Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

NAMA/NIM : ABD. WAHID RIZALDI AKILI / 441416003


KELAS :A
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KIMIA
JUDUL PERCOBAAN : ARGENTOMETRI
KELOMPOK : I (SATU)
REKAN KERJA :
1. IVANI K. SUTENO
2. SARTIKA PANUE

JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
2017
PERCOBAAN VII
A. Judul
Argentometri
B. Tujuan
Mahasiswa mampu menentukan kadar NaCl dalam garam dapur dengan menggunakan
metode Mohr
C. Dasar Teori
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan
endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan yang cepat
mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
menggangu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Titrasi pengendapan
atau argentometri didasarkan atas terjadinya pengendapan kuantitatif, yang dilakukan dengan
penambahan larutan pengukur yang diketahui kadarnya pada larutan senyawa yang hendak
titrasi [1].
Titrasi pengendapan tidak terlampau banyak digunakan dibandingkan dengan titrasi-
titrasi redoks atau asam basa. Hal ini disebabkan tidak adanya indikator-indikator yang sesuai
untuk menentukan titik akhir titrasi. Umumnya titrasi pengendapan terjadi pada reaksi-reaksi
antara kation Ag+ dengan anion-anion halida, tiosianat dan sianida. Pereaksi pengendap yang
banyak digunakan dalam titrasi pengendapan adalah perak nitrat, yang dikenal dengan titrasi
argentometri.Setiap reaksi pengendapan yang berlangsung cepat dan tersedianya indikator
merupakan dasar titrasi pengendapan. Akan tetapi hanya sedikit reaksi pengendapan yang
berlangsung cukup cepat. Juga sedikit indikator yang memenuhi syarat untuk titrasi
pengendapan. Suatu reaksi pengendapan berlangsung berkesudahan bila endapan yang
terbentuk mempunyai kelarutan yang cukup kecil. Pada titik ekivalensi akan terjadi
perubahan yang cukup besar dari konsentrasi yang dititrasi [2].
Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam argentum nitrat
(AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO3 digunakan
untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis garam ini dengan
ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu senyawa
kompleks. Argentometri merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis dengan
menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida
(Cl-, Br-, I-). Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
dan senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana
tertentu. Metode argentometri disebut juga metode pengendapan karena pada argentometri
memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan.
Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan sistem pengendapan.
Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion halogen, ion perak, ion
tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh larutan standardnya. Titrasi
argentometri terbagi menjadi beberapa metode penetapan disesuaikan dengan indicator yang
diperlukan dalam penetapan kadar yaitu beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu
metode Mohr, metode Volhard, metode K.Fajans, dan metode Leibig [3].
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan
dapat ditentukan. Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis secara
titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi.
Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh.
Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan
berlangsung sempurna . Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan harus cukup kecil
sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen. Reaksi
samping tidak boleh terjadi demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan pemakaian cara ini
disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan
tipe indikator yang digunakan untuk melihat titik akhir [4].
Dalam titrasi pengendapan dikenal tiga metode yaitu (1) metode Mohr Yang didasarkan
pada pembentukan endapan yang berwarna, (2) metode volhard yang didasarkan pada
pembentukan larutan senyawa kompleks dan (3) metode Fajans yang didasarkan pada
penyerapan indikator berwarna oleh endapan pada titik ekivalen. Metode Fajans
menggunakan senyawa organik yang dapat diserap (adsorpsi) pada permukaan endapan yang
terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pendeteksian titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi akan mudah teramati bila penambahan
sedikit titran menyebabkan perubahan besar pAg. Oleh karena itu diperhatikan varibel-
variabel yang dapat menyebabkan perubahan besar pAg : konsentrasi, semakin kecil
konsentrasi analit dan titran, semakin kecil pula rentang penurunan pAg pada titik ekivalen.
Kelarutan, semakin kecil harga Ksp, semakin besar rentang perubahan pAg dekat titik
ekivalen [2].

Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai
indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik
ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan
membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam adalah dengan
menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan. Untuk larutan yang alkalis,
diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah sedikit berlebihan CaCO3. Kerugian
metode Mohr adalah : bromida dan klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metoda Mohr
akan tetapi untuk iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena
endapan perak iodida atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat, sehingga
memberikan titik akhir yang kacau; adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga
akan mengendap; titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer; ion-ion
yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang rendah sehingga
penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk membebaskan ion
yang terjebak tadi.
Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan penambahan amilum
dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan hilang pada saat titk akhir dan
warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI) akan muncul [5].
Metode Valhad
Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl-, Br -, dan I- dengan penambahan larutan
standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk
menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar
berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang
digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe 3+
membentuk warna merah darah dari FeSCN [6].
D. Alat dan Bahan
1. Alat
N
Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
o

Untuk membuat,menyimpan
Labu Takar
1 1 dan mengencerkan larutan
100 mL
dengan ketelitian yang tinggi.

Sebagai wadah unuk


mereaksikan suatu zat kimia
2 Erlenmeyer 1 dalam skala yang cukup besar
dan sebagai wadah dalam
proses titrasi.
Sebagai tempat untuk
menyimpan dan meletakkan
larutan. Gelas Piala memiliki
Gelas Piala
3 1 takaran namun jarang bahkan
100 mL
tidak diperbolehkan untuk
mengukur volume suatu zat
cair.
Untuk mengocok atau
Batang mengaduk suatu larutan.
4 1
Pengaduk

Corong digunakan untuk


memasukan atau memindah
5 Corong 1
larutan dari satu tempat ke
tempat lain
Menempatkan larutan tertentu
Statif dan yang akan digunakan untuk
6 1
klem titrasi dan juga merupakan alat
ukur
Spatula digunakan Untuk
mengambil bahan-bahan kimia
7 Spatula 1
dalam bentuk padatan,
misalnya dalam bentuk kristal.
Untuk meneteskan bahan atau
8 Pipet Tetes 1 cairan dengan volume yang
kecil.

9 Buret 1 Digunakan untuk meneteskan


sejumlah larutan yang sangat
teliti, tepat terukur, volume
variable dan biasa digunakan
pada metode titrasi atau
volumetri

10 Gelas Ukur 1 Untuk mengukur sampel

Neraca Untuk menimbang zat yang


11 2
Analitik akan digunakan

Untuk wadah zat yang akan


12 Kaca Arloji 1
ditimbang

2. Bahan
Nama
No Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
Bahan
1 Aquadest Umum - Merupakan - Memilki
pelarut universal keelektronegatifan
- Memiliki warna yang lebih kuat
yang bening daripada hydrogen
- Berat molekul: - Merupakan senyawa
18,0153 gr/m yang polar
- Titik leleh 00C - Memiliki ikatan van
Titik didih 1000C der waals dan ikatan
- Berat jenis 0,998 hydrogen
gr/cm3 - Dapat membentuk
- Memiliki gaya azeotrop dengan
adhesi yang kuat pelarut lainnya
- Dapat dipisahkan
dengan elektrolisis
menjadi oksigen dan
hydrogen
- Dibentuk sebagai
hasil samping dari
pembakaran
senyawa yang
mengandung
hidrogen
2 Garam Umum - Mudah hancur - Bisa didapat dari
dapur - Larut dalam air reaksi NaOH dan
- Tidak bisa HCl sehingga pH-
melewati selaput nya netral
semipermeable - Ikatan ionic kuat
(Na+) + (Cl-) selisaih
kelektronegatifannya
lebih dari 2
- Merupakan elektrolit
kuat karena
terionisasi dengan
sempurna pada air.
3 Indikator - Titik lebur 917˚C - Pereaksi analis dan
Khusus
K2CrO4 - Berbentuk untuk pigmen
padatan, berwarna - Mudah bereaksi
kuning dengan air
- Densitas pada - Larutan basa,
suhu 20˚C 1.9 beracun, dapat
kg/L diisolasi.
4 AgNO3 Khusus - Padatan Kristal - Larut dalam air dan
dan tidak merupakan garam
berwarna - Oksidator kuat
- Titik leleh: 59°C, - Dapat diisolasi dan
titik didih: 97°C, beracun.
- Densitas :
1,82kg/L
5 NaCl Khusus - Titik lebur, 1 - Dengan perak nitrat
atm : 800, 40 oC, membentuk endapan
Titik didih, 1 perak klorida
atm : 14130 oC - Dengan timbal asetat
- Densitas : 1,13 membentuk endapan
gr/ml, Energi putih timbal klorida
bebas Gibbs
(25°C) : -201.320
kj/mol

E. Prosedur Kerja
1. Penentuan NaCl dalam garam dapur (Cara Mohr)
Garam dapur
- Menimbang ± 1 gram
- Melarutkan dengan air suling
- Memasukkan kedalam labu takar 100 mL
- Mengambil 25 mL menggunakan pipet tetes
- Memasukkan kedalam Erlenmeyer
- Menambahkan indicator K2CrO4 5 %
- Menitrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah diketahui
molaritasnya sampai terjadi perubahan warna dari endapan putih
menjadi endapan merah
- Menghitung kadar NaCl

Volume titran
Kadar NaCl

F. Hasil Pengamatan dan Perhitungan


1. Hasil Pengamatan
Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara Mohr

Perlakuan Hasil Pengamatan


Menimbang garam dapur seberat 1.0167 Berat garam dapur 1.0107
Melarutkan dengan aquadest sampai Larutan NaCl 100 mL
volume 100 mL
Mengambil 5 mL larutan NaCl lalu Larutan berubah warna menjadi bening
menambahkan indikator K2CrO4 3 tetes
Menitrasi dengan AgNO3 0.1 M hingga Terbentuk endapan putih AgCl volume
terbentuk endapan putih lalu mencatat AgNO3 1 mL
volume AgNO3
Melanjutkan titrasi sampei terbentuk Terbentuk endapan merah, volume AgNO3
endapan merah, lalu mencatat volume 7.1 mL
AgNO3 yang digunakan
Melakukan titrasi duplo Endapan putih = 0.9 mL, endapan merah
6.9 mL

2. Perhitungan
Dik: massa NaCl = 1.0107 gr
massa NaCl 1.0107 gr
Mol NaCl= =0.0173 mol
Mr NaCl 58.433 gr /mol
Volume larutan NaCl = 5 mL = 0.005 L
( 1.0+7.1 ) ml + ( 0.9+6.9 ) mL
Volume AgNO3 = = 7.95 mL = 0.00795 L
2
[AgNO3] = 0.1 M
Dit: Kadar NaCl dalam garam dapur?
Penye:
( V AgNO 3 ) ( M AgNO 3 )( Mr NaCl ) (fak pengenceran)
Kadar NaCl = x 100%
massa sampel
n gr
= (
( 0.00796 L ) 0.1
L )(
58.433
mol )
( 25/5)
x 100%
1.0107 gr
= 23.01%
G. Pembahasan

Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi pengendapan dengan


menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat juga diartikan sebagai cara pengendapan
atau pengendapan kadar ion halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya
endapan dan zat uji dengan titran AgNO3. Dalam praktikum ini, kita akan menentukan kadar
NaCl dalam sampel garam menggunakan metode argentometri cara Mohr.

Garam dapur ditimbang seberat 1.0107 gr lalu dilarutkan kedalam 100 mL aquadest lalu
diambil 5 mL untuk dititrasi dengan AgNO3 0.1 M dengan menggunakan indikator K2CrO4.
Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa
digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka
ion kromat menjadi ion bikromat dengan reaksi :

2 CrO42- + 2 H+ ↔ Cr2O72- + H2O

Pemilihan indikator untuk titrasi ini dilihat juga dari kelarutan. Ion Cl - lebih dulu bereaksi
daripada ion CrO42-, kemungkinan karena perbedaan keelektronegatifan Ag+ dan Cl- lebih
besar dibandingkan Ag+ dan CrO42-. Selain itu ion Cl- jika bereaksi dengan Ag+ akan lebih
mengendap karena kelarutannya adalah Ksp AgCl = 1,82 x 10-10 , berdasarkan reaksi maka :

Ksp AgCl = S2

S = √ Ksp = √ 1.82 x 10−10 = 1.35 x 10-5 M

Sedangkan kelarutan ion kromat (Ksp K2CrO4 = 1,1 x 10-12) adalah :

Ksp = 4S3
Ksp 3 1,1 x 10−12
S=

3

4
=
√ 4
= 0.275 x 10-4 M

Larutan NaCl yang telah ditambahkan indikator akan berubah warna menjadi kuning, lalu
kemudian dititrasi dengan AgNO3 0.1 M. Pada volume AgNO3 0.1 M sebanyak 1 mL
terbentuk endapan putih yakni endapan AgCl dengan reaki:

NaCl(aq) + AgNO3(aq) → AgCl(s) + NaNO3

Setelah terbentuk endapan putih, titrasi kembali dilanjutkan sampai terbentuk endapan
merah pada larutan, endapan merah ini adalah endapan Ag2CrO4 yang terbentuk setelah
penambahan 8.1 mL AgNO3. Setalah semua Cl- habis bereaksi dengan Ag+ kemudian Ag+
bereaksi dengan ion kromat. Reaksi yang terjadi adalah

CrO42-(aq) + 2Ag+(aq) →Ag2CrO4(s)

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, kadar NaCl = dalam garam dapur sebesar 23.01
%
DAFTAR PUSTAKA

1. Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.


2. Lukum, P.A.,2005, Dasar-dasar Kimia Analitik,Gorontalo,Universitas Negeri Gorontalo.
3. Day, J,D, Underwod, 1988, Analisis Kimia Kualitatif (edisi keempat), Jakarta : Erlangga.
4. Underwood, 1986., Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima, Jakarta, Erlangga.
5. Vogel, & G, Svehla,(1985) Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan
Semimikro (terjemahan setiono), Jakarta: PT, Kalman Media Pustaka.
6. Salsabila. 2014. Metode Volhard. http://sabila-chemistry-education-2011.blogspot.co.id.
Diakses pada 19 November 2017
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai