Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

Modul 4

A. Judul
Koloid
B. Tujuan
Mempelajari sifat-sifat koloid
C. Dasar teori

Menurut Sastrohamidjojo (2016 : 244) dalam pembicaraan larutan dikenal adanya


perbedaan antara campuran homogeny dan heterogen. Ternyata pembedaan tersebut
tidak tepat betul ada sistem yang tidak dapat dikategorikan homogeny maupun
heterogen : senyawa tersebut dikenal sebagai koloid contoh : asap rokok, fog, emulsi,
buih, dan albumin. Antara suspense kasar dan larutan sesungguhnya terdapat daerah
perubahan dari heterogen ke homogeny koloid terdapat dalam daerah antara tersebut.
Biasanya definisi koloid didasarkan pada uraian bila partikel mempunyai ukuran antara
10-7 dan 10-4 cm (10 Ao – 10.000 Ao). maka disperse dapat disebut koloid, suspense
koloidal, atau larutan koloidal.

Ukuran partikel terdispensi tidak dapat menerangkan apapun tentang susunan partikel.
Partikel dapat terdiri atas molekul kecil, atau satu molekul raksasa. Contoh : koloidal
emas terdiri berbagai ukuran ion – ion partikel yang mengandung lebih satu juta atau
emas. Kolidal belerang dapat terbentuk dari partikel – partikel yang mengandung
ribuan molekul atau hanya ….

Contoh molekul raksasa (makromolekul) adalah homogoblin suatu protein yang


menyebabkan darah berwarna merah. Massa molekul homogoblin = 66.800 …., dengan
diameter sekitar 6 x 10-7 cm. koloid dapat dibentuk dengan mendiskripsikan : padatan,
cairan atau gas. Semua kombinasi fasa tersebut dapat menghasilkan koloid kecuali gas
yang terdispersi dalam gas karena membentuk larutan gas sesungguhnya.

Menurut Syukri (1999 : 453-454) umumnya yang berdifusi cepat adalah zat berupa
Kristal sehingga disebut kristaloid. Contohnya NaCl dalam air. Akan tetapi istilah ini

1
tidak popular karena ada zat yang bukan Kristal berdifusi cepat, contohnya HCl dan
H2SO4 yang lambar berdifusi disebabkan oleh partikelnya mempunyai daya tarik
(perekat) satu sama lain, contohnya putih telur dalam air. Zat seperti ini disebut koloid
(bahasa Yunani : cola = perekat).

Perekat yang bergabung itu mungkin dalam bentuk molekul, ion atau atom. Contoh
agregat molekul adalah koloid belerang dan AS2S3 dalam air. Contoh atom adalah
koloid emas (sol emas). Yaitu gabungan atom-atom emas menjadi Kristal melalui
ikatan logam. Contoh agregat atom yang lain adalah sol platina dan perak, yang mirip
dengan sol emas. Contoh agregat ion adalah koloid Fe (OH) 3 berupa Kristal ion
berukuran koloid. Contoh koloid ion yang lain adalah koloid Al (OH)3 dan AgCl.

Kegunaan koloid banyak terdapat sestem koloid baik yang alami maupun buatan
manusia. Sistem itu ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan manusia.
Dengan pengetahuan tentang koloid, kita dapat menghindari atau mengurangi hal yang
merugikan, dan memanfaatkan atau menciptakan beberapa keuntungan koloid yang
digunakan.

- Mengurangi populasi udara


Gas buang pabrik yang mengandung asap dan partikel dapat diatasi dengan
menggunakan alat cottrel
- Pengumpulan lateks
Lateks adalah koloid karet dalam air, berupa sel beermuatan negative bila ditamba
ion positif lateks menggumpal dibentuk.
- Membantu pasien gagal ginjal
Dara mengandung banyak partikel koloid seperti sel dara merah, sel darah putih dan
antibiotic.

Menuru E. brady (1999 : 575) koloid juga disebut disperse koloidal adalah
campuran yang berada antara larutan sejati dan suspense. Dalam koloid seperti susu.
Partikel solutnya lebih besar dari pada partikel larutan tetapi lebih kecil dari partikel koloid
dibandingkan dengan ukuran medium partikel itu tersebar. Maka disini tak digunakan stilah

2
solute dan solien melainkan fase terdispensi dan medium pendispensi efek tyndall dan
gerak brown.

Bila berkas sinar dilewatkan melalui larutan atau cairan murni, maka batas berkas sinar
tidak terlihat bila dipandang dari sisi samping. Namun, bila berkas sinar tersebut
dilewatkan pada koloid, maka kita dapat melihat batas atau jalan sinar, efek atau gejala
tersebut disebut efek tyndall.

Efek tyndall teramati setiap hari dialam, contoh : kita melihat awan sebagai hasil
pembaruan sinar oleh partikel-partikel air koloid, yang mencegah sejumlah sinar jatuh
kepermukaan bumi.

 Penggolongan koloid
Dipandang dari kelarutannya, koloid dapat dibagi atas koloid dispersi dan koloid
asosiasi.
1. Koloid dispersi, yaitu kolid yang partikelnya tidak dapat larut secara individu dalam
medium, yang terjadi hanyalah penyebaran (dispersi) partikel tersebut. Yang
termaksud kelompok ini adalah koloid mikromolekul (protein dan plastik), agregat
molekul (koloid belerang) dan agregat atom (sol emas dan platina).
2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari dalam medium, contohnya koloid
Fe (OH)3. Senyawa ini larut dalam air menjadi ion Fe3+ dan OH- . jika larutan Fe3+
dan OH- dicampur sedemikian rupa sehingga berasosiasi membentuk Kristal yang
melayang-layang dalam air sebagai koloid.

Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda mungkin berupa gas, cair, atau
padat. Pengertian fasa disini tidak sama dengan wujud, karena ada wujud sama tetapi
fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila dikocok akan terlihat butiran
minyak dalam air. Butiran itu mepunyai fasa berbedan dengan air walaupun keduanya
cair. Oleh sebab itu, suatu koloid selalu mempunyai fasa terdispersi dan fasa
pendispersi. Fasa terdispersi mirip dengan zat terlarut, dan fasa pendispersi mirip
dengan pelarut pada suatu larutan.

Ditinjau dari interaksi fasa terdispersi dengan fasa pendispersi (medium), koloid dapat
pula dibagi atas koloid liofil dan liofob.

3
1. Koloid liofil, yaitu koloid yang suka berikatan denga stabil. Jika mediumnya air
disebut koloid hidrofil yaitu suka air, contohnya agar-agar dan tepung kanji
(amilum) dalam air.
2. Koloid liofob, yaitu koloid yang tidak menyukai mediumnya sehingga cenderung
memisah dan akibatnya tidak stabil. Bila mediumnya air, disebut koloid hidrofob
(tidak suka air) contohnya sol emas dan koloid Fe (OH)2 dalam air.

Koloid dapat berubah menjadi tidak koloid atau sebaliknya. Berdasarkan perubahan itu
ada koloid reversible dan irreversible.

1. Koloid ireversibel, yaitu koloid yang dapat berubah jadi tak koloid, dan kemudian
menjadi koloid kembali. Contohnya : air susu (koloid) bila dibiarkan akan
mengendap (tidak koloid) dan airnya terpisah, tetapi bila dikocok akan bercampur
seperti semula (koloid).
2. Koloid irreversible, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi koloid tidak dapat
menjadi koloid lagi. Contohnya : sol emas (Syukri, 1999 : 454-455).

4
D. Alat dan Bahan
- Table Alat

No Nama alat Kategori Gambar fungsi

Untuk mencampurkan larutan


1 Gelas kimia 1
garam dan susu

Tabung
2 1 Tempat bahan yang diendapkan
sentrifuge

Alat
3 2 Untuk mengendapkan larutan
sentrifuge

Kertas Untuk menyaring campuran


4 1
saring garam dan susu

Untuk menyinari campuran


5 Laser 1
garam dan susu

Tempat kertas saring dan


6 Corong 1 tempat penyaringan campuran
garam dan susu

5
Untuk mengukur volume
7 Gelas ukur 1
larutan garam dan susu

Batang Untuk mengaduk campuran


8 1
pengaduk agar larut dengan baik

Neraca Untuk menimbang tawas dan


9 2
analitik garam

Untuk membatasi waktu dalam


10 Stopwatch 1
mendiamkan larutan

Untuk mengambil garam dapur


11 Spatula 1
dan tawas

Untuk mengambil HCl pekat,


12 Pipet tetes 1
larutan garam dan tawas

Untuk meletakkan garam dapur


13 Kaca arloji 1
dan tawas pada saat menimbang

6
- Table Bahan

No Nama bahan Kategori Sifat fisik Sifat kimia


- Bisa didapat dari reaksi pH
nya netral NaOH dan HCl
- Ikatan ionic kuat (Na+) (Cl-)
- Rapuh (mudah hancur)
Garam dapur selisih elektronegatifnya
1 Umum - Larut dalam air (air laut)
(NaCl) lebih dari 2
- Asin
- Merupakan elektrolit kuat
karena terionisasi sempurna
pada air
- HCl akan berasap bila di
- Massa atom 36,45 udara lembab
- Massa jenis 3,21 g/cm3 - Gasnya berwarna kuning
o
- Titik leleh -10 C kehijauan dan berbau
- Energy terionisasi 1250 merangsang
2 HCl pekat Khusus
kj/mol - Dapat larut dalam alkali,
- Pada suhu kamar HCl hidroksida, kloroform dan
berbentuk gas yang tak eter
berwarna - Oksidator yang kuat
- Racun bagi pernafasan
- Tidak berwarna, tidak
- Mudah larut dalam air
3 Tawas Umum berbau
- Bersifat asam
- Berbentuk kursial
- Berwarn, berbau, berasa
manis
- Viskositas 1,5 20 cp Bj =
- pH susu = 6,7
4 Susu Umum 1,028
- mudah larut dalam air
- Titik bek 0,52oC
- Titik didih 1000,16oC dan
daya cerna baik
- bersifat padat
- sebagai pelarut yang baik
5 Kertas pH Umum - tidak berbau tetapi
- tidak mudah terbakar
berwarna
- tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa - sebagai pelarut yang baik
6 Aquadest Umum
- titik lebur 0oC dan - tidak mudah terbakar
o
- titik didih 100 C

7
E. Prosedur kerja
1. Larutan garam (campuran A)

10 gram garam

Memasukkan campuran sebanyak 20 mL


Melarutkan 10 gram garam dapur dengan
kedalam gelas kimia 200 mL
100 mL aquadest kedalam gelas kimia 500
Menambahkan tawas satu gram
mL
Mendiamkan selama 20 menit
Menyinari campuran dengan lampu senter
Mengamati perubahan yang terjadi
kemudian mengamati jalannya sinar

Memasukkan 20 mL campuran kedalam


gelas ukur dan menyaring dengan kertas
saring. Kemudian mengamati filtrate yang
dipeoleh
Memasukkan campuran kedalam tabung
sentrifuge hingga terisi duapertiganya

Melakukan sentrifuge selama 15 menit


dengan kecepatan 2000 rPm. Kemudian
mengamati perubahan yang terjadi pada
campuran

Mengukur pH campuran sebanyak dua


satuan dengan cara menambahkan HCl
pekat. Kemudian mengamati hingga terjadi
perubahan

pH sebelum: 5 Tidak terjadi


gumpalan
pH sesudah: 3

8
- Susu cair (campuran B)

10 gram garam

Menyiapkan 100 mL sus cair

Menyinari campuran dengan lampu senter


kemudian mengamati jalannya sinar
Memasukkan 20 mL campuran kedalam
gelas ukur dan menyaring dengan kertas
saring. Kemudian mengamati filtrate yang
dipeoleh
Memasukkan campuran kedalam tabung
sentrifuge hingga terisi duapertiganya

Melakukan sentrifuge selama 15 menit


dengan kecepatan 2000 rPm. Kemudian
mengamati perubahan yang terjadi pada
campuran
Mengukur pH campuran sebanyak dua
satuan dengan cara menambahkan HCl
pekat. Kemudian mengamati hingga terjadi
perubahan

pH sebelum: 6 Terjadi
gumpalan
pH sesudah: 5
(koagulasi)

9
Memasukkan campuran sebanyak 20 mL
Perlakuan Campuran A (garam) Campuran B (susu)
kedalam gelas kimia 200 mL

Penyinaran dengan Meneruskam cahaya (tembus Menambahkan


Menghamburkantawas satu gram
cahaya (tidak
lampu senter atau laser cahaya) tembus cahaya)
Mendiamkan selama 20 menit
Mengamati perubahan yang terjadi
Penyaringan : stabil Penyaringan : tidak stabil
Penyaringan (kertas
Filtrate : larutan jernih Filtrate : larutan putih
saring)
Risidu : - Residu : -

Larutan jernih dan tidak


Sentrifuge Larutan terdapat endapan
terdapat endapan

pH sebelum : 6 pH sebelum : 6
Penambahan HCl pekat
pH sesudah : 2 pH sesudah : 5

Penambahan tawas Tidak terjadi gumpalan Terjadi gumpalan (koagulasi)


Hasil pengamatan

10
Pembahasan

koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel
zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium zat
lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang
menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium pendispersi.

Koloid juga disebut disperse koloidal adalah campuran yang berada antara larutan
sejati dan suspense. Dalam koloid seperti susu, partikel solutnya lebih besar dari pada
partikel larutan tetapi lebih kecil dari partikel itu tersebar. Maka disini tak digunakan solute
dan solien melainkan fase terdispernsi dan medium pendispernsi efek tyndall dan gerak
brown.

Pada praktikum kali ini membahas beberapa sifat koloid. Percobaan pertama kami
melakukan penyinaran dengan lampu senter atau laser. dalam hal ini, pada campuran A
(garam) partikel cahaya diteruskan sedangkan pada campuran B (susu) partikel di
hamburkan, hal ini dikarenakan campuran B merupakan larutan koloid yang partikelnya
lebih besar sehingga sinarnya memantulkan kesegala arah peristiwa ini dinamakan dengan
efek tyndall.

Percobaan berikutnya yaitu memasukkan campuran kedalam gelas ukur dan


menyaringnya menggunakan kertas saring. Pada campuran A terdapat sedikit residu warna
filtrasi lebih jernih dan pada campuran B terdapat residu yang lebih terlihat oleh kasat
mata, filtrasi menjadi lebih. Hal ini dikarenakan partikel campuran lebih cair dari
sebelumnya dan volume pun lebih sedikit. Pada penyaringan yang dilakukan, terlihat jelas
bahwa campuran A lebih cepat tersaring dari pada campuran B. Hal ini disebabkan karena
adanya gaya berat partikel –partikel koloid yang terdapat pada larutan susu tersebut. Pada
larutan garam, terdapat sedikit residu ketika larutan tersebut disaring dengan kertas saring.
Hal ini disebabkan karena garam telah bercampur secara homogen dengan pelarutnya yaitu
aquades.

Selanjutnya percobaan dengan sentrifuge. Untuk campuran A mengalami perubahan


yaitu larutan terlihat lebih jernih dan tidak terdapat endapan. Sedangkan pada campuran B

11
larutan terdapat endapan , supernatan terpisah dengan residu, supernatan permukaannya
diatas,  residu dibawah.

Kemudian percobaan selanjutnya yaitu dengan penambahan HCl pekat. Campuran


A sebelum ditambah HCl mempunyai kadar PH 5 setelah ditambah dengan HCl pekat, pH
campuran A menjadi 2. Sedangkan campuran B sebelum ditambah HCl pekat mempunyai
kadar pH 6 dan setelah ditambah dengan HCl pekat, pH menjadi 5.

Percobaan terakhir yaitu penambahan tawas. Untuk campuran A tidak terlalu


banyak mengalami perubahan, sedangkan untuk campuran B  terdapat gumpalan-gumpalan
di dinding gelas ukur dan campuran menjadi lebih kental. Hal ini disebabkan karena
terjadinya sifat koagulasi atau penggumpalan karena tawas menggumpalkan partikel dari
susu.

12
Kesimpulan

Dari semua percobaan yang telah dicoba dapat diketahui bahwa campuran B (susu
cair) merupakan koloid sedangkan campuran A (garam dapur) bukan koloid. Kimia koloid /
system koloid adalah suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar. Adapun koloid mempunyai
banyak sifat diantaranya efek tyndall, gerak brown, adsorpsi, elektroforesis, koagulasi,
koloid pelindung dan dialysis. Hasil dari percobaan yang telah diuji ada beberapa yang
mengalami perubaan sifat koloid dan dari sampel percobaan susu merupakan koloid
sedangkan garam dapur bukan koloid.

13
Daftar pustaka

Bredy, james. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi kelima. Jakarta :
Binarupa aksara
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2016. Kimia Dasar. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB

14
Tugas pasca praktikum

15

Anda mungkin juga menyukai