LA KIMDAS PK 4 (Kel. 2)
LA KIMDAS PK 4 (Kel. 2)
Judul :
Koloid
B. Tujuan :
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat koloid
C. Dasar Teori
Menurut Syukri (1999 : 453) campuran yang bersifat homogen disebut larutan.
Sedangkan yang termasuk heterogen adalah koloid dan suspense kasar. Thomas graham
banyak mempelajari tentang kecpatan difusi (gerak) partikel materi sehingga ia dapat
merumuskan hukum tentang difusi. Dari pengamatannya, ternyata gerakan partikel zat
dalam larutan ada yang cepat dan ada yang lambat. Umumnya yang berdifusi cepat
adalah zat berupa Kristal sehingga disebut kristaloid. Contohnya NaCl dalam air. Akan
tetapi istilah ini tidak populer karena zat yang ada bukan Kristal berdifusi cepat,
contohnya HCl dan H2SO4. Yang lambat berdifusi disebabkan oleh partikelnya
mempunyai daya tarik (perekat) satu sama lain, contohnya putih telur dalam air. Zat
seperti ini disebut koloid (bahasa yunani : cola = perekat).
Ada dua cara terbentuknya partikel koloid. Pertama, dari senyawa bermolekul
besar, yaitu satu molekul menjadi satu partikel koloid, contohnya protein dan plastik.
Kedua, satu partikel koloid terbentuk dari gabungan (agregat) banyak partikel kecil.
Partikel yang tergabung itu mungkin dalam bentuk molekul, ion atau atom. Contoh
agregat molekul adalah koloid belerang dan As2S3 dalam air. Contoh agregat atom adalah
koloid emas dalam air (sol emas) yaitu gabungan atom-atom emas menjadi Kristal kecil
melalui ikatan logam. Contoh agregat ion adalah koloid Fe(OH) 3 berupa Kristal ion
berukuran koloid.
Dipandang dari kelarutannya, koloid dapat dibagi atas koloid disperse dan koloid
asosiasi.
1. Koloid dispersi, yaitu koloid yang partikelnya tidak dapat larut secara individu
dalam medium. Yang temasuk kelompaok ini adalah koloid mikromolekul
(protein dan plastik), agregat molekul (koloid belerang) dan agregat atom (sol
emas dan platina).
2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) partikel
kecil yang larut dalam medium, contohnya koloid Fe(OH) 3. Senyawa ini larut
dalam air menjadi ion Fe3+ dan OH-. Jika larutan Fe3+ dan OH- dicampur
sedemikian rupa sehingga berasosiasi membentuk Kristal kecil yang
melayang-layang dalam air sebagai koloid.
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa
gas, cair atau padat. Pengertian fasa disini tidak sama dengan wujud, ada wujud
sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila dikocok
akan terlihat butiran minyak dalam air.
Koloid dapat berubah menjadi tidak koloid atau sebaliknya. Berdasarkan
perubahan itu ada koloid revesibel dan irrevesibel.
1. Koloid revesibel, yaitu suatu koloid yang dapat berubah menjadi tak
koloid dan kemudian menjadi koloid kembali. Contohnya air susu
(koloid) bila dibiarkan akan mengendap (tidak koloid) dan airnya
terpisah, tetapi bila dikocok akan bercampur seperti semula (koloid).
2. Koloid irrevesibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan
koloid, tidak akan menjadi koloid lagi, contohnya sol emas.
Tabung
2 1 Tempat bahan yang diendapkan
sentrifuge
Alat
3 2 Untuk mengendapkan larutan
sentrifuge
10 gram garam
10 gram garam
pH sebelum: 3 Terjadi
gumpalan
pH sesudah: 4 (koagulasi)
Memasukkan campuran sebanyak 20 mL
Perlakuan Campuran A (garam) Campuran B (susu)
kedalam gelas kimia 200 mL
koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium
zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang
menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium pendispersi.
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat koloid dengan
memberikan beberapa perlakuan berbeda pada larutan sejati dan koloid. Untuk dapat
mengamati sifat-sifat koloid praktikan membuat dua campuran. Campuran pertama dibuat
dengan mencamurkan 10 gram NaCl dengan 100 ml aquadest, campuran ini berupa larutan
sejati. Campuran kedua berupa larutan susu cair 100 ml, campuran ini berupa koloid.
Perlakuan pertama yang dilakukan untuk mempelajari sifat koloid ini adalah dengan
menyinari kedua larutan menggunakan senter. Dari perlakuan ini ditemukan bahwa larutan
NaCl dapat meneruskan cahaya sedangkan larutan susu menghamburkan cahaya. Hal ini
dapat terjadi karena perbedaan dari ukuran partikel-partikel penyusun larutan garam dan
larutan susu. Partikel pada larutan garam memiliki ukuran yang lebih kecil dari 1nm. Jadi,
ketika cahaya melewati partikel maka partikel akan langsung meneruskan cahaya karena
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. Pada larutan susu ukuran
partikel penyusunnya relative besar berada pada kisaran 1nm-100nm. Jadi, cahaya yang
melewati partikel larutan susu akan dihamburkan karena cahaya tidak dapat menembus
partikel-partikel susu tersebut. Dari perlakuan pertama ditemukan adanya sifat koloid yaitu
efek tyndall.
Percobaan selanjutnya adalah melakukan penyaringan dengan kertas saring. pada larutan
garam tidak terdapat endapan dan larutan tetap karena ukuran partikel dari larutan garam
yang kecil dapat melewati pori-pori kertas saring dengan leluasa dan juga karena larutan
garam tercampur secara homogen. Pada larutan susu dapat diamati adanya residu berupa
endapan dari susu yang menempel pada kertas saring dan filtrat berupa larutan putih, serta
proses penyaringan berlangsung sangat lambat. Adanya residu disebabkan oleh ukuran
partikel koloid yang besar yang tidak dapat menembus atau melewati pori-pori dari kertas
saring dan larutan susu terdiri dari campuran homogen dan heterogen.
Selanjutnya melakukan percobaan dengan sentrifuge. Lartan garam dan susu dimasukkan
kedalam tabung sentrifuge hingga terisi dua pertiganya. Selanjutnya, dilakukan sentrifuge
pada kedua tabung tersebut selama 15 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Hasil yang
diperoleh dari perlakuan ini adalah pada larutan garam tidak terdapat perubahan, larutannya
stabil, bahkan lebih jernih dari sebelumnya karena semua partikel garam menjadi larut dalam
air. Sedangkan pada larutan susu terdapat residu di permukaan air susu dan didasarnya
terdapat endapan. Saat dilakukan sentrifuge larutan garam tidak memiliki residu karena
merupakan larutan sejati sedangkan endapan yang terbentuk pada larutan susu setelah
disentrifuge karena ukuran partikel yang lebih besar mengendap kedasar tabung.
Kemudian percobaan selanjutnya dengan menambahkan HCl pekat. Pada larutan garam
sebelum ditambahkan HCl pekat memiliki kadar pH 6 setelah ditambahkan dengan HCl
pekat pHnya tetap. Sedangkan pada larutan susu sebelum ditambahkan HCl pekat
mempunyai kadar pH 3 setelah ditambahkan Hcl pekat pHnya menjadi 4
Percobaan terakhir yaitu penambahan tawas sebanyak 1 gram kedalam 20 ml larutan
garam dan larutan susu kemudian mendiamkan larutan tersebut selama 20 menit. Pada
larutan garam tidak terjadi penggumpalan dan tidak terdapat endapan. Pada larutan susu
setelah ditambahkan tawas terjadi perubahan yaitu adanya penggumpalan (koagulasi). Hal ini
karena koloid mempunyai daya adsorbsi yang besar, partikel koloid dapat menyerap molekul
netral atau ion-ion. Partikel pada larutan susu dapat menyerap ion-ion pada tawas hingga
terjadi penggumpalan (koagulasi) dari partikel yang sudah tidak stabil, hingga mengendap.
H. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan sifat-sifat dari sistem koloid yaitu
menghamburkan cahaya (efek tyndall), koagulasi, gerak brown, dan adsorbsi. Dengan cahaya
lampu senter/laser dapat mempelajari efek tyndall dan mebedakan larutan sejati dan koloid.
Diketahui bahwa koloid dapat mengalami koagulasi dan gerak brown dengan
ditambahkannya HCl pekat. Sifat koagulasi dan adsorbsi dapat dipelajari dengan
penambahan tawas. Sifat koloid yang lain adalah terdapat agregat (endapan) ketika campuran
tersebut di sentrifugasi.
Daftar pustaka
Sunarya, Yayan. 2016. Kimia Dasar 2. Bandung : Yrama Widya
Syukri, S. 1999. Kimia dasar 2. Bandung : ITB
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Para Medis. Jogya : Andi