Pembahasan Kasus 2
Pembahasan Kasus 2
PENDAHULUAN
Hari itu dr. Nimala bertugas di Klinik Medika. Pasien pertama, Bobo, 7 tahun, yang
datang dengan flu. Emak Bobo, mengeluh Bobo sering makan es krim. Yang berikut, Pak
Raden , 67 tahun , mantan pejabat Kabupaten. Beliau datang berobat rutin untuk hipertensi,
yang dialaminya sejak 10 tahun terakhir. Obat terakhir yang digunakan adalah amlodipin
10mg/hari dan tekanan darah terakhir 130/80 mmHg
Pasien selanjutnya, Ibu Juwita, 38 tahun, manager di sebuah BUMD. Ibu Juwita
khawatir terkena kanker payudara karena seorang temannya belum lama meninggal karena
kanker tersebut. Ibu Juwita pikir mamografi dapat mendeteksi kanker payudara.
Apakah yang dapat dilakukan dr. Nirmala
A. Kata sulit
1. Mamografi
Pemeriksaan kelenjar payudara dengan menggunakan sinir X
2. Amlodipin
Salah satu obat penurunan hipertensi
B. Kata/kalimat kunci
Rapat membicarakan laporan kesehatan tahunan
C. Pertanyaan
1. Apakah tujuan surveilens dalam kesehatan masyarakat?
2. Apakah jenis surveilans?
3. Bagaimana faktor resiko penyakit? Bagimana menentukan determinan kesehatan?
4. Bagaimana menentukan kausalitas kesehatan?
5. Bagaimana peranan biostatik dalam epidemiologi; dekskriptif dan analitik?
6. Apakah studi diagnostik dan menentukan akurasi skreening?
7. Bagimana memilih obat yang tepat? Apa hubungannya dengan epidemiologi?
8. Apakah bias dan counfounding? Apakah validitas interna dan eksterna?
9. Kegunaan pengetahuan epidemiologi dalam politik kedokteran?
10. Bagaimana penelitian epidemiologi dilakukan?
BAB II
1
PEMBAHASAN
1. Apakah tujuan surveilens dalam kesehatan masyarakat?
Secara umum tujuan surveilans adalah mendapatkan informasi epidemiologi
penyakit tertentu dan mendistribusikannya kepada pihak terkait, pusat-pusat
kajian, pusat penelitian, serta unit lainnya.
Adapun tujuan khusus diselenggarakannya surveilans kesehatan masyarakat
dari berbagai sumber dan literatur adalah sebagai berikut:
1. Mendeteksi wabah;
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan kecenderungan penyebaran
penyakit;
3. Mengestimasi luas dan pengaruh masalah kesehatan;
4. Memberi penekanan pada penyebaran kejadian kesehatan secara
5. geografis dan demografis;
6. Mengevaluasi cara pengawasan;
7. Membantu dalam pengambilan keputusan;
8. Mengalokasikan sumberdaya kesehatan secara lebih baik;
9. Menggambarkan riwayat alamiah suatu penyakit;
10. Membuat hipotesis dalam rangka pengembangan penelitian
11. epidemiologi;
12. Memonitor perubahan agen infeksi; dan
13. Memfasitasi program perencanaan kesehatan.
Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial.
2
tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja. Dewasa ini karantina
diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral,
dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah
pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan
Upshur, 2007).
2. Surveilans Penyakit
3. Surveilans Sindromik
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari
fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu,
3
disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel
merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan
sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010).
5. Surveilans Terpadu
4
3. Bagaimana faktor resiko penyakit? Bagimana menentukan determinan kesehatan?
Faktor risiko penyakit tidak menular dipakai istilah Faktor Risiko (risk factor)
untuk membedakan dengan istilah etiologi pada penyakit tidak menular atau diagnosis
klinis. Faktor risko adalah segala sesuatu yang mempengaruhi perubahan tubuh terhadap
sebuah penyakit (faktor penyebab). Macam-macam faktor risiko :
a. Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah. Mis, umur, jenis kelamin, genetik, dll.
2. Faktor risiko yang dapat diubah. Mis, kebiasaan merokok, meminum minuman
keras, pola makan, gaya hidup, dan olahraga.
b. Menurut kestabilan peranan faktor risiko :
1. Faktor risiko yang dicurigai : faktor risiko yang belum mendapat dukungan
ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang berperan dalam kejadian
suatu penyakit. Mis, merokok dapat menyebabkan terjadinya penyakit kanker
leher rahim.
2. Faktor risiko yang telah ditegakkan : faktor risiko yang telah mendapat dukungan
ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang berperan dalam kejadian
suatu penyakit. Mis, rokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru.
Penyakit tidak menular beserta faktir risikonya sangat berhubungan erat dengan
determinan kesehatan.
Deteminan kesehatan
Teori klasik (Bloom;1974) ada 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat
kesehatan inidividu, kelompok/masyarakat, yaitu
a. Lingkungan fisik (cuaca, iklim, saran dan prasarana, dll) maupun lingkungan non fisik
(budaya, politik, ekonomi, dll).
b. Perilaku
c. Pelayanan kesehatan
d. Keturunan
Disamping 4 faktor tersebut, faktor internal juga berperan, seperti umur, gender,
pendidikan, dll. Bila dianalisis determinan kesehatan adalah faktor yang
mempengaruhi/menentukan terwujudnya kesehatan individu, kelompok/masyarakat.
5
Menurut piagam Ottawa (Charter,1986), determinan kesehatan terdiri dari : perdamaian,
tempat tinggal, pendidikan, makanan, pendapatan, ekosistem yang stabil, sumber daya
yang berkesinambungan, keadilan sosial, pemerataan.
6
pertanyaan who (siapa saja yang terkena/terpengaruhi), when (kapan mereka
terpengaruhi), dan where (dimana mereka terpengaruhi).
2. Epidemiologi Analitik
Penelitian epdemiologi analitik membandingkan kelompok-kelompok untuk
menentukan adanya peran dari berbagai faktor risiko dalam menyebabkan sebuah
penyakit atau masalah kesehatan. Desain dari penelitian analitik yang sering
digunakan dalam penelitian epidemiologi adalah case-control, dan cohort.
Pemanfaatan skrening:
1. mammografi untuk mendeteksi ca mammae
2. Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
3. Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
4. Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
5. Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
6. Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
Criteria evaluasi
1.Sensitivitas: kemampuan untuk menentukkan orang sakit.
2.Spesifisitas: kemampuan untuk menentukan orang yang tidak sakit
7
Reliabilitas. Bila tes yang dilakukan menunjukkan hasil yang konsisten,dikatakan
reliable. Variliabilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1. Variabilitas alat yang dapat ditimbulkan oleh:
a. Stabilitas reagen
b. Stabilitas alat ukur yang digunakan
Stabilitas alat ukur sangat penting karena makin stabil reagen dan alat ukur, makin
konsisten hasil pemeriksaan.
2. Variabilitas orang yang diperiksa. Kondisi fisik,psikis,stadium penyakit atau
penyakit dalam masa tunas. Misalnya : lelah, kurang tidur, marah, sedih, gembira,
penyakit yang berat, penyakit dalam masa tunas.
Yield merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari uji
tapis
8
i.a (intra arteri)
s.c (sub cuttan)
• Lokal : Salep, talk, cream.
• Per Anus / Vaginum.
5.Tepat Waktu Pemberian.
Waktu pemberian / penggunaan obat inipun mempengaruhi efek obat yang digunakan
• Apakah obat diminum sebelum makan, saat makan atau sesudah makan?
Ada obat yang adsorbsinya dihambat oleh adanya makanan. Artinya obat tersebut
harus diminum sebelum makan, misalnya Metoclopramida
• Apakah obat tersebut diminum pagi, siang atau malam ?
Sebagai contoh : furosemida akan lebih baik diminum pada waktu pagi hari.
Efeknya sebagai diuretika (melancarkan buang air kecil) akan menyebabkan
meningkatnya frekuensi buang air kecil. Apabila diminum malam hari tentunya
akan mengganggu kenyamanan istirahat malam.
Demikian pula sebaliknya, untuk obat-obat minor transquiliser (obat-obat
penenang yang selektif terhadap bagian otak yang menguasai emosi / system
limbis) seperti alprazolam, akan baik apabila diminum malam hari, sehingga efek
kantuk yang ditimbulkan tidak akan mengganggu aktifitas.
6.Tepat Pasien.
Faktor individual pasien juga menjadi pertimbangan dalam pemberian obat.
Artinya riwayat klinis pasien perlu diperhatikan, misal :
• Untuk pasien yang alergi terhadap antibiotika golongan sulfa, maka kepada pasien
tersebut tidak dapat diberikan antibiotika golongan sulfa.
• Untuk pasien asma dengan riwayat penyakit jantung. Maka dalam pemeliharaan
obat asma dipilih obat dengan β bloker yang selektif terhadap β2.
7.Tepat Harga.
pertimbangan harga. Obat dengan harga mahal bukan menjadi jaminan bahwa
obat tersebut manjur. Akan menjadi kurang optimal sfek terapinya, apabila mendapat
obat dengan harga mahal, namun hanya mampu membeli separo resep atau sebagian
saja dari satu kali dosis terapi.”
FARMAKOEPIDEMIOLOGI
Suatu yang mempelajari manfaat dan efek dari suatu obat pada papulasi.
Berperan penting dalam memantau penggunaan suatu obat dalam populasi yang
berbeda dan efek yang tidak di inginkan dari obat untuk meningkatkan kesehatan &
menurunkan efek samping obat. Tujuannya :
1. Membantu menjelaskan, mengontrol & memprediksi efek penggunaan obat
2. Memantau & mengendalikan permasalah obat pada populasi
3. Mendukung data farmakontetika obat
9
8. Apakah bias dan counfounding? Apakah validitas interna dan eksterna?
Bias dan confounding
Bias adalah kesalahan dalam menyimpulkan hubungan atau pengaruh paparan
penyakit, sebagai akibat dari kesalahan sistematis dalam memilih subjek penelitian,
atau kesalahan dalam mengukur variabel.
Bias dibedakan dalam dua jenis: (1) bias seleksi; dan (2) bias informasi (Hennekens
dan Buring, 1987). Bias seleksi adalah kesalahan dalam menyimpulkan hubungan/
pengaruh paparan terhadap penyakit, akibat cara memilih subjek penelitian yang
salah sehingga menghasilkan kelompok-kelompok subjek yang tidak sebanding.
Untuk mencegah bias seleksi, maka kelompok-kelompok studi yang dibandingkan
harus dipilih dengan cara yang serupa sehingga menghasilkan kelompok-kelompok
studi yang sebanding (comparable).
Bias informasi (bias pengukuran, bias observasi) adalah kesalahan dalam
menyimpulkan hubungan/ pengaruh paparan terhadap penyakit, akibat dari
kesalahan dalam memilih alat ukur variabel, mengukur variabel, mengklasifikasi
status paparan dan penyakit, memasukkan data, menafsirkan hasil analisis data, atau
melaporkan hasil penelitian. Untuk mencegah bias informasi, maka peneliti harus
memilih alat ukur yang tepat, menggunakan alat ukur dengan benar,
mengklasifikasikan status paparan dan penyakit dengan benar, memasukkan data
dengan benar, menafsirkan hasil analisis data dengan benar, serta melaporkan hasil
penelitian dengan benar.
10
10. Bagaimana penelitian epidemiologi dilakukan?
Epidemiologi dapat menggunakan berbagai jenis penelitian, baik penelitian
eksperimental seperti efektivitas vaksin, maupun penelitian observasional, dan bahkan
ada juga yang menggunakan pendekatan kualitatif misalnya dalam analisis mendalam
mengenai kejadian luar biasa tertentu. Penelitian observasional sendiri dapat terbagi
menjadi penelitian deskriptif (Epidemiologi Deskriptif) maupun penelitian analitik
(Epidemiologi Analitik).
1. Epidemiologi Deskriptif
Pada penelitian deskriptif, informasi dikumpulkan untuk “menandai” atau
merangkum kejadian atau masalah kesehatan. Epidemiologi deskriptif mengevaluasi
semua keadaan yang berada di sekitar seseorang yang dapat mempengaruhi sebuah
kejadian kesehatan. Yang menjadi fokus dalam epidemiologi deskriptif ini adalah
frekuensi dan pola (Ellis-Christensen, 2012). Frekuensi digunakan untuk menilai tingkat
kejadian, sedangkan pola dapat digunakan untuk membantu epidemiologi analitik
menunjukkan faktor risiko. Penelitian deskriptif ini juga berfokus pada pertanyaan who
(siapa saja yang terkena/terpengaruhi), when (kapan mereka terpengaruhi), dan where
(dimana mereka terpengaruhi).
Pada who (orang), epidemiologi deskriptif meneliti faktor-faktor antara lain:
a. Variabel Demografi, sebagai contoh: usia, jenis kelamin, ras, penghasilan,
pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama, dan lain-lain.
b. Variabel Keluarga, sebagai contoh: jumlah anggota keluarga, usia melahirkan,
pendidikan ibu, pengaturan jarak kehamilan, dan lain-lain.
c. Perilaku, misalnya penyalahgunaan narkoba, shift kerja, makan dan pola olahraga.
d. Variabel lain, seperti: Golongan darah, paparan factor lingkungan tertentu, status
kekebalan, status imunisasi, status gizi.
Contoh penelitian epidemiologi deskriptif yang menganalisis faktor orang antara lain
tekanan darah tinggi pada orang yang bekerja shift malam, obesitas pada remaja siswi
SMA, Diabetes Mellitus pada lansia Desa Z, dan lain-lain.
Hal penting lain yang dapat diamati pada epidemiologi deskriptif adalah where
(tempat). Tempat disini dapat berupa:
a. Tempat tinggal
b. Tempat bekerja
c. Sekolah
d. Rumah Makan
e. Tempat Rekreasi
f. Dan lain-lain
Contoh penelitian: Peningkatan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Daerah yang
berdekatan dengan stasiun atau kuburan, karena di tempat tersebut pengendalian jentik
nyamuk relatif kurang diperhatikan daripada rumah tinggal.
Hal ketiga yang penting dan sering dievaluasi dalam epidemiologi deskriptif adalah
factor when (waktu).
Yang dimaksud dengan waktu disini bias merupakan waktu tahun, atau hal yang
terjadi pada waktu tertentu, setiap hari atau setiap jam. Sebagai contoh, penyakit
11
demam berdarah lebih sering muncul di musim hujan, demikian halnya dengan
penyakit leptospirosis atau bahkan flu, dan kecelakaan lebih sering terjadi di masa
liburan. Pengukuran prevalensi pada periode waktu tertentu akan dapat membantu
upaya pencegahan.
2. Epidemiologi Analitik
Penelitian epdemiologi analitik membandingkan kelompok-kelompok untuk
menentukan adanya peran dari berbagai faktor risiko dalam menyebabkan sebuah
penyakit atau masalah kesehatan. Desain dari penelitian analitik yang sering digunakan
dalam penelitian epidemiologi case-control, dan cohort.
a. Rancangan cohort
Penelitian case-control dan cohort lebih tepat untuk meneliti hubungan antara
“penyebab dan efek”. Pada penelitian cohort, peneliti memilih sekelompok individu
yang terpapar dan sekelompok individu yang tidak terpapar. Kedua kelompok tersebut
diikuti ke periode waktu yang akan datang (prospektif) untuk membandingkan adanya
outcome berupa kejadian penyakit pada kelompok tersebut. Hubungan antara paparan
dan penyakit dikatakan positif bila kejadian penyakit lebih besar pada kelompok
terpapar dibandingkan dengan kelompok tidak terpapar. Berikut ini gambar-gambar
yang memperjelas gambaran mengenai.
12
Kedua kelompok ini kemudian dibandingkan berdasarkan ada tidaknya paparan.faktor
risiko. Hubungan antara paparan dan outcome pada penelitian case control dilakukan
dengan perhitungan Odds Ratio.
BAB III
PENUTUP
13
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan kasus di atas, dapat diketahui bahwa dalam menentukan
penelitian kesehatan diperlukan pengetahuan tentang surveilans epidemiologi yang
mencakup kausalitas kesehatan, biostatik epidemiologi dan hal-hal yang berkaitan
dengan diagnostik dan skrining
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. journal Mirtz et al (2009), Fedak et al(2015), Crockettet al(2009), Boffetta P (2010)
2. Heryana, Ade. 2015. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular. Universitas Esa
Unggul Jakarta.
3. WHO Comprehensive Assessment of the National Disease Surveillance. 2004.
14
15