Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di
mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi
cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium ( Agusfarly,
2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005)

Jadi, dapat disimpulkan ovarektomi dextra atas indikasi kista ovarium adalah suatu
keadaan dimana pasien dilakukan operasi pengangkatan ovarium bagian kanan karena
adanya neoplasma jinak.

B. JENIS - JENIS KISTA OVARIUM


Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progresterone diantaranya adalah :
 Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
 Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone
setelah ovulasi.
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa.

1
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
 Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan
epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
 Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari
suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain
 Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal
ovarium)
 Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid
 Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis

C. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,tipe
folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh
karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan
yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel
telur ini akan terbuka saat siklus menstruasiuntuk melepaskan sel telur. Namun pada
beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya
akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar
akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa
kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista
jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.

D. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8
cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum,
yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila
tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan

2
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista
fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple
dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan
LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal
dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal
dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak
yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari
ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal
dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal,
endodermal,danmesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5
mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem
utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.

3
E. PATHWAY

4
F. TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala
saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang
panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul
bila anda mempunyai kista ovarium :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.

5. Nyeri sanggama

6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera:

1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba


2. Nyeri bersamaan dengan demam

3. Rasa ingin muntah

G. KOMPLIKASI
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas
namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining
atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.

5
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim
dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian
panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran
ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat.
Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
4. Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau
fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan
aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan
abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste
yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat
dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

6
J. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang lainnya.
Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi
jaringan.
Fase-fase penyembuhan luka antara lain :
1. Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang
menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat
luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan
menahan jahitan dengan baik.
2. Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk
mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu
minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen
akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini,
tergantung pada tempat dan liasanya bedah.
3. Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah
menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi
pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak
menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal
disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi
tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan
akan terjadi ceruk yang berlapis putih.

7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KISTA OVARIUM
A. PENGAKAJIAN FOKUS
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta
data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah
abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan
muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista  ovarium.
5. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai
amenorhea.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera                  : ikterik/tidak

8
2) Konjungtiva        : anemis/tidak
3) Mata                    : simetris/tidak
c. Leher
1) pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat
umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
8. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan
kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental
klien yang ingin hamil/punya keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium

9
a. Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi (Untuk mengetahui letak batas kista)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Preoperasi
a. Nyeri kronis b/d agen cidera biologis
b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
c. PK perdarahan
2. Post operasi
a. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
c. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
d. Konstipasi berhubungan denganFungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas fisik
tidak mencukupi

C. RENCANA KEPERAWATAN
Pre Operasi
NO DIANGOSA INTERVENSI (NIC)
TUJUAN (NOC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Management
cidera biologis keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nyeri pasien  Lakukan pengkajian

berkurang nyeri secara mprehensif

NOC : termasuk lokasi,

v  Pain Level, karakteristik, durasi,

v  Pain control, frekuensi, kualitas dan

v  Comfort level faktor presipitasi

Kriteria Hasil :  Observasi reaksi

v  Mampu mengontrol nyeri nonverbal dari

(tahu penyebab nyeri, ketidaknyamanan

mampu menggunakan  Gunakan teknik

tehnik nonfarmakologi komunikasi terapeutik

untuk mengurangi nyeri, untuk mengetahui

mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien

v  Melaporkan bahwa nyeri  Kaji kultur yang

10
berkurang dengan mempengaruhi respon
menggunakan manajemen nyeri
nyeri  Evaluasi pengalaman
v  Mampu mengenali nyeri nyeri masa lampau
(skala, intensitas, frekuensi  Evaluasi bersama pasien
dan tanda nyeri) dan tim kesehatan lain
v  Menyatakan rasa nyaman tentang ketidakefektifan
setelah nyeri berkurang kontrol nyeri masa
v  Tanda vital dalam rentang lampau
normal  Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan

11
kontrol nyeri
 Tngkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil

2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :


diagnosis dan keperawatan selama 3x 24 Anxiety Reduction
pembedahan jam diharapakan cemasi (penurunan kecemasan)
terkontrol  Gunakan pendekatan
NOC : yang menenangkan
v  Anxiety control  Nyatakan dengan jelas
v  Coping harapan terhadap pelaku
Kriteria Hasil : pasien
v  Klien mampu  Jelaskan semua prosedur
mengidentifikasi dan dan apa yang dirasakan
mengungkapkan gejala selama prosedur
cemas  Temani pasien untuk
v  Mengidentifikasi, memberikan keamanan
mengungkapkan dan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik untuk  Berikan informasi
mengontol cemas faktual mengenai
v  Vital sign dalam batas normal diagnosis, tindakan
v  Postur tubuh, ekspresi wajah, prognosis
bahasa tubuh dan tingkat  Dorong keluarga untuk
aktivitas menunjukkan menemani anak
berkurangnya kecemasan
 Lakukan back / neck rub
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal

12
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan  Monitor tanda-tanda


keperawatan selama 3x24 perdarahan
jam diharapakan pasien gastrointestinal
menunjukkan perdarahan  Awasi petheciae,
dapat diminimalkan ekimosis, perdarahan
dari suatu tempat
 Monitor vital sign
 Catat perubahan mental
 Hindari aspirin
 Awasi HB dan factor
pembekuan
 Berikan vitamin
tambahan dan pelunan
feses

13
Post Operasi
NO DIANGOSA INTERVENSI (NIC)
TUJUAN (NOC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Managemen
cidera fisik keperawatan selama
1. Lakukan pengkajian
3x24 jam diharapkan
nyeri secara
nyeri pasien berkurang
komprehensif termasuk
NOC :
lokasi, karakteristik,
v  Pain Level,
durasi, frekuensi,
v  Pain control,
kualitas dan faktor
v  Comfort level
presipitasi
Kriteria Hasil :
2. Observasi reaksi
v  Mampu mengontrol nyeri
nonverbal dari
(tahu penyebab nyeri,
ketidaknyamanan
mampu menggunakan
3. Gunakan teknik
tehnik nonfarmakologi
komunikasi terapeutik
untuk mengurangi nyeri,
untuk mengetahui
mencari bantuan)
pengalaman nyeri
v  Melaporkan bahwa nyeri
pasien
berkurang dengan
4. Kaji kultur yang
menggunakan
mempengaruhi respon
manajemen nyeri
nyeri
v  Mampu mengenali nyeri
5. Evaluasi pengalaman
(skala, intensitas,
nyeri masa lampau
frekuensi dan tanda
6. Evaluasi bersama
nyeri)
pasien dan tim
v  Menyatakan rasa nyaman
kesehatan lain tentang
setelah nyeri berkurang
ketidakefektifan kontrol
v  Tanda vital dalam rentang
nyeri masa lampau
normal
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari

14
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control
penurunan pertahanan keperawatan selama 3x (Kontrol infeksi)
primer 24 jam diharapakan 1 Bersihkan lingkungan
infeksi terkontrol setelah dipakai pasien
NOC : lain

15
v  Immune Status 2 Pertahankan teknik
v  Knowledge : Infection isolasi
control 3 Batasi pengunjung bila
v  Risk control perlu
Kriteria Hasil : 4 Instruksikan pada
v  Klien bebas dari tanda dan pengunjung untuk
gejala infeksi mencuci tangan saat
v  Mendeskripsikan proses berkunjung dan setelah
penularan penyakit, berkunjung
factor yang meninggalkan pasien
mempengaruhi penularan 5 Gunakan sabun
serta antimikrobia untuk cuci
penatalaksanaannya, tangan
v  Menunjukkan kemampuan 6 Cuci tangan setiap
untuk mencegah sebelum dan sesudah
timbulnya infeksi tindakan kperawtan
v  Jumlah leukosit dalam 7 Gunakan baju, sarung
batas normal tangan sebagai alat
v  Menunjukkan perilaku pelindung
hidup sehat 8 Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
9 Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10 Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11 Tingktkan intake nutrisi
12 Berikan terapi antibiotik
bila perlu

16
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
17
sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
3. Deficit personal hyegene Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene
b.d imobilitas (nyeri keperawatan selama managemen
pembedahan) 3x24 jam diharapakan 1. Kaji keterbatasan pasien
pasien menunjukkan dalam perawatan diri
kebersihan diri 2. Berikan kenyamanan
NOC : pada pasien dengan
v  Kowlwdge : disease membersihkan tubuh
process pasien
v  Kowledge : health (oral,tubuh,genital)
Behavior 3. Ajarkan kepada pasien
Kriteria Hasil : pentingnya menjaga
v  Pasien bebas dari bau kebersihan diri
v  Pasien tampak 4. Ajarkan kepada
menunjukkan kebersihan keluarga pasien dalam
v  Pasien nyaman menjaga kebersihan
pasien
4. Konstipasi  NOC: NIC :
berhubungan § Bowl Elimination Manajemen konstipasi
denganFungsi:kelemahan
§ Hidration 1. Identifikasi faktor-
otot abdominal, Aktivitas
fisik tidak mencukupi Setelah dilakukan faktor yang
tindakan keperawatan menyebabkan
selama 3x24 jam konstipasi
konstipasi pasien teratasi 2. Monitor tanda-tanda
dengan kriteria hasil: ruptur bowel/peritonitis
§ Pola BAB dalam batas 3. Konsultasikan dengan

18
normal dokter tentang
§ Feses lunak peningkatan dan
§ Cairan dan serat adekuat penurunan bising usus
§ Aktivitas adekuat 4. Kolaburasi jika ada
-     v Hidrasi adekuat tanda dan gejala
konstipasi yang
menetap
5. Jelaskan pada pasien
manfaat diet (cairan dan
serat) terhadap
eliminasi
6. Jelaskan pada klien
konsekuensi
menggunakan laxative
dalam waktu yang lama
7. Kolaburasi dengan ahli
gizi diet tinggi serat dan
cairan
8. Dorong peningkatan
aktivitas yang optimal
9. Sediakan privacy dan
keamanan selama BAB

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta:EGC.

19
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America:Mosby.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and


Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

20

Anda mungkin juga menyukai