84-Article Text-69-1-10-20170417
84-Article Text-69-1-10-20170417
Sri Warjiati
Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya
Pendahuluan
Setelah UUD 1945 mengalami perubahan sebanyak empat
kali,1 sistem ketatanegaraan Republik Indonesia juga
mengalami perubahan. Perubahan terjadi dalam beberapa
lembaga Negara, baik mengenai hubungan antara lembaga
Negara, penambahan nama lembaga Negara baru, dan
mengenai pembubaran lembaga Negara yang ada.
1
Perubahan pertama dilakukan pada tahun 1999, perubahan kedua tahun 2000, perubahan
ketiga tahun 2001, dan perubahan keempat tahun 2002.
al-Daulah
186 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
2
Penjelasan Pasal 1 UUD 1945 sebelum Amandemen.
al-Daulah
187 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sri Warjiati
3
A. Muktie Arsyad, Amandemen UUD 1945 Antara Teks dan Konteks dalam Negara yang
Sedang Berubah (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 25.
al-Daulah
188 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
4
Baqir Manan, DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru (Jogjakarta: UII Press, 2004), h. 14.
5
Hamid Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara, (Jakarta: Disertasi-Universitas Indonesia, 1990), h. 146.
6
Baqir Manan, DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru, h. 23.
al-Daulah
189 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sri Warjiati
Ibid., h. 59-60.
7
al-Daulah
190 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
al-Daulah
191 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sri Warjiati
Ibid., h. 62.
9
al-Daulah
192 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Philipus M. Hadjon, Lembaga Tertinggi dan Lembaga-lembaga Tinggi Negara Menurut UUD
10
al-Daulah
193 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sri Warjiati
A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 225.
11
Ibid., h. 229.
12
al-Daulah
194 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
al-Daulah
195 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sri Warjiati
Ibid., h. 230.
15
al-Daulah
196 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
16
Jimly Asshiddiqy, “Mahkamah Konstitusi dalam Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia”,
Makalah disampaikan dalam kuliah Umum di Universitas Brawijaya, Malang, 29 September
2005, h. 27.
al-Daulah
197 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sri Warjiati
Ibid., h. 172.
18
al-Daulah
198 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
19
Teguh Satya Bhakti, ”Pola Hubungan Presiden dan DPR Menurut Perubahan UUD 1945”,
dalam Jurnal Konstitusi, Vol 6, No. 4, November 2009, h. 117-146.
al-Daulah
199 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sri Warjiati
20
Anonimous, Bahan Penjelasan Badan Pekerja MPR dalam Rangka Memasyarakatkan Hasil Sidang
Umum MPR 1999 dan Sidang Tahunan MPR 2000, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI,
2000), h. 10-11.
21
Teguh Satya Bhakti, Pola Hubungan Presiden dan DPR, h. 122.
al-Daulah
200 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Ibid., h. 129. Lihat juga: Baqir Manan, DPR, DPD, dan MPR, h. 23.
22
al-Daulah
201 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sri Warjiati
al-Daulah
202 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
al-Daulah
203 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sri Warjiati
24
Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden
Menurut UUD 1945 (Jakarta: KONPress, 2005), h.51.
25
Pasal 10 ayat (3) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
al-Daulah
204 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Ibid., h.70.
27
al-Daulah
205 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sri Warjiati
Penutup
Berdasarkan uraian di muka, dapat diambil kesimpulan,
bahwa Amandemen UUD 1945 membawa perubahan dalam
sistem ketatanegaraan di Indonesia.
Pertama, kedudukan MPR setelah amandemen UUD 1945
bukan merupakan lembaga tertinggi negara, akan tetapi
lembaga tinggi negara sebagaimana DPR dan lembaga negara
lainya. Sedangkan susunan keanggotaan MPR setelah
amandemen UUD 1945 terdiri anggota DPR dan DPD.
Kedua, kekuasaan kehakiman berdasarkan ketentuan UUD
1945 hasil amandemen dilakukan oleh Mahkamah Agung dan
Mahkamah konstitusi, di samping itu dibentuk Komisi Yudisial
yang berwenang menjaga martabat dan keluhuran hakim
Agung.
Ketiga, hubungan DPR dan Presiden terbagi dalam tiga
bidang yaitu; legislasi, anggaran dan pengawasan. Dalam
melaksanakan pengawasan terhadap presiden, DPR dapat
meminta MPR untuk memberhentikan presidem dalam masa
jabatanya, apabila terbukti melakukan tindak pidana korupsi,
penyuapan dan/atau tindak pidana berat lainya. Akan tetapi
dugaan DPR atas pelanggaran hukum/konstitusi yang
dilakukan oleh presiden harus diputus terlebih dahulu oleh
Mahkamah Konstitusi sebelum diajukan ke sidang Istimewa
MPR.
Daftar Pustaka
al-Daulah
206 Vol. 2, No.2, Oktober 2012
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi
Yudisial.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah
Agung.
al-Daulah
207 Vol. 2, No.2, Oktober 2012