan

mortalitas, yang terakhir adalah pelabelan/ pengkategirian.


1. Emergency ( Merah/P I )

Penderita yang harus mendapatkan penanganan

dengan segera dan mengancam nyawa misalnya kasus

trauma berat, akut miokard infark, sumbatan jalan nafas,

tension pneumotoraks, luka batar disertai trauma inhalasi.

2. Urgen ( Kuning/P 2 )

Penderita gawat tapi tidak darurat atau tidak darurat

tapi gawat, misalnya pada kasus fraktur terbuka, trauma

cepitis tertutup, appendicitis akut.

3. Non Urgent ( Hijau/P 3 )

Penderita tidak mengancam nyawa dan tidak perlu

mendapatkan penanganan dengan segera misalnya luka

lecet, luka memar, demam.( Musliha, 2010; 2-3)

5. Primary Survey, Secondary Survey, Dan Intervensi Resusitasi

a. Primary Survey dan Intervensi Resusitasi

Primary survey mengatur pendekatan ke klien sehingga

ancaman kehidupan segera dapat secara cepat diidentifikasi dan

ditanggualangi dengan efektif. Primary survey berdasarkan

standar “ ABC “ mnemonic “ D “ dan “ E “ ditambahkan untuk

klien trauma : airway/spinal servikal ( A: jalan nafas ), breathing

( B: pernafasan ), circulation ( C: sirkulasi ), disability ( D:


ketidakmampuan ), dan exposure ( E: paparan ). Usaha resusitasi

terjadi secara simultan dengan setiap elemen dari primary

survey ini ( Paula Krisanty, 2011;19)

1) Airway ( Jalan nafas ) spinal sevikal

Prioritas intervensi tertinggi dalam primary survey

adalah mempertahankan kepatenan jalan nafas. Dalam

hitungan menit tampa adekuatnya suplai oksigen dapat

menyebabkan trauma serebral yang akan berkembang

menjadi kematian otak ( anoxic brain death ). Arway harus

bersih dari berbagai secret atau debris dengan kateter

suction atau secara manual jika diperlukan. Spinal servikal

harus diproteksi pada klien trauma spinal secara manual

aligment leher pada netral, posisi in-line dan

mengguanakan maneuver jaw trhurst ketiak

mempertahankan jalan nafas.

Secara umum, masker non-rebreather adalah yang

paling baik untuk klien bernafas spontan. Ventilasi Bag-

Valve-mask ( BMW ) dengan alat bantu nafas yang tepat

dan sumber oksigen 100% didindikasikan untuk individu

yang memerlukan bantuan ventilasi selama resusitasi. Klien

dengan gangguan kesadaran, diindikasikan dengan GCS

kurang dari sama dengan 8, membutuhkan airway definityf


seperti Endoc Tracheal Tube ( ETT ). ( American College

of Surgen, 1997, dalam Paula Krisanty, 2011;20 ).

2) Breathing

Setelah jalan nafas aman, maka breathing menjadi

prioritas berikutnya dalam primary survey.Pengkajian ini

untuk mengetahui apakah usaha ventilasi efektif atau tidak

hanya pada saat klien bernafas.Fokusnya adalah pada

auskultasi bunyi nafas dan evaluasi ekspansi dada, usaha

respirasi, dan adanya bukti trauma didning dada atau

abnormalitas fisik.Pada klien apnea dan kurangnya usaha

ventilasi untuk mendukung sampai intubasi endotrakeal

dilakukan dan ventilasi mekanik digunakan. Jika

Resusitasi Jantung Paru ( RJP ) diperlukan, ventilasi

mekanik harus diberhentikan dan klien secara manual

diventilasi dengan alat BVM untuk ventilasi lanjutan yang

baik dengan kompresi dada, sebaik untuk mengkaji

komplians paru melalui pengukuran derajat kesulitan

ventilasi klien dengan BVM.

Intervensi penyelamatan kehidupan ( life-saving )

lainnya pada fase ini adaah dekompresi dada. Indikasi

dekomprasi dada yaitu bukti klinis adanya tension

pneumotorak yang dapat menghadapi keadaan krissi

breathing dan sirkulasi. Dekompresi dada dilakukan


melalui dua cara yaitu torakostomi jarum dan thorakstomi

tube. Needle thoractomy adalah suatu manuvertemporer

yang cepat digunakan untuk mengeluarkan udara yang

terjebak dengan insersi chest tube. Jarum ukuran besar (

kateter 14 atau 16, dengan panjang 3-6 cm ) diinsersi

kedalam ruang interkostal kedua pada garis midklavikula.

Setelah needle thoracostomy, suatu chest tube diinsesi (

tube thoractomy ) pada ruang interkostal kelima, arah

anterior garis midaksila. Chest tube ditempatkan pada

posisi anatomis untuk mengeluarkan udara, drainase

cairan.( Paula Krisanty, 2011;20,21 )

3) Circulation

Intervensi ditargetkan untuk memperbaiki sirkulasi

yang efektif melalui resusitasi kardipulmoner, control

perdarahan, akses intravena dengan penatalaksaan cairan

dan darah jika diperlukan, dan obat-obatan.Perdarahan

eksternal sangat baik dikontrol dengan tekanan langsung

yang lembut pada sisi perdarahan dengan balutan yang

kering dan tebal.Perdarahan internal lebih menjadi ancaman

tersembunyi yang harus dicurigai pada klien trauma atau

pada mereka yang dalam status syok.( Paula Krisanty,

2011;21-22 )
4) Disability ( ketidakmampuan )

Pengkajian disability memberikan pengkajian

dasar cepat status neurologis. Metode mudah untuk

mengevaluasi tingkat kesadaran “ AVPU “ mnemonic

A: Alert ( Waspada )

V: Responsif to voice ( berespon terhadap suara )

P: Responsive to paint ( berespon pada nyeri )

U: Unresponsive ( tidak ada respon )

Pengkajian lain tentang tingkat kesadaran yang

mengukur secara obyektif dan diterima luas adalah Glasgow

Coma Scale ( GCS ), yang menilai buka mata, respon verbal,

dan respon motorik. Skor terendah adalah 3, yang

mengidentifikasi tidak responsivenya klien secara total ;

GCS normal adalah 15. Abnoormalitas metabolic, hipoksia,

trauma neurologis, dan intoksikasi dapat mengganggu

tingkat kesadaran.( Paula Krisanty, 2011;22-23 )

5) Exposure ( Paparan )

Komponen akhir primary survey adalah

exposure.Seluruh pakaian harus dibuka untuk

memudahkan pengkajian menyeluruh.Pada situasi


resusitasi, pakaian harus digunting untuk mencapai akses

cepat kebagian tubuh.Jika penyediaan tanda bukti adalah

suatu isu, barang-barang tersebut harus ditangani sesuai

aturan yang berlaku.Tanda bukti termasuk bagian-bagian

pakaian, tempat-tempat tusukan, senjata, obat-obatan, dan

peluru.Perawat gawat darurat sering kali dipanggil utnuk

memberikan tertimonial dipengadilan sehubungan dengan

bukti-bukti yang mereka kumpulkan dan perawat klien

merka di unit gawat darurat.Contoh dari tipe-tipe kasus

dimana pengumpilan bukti adalah sangat vital termasuk

kasus perkosaan, child abuse, kekerasan domestik,

pembunuhan, bunuh diri, overdosis obat, dan penyiksaan.

Sekali pakaian dibuka, hipotermia ( temperatur

tubuh kurang dari atau sama dengan 36° C ) dapat berisiko

terjadi. Secara umum, hipotermia menjadi komplikasi

manajemen klien trauma dengan menyebabkan terjadinya

vosokontriksi, kesulitan akses vena dan pengkajian arteri,

gangguan oksigenasi dan ventilasi, koagulapati,

peningkatan perdarahan, dan metabolisme obat dihati yang

melambat.( Paula Krisanty, 2011;23 )

b. Secondary Survey dan Intervensi Resusitasi

Setelah tim resusitasi unit gawat darurat telah melakukan

penyelamatan jiwa segera, aktifitas lain dimana perawat gawat


darurat dapat mengantisipasi termasuk insersi gastric tube untuk

dekompresi saluran pencernaan untuk mencegah muntah dan

aspirasi, insersi kateter urine untuk memudahkan pengukuran

penguluarn urine, dan persiapan studi diagostik seperti utlta

sound, EKG, studi radiologi dan analisa laboratorium darah.

Tim resusitasi juga melakukan suatu pengkajian head-to-toe

yang lebih komprehensif, dikenal dengan secondary survey,

unruk mengidentifikasi trauma lain atau isu medis yang

memerlukan penatalaksanaan atau dapat mempengaruhi

perawatan. Klien mungkin dipindahkan segere ke kamar operasi

atau ruang kateter jantung secara langsung dari unit gawat

darurat tergantung dari masalah medis atau trauma.(Paula

Krisanty,2011;24,25)

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Dikutip oleh punjabi Setiosari dalam bukunya metode

penelitian pendidikan dan pengembangan hal.2 Pengetahuan dalam

bahasa inggris kita sebut “ knowledge “ yang secara umum dapat

diartikan sebagai sesuatu pemahaman ( understanding ) atau sesuatu

hal yang diketahui atau dipahami oleh seseorang.(Wikipedia, the free

encyclopedia, diakses 16 Januari 2010)

Berkenaan dengan pengertian pengetahuan, kita sering

mengaitkannya dengan ilmu sehingga kita menggunakannya dengan


istilah ilmu pengetahuan.Ilmu, dalam hal sebagai ilmu pengetahuan

berbeda dengan pengetahuan.Ilmu pengetahuan memiliki makna yang

luas dan menuntut tekhnik dan keterampilan berpikir. Secara singkat

ilmu ( scince ) didefinisikan sebagai, “ a systematic and controlled

extension of common sense. ( kerlinger dan Lee : 2000 dalam Punaji

Seyosari : 2013 )

Ilmu pengetahuan merupakan suatu usaha manusia secara terus

menurus dan mendalam dengan menggunakan metode berpikir

tertentu. Ilmu sebagai “ science “ merupakan hasil aktifitas berpikir

atau kegiatan olah pikir manusia, dan iya bukanlah sekedar produk

yang siap dikonsumsikan. ( Suriasumantri : 1985 dalam Punaji

Seyosari : 2013 )

Pengetahuan adalah hal “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni

penglihatan,pendengaraan,pencuiman,rasa dan raba dengan sendiri.

Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap

objek.Sebagian besar pengetahuan manusia diporelah melalui mata

dan telinga.( Notoadmojo,2003,dalam Wawan,2011;11 )

Kutipan Notoatmodjo : 2007 dalam journal Renny Martanti :

2014, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, initerjadi setelah orang


melakukan penginderaan terhadap suatu objek.

Sedangkanketerampilan menurut Dunnette 1997 adalah kemampuan

seseorang menerapkanpengetahuan ke dalam bentuk tindakan,

perawat harus memiliki keterampilan baikdalam komunikasi efektif,

objektivitas dan kemampuan membuat keputusan klinissecara cepat

dan tepat agar perawatan setiap pasien menjadi maksimal. Hal

inipenting karena jika tingkat pengetahuan dan keterampilan perawat

tersebutkurang, maka akan timbul keluhan pasien. Oleh karena itu,

pengetahuan danketerampilan perawat sangat penting karena persawat

merupakan pemberipelayanan kepada masyarakat.Dalam penelitian

Paryanti (2007), menyatakanbahwa terdapat pengaruh antara

pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaanprosedur

keperawatan.

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu cabang ilmu atau bidang kajian yang

berkenaan dengan prinsip-prinsip umum yang dapat diverifikasi atau

dibuktikan kebenarannya melalui proses atau pengujian secara

induktif, deduktif, dan hipotesis. ( Punaji Setyosari.2013, h.33 )

Dalam bukunya Hasmi ( 2014 ) Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain ( bagian atas satuan ) yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian.

Ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Apabila


penerimaan perilaku baru maka perilaku melalui suatu proses dimana

didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka

perilaku tersebut akan bersifat langsung. Sebaliknya apabila perilaku

itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran, maka akan tidak

berlangsung lama. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipejari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali ( Recall ) terhadap sesuatu

yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

diransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “ Tahu “ ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan

dan sebagainya.

b. Memahami ( komprehention )

Memahami artinya sebagai kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dimana dapat menginterprestasikan secara benar.Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,


menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap suatu objeknya yang dipelajari.

c. Aplikasi ( Aplication )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menyatakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun

kondisi riil ( sebenarnya ). Aplikasi disini bisa diartikan aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, motode, prinsip dan

sebagainay dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis ( Analisys )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi

masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis ( Syntesis )

Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-

bagian kedalam suatu keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi ( evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek.

C. Tinjauan Utama Tentang Perawat

1. Pengertian Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat

baik didalam negeri maupun diluar negeri sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku ( Kemenkes RI

No.1239.2001, dalam Elfidri,2009,148 ).

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan,

keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan

pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam

batas-batas kewenangan yang dimilikinya. ( Denidya Damayanti,

2013. H.19 )

2. Peran Perawat

Denidya Damayanti dalam bukunya buku pintar perawat

profesional ( 2013 : 19-24 ), Perawat memiliki peran yang penting

bagi pasien dan profesinya. Menurut konsursium ilmu kesehatan tahun

1989 peran perawat terdiri dari hal-hal berikut ini :

a. Care Giver ( Pemberi Asuhan Keperawatan )


Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan

keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melai

pemberian pelayanan keperawatan.Pemberian asuhan

keperawatan ini dilakukan dari asuhan keperawatan yang

sederhana sampai dengan asuhan keperawatan yang kompleks.

b. Clien Advocate ( Pembela )

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan

keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari

pemberi layanan khususnya dalam pengambilan persetuan atas

tindakan keperawatan.Contohnya perawat memberi informasi

tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan

tindakan yang terbaik baginya.Selain itu, perawat juga

melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan

menolak aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan

kesehatan klien atau menentang hak hak klien.

Perawat juga berperan dalam mempertahankan dan

melindungi hak-hak pasien.Hak-hak pasien meliputi hak atas

pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang

penyakitnya, hak atas privasinya, hak untuk menentukan

nasibnya sendiri, dan hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.

c. Educator ( pendidik )

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit


bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan

perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d. Colaborator ( Kolaborasi )

Peran ini dilakuakan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi, dan lain-

lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan

yang diperlukan.

e. Coordinator ( Kordinator )

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan

serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan

sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai

dengan kebutuhan klien.

f. Change agen ( Pembaharu )

Perawat mengadakan perencanaan, kejasama, perubahan

yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian

pelayanan keperawatan.Peran perawat sangat menunjukkan

sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab untuk memelihara

dan mengelola asuhan keperawatan serta mengembangkan diri

dalam meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan

keperawatan.

g. Consultan ( Konsultan )
Perawat berperan sebagai tempat konsultan dengan

mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang

sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian

pelayanan keperawatan

3. Fungsi Perawat

Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan yang harus

dilaksanakan seseorang sesuai dengan perannya.Fungsi keperawatan

dapat dilakukan baik secara mandiri, ketergantungan maupun dengan

kolaborasi.( Irnaawati : 2014 : 20 )

Menurut Denidya Damayanti ( 2013 ),Perawat memiliki fungsi

yang penting bagi pasien dan profesinya. Menurut konsersium ilmu

kesehatan tahun 1989 fungsi perawat terdiri dari hal-hal berikut ini.

a. Fungsi Keperawatan Mandiri ( Independen )

Dalam hal ini fungsi perawat dilaksanakan secara

mandiri, dimana aktifitas keperawatan yang dilaksanakan

berdasarkan inisiatif perawat itu sendiri dengan dasar

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.


Fungsi independen merupakan fungsi mandiri dan tidak

tergantung pada orang lain. Dalam hal ini perawat dalam

melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan

keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi

KDM.

b. Fungsi Keperawatan Ketergantungan ( Dependen )

Fungsi keperawatan dependen ( ketergantungan )

merupakan fungsi dimana aktifitas keperawatan dilaksanakan

atas intruksi dokter atau dibawah kepengawasan dokter.

c. Fungsi Keperawatan Kolaborasi ( Interdependen )

Fungsi perawat interdependen merupakan fungsi perawat

dimana aktifitas keperawatan dilakukan atas kerjasama dengan

pihak lain atau tim kesehatan yang lain. ( Serri Hutahacan 2010,

34-35 )

4. Kewajiban Perawat

Seluruh perawat harus memahami kewajiban yang telah

ditentukan, kewajiban tersebut meliputi :


a. Perawat wajib mematuhi semua peraturan rumah sakit dengan

hubungan hukum antara perawat dengan pihak rumah sakit.

b. Perawat wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak

rumah sakit

c. Perawat harus mematuhi hal-hal yang telah disepakati atau

perjanjian telah dibuatnya.

d. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan

standar profesi dan batas kewenangannya atau otonomi profesi.

e. Perawat bajib menghormati hak-hak pasien

f. Perawat wajib merujuk klien kepada perawat lain atau tenaga

kesehatan lain yang mempunyai keahlian dan kemampuan yang

lebih baik.

g. Perawat wajib memeberikan kesempatan kepada klien atau

pasien agar senantiasa dapat behubungan dengan keluarganya

sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pelayanan

kesehatan.

h. Perawat wajib bekerjasama dengan tenaga medis atau tenaga

kesehatan lain yang terkait dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada klien.

i. Perawat wajib memberikan informasi yang adekuat tentang

tindakan keperawatn kepada klien atau pasien atau keluarga

sesuai dengan kewenangannya.


j. Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan yang

adekuat dan berkesinambungan.

k. Perawat meningkatkan mutu aau pelayanan keperawatan sesuai

standar profesi keperawatan dan kepuasaan klien atau pasien.

l. Perawat wajib mengikuti perkembangan iptek keperawatan

secara terus menerus.

m. Perawat bajib melakuakn pertolongan darurat sebagai tugas

kemanusiaan sesuai dengan batas kemampuannya.

n. Perawat wajib merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang

klien bahkan juga setelah klien atau pasien meninggal kecuali

jika diminta keterangan oleh yang berwenang. ( Sumijatun,

2010, 168-169 )

5. Hak Pearwat

Secara kewajiban yang harus dipenuhi oleh perawat, hak juga

harus dipahami sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Hak perawat adalah :

a. Memperoleh perlindungsn hukum dalam melaksanakan tugas

sesuai dengan profesinya.

b. Mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai

latar profesinya.

c. Menolak keinginan klien yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan serta standar profesi dan kode etik profesi.


d. Mendapatkan informasi lengkap dari klien yang tidak puas

terhadap pelayanannya.

e. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK dalam bidang

keperawatan atau kesehatan secara terus menerus.

f. Diperlukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien dan

keluarganya.

g. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja

berkaitan denga tugasnya.

h. Diikutsertakan dalam penetapan kebijakan kesehatan dirumah

sakit

i. Diperhatiakan profesinya dan berhak menuntut apabila nama

baiknya dicemarkan oleh klien atau keluarganya.

j. Menolak pihak lain yang memeberikan anjuran atau permintaan

tertulis untuk melakukan tindkana yang bertentangan dengan

perundang-undangan dan standar kode etik.

k. Mendapatkan penghargaan atau imbalan yang layak dari jasa

profesinya sesuai peraturan yag berlaku di rumah sakit.

l. Memperoleh kesempatan mengembangkan karier sesuai dengan

bidang profesinya. ( Sumijatun, 2010, 169 )

D. Tinjauan Umum Variabel yang di Teliti

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan berati bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu


yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan pendidikan diperlukan

untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotifasi untuk sikap berperan serta dalam membangun pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi. ( Wawan dan Dewi, 2010;14 )

Dari beberapa definisi diatas, penulis merumuskan definisi

pendidikan sebagai berikut. Pendidikan merupakan suatu proses

interaksi manusia dengan lingkunganna yang berlangsung secara sadar

dan terenca dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik

jasmani ( kesehatan fisik ) dan ruhani ( pikir, rasa, karsa, karya, cipta,

dan budi nurani ) yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan,

baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara

terus menerus guna mencapai tujuan hidupnya. ( Rulam ahmadi,

2017,h.38 )

Pada hakikatnya Pendidikan Keperawatanmerupakan institusi

yang memiliki peranan besardalam mengembangkan dan menciptakan

prosesprofesionalisasi para tenaga keperawatan.

PendidikanKeperawatan mampu memberikan bentuk dancorak tenaga

yang pada gilirannya memiliki tingkatkemampuan dan mampu

memfasilitasi pembentukankomunitas keperawatan dalam


memberikan suara dansumbangsih bagi profesi dan masyarakat

(Ma’rifin,1999).

Secara umum Pendidikan Keperawatan diIndonesia mengacu

kepada Undang-Undang (UU)Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

PendidikanNasional yang mencakup tiga tahap, yaitu:

a. Pendidikan Vokasional, yaitu jenis Pendidikan Diploma Tiga (D3)

Keperawatan yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi

keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki

kompetensi sebagai pelaksana asuhan keperawatan;

b. Pendidikan Akademik, yaitu pendidikantinggi program sarjana

dan pasca sarjana yangdiarahkan terutama pada penguasaan

disiplinilmu pengetahuan tertentu;

c. Pendidikan Profesi, yaitu pendidikan tinggisetelah program

sarjana yang mempersiapkanpeserta didik untuk memiliki

pekerjaan denganpersyaratan keahlian khusus (program

spesialisdan doktor keperawatan).Pendidikan Keperawatan

diselenggarakanberdasarkan kebutuhan akan pelayanan

keperawatan,seperti yang tercantum dalam UU No. 36 Tahun2009

tentang Kesehatan Pasal 1 Ayat (6), yangmenyebutkan bahwa

tenaga kesehatan adalahsetiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidangkesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau

keterampilan melalui pendidikan di bidangkesehatan yang untuk


jenis tertentu memerlukankewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan.

Pendidikan Keperawatan profesional minimal harus melalui

dua tahapan, yaitu: tahap pendidikanakademik yang lulusannya

mendapat gelarSarjana Keperawatan (S.Kep.) dan

dilanjutkandengan tahap pendidikan profesi yang

lulusannyamendapat gelar Ners (Ns). Kedua tahapan tersebutwajib

diikuti, karena merupakan tahap pendidikanyang terintegrasi,

sehingga tidak dapat dipisahkanantara satu dengan lainnya.

Program PendidikanNers merupakan program pendidikan

akademikprofesi yang bertujuan menghasilkan Ners yangmemiliki

kemampuan sebagai perawat profesionaljenjang pertama (first

professional degree).(Tri Rini Puji Lestari : 2014 )

2. Pemahaman

a. Pengertian

Menutrut Poesprodjo ( 2009; 52-53 ) bahwa pemahaman

bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak

dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami

kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebris (

sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakuakn

pengalaman pikiran ), Pengalaman yang terhayati. Pemahaman

merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam,

menemukan dirinya dalam orang lain.


Pemahaman ini berasal dari kata “ faham “ yang

memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, dan ajaran.

Pengertian tentang pemahaman yaitu kemampuan memahami

arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan,

meringkas atau merangkum suatu pengertian.Kemampuan

macamini lebih tinggi daripada pengetahuan.( Muhammad

Ichsan, 2012: 18 )

Pemahaman adalah suatu kedalaman pengetahuan yang

dimiliki setiap individu atau seseorang ( Wina Sanjaya, 2011:

70 ). Pemahaman perawat berperan penting dalam

memecahkan suatu masalah yang ada disekitarnya terutama

dalam hal penanganan pasien yang masuk rumah sakit. Dalam

hal ini seorang perawat mampu mengambil tindakan ketika

mendapatkan pasien gawat darurat di UGD/IGD rumah sakit,

maka dari itu pemahaman seorang perawat menjadi penting

penolong pasien gawat darurat ditunjang dengan keterampilan

yang baik dalam menangani pasien gawat darurat. ( Wina

Sanjaya, 2011;81 )

b. Tingkat pemahaman

1) Tingkat Rendah

Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti

sebenarnya misalnya, bahasa asing dan bahasa indonesia.

2) Tingkat Menengah
Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan

diketahui beberapa bagian dan grafik dengan kejadian atau

peristiwa.

3) Tingkat Tinggi

Pemahaman extrapolasi yang diharapkan seseorang

melihat dibalik, yang tertulis dapat membuat ramalan

konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti

waktu atau masalahnya.( Muhammad Ichsan, 2012.19 )

3. Pengalaman Kerja

a. Pengertian

Pengalaman dalam kerja adalah suatu upayah

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu. ( Wawan dan Dewi,

2011;14 )

Menurut Foster ( 2007;22 ) dalam Irnawati ( 2014 )

pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta

keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur

dari masa kerja dan tingkat pengetahuanserta keterampilan yang

dimilikinya. ( http// skripsi manajemen-kerja html 20 di akses

tanggal 21 maret 2014)


b. Ada beberapa hal juga untuk menentukanberpengalaman

tidaknya seorang yaitu :

1) Lama Waktu/ Masa Kerja

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang

telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas

suatu pekerjaaan dan telah melakukan dengan baik.

2) Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan yang dimiliki

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip,

prosedur, dan kebijakan atau informasi lain yang

dibutuhkan oleh karywan. Pengetahuan juga mencakup

kemampuan untuk memahami dan menetapkan informasi

pada tanggung jawab tugas atau pekerjaan.Sedangkan

keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang

dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas

atau pekerjaan.

E. Kerangka Konsep penelitian

1. Kerangka Konsep

Gambar 2.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Tingkat Pendidikan

Penanganan
Pasien Gawat
Pemahaman
Darurat

Penanganan
Pengalaman Kerja

Keterangan

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel yang diteliti

2. Definisi Operasional

Tabel 2.1
Definisi Operasional

No. Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Independen
1. Tingkat Pendidikan Yang dimaksud tingkat Koesiner Tinggi : Jika Model
pendidikan
pendidikan adalah Gutman
Responden SI +
pendidikan terakhir perawat NERS
yaitu DIII, SI + NERS, D4,
Rendah : Jika
S2 pendidikan
responden DIII

2. Pemahaman Yang dimaksud pemahaman Koesiner Baik : Jika Model


responden jawab
disini adalah kemampuan Gutman
benar > 50%
perawat memahami dan
Kurang baik : Jika
mengerti secara jelas
responden jawab
tentang penanganan pasien salah < 50%
gawat darurat.
3. Pengalaman Kerja Yang dimaksud pengalam Koesiner Baik : Jika Model
responden menjawab
kerja adalah tingkat Gutman
ya > 50%
penguasaan pengetahuan
Kurang Baik : Jika
serta keterampilan
responden menjawab
seseorang yang diperoleh Tidak <50%
dari masa lalu
Dependen
4. Penanganan Pasien Yang dimaksud penanganan Koesiner Baik : Jika Model
responden jawab ya
Gawat Darurat adalah penanggulangan/ Gutman
> 50%
tindakan yang diberikan
Kurang baik : Jika
oleh tenaga kerja perawat
responden jawab
pada pasien tidak <50%

3. Hipotesis

a. Hipotesis Alternatif ( Ha )

1) Ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan

penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang

Baji Makassar

2) Ada hubungan antara pemahaman perawat dengan

penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang

Baji Makassar

3) Ada hubungan antara pengalaman kerja perawat dengan

penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang

Baji Makassar

b. Hipotesis Nol ( Ho )
1) Tidak Ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat

dengan penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD

Labuang Baji Makassar

2) Tidak Ada hubungan antara pemahaman perawat dengan

penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang

Baji Makassar

3) Tidak Ada hubungan antara pengalaman kerja perawat

dengan penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD

Labuang Baji Makassar


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitiandan pendekatan

Jenis penelitian ini adalah penelitin Survey analitik dengan pendekatan

Cross Secsional yang ingin mengetahui hubungan pengetahuan perawat

terhadap penanganan pasien gawat darurat.

B. Populasi, sampel, dan Smpling Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah semua nilai yang mungkin, baik hasil

menghitung atau mengukur, kualitatif atau kuantitatif mengenai

karakteristik tertentu dari semua elemen himpunan data yang ingin

diteliti sifat-sifatnya.Populasi harus didefinisikan dengan jelas, dan

obyek yang menjadi sasaran penelitian harus dijelaskan secara

spesifik.Semua elemen himpunan data populasi yang ingin dipelajari

sifat-sifatnya dinamakan parameter.( Awal Isgiyanto, 2009,h.4 )

Populasi penelitian ini adalah keseluruhan elemen/ subjek

penelitian yaitu perawat yang bertugas di ruangan IGD RSUD

Labuang Baji Makassar sebanyak 31 orang.


2. Sampel

Sampel adalah yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan

dianggap mewakili populasi.Sampel pada penelitian ini yaitu 31

orang.

3. Sampling

Penentuan teknik sampling yang akan digunakan dalam

pengambilan sampel akan tergantung pada tujuan penelitian dan

karakteristik populasinya. Sampling yang digunakan pada penelitian

ini adalah total sampling dimana respondennya adalah semua pegawai

yang bertugas di ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini di ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni

D. Instrumen Penelitian

Instrumen alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini adalah koesiner dan observasi berupa sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden.
1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila

penelitian ingin melakukan studi pendahuluan untk menentukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila penelitian ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang elbih mendalam dan jumlah

responden sedikit / kecil.

2. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti lampiran yang

pribadinya atau hal-hal yang diketahui.

3. Observasi

Observasi dalam penelitian adalah mengandalkan pengamatan

secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam

gambar dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar

jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.

4. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata dokumen, penelitian menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumentasi,

peraturan-peraturan, notulen, dan sebagainya.


E. Cara pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer disebut juga data tangan pertama.Data primer

diperoleh langsung dari sebjek penelitian dengan mengenakan alat

pengukuran atau alat pengambilan data, langsung pada subjek sebagai

sumber informasi yang dicari.Kelebihan data primer adalah

akurasinya lebih tinggi.Sedangkan kelemahannya berupa

ketikefisienan, untuk memperolehnya memerlukan sumber daya yang

lebih besar.( Saryono : 2013 hal.178 )

Data primer diambil langsung dengan melakukan wawancara

terhadap responden dengan menggunakan alat ukur kuesiner yakni

perawat yang bertugas diruangan IDG RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Data Sekunder

Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder

adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh

oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data

dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Keuntungannya

data sekunder adalah efesiensi tinggi, dengan kelemahan : kurang

akurat. ( Saryono : 2013 hal.178 )

Data sekunder diambil dari rekan medik RSUD Labuang Baji

Makassar.
F. Cara Pengambilan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual, melalui tahap-tahap sebagai

berikut :

1. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti daftar pertanyaan yang telah

diisi.Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan

konsistensi dari setiap jawaban.

2. Coding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data. Semua

jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu dengan simbol-simbol

tertentu untuk setiap jawaban ( pengkodean ).

3. Tabulasi Data

Setelah selesai pembuatan kode, selanjutnya dengan pengolahan data

kedalam suatu table menurut sifat-sifat yang dimiliki yang mana yang

sesuai dengan tujuan penelitian ini.

G. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian.Analisis ini menghasilkan distribusi dan presentase dari

setiap variabel yang diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui variabel

independen dapat di olah dan dianalisis denganmenggunakan jasa


computer SPSS versi 16 O dan untuk pengujian hipotesis digunakan

Uji Chi Square.

H. Etika Penelitian

Untuk kegiatan penelitian serta pengambilan data ini perlu adanya

rekomendasi pihak yang ditujukan kepada pihak lain dengan mengajukan

permohonan kepada instansi tempat penelitian.

Ada 3 hal penting yang berhubungan dengan Etika penelitian

1. Inforn Consent ( Lembar persetujuan )

Perlu ada persetujuan antara peneliti dan pihak responden melalui

lembar persetuan.Tujuannya agar pihak responden mengerti maksud

dan tujuan penelitian serta dampak atau prngaruhnya.

2. Ananymity ( Tampa Nama )

Dalam rangka menjamin kerahasiaan, tidak dicantumkan nama

responden dalam lembar persetujuan. Dalam lembar tersebut hanya

ditulis kode.

3. Confidentiality ( Kerahasiaan )

Peneliti sungguh menjadi kerahasiaan informasi responden oleh

karena itu hanya kelompok data tertentu saja yang diperoleh sebagai

hasil penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambar Umum Lokasi Penlitian

RSUD Labuang Baji Makassar merupakan rumah sakit yang


mengembangkan pelayanan kesehatan secara profesional pada
masyarakat tanpa memandang agama, budaya, ras maupun kedudukan
dan juga sebagai lahan praktek bagi mahasiswa kesehatan.

RSUD Labuang Baji Makassar terletak di Jln. Ratulangi No. 81


Makassar dengan luas tanah 14.404 m2 ( hasil pengukuran BPN,
tanggal 1 Desember 2004 sesuai sertifikat ), luas bangunan 22,738,1 m2
sedangkan luas lahan parkir 1,980 m2. Batas wilayah meliputi : utara
berbatasan dengan perumahan pendeta Gereja GKSS, Timur berbatasan
dengan Jln. Tupai, Barat berbatasan dengan Jln. Dr. Ratulangi.

a. Visi dan Misi


Visi dari RSUD Labuang Baji Makassar adalah “ Rumah
Sakit Unggulan Sulawesi Selatan “.

Misi RSUD Labuang Baji Makassar adalah :

1) Mewujudkan profesionalisme SDM


2) Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit
3) Memberikan pelayanan prima
4) Efesiensi rumah sakit
5) Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
b. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas pelayanan di RSUD Labuang Baji Makassar terdiri dari :
1) Pelayanan rawat jalan meliputi : poliklinik bedah, penyakit
dalam, anak, kebidanan dan kandungan, penyakit saraf, jiwa,
THT, kulit dan kelamin, mata, umum, gigi dan mulut,
fisioterapi, konsultasi gizi, KIA, dan hemodilisa.
2) Sedangkan instalasi rawat inap dilengkapi oleh beberapa ruang
perawatan yang terdiri atas : perawatan bedah, perawatan
interna, perawatan anak dan kebidanan.
3) Fasilitas penunjang yang terdiri atas : pelayanan penunjang
medis ( instalasi radiologi, patologi klinik, anatomi dan
farmasi), pelayanan penunjang non medis ( instalasi gizi,
pemeliharaan sarana Rumah Sakit, sanitasi lingkungan,
forensic pemulasaran jenazah dan rekan medik ), Instalasi
Rawat Darurat ( IRD ), Rawat Intensif ( ICU ), Perawatan
Khusus ( RPK ), dan Ruang Bedah Sentral.

2. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 4.1
Distribusi responden berdasarkan Umur di ruangan
IGD RSUD Labuang Baji Makassar

Umur Frekuensi Persentase ( % )


20-30 13 41,9 %
31-40 12 38,7 %
41-50 6 19,4 %
Jumlah 31 100 %
Sumber Data Primer 2019-08-05

Data pada tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa pada umur

20-30 tahun sebayak 13 orang ( 41,9 % ), umur 31-40 sebanyak 12


orang ( 38,7 % ), dan pada umur 41-50 tahun sebanyak 6 orang (

19,4 % ).

b. Pendidikan

Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
di ruanganIGD RSUD Labuang Baji Makassar

Pendidikan Frekuensi Persentase


S1 + Ners 13 41.9%
D3 18 58.1%
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data Primer 2019
Pada tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa yang

berpendidikan S1 + Ners sebanyak 13 orang ( 41.9% ), dan yang

berpendidikan D3 sebanyak 18 orang ( 58.1% ).

c. Lama Kerja

Tabel 4.3
Distribusi responden berdasarjan Lama Kerja diruangan
IGD RSUD Labuang Baji Makassar

Lama Kerja Frekuensi Persentase


1-10 Tahun 13 41,9 %
11-20 Tahun 17 54,8 %
21-30 Tahun 1 3,2 %
Jumlah 31 100 %
Sumber Data Primer 2019

Pada tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa responden dengan

lama kerja dari 1-10 Tahun sebanyak 13 ( 41,9 % ), responden

dengan lama kerja 11-20 Tahun sebanyak 17 ( 54,8 % ), dan

responden dengan lama kerja dari 21-30 Tahun sebanyak 1 ( 3,2 %).
3. Hasil Analisis Univariat

a. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi berdasarkan Tingkat Pendidikan diruangan
IGD RSUD Labuang Baji Makassar

Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase


Tinggi 13 41.9%
Rendah 18 58,1 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di

IGD RSUD Labuang Baji Makassar diperoleh data bahwa

responden dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 13 orang

(41.9% ), dan responden dengan tingkat pendidikan rendah

sebanyak 18 orang ( 58,1 % ).

b. Pemahaman

Tabel 4.5
Distribusi responden berdasarkan Pemahaman di ruangan
IGD RSUD Labuang Baji Makassar

Pemahaman Frekuensi Persentase


Baik 14 45,2 %
Kurang Baik 17 54.8 %
Jumlah 31 100 %
Suber : Data Primer 2019
Berdasrkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di IGD

RSUD Labuang Baji Makassar diperoleh data bahwa responden

dengan pemahaman yang baik sebanyak 14 orang ( 45,2 % ), dan

responden dengan pemahaman yang kurang baik sebanyak 17 orang

( 54.8 % ).
c. Pengalaman Kerja

Tabel 4.6
Distribusi frekuensi berdasarkan Pengalaman Kerja di ruangan
IGD RSUD Labuang Baji Makassar

Pengalaman Frekuensi Persentase


Baik 14 45.2%
Kurang Baik 17 54,8 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data Primer 2019
Berdasrkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di IGD

RSUD Labuang Baji Makassar diperoleh data bahwa responden

dengan pengalaman kerja yang baik sebanyak 14 ( 45,2 % ), dan

responden dengan pengalaman kerja yang kurang baik sebanyak 17

(54,8 % ).

d. Penanganan Pasien Gawat Darurat

Tabel 4.7
Distribusi frekuensi berdasarkan Penanganan Pasien Gawat
Darurat di ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar

Penanganan Frekuensi Persentase


Baik 12 38,7 %
Kurang Baik 19 61,3 %
Jumlah 31 100 %
Suber : Data Primer 2019
Berdasrkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di IGD

RSUD Labuang Baji Makassar diperoleh data bahwa responden

dengan pengalaman kerja yang baik sebanyak 12( 38,7 % ), dan

responden dengan pengalaman kerja yang kurang baik sebanyak 19

(61,3 % ).
4. Analisis Bivariat

a. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.8
Distribusi Tingkat Pendidikan terhadap Penanganan Pasien
Gawat Darurat di ruangan IGD RSUD Labuang Baji
Makassar

Tingkat Penanganan Paien Total Nilai P Nilai α


Pendidikan Gadar

Baik Kurang N %
Baik
N % N %
Tinggi 10 32.3% 3 9.7% 13 41.9% 0.000 0.05
Rendah 2 6.5% 16 51.6% 18 58.1%
Total 12 38.7% 19 61.3% 31 100 %
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa

penanganan pasien gawat darurat dalam kategori baik sebanyak

12orang (38.7% ) dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 10

orang (32.3%) dan tingkat pendidikan rendah sebanyak 2 orang

(6.5%), sedangkan penanganan pasien gawat darurat dalam kategori

kurang baik sebanyak 19orang (61.3% ), dengan tingkat pendidikan

tinggi sebanayak 3 orang ( 9.7% ) dan tingkat pendidikan rendah

sebanyak 16 orang (51.6%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi- Square

adalah p = .000dengan tingkat kemaknaan a = 0,05 yang berarti p <

0,05, berarti Ha diterima Ho di tolak. Dengan demikian ada


hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan penanganan

pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar.

b. Pemahaman

Tabel 4.9
Distribusi Pemahaman terhadap Penanganan Pasien Gawat
Darurat di ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar

Pemahaman Penanganan Paien Total Nilai P Nilai α


Gadar

Baik Kurang N %
Baik
N % N %
10 32.3% 4 12.9% 14 45.2%
Baik .001 0,05
2 6.5% 15 48.4% 17 54.8%
Kurang Baik
Total 12 38.7% 19 61.3% 31 100%
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukan bahwa

penanganan pasien gawat darurat dalam kategori baik sebanyak 12

orang ( 32.3% ) dengan pemahaman baik sebanyak 10 ( 32.3%),

dan pemahaman kurang baik tidak ada 2 ( 6.5%), sedangkan

penanganan pasien gawat darurat dalam kategori kurang baik

sebanyak 19 ( 61.3%) dengan pemahaman baik sebanyak 4 orang (

12.9%) dan pemahaman kurang baik sebanyak 15 orang (48.4%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi – Square

adalah p = .001dengan tingkat kemaknaan a = 0,05 yang berarti p <

0,05, berarti Ha diterimah Ho ditolak. Dengan demikian ada


hubungan antara pemahaman perawat terhadap penanganan pasien

gawat darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar.

c. Pengalaman Kerja

Tabel 4.10
Distribusi Pengalaman Kerja terhadap penanganan Pasien
Gawat Darurat di ruangan IGD RSUD Labuang Baji
Makassar

Pengalaman Penanganan Pasien Total Nilai P Nilai α


Kerja Gadar
Baik Kurang
Baik
N % N % N %
Baik 11 35.5% 3 9.7% 14 45.2% .000 0,05
Kurang Baik 1 3.2% 16 51.6% 17 54.8%
Total 12 38.7% 19 61.3% 31 100.0%
Sumber : Data Primer 2019, a = 0,05
Berdasarkan tabel 4.10 diatas menunjukan bahwa

penanganan pasien gawat darurat dalam kategori baik sebanyak

12orang ( 38.7%) dengan pengalaman kerja kurang baik sebanyak

1 (3.2%), sedangkan penangan pasien gawat darurat dalam kategori

kurang baik sebanyak 19 orang ( 61.3%) dengan pengalaman kerja

baik sebanyak 3orang ( 9.7%) dan pengalaman kerja kurang baik

sebanyak 16 orang ( 51.6%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi – Square

adalah p = .000dengan tingkat kemaknaan a = 0,05, berarti Ha

diterimah Ho di tolak. Dengan demikian ada hubungan antara

pengalaman kerja perawat dengan penanganan pasien gawat

darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar.


B. Pembahasan

1. Tingkat Pendidikan

Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji Chi-Square

didapatkan hasil nilai p=0,000 yang berarti lebih kecil dari α=0,05 maka

hipotesa diterima dan Ho ditolak artinya ada hubungan antara tingkat

pendidikan terhadap penanganan pasien gawat darurat. Data yang

menunjang kemaknaan tersebut adalah hasil penelitian yang dilakukan di

Ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar, menunjukkan bahwa dari

31 responden yang penanganan pasien gawat darurat dalam kategori baik

sebanyak 12 orang ( 38.7% ) dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak

10 orang ( 32.3% ) dan tingkat pendidikan rendah sebanyak 2 orang (

6.5% ), sedangkan penanganan pasien gawat darurat dalam kategori

kurang baik sebanyak 19 orang ( 61.3% ), dengan tingkat pendidikan

tinggi sebanayak 3 orang ( 9.7% ) dan tingkat pendidikan rendah

sebanyak 16 orang ( 51.6% ). Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa

ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan penanganan

pasien gawat darurat di Ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga


dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi. ( Wawan dan Dewi, 2010; 14 )

Maka peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

seorang perawat maka semakin baik dalam menangani pasien gawat

darurat di Ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Pemahaman

Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji Chi-Square

didapatkan hasil nilai p= 0.001 yang berarti lebih kecil dari α=0,05 maka

hipotesa diterima dan Ho ditolak artinya ada hubungan antara pemahaman

perawat terhadap penanganan pasien gawat darurat. Data yang menunjang

kemaknaan tersebut adalah hasil penelitian yang dilakukan di Ruangan

IGD RSUD Labuang Baji Makassar, menunjukkan bahwa dari 31

responden yang penanganan pasien gawat darurat dalam kategori baik

sebanyak 12 orang ( 32.3% ) dengan pemahaman baik sebanyak 10 (

32.3% ), dan pemahaman kurang baik tidak ada 2 ( 6.5% ), sedangkan

penanganan pasien gawat darurat dalam kategori kurang baik sebanyak 19

( 61.3% ) dengan pemahaman baik sebanyak 4 orang ( 12.9% ) dan

pemahaman kurang baik sebanyak 15 orang (48.4%). Dari hasil penelitian

dapat dilihat bahwa ada hubungan antara pemahaman perawat terhadap


penanganan pasien gawat darurat di Ruangan IGD RSUD Labuang Baji

Makassar.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya ( 2011

; 81 ) bahwa pemahaman perawat berperan penting dalam memecahkan

suatu masalah yang ada disekitarnya terutama dalam hal penanganan

pasien yang masuk rumah sakit. Dalam hal ini seseorang perawat mampu

mengambil tindakan ketika menemukan pasien gawat darurat di

UGD/IGD rumah sakit, maka dari itu pemahaman seorang perawat

menjadi penting menolong pasien gawat darurat ditunjang dengan

keterampilan yang baik dalam menangani pasien gawat darurat.

Menurut Poesprodjo ( 2009 : 52-53 ) bahwa pemahaman bukan

kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri

disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai

pribadi lain didalam sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan

melakukan pengalaman pikiran, pengalaman yang terhayati. Pemahaman

merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya

dalam orang lain.

Maka peneliti berasumsi bahwa semakin baik pemahaman seorang

perawat terhadap penanganan pasien gawat darurat maka semakin baik

pula dalam menangani pasien gawat darurat di Ruangan IGD RSUD

Labuang Baji Makassar, begitupun sebaliknya semakin kurang baik

pemahaman seorang perawat terhadap penanganan pasien gawat darurat


maka makin kurang baik pula dalam menangani pasien gawat darurat di

Ruangan IGD RSUD Labuang Baji Makassar.

3. Pengalaman Kerja

Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji Chi-Square

didapatkan hasil nilai p= 0.000 yang berarti lebih kecil dari α= 0,05 maka

hipotesa diterima dan Ho ditolak artinya ada hubungan antara pengalaman

kerja perawat dengan penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD

Labuang Baji Makassar. Data yang menunjang kemaknaan tersebut

adalah hasil penelitian yang dilakukan di Ruangan IGD RSUD Labuang

Baji Makassar, menunjukkan bahwa dari 31 responden yang penanganan

pasien gawat darurat kategori baik sebanyak 12 orang ( 38.7% ) dengan

pengalaman kerja kurang baik sebanyak 1 (3.2% ), sedangkan penangan

pasien gawat darurat dalam kategori kurang baik sebanyak 19 orang (

61.3% ) dengan pengalaman kerja baik sebanyak 3 orang ( 9.7% ) dan

pengalaman kerja kurang baik sebanyak 16 orang ( 51.6% ). Dari hasil

penelitian dapat dilihat bahwa ada hubungan antara pengalaman kerja

perawat dengan penanganan pasien gawat darurat di IGD RSUD Labuang

Baji Makassar.

Sesuai teori yang dikemukakan oleh Foster ( 2007 bahwa ada

beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang

yaitu lama waktu / masa kerja, tingkat pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki dan penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.


Menurut Foster, ( 2007 ; 22 ) Pengalaman kerja adalah tingkat

penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam

pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat

pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya. ( hhtp:// skripsi

manajemen-kerja.html 20 diakses tanggal 09 juli 2019 ).

Maka peneliti berasumsi bahwa semakin lama seseorang bekerja

di suatu instansi khususnya di Rumah Sakit maka semakin banyak pula

pengalaman yang didapatkannya apalagi ditunjang dengan pengetahuan

dan keterampilan yang didapatkan dari pelatihan-pelatihan diluar khusus

dalam penanganan pasien gawat darurat.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di IGD RSUD Labuang

Baji Makassar dari tanggal 05 Juli sampai 05 Agustus dapat disimpulkan

bahwa :

1. Ada hubungan tingkat pendidikan perawat dengan penanganan pasien

gawat darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar. Responden dengan

tingkat pendidikan tinggi sebanyak 13 orang ( 41.9%), dan responden

dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 18 orang ( 58.1%), dengan

nilai p=0.000

2. Ada hubngan pemahaman perawat dengan penanganan pasien gawat

darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar. Responden dengan

pemahaman yang baik sebanyak 14 orang ( 45.2%), dan responden

dengan pemahaman yang kurang baik sebanyak 17orang ( 54.8%)

dengan nilai p=0.001

3. Ada hubungan pengalaman kerja dengan penanganan pasien gawat

darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar. Responden dengan

pengalaman kerja baik sebanyak 14orang ( 45.2%), dan responden

dengan pengalaman kerja kurang baik sebanyak 17orang ( 54.8%)

dengan nilai p=0.000.


B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran sebagai

berikut :

1. Bagi Responden

Bagi responden yang memiliki pendidikan rendah diharapkan untuk

selalu ikut pelatihan-pelatihan diluar jam kerja, bagi responden yang

memiliki pengalaman kerja kurang baik agar lebih menambah lagi

pengalamannya dengan ikut pelatihan-pelatihan diluar dari pengalaman

yang dimilikinya, dan bagi responden yang memiliki pemahaman kurang

baik agar selalu mengikuti perkembangan informasi untuk tercapainya

penanganan pasien gawat darurat yang sesuai dengan pelaksanaanya.

2. Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar lebih mengembangkan penelitian ini dan sebagai

sumber referensi bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Anggar Pariyatan Kresna A.P, 2016. Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam

Melakukan Triage Di UGD RSUD Kota Surakarta : Journal :

2016

Budiaji Wahyu, 2016. Hubungan Pengetahuan Tentang Triage Dengan Tingkat

Kecemasan Pasien Label Kuning Di Instalansi Gawat Darurat

Rumah Sakit DR. Moewardi Surakarta : journal : 2016 ( diaskes

tanggal 5 April 2019 ).

Dalami Ernawati, 2010. Etika keperawatan, Jakarta : CV. Trans Info Media

DamayantiDendya, 2013.Buku pintar perawat profesional teori dan praktik

asuhan keperawatan, Yogyakarta: Mantra Boks

Hasmi, 2014.Metode Penelitian Kesehatan, cetakan pertama, Jakarta : In Media

Indrawati, 2015.Hubungan pengetahuan perawat instalasi gawat darurat (IRD)

dengan kesiapan menghadapi bencana di RSUD Majene :Journal

Of Health, Education and Literacy 1(2) e-issn : 2621-9301 : 2015

Irnawati, 2014.Buku panduan ilmiah karya tulis / skripsi.Makassar : Stikper

Gunung Sari Makassar

IsgiyantoAwal, 2009.Teknik pengambilan sampel,Jokjakarta: Mitra Cedekia

Offset
Islamiah, 2012. Upaya pengembangan kinerja perawat. Stikper

Gunung Sari : Makassar

Kopri, 2017.Manajemen pendidikan.Yogyakarta : AR-Ruzz Media

Krisanty, Paula, dkk. 2011. Asuhan keperawatan gawat darurat. DKI Jakarta :

CV. Trans Info Media

Laoh Joice M, dkk, 2014.Gambaran Pengetahuan Perawat Pelaksana Dalam

Penanganan Pasien Gawat Darurat Di Ruangan Igdm Blu Rsup. Prof. Dr.

R. D Kandou Manado,JUIPERDO, VOL 3, N0. 2 September 2014

Lestari Rini Puji Tri. 2014, Pendidikan Keperawatan:Upaya Menghasilkan

Tenaga Perawat Berkualitas ;Journal : 2014

Martanti Reny, 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Keterampilan

Petugas Dalam Pelaksanaan Triage DiInstalasi Gawat Darurat

Rsud Wates.Journal : 2014

Musliha, 2010.Keperawatan gawat darurat.Yogyakarta : Nuha Media

Notoadmodjo, S. 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan. Andi Offet: Yogyakarta

Ode La Sharif, 2012.Konsep dasar keperawatan.Yogyakarta : Nuha Media

Rulam Ahmadin, 2017. Pengantar Pendidikan : Asas & filsafat pendidikan,

Yogakarta : Ar-Ruzz Media


Saryono, 2013.Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dengan Bidang

Kesehatan.Yogyakarta : Nuha Medika

Setyosari Punjabi, 2013. Metode penelitian pendidikan dan

pengembangan.Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.

Suwarno Wiji, 2017. Dasar-dasar ilmu pendidikan dan pengembangan.Jakarta :

Ruzz Media

Wawan, A & Dewi, M. 2011, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusi;Nuha Medika : Yogyakarta


Lampiran I

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Bapak /ibu Calon Responden Penelitian

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

DenganHormat,

SayayangbertandatangandibawahiniAdalahMahasiswi Program Studi S.1

Keperawatan Stikper Gunung Sari Makassar.

Nama : Ita Syarifatul Aini

Nim : 15152011

Alamat : Jln. Alauddin 3 Lorong 8

Akanmengadakanpenelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan Perawat

Terhadap Penanganan Pasien Gawat Darurat Di Rumah Sakit Labuang Baji

Makasssar ”.

Untuk itu saya mohon kesediaan bapak/ibu sekalian untuk berpartisipasi

menjadi responden dalam penelitian ini. Segala hal yang bersifat rahasia akan

saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.

Apabila bapak/ibu sekalian bersedia menjadi responden,

mohonmenandatanganilembarpersetujuandanmengisikuisioner yang

disertakandalamlembaranini. Atasperhatiandankesediaan bapak dan ibu

diucapkanbanyakterimakasih.

Peneliti

Ita Syarifatul Aini


Lampiran II

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelahmendapatkanpenjelasan maksud daripeneliti ini,

sayabersediauntukberpartisipasisebagairespondendalampenelitian tentang “

Hubungan Pengetahuan Perawat Terhadap Penanganan Pasien Gawat

Darurat Di Rumah Sakit Labuang Baji Makasssar ”.

Yang akandilakukanolehmahasiswi Program Studi S.1 Keperawatan

Stikper Gunung Sari Makassar.

Nama : Ita Syarifatul Aini

Nim : 15152011

Alamat : Jln. Alauddin 3 Lorong 8

Sayamengertibahwapenelitianinitidakakanberakibatnegativepadasaya,

dansegalainformasi yang sayaberikandijaminkerahasiaannya. Maka

denganinisayamenyatakansecarasukarelabersediamenjadirespondendalampenelitia

nini.

Responden

(............................................)
Lampiran III

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP


PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT
DI IGD RSUD LABUANG BAJI
MAKASSAR

A. Petunjuk

1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda ceklis (√)

pada kolom kotak yang tersedia sesuai dengan pilihan anda.

2. Teliti sekali lagi agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan / jawaban

yang salah.

B. Identitas Umum Responden

1. Inisial responden :

2. Umur :

3. Pendidikan terakhir :

4. Lama kerja :

5. Jenis Kelamin :
C. Pertanyaan Kuesioner

a. Pemahaman

No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1. Prinsip utama penanggulangan/ penanganan korban gawat darurat
adalah pertolongan pertama
2. Yang menjadi perioritas utama dalam penanganan gawat darurat
adalah yang terancam nyawanya
3. Salah satu tujuan dari pertolongan pertama adalah mencegah
kesakitan makin parah
4. Warna merah menunjukan perioritas tertinggi yaitu korban yang
mengancam jiwa jika tidak segera mendapatkan pertolongan pertama
5. Warna kuning menunjukan perioritas tinggi yaitu moderate dan
emergent
6. Korban dengan luka ringan biasanya ditandai dengan warna label
hijau
7. Warna hijau yaitu korban gawat tetapi tidak darurat
8. Setelah jalan nafas aman, maka briathing menjadi perioritas
berikutnya dalam primary survey
9. Penderita/ korban dengan kategori triage merah yang memerlukan
tindakan medis lebih lanjut
10. penderita dengan kategori triage kuning ditangani setelah pasien
dengan kategoritriage merah selesai ditangani
11. Penderita dengan kategori triage hijau dapat dipindahkan kerawat
jalan
12. Penderita gategori triage hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenazah
13. Penderita/ korban kategori triage dapat langsung diberikan diberikan
pengobatan diruangan tindakan IGD
14. Skor terendah adalah 3 yang mengidentifikasi tidak responsifnya
klien secara total
15. Glosgow coma scale ( GCS ) normal adalah 15
16. Jika didapatkan kurang dari 2 detik dilanjutkan dengan pemeriksaan
mental status
b. Pengalaman Kerja

No. Pertanyaan Jawaban


Ya Tidak
1. Apakah anda sudah lama bekerja ≤ 3 tahun
2. Apakah anda selama bekerja di IGD sudah pernah mengikuti
pelatihan misalnya pelatihan BTCLS, PMI, P3K ?
3. Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan di luar, guna untuk
meningkatkan profesionalismepelayanan sesuai visi misi rumah
sakit?
4. Apakah anda diberikan kepercayaan untuk mendapatkan pelatihan
dengan masa kerja sudah berjalan 3 tahun ?
5. Apakah anda sudah mendapatkan pelatihan sebanyak 3 kali dalam
meningkatkan pelayanan bantuan hidup dasar ?
6. Apakah anda termasuk perawat yang sering diberi mandat untuk
mengikuti pelatihan dari pada perawat pelaksana yang lain dalam
meningkatkan pelayanan bantuan hidup dasar ?
7. Apakah anda merasa banyak pengalaman yang berharga dalam
meningkatkan pelayanan profesional daripada sebelum mendapatkan
pelatihan dalam meningkatkan pelayanan bantuan hidup dasar ?
8. Apakah anda sudah punya rasa percaya diri yang tinggi dalam
bekerja ?
9. Apakah dari sekian lama anda bekerja mereka layak mendapatkan
predikat perawat yang profesional dalam penangan pasien ?
10. Apakah anda sudah mendapat penghargaan selama bekerja di RSUD
ini ?
c. Penanganan Pasien Gawat Darurat
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah anda sering melakukan tindakan pembedahan pada tenaga
medis yang terkena luka
2. Apakah sebelum melakukan tindakan anda selalu menyiapkan alat-alat
medis yang akan digunakan
3. Apakah anda sering menggunakan alat-alat pelindung misalnya
hanscoon, sebelum melakukan tindakan atau pengobatan
4. Apakah anda pernah melapor ketika mengalami kecelakaan dalam
bekerja ?
5. Apakah anda mengikuti prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan
gawat darurat misalnya mendahulukan penderita yang mengancam
nyawanya ?
6. Apakah anda sebagai perawat bekerja lebih empati dan memiliki
keterampilan yang cukup sehingga pasien dan keluarga merasa aman
dan nyaman ?
7. Ketika anda mendapatkan pasien dengan keadaan fraktur apakah
anda terlebih dahulu melakukan pembidaian ?
8. Jika anda mendapatkan korban bencana massal apakah anda harus
mentriage terlebih dahulu sebelum melaksanakan tindakan ?
Lampiran IV

Master Tabel

No Inisial Umur pendidikan Lama Tingkat Pemahaman Pengalaman Penanganan


Kerja Pendidikan Kerja Pasien
Gawat
Darurat
1 K 2 1 1 1 2 1 1
2 R 2 2 2 2 2 2 2
3 J 3 2 1 2 2 2 1
4 H 2 1 2 1 1 1 1
5 M 1 2 2 2 2 2 2
6 R 1 2 1 2 2 2 1
7 S 2 1 1 1 1 1 1
8 J 1 1 1 1 1 1 1
9 T 1 1 1 1 1 1 1
10 M 3 2 2 2 2 2 2
11 P 1 2 1 2 2 2 1
12 M 2 1 1 1 1 1 1
13 L 2 1 3 1 1 1 1
14 H 1 2 2 2 2 2 2
15 J 1 1 1 1 1 1 1
16 L 2 1 2 1 1 1 1
17 T 1 2 1 2 2 2 2
18 J 2 1 2 1 1 1 1
19 S 1 1 2 1 1 2 2
20 L 1 2 1 2 2 2 2
21 M 1 1 1 1 1 1 1
22 M 1 1 2 1 1 1 1
23 L 3 2 2 2 2 2 2
24 M 2 1 2 1 1 1 2
25 J 1 2 2 2 2 2 2
26 J 2 1 2 1 1 1 1
27 S 3 2 2 2 2 2 2
28 T 2 1 2 1 1 1 1
29 S 3 1 2 1 1 1 1
31 M 3 2 2 2 2 2 2
31 M 2 1 1 1 1 1 1
Keterangan :
Umur : Pendidikan :
1. 20 -30 tahun 1. S1 + Ners
1. 2. 31 – 40 tahun 2. DIII
2. 3. 41 – 50 tahun

Lama Kerja : Tingkat Pendidikan

1. 1 – 10 tahun 1. Rendah
2. 11 – 20 tahun 2. Tinggi

Pemahaman : Pengalaman Kerja


1. Kurang Baik 1. Kurang Baik
2. Baik 2. Baik

Penanganan Pasien Gadar :


1. Kurang Baik
2. Baik
CROSSTABS
/TABLES=tp pm pk BY ppg
/FORMAT=DVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ PHI CORR RISK
/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.

FREQUENCIES VARIABLES=umr pendidikan lk tp pm pk ppg


/NTILES=4
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM MEA
N MEDIAN MODE SUM
/FORMAT=DVALUE
/ORDER=ANALYSIS.

SAVE OUTFILE='C:\Users\12 April 2012\Documents\SKRIPSI\SKRIPSI REFIS


I\DATA PALING TERAKHIR.sav'
/COMPRESSED.
GET
FILE='C:\Users\12 April 2012\Documents\SKRIPSI\SKRIPSI REFISI\DATA P
ALING TERAKHIR.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
Frequencies
Notes
Output Created 18-Aug-2019 13:39:37
Comments
Input Data C:\Users\12 April 2012\Documents\SKRIPSI\spss
ita fix 1.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
31
Data File
Missing Value Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Handling Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=umr pendidikan lk
tp pm pk ppg
/NTILES=4
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE
MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE
SUM
/FORMAT=DVALUE
/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor
00:00:00.000
Time
Notes
Output Created 18-Aug-2019 13:39:37
Comments
Input Data C:\Users\12 April 2012\Documents\SKRIPSI\spss
ita fix 1.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
31
Data File
Missing Value Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Handling Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=umr pendidikan lk
tp pm pk ppg
/NTILES=4
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE
MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE
SUM
/FORMAT=DVALUE
/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor
00:00:00.000
Time
Elapsed Time 00:00:00.000

[DataSet1] C:\Users\12 April 2012\Documents\SKRIPSI\spss ita fix 1.sav

Warnings
A sort keyword (DVALUE, AFREQ or DFREQ) has been used in conjunction with subcommands
HISTOGRAM, NTILES or PERCENTILES. The sort keyword will be ignored.
Frequency Table

Statistics
penanganan
lama tingkat pengalaman pasien gawat
umur Pendidikan kerja pendidikan pemahaman kerja darurat
NValid 31 31 31 31 31 31 31
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1.77 1.42 1.61 1.42 1.45 1.45 1.39
Median 2.00 1.00 2.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Mode 1 1 2 1 1 1 1
Std.
.762 .502 .558 .502 .506 .506 .495
Deviation
Variance .581 .252 .312 .252 .256 .256 .245
Range 2 1 2 1 1 1 1
Minimum 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 3 2 3 2 2 2 2
Sum 55 44 50 44 45 45 43
P25 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
e50 2.00 1.00 2.00 1.00 1.00 1.00 1.00
r
c75
e
n
t 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
i
l
e
s

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-30 tahun 13 41.9 41.9 41.9
31-40 tahun 12 38.7 38.7 80.6
41-50 tahun 6 19.4 19.4 100.0
Total 31 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid d3 18 58.1 58.1 58.1
s1+ns 13 41.9 41.9 100.0
Total 31 100.0 100.0
lama kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-10 tahun 13 41.9 41.9 41.9
11-20 tahun 17 54.8 54.8 96.8
21-30 tahun 1 3.2 3.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

tingkat pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 18 58.1 58.1 58.1
tinggi 13 41.9 41.9 100.0
Total 31 100.0 100.0

Pemahaman
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 17 54.8 54.8 54.8
Baik 14 45.2 45.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

pengalaman kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 17 54.8 54.8 54.8
Baik 14 45.2 45.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

penanganan pasien gawat darurat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 19 61.3 61.3 61.3
Baik 12 38.7 38.7 100.0
Total 31 100.0 100.0
Crosstabs
Notes
Output Created 18-Aug-2019 13:37:51
Comments
Input Data C:\Users\12 April
2012\Documents\SKRIPSI\spss ita fix
1.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
31
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the
cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=tp pm pk BY ppg
/FORMAT=DVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ PHI CORR RISK
/CELLS=COUNT ROW COLUMN
TOTAL
/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.015


Elapsed Time 00:00:00.016
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] C:\Users\12 April 2012\Documents\SKRIPSI\spss ita fix 1.sav

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tingkat pendidikan *
penanganan pasien gawat 31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
darurat
pemahaman * penanganan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
pasien gawat darurat
pengalaman kerja * penanganan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
pasien gawat darurat

pengalaman kerja * penanganan pasien gawat darurat


Crosstab
penanganan pasien gawat
darurat
kurang baik baik Total
pengalam Baik Count 3 11 14
an kerja
% within pengalaman
21.4% 78.6% 100.0%
kerja
% within penanganan
15.8% 91.7% 45.2%
pasien gawat darurat
% of Total 9.7% 35.5% 45.2%
kurang baik Count 16 1 17
% within pengalaman
94.1% 5.9% 100.0%
kerja
% within penanganan
84.2% 8.3% 54.8%
pasien gawat darurat
% of Total 51.6% 3.2% 54.8%
Total Count 19 12 31
% within pengalaman
61.3% 38.7% 100.0%
kerja
% within penanganan
100.0% 100.0% 100.0%
pasien gawat darurat
% of Total 61.3% 38.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value Df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-
17.098a 1 .000
Square
Continuity
14.171 1 .000
Correctionb
Likelihood Ratio 19.226 1 .000
Fisher's Exact
.000 .000
Test
Linear-by-Linear
16.546 1 .000
Association
N of Valid
31
Casesb
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,42.
b. Computed only for a 2x2
table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Nominal Phi .743 .000
by
Cramer's V .743 .000
Nominal
Interval Pearson's R
by .743 .118 5.972 .000c
Interval
Ordinal Spearman
by Correlation .743 .118 5.972 .000c
Ordinal
N of Valid Cases 31
a. Not assuming the null
hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for pengalaman
58.667 5.377 640.146
kerja (kurang baik / baik)
For cohort penanganan pasien
4.392 1.600 12.060
gawat darurat = kurang baik
For cohort penanganan pasien
.075 .011 .511
gawat darurat = baik
N of Valid Cases 31
pemahaman * penanganan pasien gawat darurat

Crosstab
penanganan pasien gawat darurat
kurang baik baik Total
p Baik Count 4 10 14
e
% within
m 28.6% 71.4% 100.0%
pemahaman
a
h % within
a penanganan
21.1% 83.3% 45.2%
m pasien gawat
a darurat
n % of Total 12.9% 32.3% 45.2%
kurang baik Count 15 2 17
% within
88.2% 11.8% 100.0%
pemahaman
% within
penanganan
78.9% 16.7% 54.8%
pasien gawat
darurat
% of Total 48.4% 6.5% 54.8%
Total Count 19 12 31
% within
61.3% 38.7% 100.0%
pemahaman
% within
penanganan
100.0% 100.0% 100.0%
pasien gawat
darurat
% of Total 61.3% 38.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value Df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-
11.519a 1 .001
Square
Continuity
9.142 1 .002
Correctionb
Likelihood Ratio 12.314 1 .000
Fisher's Exact
.001 .001
Test
Linear-by-Linear
11.148 1 .001
Association
N of Valid
31
Casesb
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,42.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value Df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-
11.519a 1 .001
Square
Continuity
9.142 1 .002
Correctionb
Likelihood Ratio 12.314 1 .000
Fisher's Exact
.001 .001
Test
Linear-by-Linear
11.148 1 .001
Association
N of Valid
31
Casesb
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,42.
b. Computed only for a 2x2
table

Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Nominal Phi .610 .001
by
Cramer's V .610 .001
Nominal
Interval Pearson's R
by .610 .142 4.141 .000c
Interval
Ordinal Spearman
by Correlation .610 .142 4.141 .000c
Ordinal
N of Valid Cases 31
a. Not assuming the null
hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for pemahaman
18.750 2.871 122.452
(kurang baik / baik)
For cohort penanganan pasien
3.088 1.325 7.198
gawat darurat = kurang baik
For cohort penanganan pasien
.165 .043 .631
gawat darurat = baik
N of Valid Cases 31
Tingkat Pendidikan * Penanganan Pasien Gawat Darurat

Crosstab
penanganan pasien gawat darurat
kurang baik baik Total
tingkat Tinggi Count 3 10 13
pendidikan % within tingkat pendidikan 23.1% 76.9% 100.0%
% within penanganan pasien
15.8% 83.3% 41.9%
gawat darurat
% of Total 9.7% 32.3% 41.9%
rendah Count 16 2 18
% within tingkat pendidikan 88.9% 11.1% 100.0%
% within penanganan pasien
84.2% 16.7% 58.1%
gawat darurat
% of Total 51.6% 6.5% 58.1%
Total Count 19 12 31
% within tingkat pendidikan 61.3% 38.7% 100.0%
% within penanganan pasien
100.0% 100.0% 100.0%
gawat darurat
% of Total 61.3% 38.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df Asymp. Sig. (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-
13.780a 1 .000
Square
Continuity
11.146 1 .001
Correctionb
Likelihood Ratio 14.778 1 .000
Fisher's Exact
.000 .000
Test
Linear-by-Linear
13.336 1 .000
Association
N of Valid
31
Casesb
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,03.
b. Computed only for a 2x2
table
Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx.
Value Errora Approx. Tb Sig.
Nominal Phi .667 .000
by
Cramer's V .667 .000
Nominal
Interval Pearson's R
by .667 .136 4.817 .000c
Interval
Ordinal Spearman
by Correlation .667 .136 4.817 .000c
Ordinal
N of Valid Cases 31
a. Not assuming the null
hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for tingkat
26.667 3.772 188.536
pendidikan (rendah / tinggi)
For cohort penanganan pasien
3.852 1.409 10.531
gawat darurat = kurang baik
For cohort penanganan pasien
.144 .038 .552
gawat darurat = baik
N of Valid Cases 31

Anda mungkin juga menyukai