Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUGAS

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LANJUT

PABRIK PENGOLAHAN SEMEN


PT. SEMEN SEJAHTERA ABADI

Disusun Oleh :

Ardo p Situmorang 1709055011


Suhaila Ridwan 1709055023
Sri Wahyuni 1709055036
Putri Pebrian 1709055027
Abdul Malik 1709055022

JURUSAN S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sarana infrastruktur berupa jalan, merupakan pembentuk struktur ruang nasional yang
memiliki keterkaitan sangat erat dengan pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya
kehidupan masyarakat disuatu wilayah. Jalan merupakan sarana media penghubung antar
suatu wilayah sehingga pertumbuhan ekonomi sosial dan budaya lebih berkembang cepat
dengan ketersediaan jalan yang memadai.

Dalam menjaga ketersediaan semen di Sulawesi Selatan, diperlukan analisis wiliayah,


data yang diperoleh menunjukkan bahwa 14, 50% atau seluas 260,81 km2 wilayah batu
kapur di Sulawesi Selatan sesuai sebagai wilayah tambang batu kapur dan 37, 98% atau
seluas 682, 87 km2 wilayah batu kapur di Sulawesi Selatan tidak sesuai sebagai wilayah
tambang batu kapur. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak potensi batu kapur yang
dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan
Sebagai salah satu pusat pertumbuhan Indonesia bagian Timur.

Sulawesi Selatan memiliki salah satu kawasan Karst yang kaya akan batu kapur dan
merupakan kawasan Karst yang paling baik dan dianggap sebagai prototype dari karst
daerah tropis yaitu kawasan karst Maros, luas Karst Maros secara keseluruhan mencapai
650 km 2 dengan intikarst sekitar 300 km2 (Nugroho, 1999).

PT. Semen Sejahtera Abadi merupakan perusahaan yang mengelola atau memproduksi
semen di Indonesia. PT. SSA sendiri mengelola batu gamping atau batu kapur yang ada di
pulau Sulawesi sendiri. Kandungan batu gamping yang ada di Sulawesi selatan sendiri
sangat banyak. PT.SSA sendiri menempati lahan seluas 22 hektar di Desa Baruga
,Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, sekitar 68 kilometer dari kota Makassar,
Sulawesi Selatan, Indonesia bagian Timur.

Sejak 15 September 1995 Perseroan terkonsolidasi dengan PT Semen Indonesia


(Persero) Tbk. yang sebelumnya bernama PT Semen Gresik (Persero) Tbk. dan sekarang
menjadi perusahaan induk dari Perseroan. lebih dari satu dekade perseroan berbenah dan
berupaya keras meningkatkan nilai Perseroan di mata para pemegang saham dan
pemangku kepentingan. Berbagai terobosan strategi dan program kerja dalam
meningkatkan kinerja Perseroan secara terintegrasi terus dipacu untuk mewujudkan visi
perseroan menjadi produsen semen yang terefisien dan mempunyai keunggulan yang
kompetitif diantara para produsen semen lainnya.

PT. SSA merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada penambangan dan
pengolahan batu kapur menjadi semen di wiliyah. Hasil pengolahan semen di Desa Baruga
,Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros ini kemudian digunakan sebagai bahan baku
pembangunan. Produksi semen yang dihasilkan dari PT. SSA sendiri termasuk paling
tinggi dibandingkan dengan perusahaan semen yang lainnya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan latar belakang diatas sebagai berikut :
1. Mendesain Rancangan Pengolahan Semen PT. SSA
2. Menentukan Teknis Pemilihan Alat pada Pengolahan Semen PT. SSA
3. Mendapatkan Produktifitas Maksimum Unit Peremuk Pada Pengolahan Semen PT.
SSA

1.3 Batasan Masalah


Pada Laporan ini hanya akan membahas mengenai Procesing Plant pada PT. SSA.
Pengolahan Semen juga hanya diperuntukkan untuk suplay bahan dasar untuk membantu
proses pembangunan.

1.4 Lokasi Penambangan dan Pengolahan


PT. Semen Sejahtera Abadi terletak di Desa Baruga ,Kecamatan Bantimurung,
Kabupaten Maros, dengan koordinat IUP:

N
North East
o
1 0 0 00’ 47.22’’ 110 0 02’ 19.21’’
2 0 0 00’ 47.22’’ 110 0 04’ 0.97’’
3 0 0 00’ 55.23’’ 110 0 04’ 0.97’’
4 0 0 00’ 55.23’’ 110 0 02’ 19.21’’
5 0 0 00’ 46.23’’ 110 0 08’0’’
5 0 0 00’ 46.23’’ 110 0 08’0’’

Lokasi penambangan dan pengolahan berlokasi ditempat yang sama. Untuk peta lokasi
Izin Usaha Penambangan (IUP) PT. Semen Sejahtera Abadi dapat dilihat pada lampiran 1.

1.5 Pelaksanaan Studi


1.5.1 Pemrakarsa
Nama Perusahaan : PT. Semen Sejahtera Abadi (PT. SSA)
Alamat : Baruga ,Kec Bantimurung, Kab Maros, Sulawesi Selatan,
90651
Penanggung Jawab : Ardo P. Situmorang
Jabatan : Direktur Utama
Lokasi Proyek : Baruga ,Kec Bantimurung, Kab Maros, Sulawesi Selatan
Bahan Galian : Batu Gamping/Batu kapur
Luas Wilayah : 22 Ha

1.5.2 Penyusun
Direktur Utama : Ardo P. Situmorang
Kepala Teknik Tambang : Putri Pebrian
Kepala Divisi Perencanaan : Sri Wahyuni
Kepala Divisi Operasi Tambang : Suhaila Ridwan
Kepala Divisi Pengolahan : Suhaila Ridwan
Kepala Divisi K3 dan Lingkungan : Abdul Malik
Kepala Divisi Administrasi dan Keuangan : Abdul Malik

1.6 Profil Perusahaan


PT. Semen Sejahtera Abadi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan. Komoditas tambang yang dioperasikan oleh PT. SSA yakni bahan tambang
berupa batu gamping. Jenis batu gamping lebih spesifiknya yakni batu kapur di kab.
Maros ,SulawesiSelatan.
Gambar 1.1 Logo Perusahaan

Perusahaan Semen Sejahtera Abadi ini berdiri pada 1 Maret 2021 berdasrkan SK
Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Tenggara No. 761 tahun 2021 dengan luas IUP 900 Ha.
Perusahaan ini mengusahakan komoditas semen atau yang sering disebut Semen
Sejahtera Abadi (SSA) yang banyak terdapat di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.
Batu Kapur ini diolah menjadi semen yang merupakan salah satu bahan baku utama untuk
pembangunan infrastruktur untuk menyuplai kebutuhan bahan pembangunan di berbagai
wilayah Indonesia.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Batu Gamping (Batu Kapur)

Batu kapur merupakan merupakan bagian dari batuan sedimen, yaitu batuan sedimen non-
klastik yang terbentuk dari proses kimia atau proses biologi. Batu kapur disebut juga
batugamping atau limestone. Kandungan utama batu kapur adalah mineral kalsium karnonat
(CaCO3) yang terjadi akibat proses kimia dan organik. Secara umum mineral yang terkandung
dalam batu kapur adalah kalsium karbonat kalsit sebesar 95%, dolomit sebanyak 3%, dan
sisanya adalah mineral clay (Nurul Fitria, 2012).
Batu kapur (batugamping) merupakan bahan alam yang banyak terdapat di Indonesia. Batu
kapur adalah batuan padat yang mengandung banyak kalsium karbonat (Lukman,dkk. 2012).
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonite, yang
merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit
(CaCO3) (Jasruddin,dkk. 2015).
Menurut R.P. Koesoemadinata pada tahun 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi 2 yaitu
sedimen klastik dan sedimen non klastika. Batu gamping sendiri termasuk dalam golongan
batuan sedimen non klastik (Koesmadinta, 1981).
2.2 Jenis-Jenis Batu Gamping

Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah- istilah yang muncul adalah grain dan mud. Nama-
nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir seperti mudstone,
packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam Folk (1959)
dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-sama berasal dari
presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.
Berikut adalah gambar 2.2 menunjukkan klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur
pengendapan menurut Dunham (1962):
2.2.1 Aspal Alam

Klasifikasi Dunham (1962) Batugamping terbagi atas :


2.2.1 Mud Stone

Batuan ini termasuk dalam jenis batuan sedimen non-klastik dengan warna segar putih abu–abu
dan warna lapuknya adalah putih kecokelatan. Batuan ini bertekstur non-klastik dengan
komposisi kimia karbonat dan strukturnya pun tidak berlapis. Salah satu contoh dari batuan
karbonat adalah kalsilutit (Grabau) atau mudstone (Dunham), Batuan ini mempunyai nama yang
berbeda, karena dari klasifikasi yang digunakan dengan interprestasi yang berbeda, batuan ini
dinamakan kalsilutit, karena batuan ini merupakan batuan karbonat dan menurut klasifikasi
Dunham nama dari batuan ini adalah mudstone, karena batuan ini mempunyai kesan butiran
kurang dari 10% dan pada batuan ini tidak ditemukan adanya fosil.
2.2.2 Wackestone
Wackestone adalah matriks yang didukung batuan karbonat yang mengandung lebih dari 10%
allochems dalam matriks lumpur karbonat. Ini adalah bagian dari klasifikasi Dunham batuan
karbonat. Dalam klasifikasi Folk, banyak digunakan deskripsi yang setara misalnya,
oopelmicrite, di mana allochems yang dimaksud adalah ooids dan peloids.
2.2.3 Boundstone
Merupakan hubungan antar komponen tertutup yang berhubungan dengan rapat (oolite).
Karbonat batuan menunjukkan tanda–tanda terikat selama pengendapan (Dunham, 1962). Embry
dan Klovan (1972) lebih diperluas klasifikasi boundstone atas dasar kain dari boundstone
tersebut. Tampilan fisik batuan ini dapat dilihat pada gambar 2.6. Boundstone merupakan
batugamping yang terikat oleh ganggang, karang atau organisme uniseluler lainnya ketika dia
terbentuk.
2.2.4 Packstone
Merupakan lumpur, tetapi yang banyak adalah betolit. Butir-butirnya didukung batuan karbonat
berlumpur (Dunham, 1962). Lucia (1999) dibagi packstones ke dalam lumpur yang didominasi
(ruang pori total dipenuhi lumpur) dan yang didominasi (beberapa ruang pori antar butir bebas
dari lumpur) packstones. Divisi ini adalah penting dalam memahami kualitas reservoir karena
lumpur plugs ruang partikel pori. Packstones menunjukkan berbagai sifat pengendapan.
2.2.5 Kristalin
Batugamping kristalin merupakan salah satu jenis batuan sedimen, bahkan juga terbentuk dari
kerangka calcite yang berasal dari organisme microscopic dilaut yang dangkal. Sehingga
sebagian perlapisan batugamping hampir murni terdiri dari kalsit, dan pada perlapisan yang lain
terdapat sejumlah kandungan silt atau clay yang membantu ketahanan dari batugamping tersebut
terhadap cuaca. Sehingga lapisan yang gelap pada bagian atas batuan ini mengandung sejumlah
besar fraksi dari silika yang terbentuk dari kerangka mikrofosil, sehingga di mana lapisan pada
bagian ini lebih tahan terhadap cuaca (Academia, 2016).
2.3 Batu Gamping (Batu Kapur) Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami
pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam lima tahun terakhir, yakni lebih dari 7,07% jauh lebih
tinggi dari level pertumbuhan ekonomi nasional yang berkisar antara 4,70%-5,27% selama lima
tahun terakhir. Hal ini tidak lepas dari pendekatan pembangunan strategis nasional yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia terkonsentrasi di Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk
menunjang pembangunan strategis nasional di Indonesia Timur, tentunya harus diimbangi
dengan material pembangunan yang memadai, khususnya semen yang bahan baku utamanya
berasal dari batu kapur (batugamping).
Dalam menjaga ketersediaan semen di Sulawesi Selatan, diperlukan analisis wilayah kesesuaian
pertambangan dengan menggunakan variabel jenis batuan, jarak terhadap sungai dan
penggunaan lahan yang dianalisis menggunakan metode penelitian Overlay Analysis. Data yang
digunakan adalah Litologi (Jenis Batuan), Penggunaan Lahan, dan Sungai.
2. 4 Kualitas Produk
Produk semen diatur menurut standar internasional yaitu ASTM dan standar nasional bagi semen
yang beredar di Indonesia yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam rangka perlindungan
konsumen Pemerintah melalui Badan Standarisasi Nasional melakukan pengujian terhadap
produk semen yang beredar di Indonesia apakah sudah sesuai SNI:
a) Portland Cement Tipe I (PC I) = SNI 15-2049-04
b) Portland Pozzolan Cement (PPC) = SNI 15-2049-04
c) Super Masonry Cement (SMC) = SNI 15-3500-1993
d) Oil Well Cement (OWC) = SNI 15-3044-1992
e) Portland Composite Cement (PCC) = SNI 15-700-2004
f) Portland Pozzolan Cement (PPC) = SNI 15-0302-94

SNI merupakan jaminan bahwa produk tersebut berkualitas dan telah disesuaikan dengan
karakteristik bangunan di Indonesia. Tentunya produk semen yang standarnya lebih dari SNI
akan lebih memberikan jaminan produk, mutu dan usia bangunan yang akan lebih lama.
Semen Sejahtera Abadi memproduksi dua macam semen yaitu SEMEN PROTLAND TYPE I
atau biasa disebut ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC) yang dikemas dalam 50 kg dan
PORTLAND POZZOLAN CEMENT (PPC) yang dikemas dalam kantong 40 & 50 kg. Kedua
type semen tersebut juga dijual dalam bentuk curah dan dan jumbo bag 1 ton & 1,5 ton.
OPC digunakan untuk bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti untuk
membangun gedung bertingkat, jalan raya, landasan pacu pesawat dll sedangkan PPC juga
digunakan untuk bangunan umum dan mempunyai kegunaan khusus yaitu untuk bangunan yang
memerlukan ketahanan terhadap garam laut, sulfat dengan panas hidrasi sedang. Bangunan -
bangunan yang telah menggunakan Semen Tonasa OPC antara lain Tugu Mandala, masjid
Almarkas Al Islami, gedung Clarion, Fly Over dan gedung-gedung bertingkat yang lain.
Sedangkan bangunan - bangunan yang telah menggunakan ST PPC antara lain, , pelabuhan
Sukarno Hatta di Makassar, Anjungan di Pantai Losari dll.

2.4 Penambangan Batugamping PT. SSA


Penambangan bahan galian merupakan kegiatan dalam rangka penyediaan bahan baku untuk
keperluan penambangan disegala bidang. Maka dari itu usaha pertambangan tidak lepas dari
pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan tambang. Salah satu hal yang terpenting dalam
pekerjaan pertambangan adalah perhitungan estimasi potensi tambang. Estimasi potensi tambang
berperan penting dalam menentukan jumlah kualitas, kerja produksi, cara penambangan yang
dilakukan, bahkan memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam melakukan
usaha penambangan (Nurjannah, 2013).
N Baha Lokasi dan PSD PSD Kawasan/Jeni Sistem Jarak
O. n Sebaran Luas Tonease s Lahan Penam dari
Galia Sebaran (ton) bangan Kota
n (m2) Maro
s
(km)
1. Batu Kec: 171, 39,131,7 Perkebunan, Quarry 8-60
Gamp Bantimurung, 125,000 18,750 Pertambangan,
ing Bontoa, Pemukiman,
Simbang,Tan Hutan
ralili,Mandai,
Mallaw,
Tompobulu.
2. Batu Kec : 2,625,00 21,000,0 Pertambakan Open 10-11
Pasir Marusu 0 00 Pit,
Quarry
Tabel 2.4 Potensi Sumber Daya
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/batugamping sebagai
bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa
padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau
membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/batugamping adalah bahan alam yang
mengandung senyawa calcium oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam
yang mengandung senyawa : silika oksida (SiO2), alumunium oksida (Al2O3), besi oksida
(Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinker nya, yang kemudian dihancurkan
dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai (Natalino Mairuhu, 2013).
Pembuatan semen terdiri dari empat komponen penyusun, yaitu batu kapur dengan persen
komposisi 70%, pasir besi dengan persen komposisi 10%, silika dengan persen komposisi 10%
dan clay (tanah liat) dengan komposisi 10%. (Prasticia Chandra Dewi, 2011).

Anda mungkin juga menyukai