Anda di halaman 1dari 14

A.

Judul :
Koloid
B. Tujuan :
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat koloid
C. Dasar Teori
Menurut Syukri (1999 : 453) campuran yang bersifat homogen disebut larutan.
Sedangkan yang termasuk heterogen adalah koloid dan suspense kasar. Thomas graham
banyak mempelajari tentang kecpatan difusi (gerak) partikel materi sehingga ia dapat
merumuskan hukum tentang difusi. Dari pengamatannya, ternyata gerakan partikel zat
dalam larutan ada yang cepat dan ada yang lambat. Umumnya yang berdifusi cepat
adalah zat berupa Kristal sehingga disebut kristaloid. Contohnya NaCl dalam air. Akan
tetapi istilah ini tidak populer karena zat yang ada bukan Kristal berdifusi cepat,
contohnya HCl dan H2SO4. Yang lambat berdifusi disebabkan oleh partikelnya
mempunyai daya tarik (perekat) satu sama lain, contohnya putih telur dalam air. Zat
seperti ini disebut koloid (bahasa yunani : cola = perekat).
Ada dua cara terbentuknya partikel koloid. Pertama, dari senyawa bermolekul
besar, yaitu satu molekul menjadi satu partikel koloid, contohnya protein dan plastik.
Kedua, satu partikel koloid terbentuk dari gabungan (agregat) banyak partikel kecil.
Partikel yang tergabung itu mungkin dalam bentuk molekul, ion atau atom. Contoh
agregat molekul adalah koloid belerang dan As2S3 dalam air. Contoh agregat atom adalah
koloid emas dalam air (sol emas) yaitu gabungan atom-atom emas menjadi Kristal kecil
melalui ikatan logam. Contoh agregat ion adalah koloid Fe(OH) 3 berupa Kristal ion
berukuran koloid.
Dipandang dari kelarutannya, koloid dapat dibagi atas koloid disperse dan koloid
asosiasi.
1. Koloid dispersi, yaitu koloid yang partikelnya tidak dapat larut secara individu
dalam medium. Yang temasuk kelompaok ini adalah koloid mikromolekul
(protein dan plastik), agregat molekul (koloid belerang) dan agregat atom (sol
emas dan platina).
2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) partikel
kecil yang larut dalam medium, contohnya koloid Fe(OH) 3. Senyawa ini larut
dalam air menjadi ion Fe3+ dan OH-. Jika larutan Fe3+ dan OH- dicampur
sedemikian rupa sehingga berasosiasi membentuk Kristal kecil yang
melayang-layang dalam air sebagai koloid.
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa
gas, cair atau padat. Pengertian fasa disini tidak sama dengan wujud, ada wujud
sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila dikocok
akan terlihat butiran minyak dalam air.
Koloid dapat berubah menjadi tidak koloid atau sebaliknya. Berdasarkan
perubahan itu ada koloid revesibel dan irrevesibel.
1. Koloid revesibel, yaitu suatu koloid yang dapat berubah menjadi tak
koloid dan kemudian menjadi koloid kembali. Contohnya air susu
(koloid) bila dibiarkan akan mengendap (tidak koloid) dan airnya
terpisah, tetapi bila dikocok akan bercampur seperti semula (koloid).
2. Koloid irrevesibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan
koloid, tidak akan menjadi koloid lagi, contohnya sol emas.

Menurut Yazid (2005 : 86) koloid mempunyai beberapa sifat yang


membedakan dengan lautan. Sifat khusus koloid timbul akibat ukuran partikelnya
lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut sebagai berikut :
1. Sifat kimia
Sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob
sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan
medium pendispersinya. Sifat-sifat fisika sangat berbeda dengan mediumnya.
Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2. Sifat koligatif
Suatu koloid dalam medium cair jiga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini
hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat
koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah
partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau
jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk
menetapkan berat molekul rata-rata koloid mikromolekul.
3. Sifat optis
Pada tahun 1869, tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya
dilakukan pada larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi
berkas cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak
akan keliatan.
4. Sifat kinetik
Selain menunjukkan efek tyndall, partikel koloid apabila diamati dibawah
miroskop ultra Nampak sebagai bintik-bintik cahaya yang selalu bergerak secara
acakdengan jalan berliku-liku.gerakan acak partikel koloid dalam suatu
mediumpendispersi ini disebut gerakan brown, partikel zat terlarut akan
mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi kedaerah yang konsentrasinya
rendah.
5. Sifat listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan
terjadinya ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel
koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid
oleh pengaruh medan listrik ini disebut elektroforesis.
6. Sifat koagalasi
Suatu koloid bila dibiarkan dalam bentuk waktu tertentu akan bergantung
oleh gaya gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergantung
membentuk gumpaln yang akan mengendap didasar wadah.
7. Adsorpsi
Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya
adsorpsi yang besar. Adsorpsi adalah istilah penyerapan suatu zat, ion atau
moleul yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai
kebawah permuakaan disebut adsorpsi. Adsorpsi adalah proses penyerapan oleh
suatu benda baik berupa padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian
benda itu.
Menurut Sunarya (2016 : 43) dalam larutan sejati, partikel-partikel seperti
molekul, atom atau ion yang dilarutkan tersebar merata didalam pelarutnya.
Dengan cara yang hampir sama, materi koloid dapat tersebar dalam medium
sehinggga dihasilkan suatu disperse (sebaran) koloid atau disebut sistem koloid.
Jika sesendok gula pasir dimasukkan kedalam air akan terbentuk molekul-
molekul tunggal dari gula dasir dan dihamburkan diantara molekul-molekul air.
Pada waktu gula pasir tersebar, akan dihasilkan larutan sejati. Secara esensial,
ukuran pertikel gula dalam larutannya merupakan ukuran molekul tunggal gula.
Karena ukuran partikel ini relative sangat kecil, maka tidak dapat dipisahkan
melalui penyaringan sebagaimana larutan pada umumnya.
Jika tanah lempung dilarutka dalam air yang mengandung sedikit natrium
hidroksida, tanah lempung akan pecah menjadi partikel-partikel sangat kecil dan
tersebar diantara molekul-molekul air. Larutan tersebut tidak dapat dipisahkan
melalui penyaringan sebab sifatnya sama dengan larutan gula, tetapi tidak
tansparan sebagaimana larutan pada umumnya.
Keadaan seperti itu disebabkan tanah lempung tidak terurai
menjaddimolekul-molekulnya, tetapi membentuk kumpulan molekul-molekul
dengan rentang ukuran berkisar antara 10 Å sampai 1000 Å. Ukuran partikel
sebesar itu dapat menghamburkan cahaya. Oleh karena itu, campuran yang
terbentuk tidak digolongkan sebagai larutan sejati, tetapi sebagai disperse koloid
atau sistem koloid.
D. Alat dan Bahan
- Table Alat

No Nama alat Kategori Gambar fungsi

Untuk mencampurkan larutan


1 Gelas kimia 1
garam dan susu

Tabung
2 1 Tempat bahan yang diendapkan
sentrifuge

Alat
3 2 Untuk mengendapkan larutan
sentrifuge

Kertas Untuk menyaring campuran


4 1
saring garam dan susu

Untuk menyinari campuran


5 Laser 1
garam dan susu

Tempat kertas saring dan tempat


6 Corong 1 penyaringan campuran garam
dan susu
Untuk mengukur volume larutan
7 Gelas ukur 1
garam dan susu

Batang Untuk mengaduk campuran agar


8 1
pengaduk larut dengan baik

Neraca Untuk menimbang tawas dan


9 2
analitik garam

Untuk membatasi waktu dalam


10 Stopwatch 1
mendiamkan larutan

Untuk mengambil garam dapur


11 Spatula 1
dan tawas

Untuk mengambil HCl pekat,


12 Pipet tetes 1
larutan garam dan susu

Untuk meletakkan garam dapur


13 Kaca arloji 1
dan tawas pada saat menimbang
- Table Bahan

No Nama bahan Kategori Sifat fisik Sifat kimia


- Bisa didapat dari reaksi pH
nya netral NaOH dan HCl
- Ikatan ionic kuat (Na+) (Cl-)
- Rapuh (mudah hancur)
Garam dapur selisih elektronegatifnya
1 Umum - Larut dalam air (air laut)
(NaCl) lebih dari 2
- Asin
- Merupakan elektrolit kuat
karena terionisasi sempurna
pada air
- HCl akan berasap bila di
- Massa atom 36,45 udara lembab
- Massa jenis 3,21 g/cm3 - Gasnya berwarna kuning
o
- Titik leleh -10 C kehijauan dan berbau
- Energy terionisasi 1250 merangsang
2 HCl pekat Khusus
kj/mol - Dapat larut dalam alkali,
- Pada suhu kamar HCl hidroksida, kloroform dan
berbentuk gas yang tak eter
berwarna - Oksidator yang kuat
- Racun bagi pernafasan
- Tidak berwarna, tidak
- Mudah larut dalam air
3 Tawas Umum berbau
- Bersifat asam
- Berbentuk kursial
- Berwarn, berbau, berasa
manis
- Viskositas 1,5 20 cp Bj =
- pH susu = 6,7
4 Susu Umum 1,028
- mudah larut dalam air
- Titik bek 0,52oC
- Titik didih 1000,16oC dan
daya cerna baik
- bersifat padat
- sebagai pelarut yang baik
5 Kertas pH Umum - tidak berbau tetapi
- tidak mudah terbakar
berwarna
- tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa - sebagai pelarut yang baik
6 Aquadest Umum
- titik lebur 0oC dan - tidak mudah terbakar
o
- titik didih 100 C
E. Prosedur kerja
1. Larutan garam (campuran A)

10 gram garam

Memasukkan campuran sebanyak 20 mL


Melarutkan 10 gram garam dapur dengan kedalam gelas kimia 200 mL
100 mL aquadest kedalam gelas kimia 500
mL Menambahkan tawas satu gram
Mendiamkan selama 20 menit
Menyinari campuran dengan lampu senter
Mengamati perubahan yang terjadi
kemudian mengamati jalannya sinar

Memasukkan 20 mL campuran kedalam


gelas ukur dan menyaring dengan kertas
saring. Kemudian mengamati filtrate yang
dipeoleh

Memasukkan campuran kedalam tabung


sentrifuge hingga terisi duapertiganya

Melakukan sentrifuge selama 15 menit


dengan kecepatan 2000 rPm. Kemudian
mengamati
Mengukur pHperubahan yang
campuran terjadi dua
sebanyak pada
campuran
satuan dengan cara menambahkan HCl
pekat. Kemudian mengamati hingga terjadi
perubahan

pH sebelum: 6 Tidak terjadi


gumpalan
pH sesudah: 6
- Susu cair (campuran B)

10 gram garam

Menyiapkan 100 mL sus cair

Menyinari campuran dengan lampu senter


kemudian mengamati jalannya sinar

Memasukkan 20 mL campuran kedalam


gelas ukur dan menyaring dengan kertas
saring. Kemudian mengamati filtrate yang
dipeoleh

Memasukkan campuran kedalam tabung


sentrifuge hingga terisi duapertiganya

Melakukan sentrifuge selama 15 menit


dengan kecepatan 2000 rPm. Kemudian
mengamati perubahan yang terjadi pada
campuran

Mengukur pH campuran sebanyak dua


satuan dengan cara menambahkan HCl
pekat. Kemudian mengamati hingga terjadi
perubahan

pH sebelum: 3 Terjadi
gumpalan
pH sesudah: 4 (koagulasi)
Memasukkan campuran sebanyak 20 mL
Perlakuan Campuran A (garam) Campuran B (susu)
kedalam gelas kimia 200 mL

Penyinaran dengan Meneruskam cahaya (tembus Menambahkan tawas satu gram


Menghamburkan cahaya
lampu senter atau laser cahaya)
Mendiamkan selama 20 menit
Mengamati
Penyaringan perubahan yang terjadi
: tidak stabil
Penyaringan : stabil
Penyaringan (kertas Filtrate : larutan putih
Filtrate : larutan jernih
saring) Residu : menempel pada kertas
Risidu : -
saring
Larutan tidak terjadi perubahan
Terdapat residu dan adanya
Sentrifuge atau stabil dan garam lebih
endapan
larut
pH sebelum : 3
pH sebelum : 6 pH sesudah : 4
Penambahan HCl pekat
pH sesudah : 6 campuran menjadi
menggumpal
Terjadi penggumpalan
Penambahan tawas Tidak terjadi penggumpalan
(koagulasi)
F. Hasil pengamatan
G. Pembahasan

koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium
zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang
menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium pendispersi.

Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat koloid dengan
memberikan beberapa perlakuan berbeda pada larutan sejati dan koloid. Untuk dapat
mengamati sifat-sifat koloid praktikan membuat dua campuran. Campuran pertama dibuat
dengan mencamurkan 10 gram NaCl dengan 100 ml aquadest, campuran ini berupa larutan
sejati. Campuran kedua berupa larutan susu cair 100 ml, campuran ini berupa koloid.

Perlakuan pertama yang dilakukan untuk mempelajari sifat koloid ini adalah dengan
menyinari kedua larutan menggunakan senter. Dari perlakuan ini ditemukan bahwa larutan
NaCl dapat meneruskan cahaya sedangkan larutan susu menghamburkan cahaya. Hal ini
dapat terjadi karena perbedaan dari ukuran partikel-partikel penyusun larutan garam dan
larutan susu. Partikel pada larutan garam memiliki ukuran yang lebih kecil dari 1nm. Jadi,
ketika cahaya melewati partikel maka partikel akan langsung meneruskan cahaya karena
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. Pada larutan susu ukuran
partikel penyusunnya relative besar berada pada kisaran 1nm-100nm. Jadi, cahaya yang
melewati partikel larutan susu akan dihamburkan karena cahaya tidak dapat menembus
partikel-partikel susu tersebut. Dari perlakuan pertama ditemukan adanya sifat koloid yaitu
efek tyndall.
Percobaan selanjutnya adalah melakukan penyaringan dengan kertas saring. pada larutan
garam tidak terdapat endapan dan larutan tetap karena ukuran partikel dari larutan garam
yang kecil dapat melewati pori-pori kertas saring dengan leluasa dan juga karena larutan
garam tercampur secara homogen. Pada larutan susu dapat diamati adanya residu berupa
endapan dari susu yang menempel pada kertas saring dan filtrat berupa larutan putih, serta
proses penyaringan berlangsung sangat lambat. Adanya residu disebabkan oleh ukuran
partikel koloid yang besar yang tidak dapat menembus atau melewati pori-pori dari kertas
saring dan larutan susu terdiri dari campuran homogen dan heterogen.
Selanjutnya melakukan percobaan dengan sentrifuge. Lartan garam dan susu dimasukkan
kedalam tabung sentrifuge hingga terisi dua pertiganya. Selanjutnya, dilakukan sentrifuge
pada kedua tabung tersebut selama 15 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Hasil yang
diperoleh dari perlakuan ini adalah pada larutan garam tidak terdapat perubahan, larutannya
stabil, bahkan lebih jernih dari sebelumnya karena semua partikel garam menjadi larut dalam
air. Sedangkan pada larutan susu terdapat residu di permukaan air susu dan didasarnya
terdapat endapan. Saat dilakukan sentrifuge larutan garam tidak memiliki residu karena
merupakan larutan sejati sedangkan endapan yang terbentuk pada larutan susu setelah
disentrifuge karena ukuran partikel yang lebih besar mengendap kedasar tabung.
Kemudian percobaan selanjutnya dengan menambahkan HCl pekat. Pada larutan garam
sebelum ditambahkan HCl pekat memiliki kadar pH 6 setelah ditambahkan dengan HCl
pekat pHnya tetap. Sedangkan pada larutan susu sebelum ditambahkan HCl pekat
mempunyai kadar pH 3 setelah ditambahkan Hcl pekat pHnya menjadi 4
Percobaan terakhir yaitu penambahan tawas sebanyak 1 gram kedalam 20 ml larutan
garam dan larutan susu kemudian mendiamkan larutan tersebut selama 20 menit. Pada
larutan garam tidak terjadi penggumpalan dan tidak terdapat endapan. Pada larutan susu
setelah ditambahkan tawas terjadi perubahan yaitu adanya penggumpalan (koagulasi). Hal ini
karena koloid mempunyai daya adsorbsi yang besar, partikel koloid dapat menyerap molekul
netral atau ion-ion. Partikel pada larutan susu dapat menyerap ion-ion pada tawas hingga
terjadi penggumpalan (koagulasi) dari partikel yang sudah tidak stabil, hingga mengendap.
H. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan sifat-sifat dari sistem koloid yaitu
menghamburkan cahaya (efek tyndall), koagulasi, gerak brown, dan adsorbsi. Dengan cahaya
lampu senter/laser dapat mempelajari efek tyndall dan mebedakan larutan sejati dan koloid.
Diketahui bahwa koloid dapat mengalami koagulasi dan gerak brown dengan
ditambahkannya HCl pekat. Sifat koagulasi dan adsorbsi dapat dipelajari dengan
penambahan tawas. Sifat koloid yang lain adalah terdapat agregat (endapan) ketika campuran
tersebut di sentrifugasi.
Daftar pustaka
Sunarya, Yayan. 2016. Kimia Dasar 2. Bandung : Yrama Widya
Syukri, S. 1999. Kimia dasar 2. Bandung : ITB
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Para Medis. Jogya : Andi

Anda mungkin juga menyukai