Anda di halaman 1dari 21

A.

Latar Belakang

Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ). Walaupun sebab utama

penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang

mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka

akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.

Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap

kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan

oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom

nefrotik), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan kwarshiorkor melalui asuhan


keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan konsep dan penatalaksanaan yang meliputi definisi,


patofisiologi,fokus pengkajian, masalah keperawatan dan fokus intervensi pada
klien kwarshiorkor

b. Menguraikan asuhan keperawatan klien dengan kwarshiorkor yang meliputi


pengkajian, analisa, data, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
 BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Definisi kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi

protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi

kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari

gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa

karakteristik berupa edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.

Penyakit ini merupakan bentuk malnutrisi paling banyak didapatkan di dunia ini, pada

dewasa ini,terutama sekali pada wilayah-wilayah yang masih terkebelakangan bidang

industrinya.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Cicely D. Williams pada rangkaian

saintifik internasional melalui artikelnya Lancet 1935 (1,9). Beliau pada tahun 1933

melukiskan suatu sindrom tersebut berhubungan dengan defisiensi dari nutrien apa.

Akhirnya baru diketahui defisiensi protein menjadi penyebabnya.

Walaupun sebab utama penyakit ini ialah defisiensi protein, tetapi karena biasanya

bahan makanan yang dimakan itu juga kurang mengandung nutrien lainnya, maka

defisiensi protein disertai defisiensi kalori sehingga sering penderita menunjukkan baik

gejala kwashiorkor maupun marasmus.

B. Etiologi 

Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun ,namun dapat pula

terjadi pada bayi .Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai

komplikasi dari parasit atau infeksi lain.

Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor adalah

menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau tidak
seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih ,kwashiorkor dapat muncul bahkan ketika

kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi kebiasaan adat atau

ketidak tahuan (kurang nya edukasi) yang menyebabkan penyimpangan keseimbangan

nutrisi yang baik.

Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain memepersulit pola-

pola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama malnutrisi protein disebabkan oleh

kekurangan pemasukan protein yang mempunyai nilai biologik yang baik.Bisa juga

terdapat gangguan penyerapan protein,misalnya yang dijumpai pada keadaan diare

kronik,kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria (nefrosis),

infeksi,perdarahan atau luka-luka bakar serta kegagalan melakukan sintesis protein ,

seperti yanga didapatkan pula pada penyakit hati yang kronis.

C. Patologi

Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan

gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok.

Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang berlebihan,

karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya.

Namun, kekurangan protein dalam dietnya akan menimbulkan kekurangan berbagai asam

amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.

Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan

meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut

akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan

penyebabnya kurang pembentukan albumin oleh hepar, sehingga kemudian timbul

edema.
Perlemakan hati disebabkan gangguan pembentukan lipoproteinbeta sehingga

transportasi lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi

akumulasi lemak dalam hepar.

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi dini pada kwashiorkor cukup samar-samar mencakup letargi,apati, dan

iritabilitas. Manifestasi lanjut yang berkembang dapat berupa pertumbuhan yang tidak

memadai, kurangnya stamina, hilangnya jaringan otot, menjadi lebih peka terhadap

serangan infeksi dan edema. Nafsu makan berkurang ,jaringan bawah kulit mengendor

dan lembek serta ketegangan otot menghilang. Pembesaran hati dapat terjadi secra dini

atau kalau sudah lanjut, infiltrasi lemak lazim ditemukan. Edema biasanya terjadi secara

dini,kegagalan mencapai penambahan BB ini dapat terselubungi oleh edema yang

terjadi ,yang kerap kali telah terdapat pada organ-organ dalam,sebelum ia dapat terlihat

pada muka dan anggota gerak.

1. Wujud Umum

Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas,

adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face

dari akibat terjadinya edema.

2. Retardasi Pertumbuhan

Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan

juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.

3. Perubahan Mental

Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa

menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
4. Edema

Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya

bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding

kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.

5. Kelainan Rambut

Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun

warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah

tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak

kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata

menjadi panjang.

6. Kelainan Kulit

Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih

mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada

sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit

kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih

atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering

mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan

oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha,

lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak

kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam.

Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak

mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.

7. Kelainan Gigi dan Tulang

Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan

hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.


8. Kelainan Hati

Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir

semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda

fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat

defisiensi faktor lipotropik.

9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit

lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai

anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk

pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan

dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan

defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan

gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas

seluler, dan gangguan sistem komplimen.

10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain

Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus

halus terjadi perlemakan.

11. Kelainan Jantung

Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan

hipokalemi dan hipmagnesemia.

12. Kelainan Gastrointestinal

Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang

demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya

dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita

(5,6). Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus,
intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi

laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konyugasi hati,

defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus. Dermatitis juga lazim

ditemukan.Penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat yang mengalami

iritasi,namun tidak pada daerah-daerah yang terkena sinar matahari.. Rambutnya

biasanya jarang dan halu-halus serta kehilangan elastisitasnya. Pada anak-anak yang

berambut gelap dapat terlihat jalur-jalur rambut berwarna merah atau abu-abu.Otot-

otonya tampak lemah dan atrofi,tetapi sesekali dapat ditemukan lemak dibawah kulit

yang berlebihan.
E. PATHWAYS

Sosial ekonomi Malabsorbsi, Kegagalan melakukan


rendah infeksi anoreksia sintetis protein dan kalori

Intake kurang
dari kebutuhan

Defisiensi protein Kerusakan gigi


dan kalori, kalsium

Hilangnya lemak Daya tahan Asam amino esensial Kurang


dibantalan kulit tubuh menurun menurun dan produksi pengetahuan
albumin menurun

Turgor kulit menurun Keadaan umum


dan keriput lemah Atrofi/pengecilan
otot

Kerusakan Resiko infeksi


integritas kulit Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan
resiko infeksi
saluran pencernaan

Anoreksia, diare

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
F. Fokus Pengkajian

Pengkajian

1. Identitas Pasien

Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku/bangsa,

golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa

medis, alamat. Kwashiorkor paling seringnya pada usia antara 1 – 4 tahun, namun

dapat pula terjadi pada bayi.

2. Riwayat sakit dan Kesehatan

Keluhan utama:

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan

(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan

keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

3. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan (BB < 80%

dari BB normal seusianya), bengkak, serta mengalami keterbelakangan mental yaitu

apatis dan rewel. Pada anak kwarshiorkor juga mengalami penurunan nafsu makan

ringan sampai berat.

4. Riwayat Peri natal


a. Tahap Prenatal:
Hal yang dikaji adalah terkait asupan nutrisi pada ibu selama kehamilan.
Kekurangan nutrisi pada ibu selama kehamilan jugan memungkinkan anak juga
akan mengalami malnutrisi. Setelah itu, infeksi yang mungkin dapat timbul pada
ibu dan menyalur ke anak dan menjadi infeksi kronis bagi anak.
b. Tahap Intranatal:
Hal yang dikaji adalah proses selama persalinan. Bayi mungkin dapat lahir dengan
berat badan rendah, dan karena pengetahuan ibu yang kurang sehingga
kwarshiorkor dapat timbul saat bayi.
c. Tahap Post natal
Hal yang dikaji adalah asupan nutrisi seperti pemberian ASI eksklusif dan
pemberian nutrisi setelah asi eksklusif. Beberapa ibu terkadang tidak memberikan
asi eksklsif pada bayinya setelah melahirkan. Hal ini beresiko anak mengalami
malnutrisi.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
kwarshiorkor. Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetik yang dapat
menyebabkan kwarshiorkor. Penyebab kwarshiorkor dikaitkan dengan asupan nutrisi
yang tidak adekuat.
6. Pengkajian Psikososial :
Ibu dengan anak yang menderita kwarshiorkor dapat mengalami cemas dikarenakan
penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta anak yang sering rewel.
7. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas:
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi. Anak dapat terkena
kwarshiorkor dikarenakan infeksi yang kronik misalnya diare yang membuatnya
mengalami gangguan penyerapan protein.
8. Riwayat nutrisi :
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi protein.
Ana juga kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral penting yang
diperlukan tubuh. Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah seperti Ferum,
vitamin B kompleks (B12, folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk pertumbuhan
mata.
9. Riwayat pertumbuhan perkembangan :
a) Anak yang menderita kwarshiorkor mengalami keterlambatn pertumubuhan akibat
defisiensi protein dan gangguan penglihatan
b) Kecerdasan anak dengan kwarshiorkor juga akan menurun akibat keterbelakangan
pertumbuhan dan perkembangan
c) Anak CP yang mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat gangguan
nutrisi sehingga intake nutrisi semakin berkurang
Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon:
1. Persepsi kesehatan dan Pola manajemen
Orang tua pasien mengetahui bahwa anaknya mengalami gangguan malnutrisi atau
kwarshiorkor namun tidak mengetahui perawatan pada anak dan bagaiamana
mengasuh anak yang menderita kwarshiorkor.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami defisiensi nutrisi seperti protein,
karbohidrat, lemak, dan mineral yang penting untuk tubuh.metabolisme akan
terganggu akibat zat – zat yang tidak tersedia, contohnya adalah pembesaran hati
karena kekurangan asam amino.
3. Pola eliminasi
Pasien dapat memiliki gangguan gastrointestinal seperti diare dan anoreksia. Diare
dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu infeksi dapa saluran cerna, intoleransi laktosa, dan
malabsorbsi lemak
4. Pola aktivitas dan latihan
Anak akan mengalami gangguan aktivitas akibat status mental yang apatis dan rewel.
Aktifitas jugan akan terganggu akibat udem yang ada pada ekstremitas, serta
penurunan fungsi otot.
5. Pola istirahat dan tidur
Anak akan mengalami gangguan tidur akibat edema.
6. Pola persepsi dan kognitif
Anak akan mengalami gangguan kgonitif akibat asupan nutrisi yang kurang,
keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan serta gangguan penglihatan akibat
defisiensi vitamin A.
7. Pola konsep diri
Anak akan merasa malu untuk berkomunikasi dengan dunia luar akibat gangguan
penglihatan dan ketidaknormalan tubunhnya.
8. Pola peran dan hubungan
Hubungan sosial anak dengan dunia luar akan terhambat akibat keterbelakangan
mental dan gangguan pertumbuhan yang dirasakan.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien tidak mengalami kelainan apapun.
10. Pola keyakinan dan nilai
Keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien
G. Masalah Keperawatan
1. Kerusakan Integritas kulit b.d Faktor mekanik (mis, daya gesek, tekanan)
Definisi : kerusakan pada epidermis dan/aatau dermis
Batasan karakteristik
 Benda asing menusuk permukaan kulit
 Kerusakan integritas kulit
Faktor yang berhubungan
Eksternal
 Agens farmaseutikal
 Cedera kimiawi kulit (mis, luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens mystard)
 Faktor mekanik (mis, daya gesek, tekanan, imobilitas fisik)
 Hipertermia
 Hipotermia
 Kelembapan
 Lembap
 Terapi radiasi
 Usia ekstrem
Internal
 Gangguan metabolisme
 Gangguan pigmentasi
 Gangguan sensasi (akibat cedera medula spinalis, diabetes militus,dll)
 Gangguan sirkulasi
 Gangguan turgor kulit
 Gangguan volume cairan
 Imunodefisiensi
 Nutrisi tidak adekuat
 Perubahan hormonal
 Tekanan pada tonjolan tulang
2. Resiko infeksi
Definisi: mengalami peningkatan resiko terserang organisme patoganik.
Faktor faktor resiko
 Pengetahuan yang tidak cukup untuk menhindari pemanjaan patogen
 Ketidak adekuatan pertahanan sekunder
- Penurunan hemoglobin
- Imunosupresi (mis, imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal
termasuk imunosupresan, steroid, antibodi moniklonal, imunomudalator)
- Supresi respon inflamasi
 Vaksinasi tidak adekuat
 Pemajaan terhadap patogen meningkat
 Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
- Gangguan peristaltis
- Kerusakan intergrigas kulit
- Perubahan sekresi Ph
- Penurunan kera siliaris
- Pecah ketuban dini
- Merokok
- Statis cairan tubuh
- Jaringan

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan

Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

Batasan karakteristik

 Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal

 Bising usus hiperaktif

 Cepat kenyang setelah makan

 Diare

 Gangguan sensasi rasa

 Kehilangan rambut berlebihan

 Kelemahan otot mengunyah

 Kelemahan otot untuk menelan

 Kram abdomen
 Kurang informasi

 Kurang minat pada makanan

 Nyeri abdomen

 Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat

Faktor yang berhubungan

 Faktor biologis

 Faktor ekonomi

 Gangguan psikososial

 Ketidakmampuan makan

 Ketidakmampuan mencerna makanan

 Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

 Kurang asupan makanan

4. Risiko keterlambatan perkembangan


Definisi : rentan mengalami keterlambatan 25% atau lebih pada satu atau lebih area
sosial atau perilaku regulasi-diri, atau keterampilan kognitif, bahasa, motorik kasar
atau halus, yang dapat mengganggu kesehatan
Faktor resiko
Prenatal
 Asuhan prenatal tidak adekuat
 Buta huruf
 Gangguan endokrin
 Gangguan genetik
 Infeksi
 Kehamilan yang tidak diinginkan
 Kehamilan yang tidak direncanakan
 Kemiskinan
 Nutrisi tidak adekuat
 Penyalahgunaan zat
 Perawatan prenatal yang telat
Individual
 Bencana alam
 Bergantung pada tekniligi (mis, ventilator, komunikasi dengan alat bantu
 Cedera otak (mis, penganiayaan, kecelakaan, sindrom bayi diguncang, hemoragi)
 Gangguan genetik
 Gangguan kejang
 Gangguan pendengaran
 Gangguan penglihatan
 Gangguan perilaku (mis, defisit perhatian, perilaku, menantang)
 Kegagalan untuk tumbuh
 Nutrisi tidak adekuat
Lingkungan
 Kemiskinan
 Pemajanan pada perilaku kekerasan
Pemberi asuhan
 Kesulitan belajar masalah kesehatan mental
 penganiayaan
5. Kerusakan gigi
Definisi : gangguan perkembangan gigi atau pola erupsi atau integritas struktural gigi
individu
Batasan Karakteristik
 Abrasi gigi
 Erupsi inkomplit pada lansia
 Gigi goyang
 Gigi ompong
 Gigi primer lepas sebelum waktunya
 Gigi tidak sejajar
 Halitosis (mulut bau)
 Kalkulus yang berlebihan
 Karies gigi
 Karies radiks gigi
 Maloklusi
 Pengikisan email gigi
 Perubahan warna email gigi
 Plak yang berlebihan
 Sakit gigi
 Wajah asimetris
Faktor yang berhubungan
 Agens farmaseutikal
 Asupan klorida yang berlebihan
 Bruksisme
 Hambatan untuk perawatan diri
 Kebiasaan diet tidak adekuat
 Kebiasaan konsumsi zat yang mewarnai gigi (mis, kopi,teh,anggur
merah,tembakau)
 Kendala ekonomi
 Kurang akses keperawatan profesional
 Kurang hygiene oral
 Kurang pengetahuan mengenai kesehatan
 Malnutrisi
 Muntah kronis
 Pengguna agens pembersih gigi aprasis berlebihan
 Predisposisi genetik
 Sensitifitas suhu oral

H. Fokus Intervensi

1. Kerusakan Integritas kulit b.d Faktor mekanik (mis, daya gesek, tekanan)
NOC atau tujuan
Tidak terjadi gangguan integritas kulit pada pasien.
NIC atau intervensi
 Obervasi adanya kemerahan, pucat, ekskoriasi.
R : Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan
pengobatan dan perawatan lebih intensif.
 Gunakan krim kulit 2 kali sehari setelah mandi, pijat kulit, khususnya di
daerah di atas penonjolan tulang.
R : Melicinkan kulit dan menurunkan gatal. Pemijatan sirkulasi pada kulit,
dapat meningkatkan tonus kulit.
 Lakukan perubahan posisi sering.
R : Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama
pada jaringan.
 Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat.
R : Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit.

2. Resiko Infeksi
NOC atau tujuan
Pasien akan menunjukkan bebas tanda infeksi/inflamasi, drainase purulen,eritema dan
edema.
NIC atau intervensi
 Awasi TTV. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental,
meningkatkan nyeri abdomen.
R : Dugaan adanya infeksi.

 Lakukan pencucian tangan yang benar dalam perawatan pasien.


R : Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
 Berikan informasi yang tepat, jujur, dan jelas pada pasien atau orang terdekat.
R : Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosional,
membantu menurunkan ansietas.
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R : Mencegah dan menurunkan penyebaran bakteri di rongga abdomen.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


NOC ataun tujuan
kebetuhan nutrisi pasien adekuat.
NIC atau intervensi
 Kaji antropometri.
R : Untuk menentukan berat badan, osteometri dan resiko berat berlemak, kurus.
 Kaji pola makan klien.
R : Untuk mengetahui kebiasaan makan klien.
 Berikan intake makan tinggi potein, kalori, mineral, dan vitamin.
R : Untuk mempertahankan berat badan, kebutuhan memenuhi metabolik dan
meningkatkan penyembuhan
 Timbang berat badan.
R : Untuk menentukan diet dan menetahui keefektifan terapi.
 Tingkat pemberian ASI dengan pemasukan nutrisi yang adekuat pada ibu
R : Pemberian ASI yang adekuat mempengaruhi kebutuhan nutrisi si anak dan
pemasukan nutrisi pada ibu dapat meningkatkan produksi ASI si ibu.
 Kolaborasi dengan ahli gizi.
R : Untuk merencanakan masukan nutrisi dan cairan.

4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

NOC atau tujuan

Pasien mampu bertumbuh dan berkembang sesuai usianya.

NIC atau intervensi

 Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan sesuai uisa anak.

R : Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatann


pertumbuhan dan perkembangan anak.

 Kaji keadaan fisik kemampuan anak.

R : Untuk mengetahui pertumbuhan fisik dan tugas perkembangan anak yang


belum tercapai sesuai umur.

 Lakukan pemberian makanan/minuman sesuai terapi diit pemulihan.

R : Diit khusus untuk pemulihan nutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai


dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi system pencernaan.

 Lakukan program antropometrik secara berkala.


R : Untuk menilai perkembangan masalah klien.
 Lakukan stimulasi tingkat perkembanngan sesuai dengan usia klien.
R : Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak
dalam aspek motorik, bahasa, dan personal/social.
 Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan
perkembanagan (puskesmas/posyandu).

R : Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan


perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan nutrisi.


NOC atau tujuan
klien memahami informasi terkait penyakit kwarsiokor adanya perubahan perilaku
dan berpartisipasi pada program perawatan identifikasi dangunakan sumber informasi
yang tepat terkait penyakit.
NIC atau intervensi
 Memvalidasi tingkat saat ini pemahaman, mengidentifikasi pembelajaran
kebutuhan, dan menyediakan basis pengetahuan dari mana klien dapat membuat
keputusan.
R : Mengidentifikasi pengetahuan pasein, sehingga dapat meberikan pendidikan
kesehatan yang tepat.
 Membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahpahaman,dan kesenjangan
dalam pengetahuan tentang kwarsiokor.
R : Memudahkan pendidikan yang diberikan oleh perawat
 Tentukan persepsi klien tentang perawatan kwarsiokor
R : Persepsi klien mempengaruhi proses perawatan anak.
 Tanyakan tentang sendiri atau sebelumnya pengalaman klien atau pengalaman
dengan orang lain yang memiliki riwayat kwarsiokor .
R : Pengalaman membantu proses adaptasi klien
 Memberikan informasi yang jelas dan akurat secara faktual.
R : Meningkatkan pengetahuan klien
 Menyediakan bahan-bahan tertulis tentang kwarsiokor, pengobatan, dan
tersediasistem pendukung.
R : Media membantu meningkatkan pengetahuan klien.
6. Kerusakan gigi
NOC atau tujuan
kondisi gigi pasien mulai membaik dan caries gigi berkurang.
NIC atau intervensi
 Kaji kondisi umum gigi klien.
R : Mengetahui kondisi umum gigi klien yang mengalami caries gigi.
 Anjurkan klien gosok gigi 2x sehari.
R : Menjaga kebersihan mulut dan gigi untuk mengurangi pengeroposan gigi.
 Meningkatkan asupan kalsium klien untuk mengurangi caries gigi.
R : Kalsium merupakan bagian penting yang ada digigi dan jika tubuh kekurangan
kalsium maka tubuh akan mengambil kalsium dari gigi.
 Informasikan kepada pasien pentingnya asupan kalsium bagi tulang dan gigi.
R : Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai pentingnya kalsium.
REFERENSI

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Buku

Kuliah ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 1985

Dr. Lisal Sp.A., Diktat Kuliah Ilmu Gizi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Universitas

Hasanuddin

Robert M. Kliegman MD, Hal B. Jenson MD, Nelson Essential of Pediatrics 5th Edition,

Elsevier Saunders, 2000

Scheinfeld NS. Protein Energy Malnutrition. Emedicine.com.

http://www.emedicine.com/derm/topic797.htm

Benjamin W. Van Voorhees, MD, MPH, Assistant Professor of Medicine and Pediatrics,

Article on Kwashiorkor, University of Chicago, Verimed Healthcare Network,

http//www.medlineplus.com

Repulika Company, Kwasiorkor, Republika Online, http://www.republika.co.id

Anda mungkin juga menyukai