Anda di halaman 1dari 98

PROPOSAL

PENGARUH EDUKASI DENGAN VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN,


SIKAP DAN KETERAMPILAN REMAJA TENTANG BANTUAN HIDUP
DASAR DI DUSUN PREMAS DESA DAREK

TAHUN 2021

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah


Program Studi Diploma IV Keperawatan
Jurusan Keperawatan Mataram
Tahun Akademik 2020/2021

DISUSUN OLEH :
SAFIATURRAHMI
P07120317067

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Tim Penguji Proposal

Politeknik Kesehatan Mataram Jurusan Keperawatan dan

Diterima Untuk Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah

Program Studi Diploma IV Keperawatan Mataram

Jurusan Keperawatan Mataram

Tahun Akademik 2020/2021

Mengesahkan :

Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI

(Rusmini,S,Kep.,Ns.,MM.)

NIP. 197010161989032001

1. Muhammad Hasbi, M.Kep.,Sp.Kep.Kom :( )

Ketuan Penguji

2. Ni Putu Sumartini :( )
Penguji I

3. Siti Rosdianah Jafar, SKM.,M.Kes :( )


Penguji II

LEMBAR PERSETUJUAN

ii
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah

Program Studi Diploma IV (D.IV) Keperawatan

Jurusan Keperawatan Mataram

Tahun Akademik 2020/2021

Oleh :

SAFIATURRAHMI
P07120317067

Mataram, Januari 2021

MENGETAHUI,

Pembimbing Utama pembimbing pendamping

Ni Putu Sumartini M.Kep Siti Rosdianah Jafar,


SKM.,M.Kes
NIP.197905132002122001 NIP.
197207051999032001

KATA PENGANTAR

iii
iv

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga
penulisan Proposa yang berjudul “Pengaruh Edukasi Dengan Video
Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Masyarakat Tentang
Bantuan Hidup Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Darek “
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan proposal ini tidak
lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes., selaku Direktur


Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.
2. Ibu Rusmini, S.kep.Ns.,MM., selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Mataram Politeknik Kesehatan Mataram Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
3. Ibu Desty Emilyani,M.Kep., selaku Ketua Program Studi DIV
Keperawatan Mataram.
4. Ibu Ni Putu Sumartini M.kep selaku pembimbing utama yang telah
memberikan motivasi, masukan, arahan, dan solusi terhadap
semua permasalahan yang ada saat penyusunan proposal ini,
sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan usaha yang
maksimal.
5. Ibu Siti Rosdianah Jafaf,SKM.,M.Kes selaku pembimbing
pendamping yang telah memberikan motivasi, masukan, arahan
dan solusi serta banyak memberika semangat untuk terus maju
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu.
6. Kepada Kedua Orang Tua “ Ibu dan Bapak” yang tersayang yaitu
Rahman dan Rumisah, kakak saya yaitu Hairul Pajri Ihsan S.H dan
semua keluarga terima kasih atas segala doa dan kasih sayang
serta pengorbanannya selama ini.
7. Semua teman-teman DIV Keperawatan dan Khususnya sahabatku
Erika dan Hotari terima kasih atas segala bantuan dan
dukungannya selama ini.
Akhirnya semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan dapat
dicatat sebagai amal baik oleh Allah S.W.T. Demi kesempurnaan Proposal
penelitian ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.

Mataram, januari 2021

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

v
vi

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................7
A. Kerangka Teoritis..................................................................................7
1. Konsep Penyakit Jantung Koroner (PJK)........................................9
2. Konsep Bantuan Hidup Dasar (BHD) ...........................................12
3. Konsep Media.................................................................................20
4. Konsep Media Video......................................................................22
5. Konsep Pengetahuan.......................................................................26
6. Konsep Sikap..................................................................................32
7. Konsep Keterampilan.....................................................................39
8. Konsep Masyarakat........................................................................42
B. Kerangka Konsep Penelitian.................................................................47
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................48
A. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................48
B. Desain Penelitian..................................................................................49
C. Metode Penelitian.................................................................................50
D. Variabel Penelitian................................................................................55
E. Data Yang Dikumpulkan......................................................................56
F. Cara Pengumpulan Data.......................................................................57
G. Cara Pengolahan Data...........................................................................58
H. Prosedur Penelitian...............................................................................63
I. Kerangka Kerja.....................................................................................66
J. Definisi Operasional.............................................................................67
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................75

vii
viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Banyaknya sampel masing-masing lingkungan di Dusun Premas

Premas Desa Darek.....................................................................52-53

Tabel 2 Definisi Operasional Penelitian..................................................49


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Cara memeriksa kesadaran pada pasien .......................................... 15

Gambar 2. Dtitik tempat dilakukannya Resusitasi Jantung Paru (RJP)............. 17

Gambar 3. Cara membuka jalan nafas tehnik head tilt chin lift....................... 17

Gambar 4. Cara memberikan nafas buatan kepada pasien.............................. 18

Gambar 5. Langkah-langkah penggunaan AED.............................................. 19

Gambar 6. Langkah-langkah pemberian posisi pemulihan............................. 20

Gambar 7. Kerangka Konsep Penelitian.......................................................... 47

Gambar 8. Kerangka Kerja Penelitian............................................................. 66

ix
x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Tetang Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Respnden

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Pengetahuan

Lampiran 4 : Lembar kuesioner sikap

Lampiran 5 : Lembar Cheklist BHD


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian gawat darurat dapat terjadi dimana saja, dan dapat juga

menimpa siapa saja sehingga memerlukan bantuan sesegera mungkin

karena dapat menyebabkan kecacatan permanen atau bahkan dapat

menyebabkan kematian (Depkes,2016). Kejadian gawat darurat

merupakan kondisi dimana korban mengalami henti nafas atau henti

jantung (Thgerson dkk, 2011). Kejadian gawat lainnya yaitu ketika

mengalami kecelakaan sehingga membutuhkan pertolongan segera

seperti perdarahan. Memang hal tersebut tidak langsung merenggut

nyawa seseorang namun akibat yang di timbulkan jika tidak ditangani

dengan segera akan menyebakan kematian.

Berdasarkan data WHO (World Health Organization) pada tahun

2014, disebutkan bahwa 37% angka kematian di Indonesia di

sebabkan karena penyakit kardiovaskuler yang salah satunya adalah

penyakit jantung koroner. (World Health Organiization,2014), di-

Indonesia sendiri belum didapatkan data yang pasti mengenai jumlah

prevalensi kejadian henti jantung atau henti nafas dikehidupan sehari-

hari atau di luar rumah sakit, Namun diperkirakan sekitar 10.000 warga

pertahun yang berarti 30 orang perhari yang mengalami henti jantung.

Penderita henti janung terbanyak terjadi pada penyakit jantung koroner

serta kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung koroner dan

1
2

stroke yang diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta

keatian pada tahun 2030 (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data NTB (Riskesdas 2018), prevalensi penyakit

jantung menurut diagnosis dokter dan karakteristik banyak terjadi pada

usia 65-74 tahun sebanyak 3,27% kasus dan pada remaja atau usia

15-24 tahun sebanyak 0,5% kasus. Berdasarkan data (Dinas

Kesehatan Lombok Tengah 2018-2019), pada tahun 2018 prevalensi

penyakit jantung koroner pada laki-laki sebanyak 20 orang dan

perempuan sebanyak 21 orang sehingga jumlahnya menjadi 41

kasus. Pada tahun 2019 terjadi pada laki-laki sebanyak 43 orang dan

perempuan sebanyak 60 orang sehingga jumlahnya meningkat

menjadi 103 kasus.

Berdasarkan data wilayah kerja puskesmas Desa Darek pada

tahun 2019 penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit

tertinggi dari daftar macam-macam penyakit di puskesmas Desa

Darek. Penyakit jantung koroner rata-rata di derita oleh lansia mulai

dari umur 40 tahun keatas sebanyak 40 orang. Hasil studi

pendahuluan menggunakan metode wawancara di Dusun Premas

Desa Darek pada tanggal 10 November 2020, dimana ada sekitar 5

orang yang menderita penyakit jantung koroner dengan jumlah

penduduk sekitar 557.

Korban henti jantung memiliki kemampuan bertahan yang akan

terus berkurang sebanyak 7-10 % tiap menitnya, sehingga bantuan

sesegera mungkin sangat diperlukan terutama bantuan dari orang


yang ada disekitarnya baik yang berada di dalam maupun luar Rumah

Sakit (Suhartanti, Ariyanti, & Prastya, 2017). Keberhasilan

mengembalikan sirkulasi spontan dalam waktu kurang dari 20 menit

setelah terjadi henti jantung berhubungan dengan meningkatnya angka

survival pasien OHCA. Sehingga Hal tersebut mengindikasikan

pentingnya keterampilan dalam memberikan pertolongan Bantuan

Hidup Dasar (BHD) secara cepat dan tepat terutama bagi masyarakat

setempat dan bukan hanya untuk tenaga kesehatan saja. Dengan

adanya keterampilan BHD diharapkan masyarakat mampu menolong

korban henti jantung atau henti nafas di lingkungan tempat tinggal

maupun di luar tempat tinggal (Suhartanti et al, 2017).

Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan tindakan pertolongan

pertama yang dilakukan untuk menyelamatkan seserang yang

mengalami henti nafas atau henti jantung (AHA,2010). Kondisi henti

nafas atau henti jantung ini dapat ditangani dengan tindakan BHD yaitu

Resusitasi Jantung Paru (RJP). Dalam memberikan RJP penolong

harus memastikan bahwa penolong dan korban ada dilingkungan yang

aman, lalu penolong memeriksa respon atau keadaan korban serta

meminta bantuan kepada orang sekitar untuk dipanggilkan ambulans,

kemudian penolong dapat memberikan kompresi dada dan pemberian

nafas buatan jika keadaan korban semakin gawat dan Golden Minute

semakin sedikit (YAGD 118,2015).

3
4

Salah satu bentuk media pembelajaran yang digunakan adalah

media video. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,

menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan,

mempersingkat dan memperpanjang waktu serta dapat mempengaruhi

sikap (Azhar Arsyad, 2011). Melalui media pembelajaran video

Resusitasi Jantung Paru (RJP) ini diharapkan mampu dan dapat

membimbing masyarakat di wilayah Desa Darek dalam melakukan

RJP dengan baik dan benar, sehingga mampu memberikan

pertolongan ketika menemukan pasien yang mengalami henti jantung .

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Edukasi Dengan Video Terhadap

Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Masyarakat Tentang Bantuan

Hidup Dasar di Dusun Premas Desa Darek“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada Pengaruh

Edukasi Dengan Video Terhadap Pengetahuan, Sikap, dan

Keterampilan Masyarakat Tentang Bantuan Hidup Dasar di Dusun

Premas Desa Darek ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Edukasi Dengan Video Terhadap

Pengtahuan, Sikap, dan Keterampilan Masyarakat Tentang Bantuan

Hidup Dasar di Dusun Premas Desa Darek


2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan keterampilan pada

Masyarakat sebelum dilakukan edukasi dengan video tentang

Bantuan Hidup Dasar di Dusun Premas Desa Darek

b. Mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan keterampilan

Masyarakat setelah di lakukan edukasi dengan video tentang

Bantuan Hidup Dasar di Dusun Premas Desa Darek

c. Menganalisis pengetahuan, sikap dan keterampilan Masyarakat

sebelum dan setelah dilakukanedukasi dengan video tentang

Bantuan Hidup Dasar di Dusun Premas Desa Darek

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara teoritis dan praktis yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

mengembangkan wawasan, pengetahuan dan untuk mendapatkan

pengalaman penelitian tentang pengetahuan, sikap dan

keterampilan Masyarakat dalam melakukan Bantuan Hidup Dasar

melalui media video

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Dengan di lakukannya penelitian ini diharapkan masyarakat

dapat menambah wawasan pengetahuan, skap dan

keterampilan Masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar (RJP)

b. Bagi Poltekkes Kemenkes Mataram

5
6

Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi

dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi suatu

literature di perpustakaan khususnya jurusan keperawatan

tentang Bantuan Hidup Dasar (RJP)

c. Bagi Peneliti Lain

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat digunakan

sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian-penelitian

selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai data awal tambahan

referensi bagi peneliti selanjutnya.

E. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada pengaruh Edukasi dengan video terhadap

Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Masyarakat

tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD).

Ha : Ada pengaruh Edukasi dengan Video terhadap

pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Masyarakat

tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Konsep Penyakit Jantung Koroner (PJK)

a. Pengertian Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan obstruksi arteri

koroner yang disebabkan oleh atherosclerosis yaitu bentuk

proses inflamatori yang kompleks dari arteri koroner oleh

akumulasi lemak, macrophag dan jaringan fibosa yang

menyebabkan flag intima pada arteri koroner yang berukuran

besar dan sedang menyebabkan penyempitan sehingga terjadi

ketidakseimbangan antara suplai dan oksigen otot jantung

(Kumar & Clarks, 2012)

b. Penyebab terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Menurut (Kowalak, 2012) penyakit Jantung Koroner

umumnya disebabkan oleh aterosklerosis, namun ada

penyebab lain yang jarang ditemui yaitu aneurisma disecting,

vaskulitis infeksiosa, safilis, dan efek kongenital yang

menyebabkan spasme atau stenosis pembuluh darah.

c. Faktor-Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner

Menurut Kumar & Clarks, (2012) terdapat 2 faktor resiko

penyebab dari PJK yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan

yang tidak dapat diubah antara lain:


8

1) Faktor yang dapat diubah (Modifiable)

a) Peningkatan Tekanan Darah (Hypertension)

Peningkatan sistolik dan diastolik berhubungan erat

dengan resiko terjadinya peningkatan Penyakit Jantung

Koroner (PJK). Menurut direktorat Jendral penendalian

penyakit dan penyehatan lingkungan (2011),

menyatakan bahwa resiko penyakit jantung koroner

meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah,

dimana peningkatan tekanan darah sistolik 130-139

mmHg dan tekanan diastolik 85-89 mmHg akan

meningkat sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan

tekanan darah kurang. Patogenesis PJK dimulai ketika

terjadinya mikrovaskuler desease. Terjadinya hipertropi

tunika intima yang diikuti hialinisasi pada daerah

tersebut menyebabkan tekanan sistemik meningkat,

karena ada tahanan yang harus dilewati pada saat

memasok darah, hal ini memicu ventrikel kiri meningkat

kontraksinya dalam mengeluarkan darah dan

peningkatan kerja jantung.

b) Abnormal kadar lemak darah (hyperlipidaemia)

Hiperlipidemia adalah keadaan dimana terjadi

peningkatan kolesterol dan trigliserida di dalam darah

(Anies, 2015). Diagnosis parameter atau diagnosis

hiperlipidemia sdah cukup ditegakkan dengan melihat


nilai peningkatan kolesterol trigliserida yaitu trigliserid

diatas 150 mg/dl dan level kolesterol total lebih dari 200

mg/dl (Anies,2015).

c) Gaya Hidup

Ada beberapa resiko penyebab terjadinya PJK

dengan gaya hidup anatara lain : Diet, obesitas,

infaktivitas fisik.

d) Gula darah tidak terkontrol (Hiperglikemia)

Hiperglikemia adalah peningkatan kadar glukosa di

dalam plasma darah <200 mg/dl. Hiperglikemia ini

dapat terjadi pada penderita diabetes maupun non

diabetes dengan etiologi dosis insulin tidak tepat,

asupan makanan berlebihan, aktivitas kurang, stress

atau emosional dan infeksi. Gula darah yang tinggi atau

meningkat dari kisaran normal merupakan kondisi yang

dapat memicu terjadinya Penyakit Jantung Koroner

(smelzter & Bare,2003)

e) Kebiasaan merokok

Merokok merupakan gaya hidup yang dapat

diperbaiki bahkan dihilangkan. Merokok pada diabetes

melitus diyakini secara langsung meningkatkan resiko

terjadinya PJK. Kejadian PJK pada perokok dapat

dinyatakan tinggi dimana pada perokok dua atau tiga

9
10

kali lebih mungkin terkena PJK dibandingkan dengan

mereka yang tidak merokok.

2) Faktor yang tidak dapat diubah (non modifable)

a) Usia

Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat

seiring dengan bertambahnya usia. Telah terbukti ada

hubungan kuat antara umur dan PJK hal ini

dihubungkan dengan kadar kolesterol di dalam tubuh

dimana pada usia 20-30 tahun baik laki-laki maupun

perempuan terjadi kenaikan. Dibawah umur 40 tahun

tanda dan gejala serius dari PJK belum terlihat namun

pada usia 40 hingga 60 tahun, insiden Infark Miokard

(IM) dan angina meningkat 5 kali lipat (Kumar & Clark).

b) Jenis Kelamin

Laki-laki memiliki resiko dua sampai tiga kali lipat lebih

besar terkena PJK dan lebih awal 10 tahun dari pada

wanita, namun setelah menopause kerentanan PJK

hampir sama antara laki-laki dan perempuan hal ini

disebabkan karena estrogen dan endogen yang

menurun setelah menopause pada wanita. Kadar

hormon estrogen yang menurun setelah menopause

menyebabkan peningkatan kadar lemak dalam darah

sehingga ateroma mudah terbentuk.

c) Riwayat Keluarga
Faktor familial dan genetika mempunyai peranan

bermakna dala patogenesis PJK, riwayat penyakit

Jantung Koroner dalam keluarga meningkatkan

timbulnya aterosklerosis prematur. The Reykjavik

Cohort Study menemukan bahwa pria dengan riwayat

keluarga menderita PJK mempunyai resiko 1,75 kali

lebih besar untuk menderita PJK dan wanita dengan

riwayat PJK memiliki resiko1,83 kali lebih besar untuk

menderita PJK dibandingkan dengan ang tidak

mempunya riwayat PJK (Kumar & Clarks, 2012).

d) Ras

Pada kelompok masyarakat kulit putih baik pada laki-

laki maupun perempuan mendominasi kematian akibat

PJK, hal ini didukung oleh penelitian dari Amerika ras

kulit putih lebih sering terkena PJK dari pada Ras

African American (Kumar & Clarks, 2012).

3) Faktor Resiko Lain Penyebab PJK

Penelitian Epidemiologi terbaru menambahkan faktor

resiko lain yang berkontribusi terhadap atherosklerosis

diantaranya adalah stress, alkohol, genetik faktor,

lipoprotein, coagulation faktors, creactive protein, dan

non-steroidal, anti-inflamantory drugs (NSAIDs) (Kumar &

Clarks, 2012).

11
12

2. Konsep Bantuan Hidup Dasar (BHD)

a. Pengertian Bantuan Hidup Dasar

Basic Life Support atau Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah

suatu tindakan dasar yang dilakukan ketika menemukan pasien

henti jantung. Aspek dasar dari Basic Life Support meliputi

penanganan secara langsung terhadap sudden Cardiac Arrest

dan sistem tanggap darura, cardiopulmonary resuscitation

(CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP), dan defibrilasi

cepat dengan (AED) Automated External Defibrilator (berg, et

al 2010 dalam Riyani 20016).

b. Tujuan Bantuan Hidup Dasar

American Heart Assocation (AHA, 2015) mengatakan bahwa

terdapat beberapa tujuan BHD antara lain :

1. Mengurangi tingkat mobilisasi dan kematian dengan

mengurangi penderitaan

2. Mencegah terjadinya penyakit lebih lanjut atau cedera

pada korban

3. Mendorong pemulihan yang cepat kepada korban

Menurut Alkatari (2007), berpendapat bahwa tujuan utama

dari bantuan hidup dasar adalah tindakan dimana seseorang

(penolong) akan memberikan oksigenasi darurat untuk

mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah

menuju ke oksigen dan ke seluruh jaringan tubuh.


c. Indikasi Pemberian Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang meliputi

Bantuan Hidup Dasar merupakan salah satu dasar yang sangat

penting terutama pada pasien yang mengalami cardiac Arrest

karena fibrilasi ventrikel yang terjadi di luar rumah sakit, pasien

di rumah sakit dengan fibrilasi ventrikel primer dan penyakit

janung isemik, pasien dengan hiportermi, overdosis, obstruksi

jalan nafas atau Primary Respiratory Arrest (Alkatari, 2007).

1. Henti Jantung (Cardiac Areest)

Henti Jantung merupakan suatu keadaan dimana

berhentinya peredaran darah akibat kegagalan jantung

untuk melakukan kontraksi secara efektif, Keadaan tersebut

biasa disebabkan oleh penyakit primer pada jantung dan

penyakit sekunder pada non jantung.

Henti Jantung adalah keadaan apabila jantung primer

berhenti sehingga oksigen tidak dapat beredar dan oksigen

yang tersisa pada organ vital tinggal sedikit dan akan habis

dalam beberapa detik (Mansjoer & Sudoyo 2010).

2. Henti Nafas (Apnea)

Henti Nafas (Apnea) adalah suatu keadaan dimana

terjadi sumbatan pada jalan nafas yang diakibatkan oleh

depresi pernafasan baik disentral maupun perifer.

Berkurangnya oksigen didalam tubuh akan memberikan

suatu suatu keadaan ang disebut Hipoksia (keadaan

13
14

dimana frekuensi nafas akan lebih cepat dari pada keadaan

normal).

Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut dan

nadi masih teraba, pemberian oksigen ke otak dan organ

vital lainya masih cukup sampai beberapa menit. Jika

terjadi henti nafas dan pasien menerima pertolongan

dengan segera maka kemungkinan besar hidupnya akan

terselamatkan, dan sebaliknya jika terlambat akan

berakibat henti jantung yang mungkin akan berakibat fatal

(latief % kartini 2009).

3. Tidak Sadarkan Diri

d. Langkah – Langkah Bantuan Hidup Dasar (BHD)

1. Memperhatikan keamanan dan menghindari bahaya

dengan melakukan 3A (Aman)

Sebelum melakuan pertolongan seorang penolong

harus ingat bahwa tidak jarang akan memasuki keadaan

yang berbahaya, maka ada beberapa hal yang harus

dilakukan oleh seorang penolong kepada korban, yaitu :

a) Memastikan keamanan penolong

b) Memastikan keamanan lingkungan

c) Memastikan keamanan penderita

2. Penentuan Tingkat Kesadaran (Respon Korban)

Penolong perlu memeriksa pernafasan korban, jika

korban tidak sadarkan diri dan bernafas secara abnormal


(terengah–engah) penolong harus mengasumsikan korban

mengalami henti jantung. Penolong juga harus memastikan

korban tidak merespon denga cara memanggil korban

dengan jelas, lalu menepuk dan menggoyangkan bahu

korban (Riyani, 2016).

Berikut adalah gambar pada saat memeriksa kesadaran

korban. Gambar 1.

Gambar 1. Cara memeriksa kesadaran pada pasien.

RS Dr.Soreoejo Magelang (2016)

3. Memanggil Korban (Should For Help)

seorang penolong harus siap dengan lokasi kejadian,

jumlah koban, dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian

tindakan tersebut dilakukan secara bersamaan apabila

pada lokasi kejadian terdapat lebih dari satu penolong,

misalnya penolong pertama bertugas untuk memeriksa

respon korban kemudian melanjutkan tindakan BHD

sedangkan penolong kedua bertugas mengaktifkan Sistem

Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dengan

menelpon ambulans terdekat dan mengambil alat kejut

15
16

jantung otomatis Automated External Defibrilator (AED),

Riyani (2016).

4. Resusitasi Jantung Paru (RJP)

RJP terdiri dari penekanan dada dan bantuan nafas

dengan perbandingan 30:2 berarti 30 kali, setelah

penekanan dada kemudian dilanjutkan dengan memberikan

2x bantuan nafas. Bantuan nafas dapat diberikan jika si

penolong yakin mampu melakukannya.

Jika si penolong tidak terlatih dan harus memberikan

RJP maka hanya kompresi (Hand-Only) dengan atau tanpa

panduan operator untuk korban serangan jantung dewasa.

Penolong harus melanjutkan CPR (Cardio Pulmonary

Ressucitation) hanya kompresi hingga AED (Automated

External Defibrilator) atau penolong dengan latihan

tambahan secara tiba- tiba. Selain itu jika penolong terlatih

mampu melakukan nafas buatan, ia harus menambahkan

nafas buatan dalam rasio 30 kompresi berbanding 2 kali

nafas buatan.

Kecepatan kompresi dada pada orang dewasa yang

menjadi korban seangan jantung, seorang penolong perlu

melakukan kompresi dada dengan kecepatan 100 hingga

200/min, dengan kedalaman minimal 2 inci (5 cm) untuk

dewasa rata–rata, dengan menghindari kompresi dada


yang berlebihan (lebih dari 2,4 inci atau 6 cm) , (American

Heart Assocation).

Berikut adalah Gambar 2. titik tempat dilakukannya RJP

(Resusitasi Jantung Paru)

Gambar 2. Titik tempat dilakukannya RJP

(Resusitasi Jantung paru). Rs Dr. Soreoejo

Magelang (2016).

Bantuan nafas diberikan setelah membuka jalan nafas

pada korban dengan tehnik mengadahkan kepala dan

mengangkat dagu (head till chin lift)

Berikut adalah gambar 3. cara membuka jalan nafas

menggunakan tehnik head tilt-chin lift.

Gambar 3. Cara membuka jalan nafas

menggunakan tehnik head tilt chin lift.

17
18

Setelah itu si penolong harus memberikan pernafasan

cuping hidung korban dijepit dengan menggunakan ibu jari

dan telunjuk agar tertutup kemudian diberikan nafas buatan

sebanyak dua kali, dengan waktu masing – masing 1 detik,

dan buang nafas seperti biasa melalui mulut. Bantuan

nafas yang diberikan melalui mulut atau menggunakan

pelindung wajah yang diletakkan di wajah korban. Pada

saat memberikan nafas buatan si penolong juga harus

melihat apakah dada korban ikut mengembang dan

kemuadian tunngu hingga dada turun kembali dan

kemuadian berikan nafas buatan berikutnya. RJP harus

terus dilakukan secara bergantian sampai alat kejut

jantung atau Automated External Defibrilator (AED) datang

dan siap untuk digunakan, (Riyani, 2016).

Berikut Gambar 4. Cara memberikan nafas buatan

pasien ketika terjadi henti nafas atau henti jantung.

Gambar 4. Cara memberikan bantuan nafas buatan

kepada pasien
5. Melakukan Kejut Jantung Dengan AED (Automated

External Defibrilator)

Automated External Defibrilator (AED) merupakan alat

yang dapat digunakan untuk memerikan kejutan listrik pada

korban. Cara–cara menggunakan AED adalah sebagai

berikut : pertama, pasang terlebih dahulu bantalan (pad)

alat kejut jantung otomatis pada dada korban sesuai

instruksi yang ada pada alat. Setelah dinyalakan ikuti

instruksi yang ada pada alat tersebut, jangan menyentuh

korban karena alat kejut jantung tersebut akan

menganalisis irama jantung korban. Dan hal ini juga dapat

dilakukan untuk mengembalikan kelistrikan jantung seperti

semula, (Riyani, 2006). Berikut Gambar 5. Langkah-

langkah penggunaan AED

Gambar 5. Langkah-langkah penggunaan AED

19
20

6. Posisi pemulihan setelah dilakukan Resusitasi Jantung

Paru

Posisi pemulihan ini dilakukan jika koerban sudah

bernafas dengan normal. Cara untuk melakukan posisi

pemulihan yaitu dengan meletakkan tangan kanan korban

keatas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban

sehingga korban miring ke arah lengan di bawah kepala

korban (Riyani, 2006)

Berikut adalah Gambar 6. Cara memberikan posisi

pemulihan pada pasien

Gambar 6. Langkah-langkah pemberian posisi

pemulihan

3. Konsep Media

a. Pengertian media

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, pengertian media adalah

alat bantu apa saja yang bisa digunakan sebagai penyalur

pesan untuk mencapai sesuatu yang ingin dituju. Menurut

Assocation Education Technology (AETC), media merupakan


suatu bentuk saluran yang dipakai dalam proses penyampaian

(Ibrahm,2019).

b. Jenis-jenis Media

Menurut (Ibrahim,2019) berikut adalah jenis media yang

biasa digunakan dalam dunia pembelajaran antara lain :

1) Media Visual

Media yang paling sering digunakan dalam dunia

pebelajaran adalah media visual. Media visual merupakan

suatu bentuk media yang memiliki bentuk fisik nyata dan

dapat dilihat, dibaca,dan diraba. Jika dibandingkan

dengan media-media pembelajaran lainnya, media visual

cenderung jauh lebih mudah untuk ditemukan. Bebrapa

contoh media visual yaitu gambar, foto,buku majalah, alat

dan alat peran

2) Media Audio

Jenis media yang kedua ini juga banyak digunakan dalam

aktivitas pembelajaran yaitu Media Audio. Media audio ini

merupakan suatu media yang hanya dapat diakses

melalui organ pendengaran. Beberapa bentuk media

audio yaitu radio, suara lagu, dan audio CD.

3) Media Adiovisual/Media Edukasi

Media yang ketiga ini merupakan suatu jenis media yang

terbaik yang digunakan dalam proses pembelajaran .

media Audiovisual merupakan jenis media yang

21
22

mencakup media audio (dapat didengar), dan media

visual (dapat dilihat). Beberapa contohnya yaitu siaran

televisi, pertunjukan drama atau teater dan film layar

lebar.

4. Konsep Media Video

a. Pengertian Media Video

Media video pembelajaran atau media Audio Visual yaitu

media yang mempunyai suara, dan adanya gerakan serta

bentuk obyeknya dapat dilihat, sehingga media ini paling

lengkap. Informasi yang dsajikan melalui media video

berbentuk dokumen yang masih hidup, dapat dlihat diayar

monitor atau ketika diproyeksikan ke layar lebar melalui

sebuah proyektor dan dapat didengar suaranya serta dapat

dlihat gerakannya (Mufarokah,2009).

b. Karakteristik Media Video

Karakteristik media video pembelajaran menurut Cheppy

Riyana (2007) untuk menghasilkan sebuah video

pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan

efektivitas penggunanya, maka pengembangan video harus

memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Berikut beberapa

karakteristik video pembelajaran yaitu:

1) Kejelasan pesan (Clarity Of Message)

Dengan adanya media video seseorang dapat

memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna


dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga

informasi dengan sendirinya akan dapat tersimpan

dalam memori jangka panjang dan bersifat refersi

2) Berdiri sendiri (Stand Alone)

Pada karakteristik ini video yang dikembangkan tidak

bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus

digunakan besama-sama dengan bahan ajar yang lainya

3) Bersahabat/akrab dengan pemakainya (User Friendly)

Media video menggunakan bahasa yang sangat

sederhana, mudah dimengerti, dan menggunakan

bahasa yang umum. Paparan informasi yang ditampilkan

bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya,

termasuk kemudahan dalam merespon dan dapat

mengakses sesuai dengan apa yang di inginkan.

4) Representasi Isi

Materi yang digunakan pada karakteristik ini harus

benar-benar refresentatif, misalnya materi simulasi atau

demonstrasi.

5) Visualisasi dengan media

Materi yang digunakan akan dikemas secara multimedia

yang didalamnya terdapat teks animasi, sound, dan

video sesuai dengan tuntutan materi. Sehingga materi-

materi tersebut bersifat aplikatif, berproses dan sulit

23
24

terjangkau dari bahaya apabila langsung di praktekkan,

memilki tingkat keakurasian tinggi.

6) Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi

Tampilan yang dgunakan denga media video dapat

berupa grafis dan dibuat dengan tehnologi rekayasa

digital dengan resolusi tinggir.

7) Dapat digunakan secara klasikal atau Individu

Video pembelajaran juga dapat digunakan oleh

seseorang secara individual, dan dapat juga digunakan

secara klasikal pada sekolah-sekolah dengan jumlah

siswa makasimal 50 orang yang dipandu oleh seorang

guru dengan cara cukup mendengarkan uraian narasi

dari narator yang telah tersedia dalam sebuah program.

c. Tujuan dan Fungsi Media Video

Menurut Cheppy Riyana (2007) dalam mufarokah (2009)

media video sebagai salah satu bahan ajar bertujuan untuk :

1) Memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan

agar tidak terlalu verbalitis

2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indra

peserta didik maupun instruktur.

Selain meiliki tujuan media video juga memiliki fungsi

sehingga dalam proses pembelajaran akan sesuai dengan

yang diharapkan. Beriku beberapa fungsi dari media video

yaitu :
1) Menarik dan dapat mengarahkan perhatian seseorang

untuk bisa berkonsentrasi terhadap isi dari video

2) Dapat terlihat dari keterlibatan tingkat emosi seseorang

pada saat menyimak tayangan materi pelajaran yang

disertai dengan visualisasi

3) Dapat membantu pemahaman dan ingatan isi materi

bagi seseorang yang lemah dalam bidang membaca.

d. Manfaat Penggunaan Media Video

Manfaat media video menurut Andi Prastowo (2012),

antara lain:

1. Memberikan pengalaman atau sesuatu yang tak terduga

kepada seseorang

2. Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya

tidak mungkin bisa dilihat

3. Menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu

4. Memberikan pengalaman kepada seseorang untuk dapat

merasakan suatu keadaan tertentu

5. Menampilkan presentasi mengenai studi kasus tentang

sesuatu sehingga akan memunculkan respon balik

e. Kelebihan Dan Kekurangan Media Video

Menurut pendapat Ronald Andreson (1987) media video

memiliki kelebihan dan kekurangan.

Berikut terdapat beberapa kelebihan dari media video yaitu:

25
26

a) Dengan menggunakan media video baik itu media video

yang menggunakan suara maupun tidak seseorang akan

dapat menunjukkan kembali seseuatu yang telah di lihat di

sebuah video

b) Dengan menggunkan efek tertentu sebuah video dapat di

gunakan untuk proses pembelajaran maupun hiburan

c) Dapat menyajikan informasi secara serentak pada waktu

yang bersamaan

d) Dapat digunakan sebaai media pembelajaran secara

mandiri

Berikut terdapat beberapa kelemahan dari media video yaitu

a) Biaya produksi sebuah video sangat tinggi dan hanya

sedikit orang yang mampu mengerjakannya

b) Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah

penonton, kecuali jaringan monitor dan sistem proyeksi

video diperbanyak

c) Ketika akan digunakan, peralatan video harus diimbangi

dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain.

c. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu hasil dari rasa

keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada

mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan suatu domain yang


sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang,

sebagaimana pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga, (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat–Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang

terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan

yang berbeda–beda. Secara garis besar tingkatan

pengetahuan seseorang dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori

yang telah ada sebelumnya dengan cara mengamati

sesuatu secara spesifik dan seluruh bahan yang telah

dipelajari ataupun rangsangan yang telah diterima.

Tahu disini merupakan tingkatan yang paling

sederhana karena kata kerja ini digunakan untuk

mengukur sebagaimana kemampuan seseorang

tentang apa yang sudah dipelajari sebelumnya.

b) Memahami (Comprehention)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tentang

tahu terhadap objek tersebut dan juga tidak hanya

sekedar menyebutkan melainkan seseorang tersebut

harus bisa mengiterpretasikan secara benar mengenai

suatu objek dan materi sehingga mampu menjelaskan,

27
28

menyebutkan contoh, dan dapat menarik kesimpulan

terhadap objek yang sudah dipelajari.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan apabila seseorang telah

memahami objek yang dimaksud dan dapat

menggunakan maupun mengaplikasikan prinsip yang

sudah diketahui pada situasi dan kondisi tertentu.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam

menjabarkan atau memisahkan, dan kemudian

mencari tahu hubungan antara komponen –

komponen dalam suatu objek atau masalah yang

diketahui. Indikasi bahwa tingkat pengetahuan

seseorang sudah sampai pada tingkatan ini adalah

jika orang tersebut sudah mampu membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, membuat bagan

(diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut.

e) Sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan

yang logis dari komponen pengetahuan yang

dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah

ada sebelumnya.
f) Evaluasi ( Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian berdasarkan suatu objek kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma – norma yang berlaku

dimasyarakat.

c. Proses Prilaku “Tahu “

Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2017),

mengungkapkan bahwa proses adopsi prilaku yakni

sebelum seseorang mengadpsi prilaku baru didalam diri

orang tersebut terjadi beberapa proses, diantaranya

sebagai berikut :

1) Awareness atau kesadaran yaitu tahapan dimana

seorang individu sudah menyadari ada stimulus atau

rangsangan yang ada padanya.

2) Interest atau merasa tertarik yaitu individu akan mulai

tertarik pada stimulus tersebut

3) Evaluation atau menimbang–nimbang yaitu dimana

individu akan mempertimbangkan baik buruknya

stimulus tersebut bagi dirinya

4) Trial atau percobaan yaitu dimana individu akan

mulai mencoba prilaku yang baru

5) Adaption atau pengangkatan yaitu ketika individu

sudah memiliki prilaku baru sesuai dengan

29
30

pengetahuan, sikap dan kesadaranya terhadap

stimulus

d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Menurut YB Mantra yang dikutip A. Wawan dan

Dewi M. (2010), pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga prilaku dan pola hidup

terutama dalam meotivasi sikap serta pebangunan

(Nursalam, 2003) pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang maka akan semakin mudah

untuk menerima informasi.

b. Pekerjaan

Menurut Thomas (2010), pekerjaan merupakan

suatu keburukan yang harus dilakukan oleh

seseorang demi menunjang kehidupannya

maupun kehidupan keluarganya. Pekerjaan juga

tidak dapat diartikan sebagai suatu kesenangan

akan tetapi suatu cara untuk mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan memiliki banyak

tantangan.

c. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam

(2003), usia adalah umur seseorang yang dimana


mulai terhitung sejak orang tersebut dlahirkan

sampai berulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok (1998), semakin tinggi umur seseorang

maka tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang baik itu dalam

pikiran maupun pekerjaan.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya dapat

mempengaruhi perkembangan dan prilaku

seseorang atau kelompok.

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat

memberikan pengaruh dari sikap dalam menerima

informasi

e. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang

dapat diinterpretasikan dengan skala yang bersifat

kualitatif, yaitu :

1. Pengetahuan Baik : Bila subjek mampu

menjawab dengan benar76 % -100 % dari seluruh

pertanyaan

31
32

2. Pengetahuan Cukup : Bila subjek mampu

menjawab dengan benar 56 % - 75 % dari semua

pertanyaan

3. Pengetahuan Kurang : Bila subjek mampu

menjawab denan benar 40 % - 55 % dari semua

pertanyaan

d. Konsep Sikap

a. Pengertian Sikap

Menurut sunaryo (2004), sikap yang terdapat pada diri

seseorang dapat memberi warna atau corak tingkah laku

maupun perbuatan individu yang bersangkutan. Sikap

merupakan respon atau reaksi seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo

S. 1997). Sikap merupakan suatu organisasi pendapat ,

keyakinan seseorang mengenai suatu objek atau situasi

yang relatif dan disertai dengan adanya perasaan tertentu

yang dapat memberikan dasar pada seseorang sehingga

dapat berespons atau berprilaku dengan cara tertentu

(Bimo Walgito, 2001). “.

b. Komponen – Komponen Sikap

Thurstone berpendapat bahwa komponen afektif pada

sikap, Rokeach berpendapat pada sikap adanya

komponen kognitif dan konatif (Walgito, 2011). Sedangkan


komponen sikap menurut Rahayuningsih, S.U (2008)

mencakup tiga hal sebagai berikut :

1) Komponen Kognitif yaitu berhubungan dengan belief

(kepercayaan dan keyakinan), ide, konsep. Bagian dari

kognitif itu sendiri yaitu persepsi dan opini yang dimiliki

seseorang mengenai seseuatu.

2) Komponen Afeksi yaitu berhubungan dengan

emosional seseorang yang menyangkut perasaan

terhadap suatu objek dan sikap yang menyangkut

masalah emosi.

3) Komponen Prilaku atau konatif yaitu berhubungan

dengan komponen dan kecenderungan seseorang

untuk berprilaku seperti objek sikap tersebut.

c. Fungsi Sikap

Menurut Baron, Byrne, dan Branscombe (dalam

Walgito, 2011), terdapat lima sikap sebagai berikut :

1. Fungsi Pengetahuan yaitu sikap dapat membantu

seseorang untuk menginterpretasi stimulus baru dan

menampilkan respon yang sesuai.

2. Fungsi Ekspresi nilai yaitu sikap yang ada pada diri

seseorang merupakan jalan untuk mengeksresikan

nilai yang ada dalam dirinya seta akan mendapatkan

kepuasan terhadap dirinya.

33
34

3. Fungsi Pertahanan Diri yaitu sikap berusaha

melindungi diri dari penilaian negatif tentang diri kita .

4. Fungsi memotivasi kesan yaitu mengatakan sesuatu

kepada orang lain untuk memberikan kesan positif

tentang diri kita.

d. Faktor yang mempengaruhi pembentuk dan pengubah

sikap

Menurut (Azwar, 1955) faktor–faktor yang

mempengaruhi pembentukan dan pengubah sikap

seseorang yaitu :

1. Pengalaman Pribadi

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

3. Pengaruh kebudayaan

4. Media massa

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

6. Pengaruh faktor emosional

e. Ciri – Ciri Sikap

Menurut Heri Purwanto (1998 : 63) dalam ciri – ciri

sikap antara lain :

1. Sikap merupakan bawaan seseorang sejak lahir

2. Sikap yang terdapat pada diriseseorang dapat

berubah–ubah sesuai dengan kondisi seseorang

3. Sikap tidak dapat berdiri sendiri


4. Objek sikap dapat berupa sesuatu hal akan tetapi

dapat juga sebagai kumpulan dari hal–hal tersebut

5. Sikap memiliki segi–segi motivasi dan perasaan

f. Cara Pengukuran Sikap

Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi

sosial adalah bagaimana mengukur sikap seserang.

Tehnik pengukuran sikap terdiri dari antara lain : Skala

Thurstone, Likert, Unobstrusive Measures, analisis

skalogram dan skala kumulatif, dan Multidimentional

Scaling (Wawan, A. Dalam Dewi M. 2010) yang dijelaskan

sebagai berikut :

1) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing

Intervals)

Metode ini mencoba menempatkan sikap

seseorang pada rentangan kontinum dari yang

sangat unfavourable hingga menjadi sangat

favourable terhadap suatu obyek sikap. Caranya

yaitu dengan memberikan orang tersebut sejumlah

pernyataan atau pertanyaan tentang sikap yang

telah ditentukan derajat favourabilitasnya. Tahap

yang paling kritis dalam menyusun alat seleksi awal

terhadap pernyataan sikap dan perhitungan ukuran

yang mencerminkan derajat (ukuran) favourabilitas

ini disebut nilai skala. Untuk menghitung nilai skala

35
36

dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu

membuat sampel pernyataan sikap sekitar 100 buah

atau lebih. Pernyataan-pernyataan tersebut

kemudian diberikan kepada beberapa orang untuk

dinilai. Kemudian dari beberapa orang ada yang

berperan sebagai penilai nanti penilai ini bertugas

untuk menentukan derajat favorabilitas masing-

masing pernyataan. Favourabilitas penilai itu

diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki

rentang angka dari 1-11. Angka 1 2 3 untuk

pernyataan sangat tidak setuju 4 5 6 7 8 9 10 11

untuk pernyataan setuju.

Penilai tidak berperan dalam menyampaikan

setuju atau sangat tidak setujunya terhadap

pernyataan tersebut. Median atau rerata perbedaan

penilaian antara nilai dan item pernyataan ini

kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-

masing item. Dalam proses penyusunan item

pernyataan dimulai dari item yang memiliki nilai

skala terendah hingga tertinggi. Dari item-item

tersebut pembuat skala kemudian memilih item

untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya.

Dalam penelitian skala yang telah dibuat kemudian

diberikan pada responden diminta untuk


menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau

ketidaksetujuannya ada msing-masing item

pernyataan tersebut. Tehnik ini disusun oleh

Thurstone berdasarkan pernyataan atau asumsi-

asumsi ukuran sikap seseorang yang telah didapat

dan digambarkan dengan interval skala sama.

2) Skala Likert (Method of Summateds Ratings)

Likert (1932), mengajukan metodenya sebagai

alternatif yang lebih sederhana dibandingkan

dengan skala thurstone. Skala Thurstone yang tediri

dari 11 poin disederhanakan menjadi dua kelompok,

yaitu favourable dan yang unfavourable sedangkan

item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi

hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan

tehnik konstruksi test yang lain. Masing-masing

responden diminta melakukan agreement atau

disagreement untk masing-masing item dalam skala

yang terdiri dari 5 point (sangat setuju, setuju, ragu-

ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item

yang favourabel kemudian diubah nilainya dalam

angka yaitu, 5 untuk nilai sangat setuju sedangkan

untuk yang sangat tidak setuju diberi nilai angka 1.

Sebaliknya untuk item yang unfavourable nilai skala

sangat setuju adalah angka 1 sedangkan untuk nilai

37
38

yang sangat tidak setuju 5 seperti halnya skala

Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor

sesuai dengan skala interval sama (equal-interval

scale).

3) Unobstrusive Measures

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana

seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya

sendiri atau yang berhubungan sikapnya dengan

pernyataan

4) Multidimentional Scaling

Metode ini memberikan deskrisi seseorang lebih

kaya bila dibandingkan dengan pengukurann sikap

yang bersifat undimensional. Namun demikian,

pengukuran ini kadang kala menyebabkan asumsi-

asumsi mengenai stabilitas struktur dimensional

kurang valid terutama apabila diterapkan pada

orang lain, isu lain dan pada skala dengan item

yang lain.

5) Pengkuran Involury Behavior (Pengukuran

Terselubung)

c. Pengukuran dapat dilakukan jika memang

diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden

d. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap

dipengaruhi oleh kerelaan responden


e. Pendekatan ini merupakan observasi terhadap

reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa

disadari dan dilakukan oleh individu yang

bersangkutan

f. Observer dapat menginterpretasikan sikap

indiidu mulai dari facial reaction, body gesture,

keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan

beberapa aspek fisiologis lainnya.

d. Konsep Keterampilan

a. Pengertian Keterampilan

Keterampilan merupakan suatu kemampuan seseorang

untuk bertindak setelah menerima pembelajaran tertentu

dengan menggunakan anggota badan maupun peralatan

yang disediakan. Keterampilan merupakan kelanjutan dari

hasil belajar kognitif yaitu memahami tentang sesuatu dan

afektif yaitu perbuatan atau prilaku (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat Keterampilan

1. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil dan merupakan

tingkat praktek pertama

2. Respon terpimpin

39
40

Yaitu seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar, hal tersebut merupakan

indikator praktek tingkat kedua

3. Mekanisme

Apabila seseorang sudah mampu melakukan sesuatu

dengan benar maka secara otomatis sesuatu tersebut

akan menjadi keterampilan, maka sudah mencapai

tingkatan yang ketiga

4. Adaptasi

Merupakan suatu praktek keterampilan yang

berkembang dengan baik, artinya bahwa tindakan

tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi

kebenaran tindakan yang sebelumnya.

c. Klasifikasi Keterampilan

Menurut Nur Hasanah U (2015) keterampilan dibagi

menjadi Tiga karakteristik :

1. Respon Motorik merupakan gerakan otot yang di

koordinasi dengan gerakan mata dan tangan serta

mengkordinasikan respon tesebut sehingga menjadi

respon yang kompleks

2. Koordinasi gerakan (terampil)

Merupakan kemampuan untuk menitikberatkan

antara gerakan mata dan tangan yang sesuai dengan


persepsi atau tindakan motorik seperti tenis, voli dan

mengunnakan alat musik

3. Pola Respon

Merupakan serangkaian stimulus-respon yang

berubah menjadi pola–pola sehingga menjadi

gerakan respon yang kompleks dan tersusun menjadi

serangkaian pola respon yang luas.

d. Faktor – Faktor yang mempengaruhi keterampilan

Menurut Bertnus (2009) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi keterampilan seseorang dalam melakukan

tindakan antara lain sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan pada seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain: latar belakang,

pendidikan, penalaman kerja, usia dan jenis kelamin

2. Pengalaman

Pengalaman seseorang akan memperkuat

kemampuan dalam melakukan semua keterampilan

(tindakan). Pengalaman dilatar belakangi oleh

pengembangan diri melalui pendidikan baik secara

formal maupun non formal

3. Keinginan atau Motivasi

41
42

Merupakan sebuah keinginan yang akan mampu

membangkitkan dalam diri seseorang dalam rangka

mewuwjudkan tindakan atau pun keinginannya.

e. Kriteria pengukuran keterampilan

Ada beberapa tehnik pengukuran keterampilan yang

dapat digunakan dalam mengukur kemampuan seseorang,

salah satu diantaranya yaitu menggunakan cheklist.

e. Konsep Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat

Menurut Syafrudin (2009), definisi Masyarakat terdiri dari:

1) Menurut Linton (ahli Atropologi)

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang

telah cukup lama hidup bekerja sama sehingga dapat

mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang

dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-

batas tertentu.

2) Menurut MJ. Herskovits

Masyarakat adalah kelompok individu yang

dikoordinasikan dan mengikuti satu cara hidup

tertentu.

3) Menurut Prof.DR. Koentjononingrat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat


tertentu yang berkesinambungan dan terikat oleh

suatu rasa identitas bersama.

b. Ciri-ciri Masyarakat

Menurut Syafrudi (2009) adapun ciri-ciri masyarakat

adalah sebagai berikut :

1) Saling Interaksi antar masyarakat desa atau kota

2) Adat istiadat, norma hukum, dan aturan khas yang

mengatur seluruh penduduk warga desa

3) Satuan komunitas dalam suatu wilayah

4) Satuan rasa identitas kuat yang mengikat semua

warga

c. Jenis-Jenis Masyarakat

Menurut Syafrudi (2009) jenisjenis masyarakat yaitu :

1) Masyarakat Desa

Merupakan sekelompok orang yang hidup bersama

dan bekerja sama disuatu daerah tertentu dengan

bermata pencaharian dari sektor agraris.

2) Masyarakat Kota

Adalah suatu himpunan penduduk tidak agraris

yang bertempat tinggal di dalam dan disekitar suatu

kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian, ilmu

pengetahuan dll.

43
44

3) Masyarakat Pinggiran

Adalah masyarakat yang tinggalnya didaerah-

daerah pinggiran kota yang kehidupannya selalu

diwarnai dengan kegelisahan dan kemiskinan dan

mencari nafkahnya dengan cara menjadi pemulung.

d. Klasifikasi Masyarakat

1) Masyarakat berdasarkan taraf struktur sosial dan

kebudayaan, masyarakat terdiri dari :

a) Masyarakat sederhana

b) Masyarakat Madya

c) Masyarakat modern

2) Masyarakat berdasarkan mata pencaharian terdiri

dari :

a) Masyarakat pemburu

b) Masyarakat peternak

c) Masyarakat peladang

d) Masyarakat nelayan

e) Masyarakat Petani (Syafrudin, 2009)

e. Unsur-Unsur Masyarakat

1) Kategori Sosial

Adalah kesatuan manusia yang terwujud

karena adanya suatu ciri-ciri yang objektif yang

dikenakan pada manusia-manusianya, seperti

pendapatan dsb.
Dilakukan kategori bila kriterianya sbb :

a) Tidak ada interaksi antar anggota masyarakat

b) Tidak ada ikatan moral bersama yang dimiliki

c) Tidak ada harapan-harapan peran

2) Golongan Sosial

Adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai

dengan suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri

itu dikenalkan kepada mereka dari pihak luar

kalangan mereka sendiri. Misalnya : golongan

pemuda, gelandangan, dan pengemis

3) Komunitas

Adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang

menempati wiayah yang nyata dan berinteraksi

menurut suatu system adat istiadat, terkait

identitas komunitas dan memiliki patriotisme dan

nasionalisme. Misalnya kesatuan-kesatuan seperti

kota, desa, RW, pengrajin, petani, dll

4) Kelompok

Adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi

antar anggotanya, mempunyai adat istiadat

tertentu norma-norma berkesinambungan dan

adanya rasa identitas yang sama serta

mempunyai organisasi dan sistem kepemimpinan.

5) Himpunan

45
46

Adalah kesatuan manusia yang berdasarkan sifat

tugas dan guna, sifat hubungan berdasarkan

kontrak, dasar organisasinya buatan, pimpinan

berdasarkan wewenang dan hukum. (Syafrudin,

2009).
f. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan :
Pengaruh edukasi dengan
- Baik
video kepada masyarakat
- Sedang
tentang BHD
- cukup

Faktor yang mempengaruhi sikap:

a. Faktor internal :
fisoilogis,psikologis, motif
Sikap :
b. Faktor eksternal:
pengalaman,hambatan, - Positif
dororngan - negatif

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan:

a. Faktor internal: pendidikan,


pekerjaan, umur
b. Faktor Eksternal:pengalaman, Keterampilan :
hambatan, pendorong
- Terampil
Faktor yang mempengaruhi - Sedang
keterampilan: - Tidak terampil

a. Pengalaman
b. Pengetahuan
c. keinginan

Keterangan : : di teliti

: tidak di teliti

Catatan : pada factor yang mepengaruhi harus sesuai urutan mulai

pengetahun, sikap dan keterampilan…

47
48

Gambar 7. Kerangka Konsep Pengaruh Edukasi Dengan Video Terhadap

Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan Masyarakat Tentang

Bantuan Hidup Dasar Resusitasi Jantung Paru (RJP) di Dusun

Premas Desa Darek.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah melakukan penelitian tetang

ada atau tidak adanya pengaruh pemberian edukasi dengan video

terhadap pengetahuan,sikap dan keterampilan Masyarakat tentang

Bantuan Hidup Dasar di Dusun Premas Desa Darek.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Dusun Premas Desa Darek

kecamatan praya Barat Daya dengan mempertimbangkan

sebagai berikut :

a. Berdasarkan data yang didapat dari Riskesdas 2018

menunjukkan bahwa selama 5 tahun terakhir jumlah

penderita penyakit jantung koroner di NTB sebanyak 0,9 %

yang sesuai dengan diagnosis dokter

b. Data dari Dinas Kesehatan Lombok Tengah 2018-2019

menyatakan bahwa penderita penyakit jantung koroner

dengan rentang usia 20-70 tahun sebanyak 41 kasus pada

tahun 2018, sedangkan pada tahun 2019 meningkat

menjadi 43 kasus

c. Didapat bahwa jumlah masyarakat di dusun Premas Desa

Darek Sebanyak 557 jiwa

d. Didapatkan data dari hasil wawancara dengan beberapa

orang di dusun Premas sebanyak 15 orang yang menderita


50

penyakit jantung koroner dan belum ada yang melakukan

penyuluhan sejak 1 tahun terakhir.

2. Waktu Penelitian

a. Penyusunan proposal dimulai dari 21 September 2020

b. Penelitian akan dlaksanakan pada Maret 2021

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman

atau penuntun penelitian pada seluruh proses penelitian

(Nursalam,2016). Penelitian ini menggunakan jenis rancangan

penelitian Quasi-Ekperimental dengan design one group pretest

and posttest design yaitu penelitian yang meneliti tiga keadaan

yaitu sebelum diberikan intervensi dengan pemberian pretest pada

sample dan saat pemberian intervensi serta setelah diberikan

intervensi dengan diberikan posttest pada sample. Penelitian ini di

lakukan pada satu kelompok saja, sehingga penelitian ini tidak

memiliki kelompok pembanding, langkah-langkah yang di tempuh

dalam penelitian ini yaitu, pengumpulan data, klasifikasi,

pengelolaan pembuatan kesimpulan, dan laporan tentang pengaruh

pemberian edukasi dengan video terhadap sikap, pengetahuan,

dan keterampilan masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar di

Dusun Premas Desa Darek.

Diagram design penelitian adalah sebagai berikut :


Pretest Perlakuan Posttest
O1 X O2

Keterangan :

O1 : Kemampuan masyarakat sebelum perlakuan

X : Pemberian perlakuan

O2 : Kemampuan masyarakat setelah diberikan perlakuan

C. Metode Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga

obyek dan benda alam lain (Sugiyono,2017).

Populasi dari penelitian ini adalah semua masyarakat di Dusun

Premas Desa Darek yang berjumlah sebanyak 557 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang

mampu meakili populasi. Bersifat representatif yaitu

menggambarkan karakteristik populasi (Nursalam 2016).

Menurut (Setiadi 2007), sampel adalah sebagian dari

keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap memiliki populasi.

Dengan kata berdasarkan kemampuan mewakulinya. Sampel

dalam penelitian adalah semua Masyarakat di Dusun Premas

Desa Darek
52

a. Besar Sampel

Besar sampel adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dianggap mewakili populasi

(Nursalam, 2016). Semakin besar sampel yang

dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang

diperoleh. Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah

terwakili, kalau jumlahnya kurang memenuhi, maka

kesimpulan hasil penelitian kurang atau bahkan tidak bisa

memberikan gambaran tentang populasi yang

sesungguhnya (Nursalam, 2015). Besar sampel dalam

penelitian ini dihitung menggunakan rumus Lynch (Sugiarto,

2001) :

N Z 2 x P(1−P)
n=
N . d 2+ Z 2(1−P)

Keterangan :

n = sampel

N = jumlah populasi

Z = nilai variabel normal (1,96) yang mengacu pada derajat

kepercayaan 95%

P = proporsi terbesar yang mungkin (0,50)

d = sampling error dalam penelitian ini ditentukan 0,1

N Z 2× P(1−P)
n=
N . d 2+ Z 2 ( 1−P )
557 (1.96 ) 2 ×0,5 (1−0,5)
n=
557 ( 0,05 ) 2+ ( 1,96 ) 2(1−0,5)

557 ×3,8416 ×0,5 × 0,5


n=
557 × 0.0025+3,8416 ×0,5

534,9428
n=
5,57+ 1,9208

534,9428
n=
7,4908

n=71,41

n=71 sampel

Selanjutnya besar ukuran sampel kemudian dibagi secara

proporsional sesuai dengan wilayah objek penelitian yaitu

sampel di Dusun Premas Desa Darek ada 2 lingkungan,

dengan alokasi ukuran sampel menggunakan rumus :

Nx
Jumlah sampel dalam satuwilayah= ×n
N

Keterangan :

Nx = jumlah populasi dalam satu wilayah

N = jumlah populasi keseluruhan

n = jumlah sampel dalam populasi

Tabel 1. Banyaknya sampel masing-masing lingkungan di

Dusun Premas Desa Darek


54

No Nama Jumlah Rumus Jumlah

Lingkungan Populasi Perhitungan sampel per

per Lingkungan

Lingkungan (jiwa)

(jiwa)
1 Dusun Barat 252 252 32
×71
557
2 Dusun Timur 305 305 39
×71
557
Jumlah 557 71

b. Kriteria Sample

Menurut (Nursalam, 2016) Kriteria sample dibedakan

menjadi 2 bagian yaitu :

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi ke suatu populasi target

yang terjangkau dan akan diteliti.

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Masyarakat umur 18 -30 tahun.

b) Masyarakat yang mampu membaca dan menulis.

c) Masyarakat yang bersedia menjadi responden dari

awal sampai akhir penelitian.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah mengilangkan/mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria insklusi dari studi karena


berbagai sebab, antara lain : terdapat keadaan atau

penyakit yang mengganggu pengukuran interpretasi

hasil, terdapat keadaan yang mengganggu kemampuan

pelaksanaan, hambatan etis, subjek menolak partisipasi

(Nursalam, 2016)

Kriteria Eksklusi dari penelitian ini adalah :

a) Responden yang berusia dibawah 18 tahun dan

diatas 30 tahun.

b) Masyarakat yang memiliki gangguan

pendengaran dan pengelihatan

c) masyarakat yang tidak bersedia menjadi

responden penelitian.

d) Masyarakat yang mengundurkan diri (drop out)

atau kehilangan jejak (loss of follow up).

c. Sampling

Sampling adalah suatu proses menyeleksi porsi dari

populasi untuk dapat mewakili suatu populasi (sugiyono,

2017). Tehnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sample agar memperoleh sample yang

benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian

(sastroasmoro,2016). Dalam penelitian ini tehnk

pengambilan sampling adalah menggunakan probability

sampling : Proportional Random Sampling. Pengambilan

sampling secara Proportional Random Sampling, tehnik ini


56

menghendaki cara pengambilan sampling dari tiap-tiap sub

populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub

populasi tersebut. Cara ini dapat dipertanggungjawabkan

besar kecilnya sub populasi dari tiap-tiap sub populasi

(Budiarto, 2003).

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau suatu karakteristik yang

memberikan nilai benda terhadap suatu (benda, manusia, dan lain-

lain). (Nursalam, 2016)

Jenis variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi atau nilainya akan menentukan variabel

lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti

menciptakan suatu dampak pada variabel dependen.

(Nursalam, 2016)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Edukasi

dengan video.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel respon akan muncul

sebagai akibat dari manipulasi-manipulasi variabel lain

(Nursalam, 2016)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan,

sikap dan keterampilan masyarakat tentang Bantuan Hidup

Dasar (BHD) di Dusun Premas Desa Darek

E. Data yang dikumpulkan

1. Data primer

Data primer adalah data yang diamil secara langsung diambil

dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun

organisasi, sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan yang

disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden.

Adapun data primer dalam penelitian ini adalah :

a. Data tentang karakteristik responden peneliti : inisial

responden, umur, jenis kelamin, dan pendidikan

b. Data pengetahuan masyarakat dalam melakukan Bantuan

Hidup Dasar (BHD)

c. Data sikap masyarakat dalam melakukan Bantuan Hidup

Dasar (BHD)

d. Data keterampilan masyarakat dalam melakukan tindakan

Bantuan Hidup Dasar (BHD)

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti

melalui pihak kedua atau pihak lain. Adapun data sekunder

dalam penelitian ini adalah berupa gamaran umum tempat

penelitian yaitu Dusun Premas Desa Darek Praya Barat Daya

Lombok Tengah.
58

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

a. Data tentang karakteristik responden meliputi : inisial

responden, umur, jenis kelamin, dan pendidikan dengan

menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden

b. Data pengetahuan masyarakta dalam melakukan Bantuan

Hidup Dasar (BHD) diperoleh dengan menggunakan

kuesioner yang dibagikan kepada responden

c. Data sikap masyarakat dalam melakukan Bantuan Hidup

Dasar (BHD) diperoleh dengan menggunakan kuesioner

yang dibagikan kepada responden

d. Data keterampilan masyarakat dalam melakukan Bantuan

Hidup Dasar (BHD) diperoleh dengan menggunakan alat

bantu cheklist

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti

melalui pihak keduaatau pihak lain (Riwidoko, 2012). Data

sekunder dalam penelitian ini adalah berupa gambaran umum

tem[at penelitian yaitu Desa Darek, Kecamatan Praya Barat

Daya, Kabupaten Lombok Tengah.

G. Cara Pengolahan Data


Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu

langkah yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena data yang

diperoleh langsung dari penelitian yamg masih mentah, belum

memberikan informasi apa-apa, dan belum siap untk disajikan.

Untuk memperoleh suatu penyajian data yang dapat digunakan

sebagai hasil yang berarti kesimpulan yang baik, diperlukan

pengolahan data (Notoatmodjo,2018)

Adapun cara pengolahan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

a. Data tentang Karakteristik responden

Data tentang karakteristik responden meliputi : inisial

responden, umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Umur atau

usia akan dikategorikan menurut Monks (1999) yaitu seluruh

Masyarakat dari umur 18-30 tahun dengan jenis kelamin

laki-laki dan perempuan.

Pendidikan di Indonesia dikategorikan menurut UU

Nomor 20 tahun 2003 yaitu : 1) Pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuran (SMK),

Madrasah Aliyah (MA), 2) Pendidikan Tinggi, perguruan

Tinggi, Akademi, Institute, Politehnik, Sekolah Tinggi,

Universitas.

Pekerjaan….

b. Data pengetahuan masyarakat tentang Bantuan Hidup

Dasar (BHD) secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk


60

distribusi frekuensi. Setelah data terkumpul kemudian

ditabulasi. Tingkat pengetahuan sebelum dan setelah

diberikan edukasi dengan video, peneliti menggunakan

kuesioner pengetahuan yang berisi 10 pertanyaan dengan

tehnik multiple choice dengan 1 jawaban yang paling benar

dari 3 opsi jawaban. Setelah data terkumpul kemudian data

tersebut dikelompokkan dan diolah menggunakan rumus

sebagai berikut Menurut Arikunto (2006) dalam A. Wawan

dan Dewi M. (2010) :

∑F
P= ×100 %
N

Keterangan :

P : Presentase

∑F : jumlah nilai yang benar

N : jumlah nilai total

Kemudian setelah diperoleh hasil dimasukkan ke dalam

kategori pengetahuan diinterpretasikan dengan skala yang

besifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : Hasil presentase 76% - 100%

2) Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

3) Kurang : Hasil presentase < 56%


c. Data sikap masyarakat dalam melakukan Bantuan Hidup

Dasar (BHD) diperoleh dengan menggunakan kuesioner

yang dibagikan kepada responden. Data tentang sikap

diolah dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 4

kategori yaitu : SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak

Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Data tentang sikap

digunakan untuk memberikan interpretasi skor individual

dalam skala rating, yang dijumlahkan dalam

membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau

mean skor kelompok dimana responden itu termasuk,

respon responden dinyatakan dalam skala 4 kategori yaitu

SS (Sangat Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat

Tidak Setuju). Kemudian masing-masing jawaban ditentukan

nilainya. Semua item yang Favourable kemudian diubah

nilainya kedalam angka menjadi nilai 4 untuk sangat setuju,

sedangkan nlai 1 untuk sangat tidak setuju. Sebaliknya

untuk item yang unfafourable nilai skalanya 1untuk sangat

setuju, sedangkan nilai skala 4 untuk yang sangat tidak

setuju.pernyataan yang favourable berada pada nomor

1,2,5,6,8,9 dan pernyataan yang unfavourable berada pada

nomor 3,4,7,10. Selanjutnya dicari nilai rata-rata dengan

standar deviasi, agar perbandingan itu mempunyai arti maka

harus dinyatakan ke dalam satuan deviasi. Salah satu skor


62

standar yang digunakan pada skala likert adalah nilai skor T,

yaitu :

T =50+10 ( Xn−x 2
SD )

Keterangan :

T : Nilai skor akhir responden

Xn : Nilai skr responden

X : Nilai rata-rata kelompok responden

SD : Standar deviasi (simpanan baku/kelompok)

Dimana SD dapat dicari dengan menggunakan rumus :

x2
SD = 3 ∑( xn−x )❑
√ n−1

Keterangan :

n : Jumlah sample

∑ : Jumlah pengamatan

X : Nilai x ke n

Setelah itu dikatakan memiliki sikap positif apabila skor T

≥ mean data, dan jika skor T ≤ mean data maka dikatakan

memiliki sikap negaif. (Azwar,2012)

d. Data keterampilan masyarakat dalam melakukan Bantuan

Hidup Dasar (BHD) dapat diperoleh dengan menggunakan

alat bantu cheklist yang diolah secara deskriptif dan dapat


disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Data pre

eksperimen dan post eksperimen didapat dengan cara

mengamati secara langsung responden dalam melakukan

bantuan hidup dasar serta dengan melakukan simulasi

(pengulangan kembali). Setelah data terkumpul kemudian

ditabulasi untuk mengetahui keterampilan masyarakat dalam

melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD), serta

menggunakan cheklist dan diberi Ya/tidak. Dimana “Ya”

adalah mampu melakukan dan “Tidak” jika tidak mampu

melakukan. Kemudian data-data yang sudah terkumpul akan

dikelompokkan dan dilah menggunakan rumus Riwidoko

(2009) sebagai berikut :

1) Baik : ∑ (skor) ≥ x + 1SD

2) Sedang : ∑ (skor) = x ± 1SD

3) Kurang : ∑ (skor) ≤ x -1SD

Keterangan :

∑ : Jumlah skor responden

X : Rata-rata

SD :Standar deviasi (simpangan baku kelompok)

Dimana SD dicari menggunakan rumus :

∑ (xn−x )❑2
SD = ❑
√ n−1

Keterangan :
64

n : Jumlah sample

∑ : Jumlah pengamatan

X : Nilai x ke n

2. Data Sekunder

Data mengenai gambaran umum lokasi penelitian yaitu di

Dusun Permas Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya,

Kabupaten Lombok Tengah yang disajikan dalam bentuk

deskriptif.

H. Prosedur Penelitian

1. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu

berupa :

1) LCD Proyektor

Berikut adalah gambar dari LCD Proyektor (gambar

2) Phantom RJP Dewasa

Berikut adalah gambar dari Phantom RJP dewasa (Gambar

3) Kuesioner pengetahuan dan sikap

4) Cheklist Bantuan Hidup Dasar (BHD)

5) Materi berbentuk power point

6) Lembar Informed Consent.

7) Leaflet.

8) SAP (Satuan Acara Penyuluhan).

9) Alat tulis (buku dan pulpen).


I. Kerangka Kerja

Populasi
Teknik pengambilan
sampel

(Proportional Random
Sampling) Sampel

Pengetahuan, Sikap dan


Keterampilan Masyarakat

(Pre-test)
Intervensi Edukasi
dengan Video tentang
tindakan Resusitasi
Jantung Paru (RJP)
Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan Masyarakat

(Post-test)

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 8. Kerangka Kerja Pengaruh Edukasi Dengan Video


Terhadap Sikap dan Keterampilan Masyarakat
66

Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Dusun


Premas Desa Darek.

J. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara

operasional berdasarkan pada karakteristik yang diamati,

sehinggan memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena

(Nursalam, 2015). Sedangkan menurut Notoatmodjo, (2018)

definisi operasional merupakan suatu uraian tentang batasan

variabel yang dimaksud atau tentang apa yang akan diukur oleh

variabel yang bersangkutan.

Tabel 2. Definisi Operasional Pengaruh Edukasi Dengan Video

Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan

Masyarakat Tentang Bantuan Hidup Dasar di Dusun

PremasDesa Darek.

Variabel Definisi Alat ukur Skala Hasil Ukur


Operasion Ukur
al

1 2 3 4 5
Pengaruh Media  LCD - Hasilnya:
edukasi video  Power  Pemberian
dengan merupaka Point pretest di
video n media meng awal
yang enai kegiatan
mempunya materi untuk
i suara dan Bantu pengetahu
adanya an an
gerakan Hidup masyarak
serta Dasar at
bentuk (BHD) mengenai
obyeknya Bantuan
dapat Hidup
dilihat Dasar
sehingga (BHD)
media ini  Memberik
disebut an
media posttest
paling diakhir
lengkap kegiatan
serta untuk
informasi mengetah
yag ui sejauh
disajikan mana
dapat pengetahu
berupa an
dokumen masyarak
yang at
masih mengenai
hidup, Bantuan
dapat Hidup
dilihat Dasar
dilayar (BHD)
monitor  Memberik
atau ketika a materi
diproyeksi mengenai
kan ke Bantuan
layar lebar Hidup
melalui Dasar(BH
sebuah D)
proyektor  Pemeberia
dan dapat n edukasi
di dengar ini akan
suaranya dilaksanak
serta an selama
dapat 3-4 hari
dilihat dimana
gerakanny setiap
a. perteman
akan
dilakukan
sesuai
dengan
kondisi
yang ada.
68

pengetah Pengetahu Kuesioner ordin Hasilnya :


uan an al  Baik : bila
(kognitif) masyarak
merupaka at
n suatu (responde
domain n) dapat
yang menjawab
sangat -5 dari 10
penting pertanyaa
untuk n
membentu  Sedang :
k tindakan bila
seseorang masyarak
sebagaima at
na (responde
pengetahu n) dapat
an mejawab 3
manusia dari 10
diperoleh pertanyaa
melalui n
mata dan  Kurang :
telinga bila
masyarak
at
(responde
n) hanya
mampu
menjawab
1 dari 10
pertanyaa
n
Sikap Sikap kuesioner nomin Sikap positf
merupaka al apabila skor T ≥
n suatu mean data,
organisasi dikatakan sikap
pendapat, negatif apabila
keyakinan skor T ≤ mean
seseorang data. (nilai Mean
mengenai T untuk pretest =
suatu 81,7 dan untuk
obyek atau nilai mean T
situasi posttest = 42,9)
yang relatif
dan
disertai
dengan
adanya
perasaan
tertentu
yang dapat
memberika
n dasar
pada
seseorang
tersebut
Keterampi Keterampil Cheklist Ordin Hasilnya :
lan an al  Mahir
meruakan apabila
suatu masyarak
kemampua at
n (responde
seseorang n) dapat
untuk melakukan
bertindak dengan
menerima tepat
pembelajar tanpa rag-
an ragu
mengguna  Mampu :
kan bila
anggota masyarat
badan (responde
maupun n) dapat
peralatan mengerjak
yang an dengan
disediakan benar tapi
kurang
tepat
 Perlu
perbaikan
: apabila
masyarak
at
(responde
n) tidak
mengerjak
an dengan
benar atau
ang sesuai
dengan
cheklist
yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
70

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Judul Penelitian : Pengaruh Edukasi Dengan Video Terhadap


Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Masyarakat
Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) Di Dusun
Premas Desa Darek Kecamatan Praya Barat Daya
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2021.

Saya mahasiswa program studi DIV. Keperawatan Politeknik


Kesehatan Kemenkes Mataram, bermaksud mengadakan Penelitian untuk
mengetahui Pengaruh Edukasi Dengan Video Terhadap Tingkat
Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Masyarakat Tentang Bantuan
Hidup Dasar (BHD) Di Dusun Premas Desa Darek Kecamatan Praya
Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2021.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan metode Edukasi Dengan


Video dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup
Dasar (BHD). Penelitian ini merupakan suatu cara untuk mengetahui
tingkat Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Masyarakat tentang
Bantuan Hidup Dasar (BHD).

Peneliti sangat menghargai dan menjunjung tinggi hak responden


dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diberikan,
baik dalam pengumpulan, pengelolaan, maupun pengkajian data. Peneliti
sangat mengharapkan responden atau keluarga untuk mengisi angket
yang diberikan dengan sejujur-jujurnya.

Melalui penjelasan singkat ini peneliti sangat mengharapkan partisipasi


anda berperan serta dalam penelitian ini. Apabila ada pertanyaan yang
kurang dipahami dapat menghubungi 081933023917. Atas kesediaan dan
partisipasinya peneliti ucapkan Terima Kasih.

Mataram,.............. 2021

Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca penjelasan tentang penelitian ini dan setelah


mendapat jawaban terhadap pertanyaan yang saya ajukan mengenai
penelitian ini, saya mengerti bahwa peneliti dapat menghargai dan
menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden dan saya memahami
bahwa penelitian ini akan sangat berguna bagi saya dan untuk pembaca.

Saya menyadari bahwa keikutsertaan dan kejujuran saya dalam


penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi saya dan masyarakat umum.

Dengan ditandatanganinya surat persetujuan ini, maka saya


menyatakan bersdia untuk berperan sert a menjadi responden dalam
penelitian ini.

Mataram,..............2021

Peneliti Responden

( ) ( )
72

Kuesioner : pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

Jantung Paru (RJP)

Petunjuk : jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang

(X) pada salah satu jawaban yang menurut anda paling benar.

1. Pertolongan pertama yang dilakukan pada seseorang yang

mengalami henti jantung dan henti nafas merupakan pengertian

dari ?

a. Bantuan Hidup Dasar (BHD)

b. Henti nafas

c. Henti jantung

2. Kriteria pasien yang seperti apakah sehingga perlu diberikan

tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) ?

a. Hanti nafas dan henti jantung

b. Henti nafas dan henti lambung

c. Henti jantung dan henti otak

3. Bantuan Hidup Dasar dapat dilakukan oleh?

a. Perawat dan dokter saja

b. Siapa saja baik itu dari tenaga kesehatan maupun masyarakat

yang mampu melakukannya

c. Remaja saja

4. Manakah dibawah ini yang merupakan tindakan pemberian Bantuan

Hidup Dasar (BHD) ?

a. Pembebasan jalan nafas dan memberi bantuan pernafasan


b. Pembebasan jalan nafas, memberikan bantuan pernafasan dan

melakukan pijat jantung

c. Pembebasan jalan nafas dan pemberian sirkulasi

5. Ketika penolong menemukan seorang pasien yang tidak sadarkan

diri, hal pertama yang harus dilakukan adalah ?

a. Membebaskan jalan nafas

b. Memberika nafas buatan

c. Melakuakan pengecekan kesadaran pasien dengan menepuk

pundak korban sambil memanggil korban dengan “pak” atau “Bu”

6. Pijat jantung pada pasien dapat dilakukan dengan keceatan antara

lain ?

a. 50x/ menit

b. 80x/ menit

c. 100x/menit

7. Pembebasan jalan nafas pada pasien dapat dilakukan dengan

beberapa cara yaitu ?

a. Menekan dahi kebelakang, mengangkat dagu, dan mendorong

rahang

b. Mengangkat dagu dan mendorong rahang

c. Mengangkat dagu saja

8. Bantuan pernafasan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu ?

a. Mulut ke mulut saja

b. Mulut ke hidung saja

c. Mulut ke mulu dan mulut ke hidung


74

9. Manakah lokasi yang tepat untuk meakukan pijat jantung terhadap

pasien?

a. Di tengah perut

b. Di tengah tulang dada

c. Diantara perut dan dada

10. Tindakan pijat jantung pada pasien dapat dihentikan apabila ?

a. Penolong dalam keadaan lebih atau bantuan medis sudah datang

atau korban kembali pulih

b. Penolong tidak mau lagi melakukan pijat jantung

c. Ketika penolong merasa tidak berhak melakukan pijat jantung


Kuesioner : sikap tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) Resusitasi

Jantung Paru

Petunjuk : berilah tanda silang (x) pada kolom SS,S,TS,STS sesuai

dengan pernyataan yang benar

JAWABAN
SS S TS STS
NO PERNYATAAN
1. Saya perlu memiliki kemampuan untuk melakukan

Bantuan Hidup Dasar Resusitasi Jantung Paru

(RJP) untuk diri sendiri dan masyarakat


2. Jika anda menemukan pasien dengan henti

jantung dan henti nafas apakah anda akan

menolong korban tersebut


3. Ketika saya menemukan korban dengan henti

jantung dan henti nafas saya akan membiarkannya

begitu saja
4. Saat anda ingin memberikan bantuan kepada

korban henti jantung atau henti nafas maka anda

akan menggunakan semua kemampuan yang

anda miliki dan tidak berdasarkan prosedur


5. Ketika anda akan melakukan Bantuan Hidup Dasar

anda berhak untuk menghubungi petugas

kesehatan
6. Kemampuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang

dimiliki oleh seseorang harus sesuai dengan

prosedur yang ada


7. Apakah anda hanya akan melakukan Bantuan

Hidup Dasar (BHD) di lingkangan keluarga anda


76

saja
8. Apakah dengan memberikan Bantuan Hidup Dasar

(BHD) pada korban henti jantung dan henti nafas

dapat meningatkan resiko terjadinya kematian


9. Ketika anda menemukan pasien henti jantung dan

henti nafas apakah anda akan langsung

mengidentifikasi untuk melakukan Bantuan Hidup

Dasar Resusitasi Jantung Paru (RJP)


10. Apakah pelatihan dan pendidikan kesehatan

tentang Bantuan Hidup Dasar tidak ada gunanya

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS :Sangat Tidak Setuju

CHEKLIST BANTUAN HIDUP DASAR (RJP)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
DEFINISI :

Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan suatu tindakan

darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan henti

nafas dan hent jantung (yang dikenal dengan kematian

klinis) ke fungsi yang optimal.


TUJUAN :

1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya

respirasi (nafas)

2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi

(fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang

mengalami henti jantung atau henti nafas


INDIKASI :

1. Pasien/korban yang mengalami henti nafas

2. Pasien/korban yang mengalami henti jantung


PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Anamnesa/penilaian Dini

Jika dalam penilaian dini penolong menemukan

gangguan pada salah satu dari 5 komponen ini:

1. Tersumbatnya jalan nafas

2. Tidak menemukan adanya nafas

3. Hilangnya nadi arteri karotis atau arteri femoralis

4. Terhentinya denyut jantung dan pernafasan

5. Penurunan kesadaran/kehilangan kesadaran


78

B. Penilaian Kesadaran Pasien/Korban

Sebelum memulai Resusitasi, tindakan pertama adalah

menentukan ketidak sadaran pasien, dengan menilai

respon pasien secara cepat dengan metode AVPU

A = Alert (sadar penuh)

V = Verbal (menjawab rangsangan verl dengan

berbicara)

P = Pain (bereaksi atas rangsangan nyeri)

U = Unresponsive (tidak memberika reaksi)

C. Primary Survey

Segera lakukan Primary survey yaitu deteksi cepat dan

koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam

jiwa. Cara pelaksanaan melakukan pengkajian airway

dilakukan bersam-sama dengan brething

menggunakan tehnik L (Look), L (Listen), dan F(Feel)

yang dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo

waktu yang singkat.

D. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik secara ebih lengkap kita lakukan

pada saat Secondary survey. Bila pada saat

melakukan Secondary Survey tiba-tiba keadaan pasien

memburuk maka harus kembali melakkan Primary

survey.

E. Langkah-Langkah RJP Pada Pasien/Korban


Dewasa (1 Penolong)

1. Langkah 1 :

a. Memastikan keamanan lingkungan

b. Memastikan kesadaran pasien/korban

Dalam memastikan kesadaran pasien/korban

dapat dilakukan dengan menyentuhnya atau

mengoyangkan bahu pasien/korban dengan

lembut dan mantap, sambil memanggil

namanya atau “Pak-pak” atau “Bu-Bu”. Berikan

rangsangan nyeri pada dada atau jika tidak ada

respon berarti korban dalam keadaan tidak

sadar.

2. Langkah 2 :

Meminta pertolongan dan mengaktifkan emergency

medikal service (EMS) hubungi 911

3. Langkah 3 :

Memperbaiki posisi korban/pasien. Jika korban/

pasien dalam posisi terlentang, berada pada

permukaan yang rata/keras, datar dan kering

4. Langkah 4 : Membuka jalan nafas (AIRWAY)

Pengkajian AIRWAY dilakukan bersama-sama

dengan Breathing menggunakan tehnik L (look), L

(Listen), F (Feel ) yang dilakukan dalam satu

gerakan serta dalam tempo waktu yang singkat.


80

a. Pemeriksaan Jalan Nafas dan Membersihkan

jalan nafas

Bila sumbatan ada, dapat dibersihkan dengan

tehnik Cross Finger (ibu jari diletakkan

berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut

korban)

Cara melakukan tehnik Cross Finger :

1) Hilangkan ibu jari dan telunjuk penolong

2) Letakkan ibu jari pada gigi seri bawah

korban/pasien dan jari telunjuk pada gigi seri

atas

3) Lakukan gerakan seperti menggunting untuk

membuka mulut pasien/korban

4) Periksa mulut setelah terbuka apakah ada

cairan, benda asing yang menyumbat jalan

nafas

b. Membuka jalan nafas

1) Cara melakukan tehnik Head Tilt, Chin Lift :

 Letakkan tangan pada dahi pasien/korban

 Tekan dahi sedikit mengarah ke depan

dengan telapak tangan penolong

 Letakkan ujung jari tangan lainnya

dibawah bagian ujung tulang rahang

pasien/korban
 Tengadahkan kepala dan tahan/tekan

dahi pasien/korban secara bersamaan

sampai kepala pasien/korban pada posisi

ekstensi

2) Cara melakukan tehnik jaw thrust manuver

 Letakkan kedua siku penolong sejajar

dengan posisi pasien/korban

 Kedua tangan memegang sisi kepala

pasien/korban

 Penolong memegang kedua sisi rahang

 Kedua tangan penolong menggerakkan

rahang ke posisi depan secara perlahan

 Pertahankan posisi mulut pasien/korban

5. Langkah 5 dan 6 : Bantuan Nafas (BREATHING)

Bantuan nafas terdiri dari 2 tahap :

a. Memastikan pasien/korban tidak bernafas

Dengan cara melihat pergerakkan naik turunnya

dada (look), mendengar bunyi nafas (Listen)

dan merasakan hembusan nafas (Feel), dengan

tehnik penolong mendekatkan telinga diatas

mulut dan hidung pasien/korban sambil tetap

mempertahankan jalan nafas tetap terbuka.

Dilakukan tidak lebih dari 10 detik.

b. Memberikan bantuan nafas melalui mulut ke


82

mulut

Cara memberikan bantuan nafas melalui mulut

ke mulut :

1) Posisi pasien tetap dipertahankan seperti

pada posisi membebaskan jalan nafas

2) Tangan kanan disamping, menekan dahi

pasien, juga dipakai menutup hidung.

Diusahakan mulut tetap terbuka sedikit

3) Berikan 2 tiupan pendek dengan jeda

singkat 1 detik diantaranya. Kemudian

perhatikan apakah dada mengembang atau

tidak

4) Lepaskan tekanan cupng hidung hingga

memungkinkan terjadinya ekspirasi pasif

setelah tiupan

5) Volume ventilasi antara 400-600 ml

6. Langkah 7 : bantuan srkulasi (CIRCULATION)

a. Memastikan ada tidaknya denyut janung

pasien/korban. Ditentukan dengan meraba arteri

karotis di daerah leher pasien/korban dengan

cara dua atau tiga jari penolong kira-kira 1-2 cm,

raba dengan lembut selama 5-10 detik.

b. Memberikan bantuan sirkulasi/kompresi

jantung(Circulation Support) jika dipastikan


tidaknya teraba denyut nadi karotis

7. Langkah 8 dan 9 : menentukan posisi tangan pada

kompresi dada dan cara melakukan kompresi dada

Letakkan tumit telapak tangan pada pertengahan

bawah sternum. Cara menentukannya :

a. Pertahankan posisi head tilt, telusuri bawah

tulang iga pasien/korban yang dekat dengan sisi

penlng dengan jari tengah sampai ujung

sternum

b. Letakkan jari telunjuk disebelah jari tengah

penolong

c. Letakkan tumit telapak tangan penolong

disebelah jari telunjuk

d. Angkat jari telunjuk dan jari tengah

e. Letakkan tumit tangan yang lain diatas tangan

yang menempel di sternum

f. Kaitkan jari tangan yan lain di atas tangan yang

menempel di sternum, jari yang menempel

disternum tidak boleh menyentuh dinding dada

pasien/korban

g. Letakkan/kaitkan tumit tangan dan jari tangan

yang lain diatas tangan yang menempel di

sternum. Hindari jari-jari penolong menyentuh

dinding dada pasien/korban


84

h. Luruskan dan kunci kedua siku

i. Bahu penolong diatas dada korban

j. Posisi badan penolong tegak lurus menekan

dinding dada pasien/korban dengan tenaga dari

berat badannya secara teratur sebanyak 30x

dengan kedalaman 1,5-2 inchi (3,8-5 cm)

k. Tekanan pada dada harus dilepaskan dan dada

dibiarkan mengembang kembali ke posisi

semula setiap kali kompresi. Waktu penekanan

dan melepaskan kompresi harus sama (50%

duti cycle)

l. Hitungan kompresi

 1 dan 2 dan 3 dan 4 dan 5 dan

 1 dan 2 dan 3 dan 4 dan 10 dan

 1 dan 2 dan 3 dan 4 dan 15 dan

 1 dan 2 dan 3 dan 4 dan 20 dan

 1 dan 2 dan 3 dan 4 dan 25 dan

 1 dan 2 dan 3 dan 4 dan 30

m. Tangan penolong tidak boleh berubah posisi

n. Ratio bantuan sirklasi (kompresi) dan bantuan

nafas (ventilasi) adalah 30:2 baik oleh 1

penolong maupun 2 penolong. Kecepatan

kompresi dada adalah 100% kali permenit.

o. Lakukan 5 siklus atau kurang lebih 2 menit


8. Langkah 10 : Evaluasi Korban

a. Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan

pernafasan setiap 5 siklus RJP 30 Kompresi : 2

ventilasi

b. Jika nadi tidak teraba, lanjutkan RJP

c. Jika nadi teraba periksa pernafasan

d. Jika tidak ada nafas maka lakukan bantuan

nafas 12x/menit (satu tiupan setiap 5 detik)

dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu,

empat ribu tiup. Ulangi sampai 12x tiupan/menit

e. Jika nadi dan nafas ada, letakkan korban pada

posisi recovery

f. Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan

pernafasan tiap beberapa menit


F. Langkah-Langkah RJP Dewasa 2 Penolong

1. Langkah 1 :

Penolong 1

RJP 1 penolong dengan 30 kompresi dada diikuti 2

tiupan napas

2. Langkah 2 :

Penolong 2 (harus bisa RJP 2 penolong) datang

dan mengatakan “saya bisa melakukan RJP 2

penolong dapat saya bantu”

3. Langkah 3 :

Penolong 1
86

a) Mengiyakan dengan cara pada hitungan ke 30

diganti dengan kata-kata (bisa/ganti)

b) Diikuti 2 tiupan nafas

4. Langkah 4 :

Penolong 1

Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi

Penolong 2

Menentukan kompresi dada (saat penolong 1

mengevaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi

5. Langkah 5 :

Penolong 1

Jika nadi tidak teraba, katakan “nadi tidak teraba”,

lanjutkan RJP

6. Langkah 6 :

Penolong 2

Melakukan kompresi dada sampai 30 kompresi

7. Langkah 7 :

Penolong 1 berikan 2 tiupan napas (setelah

penolong 2 menyelesaikan tiap 30 kompresi dada)

8. Langkah 8 :

a) Ulangi siklus RJP

b) Penolong 1 berikan 2 tiupan

c) Penolong 2 lakukan 30 kompresi dada

Langkah-Langkah Perpindahan Peran :


1. Langkah 1

Penolong 2 (yang melakukan kompresi dada)

meminta pergantian dengan cara pada hitungan

ke 30 diganti dengan kata-kata (ganti)

2. Langkah 2

Penolong 1

a. Berikan 2 tiupan nafas setelah penolong 2

menyelesaikan 30 kompresi dada

b. Pindah ke dada korban

c. Tentukan kompresi

3. Langkah 3

Penolong 2

a. Pindah ke kepala korban

b. Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi

c. Jika nadi tidak teraba, katakan “nadi tidak

teraba” lanjutkan RJP

4. Langkah 4

a. Ulangi siklus RJP

b. Penolong 1 : lakukan 30 kompresi dada

c. Penlong 2 : berikan 2 tiupan nafas

5. Evaluasi

a. Evaluasi nadi, tanda-tanda sirulasi dan

pernafasan setiap 5 siklus RJP

b. Jika nadi tidak teraba, lanjutkan RJP


88

c. Jika nadi teraba periksa pernafasan

d. Jika tidak ada nafas, lakukan bantuan nafas

12x/menit (satu tiupan tiap 5 detik) dengan

hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat

ribu tiup. Ulangi sampai 12x tiupan/menit.

e. Jika nadi dan nafas ada, letakkan korban

pada posisi recovery

f. Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan

pernafasan tiap beberapa menit.

Anda mungkin juga menyukai