Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENGANTAR SOSIOLOGI STRUKTUR SOSIAL

DOSEN PEMBIMBING
Drs.Abd.Hakim,MA

DI SUSUN OLEH
Muhammad Iqbal

B40120214

Kelas Nonreg (F)

UNIVERSITAS TADULAKO
2020\2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengantar Sosiologi tentang
“Struktur Sosial”

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak, bagi saya
khususnya tman-teman mahasiswa Universitas Tadulako pada umumnya. Saya sadar bahwa
makalah makalah ini belum sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari smua pihak yang
membaca

Palu, November 2020

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...........i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan masalah ………………………………………………………………………...1
1.3 Tujuan penelitian …………………………………………………………………………2
1.4 Manfaat penelitian ………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………...3

2.1 Fondasi Ekonomi………………………………………………………………………….4


2.2 Evolusi Kapitalisme……………………………………………………………………….4
2.3 Ekspansi Seberang Luatan Roma………………………………………………………...5

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………6

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………6

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah ekonomi selalu menarik perhatian besar individu, atau masyarakat, dan berbagai cara telah
dilakukan pemerintah untuk memecahkan masalah tersebut. Realitasnya kesejahteraan masyarakat
masih minim terjadi, atau dengan kata lain tingkat kemiskinan terus bertambah. Kemiskinan merupakan
suatu masalah yang terjadi di Negara kita, meskipun sudah memasuki era globalisasi namun masalah
tersebut selalu menjadi faktor penghambat kemajuan Negara ini. Permasalahan kemiskinan ini tidak
hanya terdapat di Negara berkembang saja tetapi di Negara maju juga mempunyai masalah dengan
kemiskinan. Fakta menunjukkan bahwa kemiskinan di Negara berkembang jauh lebih besar
dibandingkan dengan Negara maju, sehingga masalah ini dianggap menjadi masalah rumit. Hal ini
disebabkan Negara berkembang pada umumnya masih mengalami persoalan keterbelakangan hampir di
berbagai bidang, misalnya dalam hal teknologi, dan kurangnya akses-akses ke sektor ekonomi.
Kemiskinan menjadi masalah yang kompleks dalam kesejahteraan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan dari masyarakat, tingkat pengangguran, kondisi
kesehatan, tingkat pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, keadaan geografis, gender dan
lokasi dari lingkungan. Kemiskinan tidak dipahami hanya sebatas 2 ketidakmampuan dalam keadaan
ekonomi dari suatu masyarakat, tetapi juga merupakan suatu kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan
perbedaan dari perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupannya secara
bermartabat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan masalah di atas, maka dapat di buat rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana peran pemerintah untuk mengatasi masalah ekonomi Negara republik Indonesia.
2. Apa saja faktor penghambat dan pengdorong peran pemerintah untuk mengatasi masalah
ekonomi di Indonesia.
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peran pemerintah dalam pelaksanaan tugas Negara.
2. Mengetahui faktor pemhambat dan pendorong peran pemerintah dalam pelaksanaan tugas
Negara.
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini di hrapkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua, di klasifiksikan
ada dua manfaat penelitian:
1. Manfaat teoritis
a. hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
b. penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi dalam penggembangan ilmu
sosiologi.
c. penelitian in di harapakan dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian lainnya.
A.Fondasi Ekonomi
Mungkin ada orang yang cenderung meyakini bahwa formasi maupun ekspansi struktur
kekuatan besar selalu dan terutama ditentukan secara ekonomis.Asumsi bahya perdagangan,khususnya
jika intensif dan sudah ada di suatu kawasan, adalah prasyarat normal dan alasan bagi unifikasi
politiknya bias digeneralisasi dengan mudah. Dalam kasus-kasus individual asumsi ini sepenuhnya benar.

Jerman, misalnya, menjadi sebuah wilayah ekonomi tunggal hanya karena kebiasaan jual-beli di
perbatasannya, yang pada urutannya, di tentukan dengan suatu cara yang sepenuhnya politis. Jika
penduduk suatu wilayah berusaha menjual produk-produk mereka terutama di pasar mereka sendiri,
maka kita bisa bicara tentang wilayah yang di satukan secara ekonomi. Andaikan semua hambatan jual-
beli di hilangkan, pasar yang di tentukan secara ekonomi bagi surplus cereal Jerman Timur, yang tidak
mempunyai daya rekat, bukanlah Jerman Barat melainkan Inggris. Pada zaman kapitalisme modern
kepentingan untuk mengekspor ke wilayah asing tampil dominan, tetapi di negara-negara kuno
kepentingannya lebih terletak pada penguasaan wilayah dari mana barang-barang (bahan mentah) bisa
di impor.

Perdagangan barang sangat relavan bagi negara-negara Timur berperbatasan sungai, terutama
bagi Mesir, tegasnya, bagi negara-negara yang dalam hal ini serupa dengan negara-negara samudera.
Meski begitu “imperium”, Mongol jelas tidak bertumpu pada perdagangan barang yang intensif. Di
sana, mobilitas lapisan berkuasa pada penunggang kuda mengatasi ketiadaan sarana material
perhubungan dan memungkinkan terwujudnya administrasi tersentralisasi.

Bukan berarti perdagangan selalu menunjukkan jalan bagi ekspansi politik. Hubungan sebab
akibat sering kali berkebalikan. Di antara imperium-imperium yang di sebut di atas, mereka yang
mempunyai administrasi yang secara teknis mampu membangun sekurang kurangnya alat perhubungan
daratan mewujudkannya demi tujuan administratif. Pada prinsipnya, tujuan itu sering bersifat ekslusif,
tanpa memperhitungkan menguntungkan atau tidaknya alat perhubungan itu bagi kebutuhan dagang
yang ada maupun di masa berikutnya. Unifikasi politik mula-mula meletakkan perdagangan pada basis
legal yang pasti dan terjamin. Tetapi kaidah ini pun bukan tanpa perkecualian. Sebab, di samping
tergantung pada pasifikasi dan jaminan formal penegakan hukum, perkembangan perdagangan terikat
pada kondisi-kondisi ekonomi tertentu (khususnya perkembangan kapitalisme)
B. Evolusi Kapitalisme

Evolusi kapitalisme mungkin terhambat oleh cara di mana sebuah struktur politik tunggal di
kendalikan, itulah yang menimpa, misalnya bekas imperium romawi. Di sini sebuah struktur tunggal
mengambil alih kedudukan liga negara kota negara kota, struktur itu didasarkan pada sebuah ekonomi
agraris subsisten yang kuat. Ini semakin mengukuhkan liturgi sebagai cara menhimpun sarana bagi
tentara dan administrasi dan ini secara langsung mencekik kapitalisme.

Gerakan bangsa Teutonik, secara keseluruhan, menempuh jalan ini hanya sampai pada derajat
yang moderat. Sebagai sebuah masa kompak, gerakan ini mungkin sudah meluas melampaui perbatasan
linguistic yang ada, tretapi Cuma pada zona-zona yang terserak-serak.

Tanah di wilayah asing di ambil secara politis lebih kurangnya dengan kekerasan. Karena tanah
itu penting artinya bagi cara dimana pemenang akan mengeksploitasi hak-haknya, tanah juga
memainkan peran penting bagi struktur ekonomi yang lain. Seperti di tekankan dengan tepat berulang
kali oleh Franz Oppenheimer, sewa tanah sering merupakan sering merupakan produk penaklukan
politik dengan kekerasan. Denga adanya ekonomi subsisten dan sebuah struktur foedal penundukan ini
berarti tentu saja bahwa petani di kawasan yang di caplok tidak akan di habisi tetapi akan di kecualikan
dan di haruskan membayar upeti kepada penakluk, yang menjadi tuan tanah. Hal ini terjadi setiap kali
tentara sudah bukan lagi merupakan suatu volksheerbann yang terdiri dari orang – orang bebas yang
mempersenjatai diri, ataupun sekelompok tentara bayaran atau tentara massa birokratis, tetapi tentara
yang terdiri dari para ksatria yang mempersenjatai diri, seperti tentara Persia, Arab, Turki, Norman, dan
vassal feudal Barat pada umumnya.

Pada praktiknya, pembentukan commercium di antara kota kota yang bersekutu dengan roma
juga mempunyai maksud yang sama. Juga kepentingan seberang laut massa pemukim itally di seluruh
wilayah yang di pengaruhi Romawi jelas merepresentasikan, setidak-tidaknya sebagian, kepentingan
pada yang tanah yang pada dasarnya berwatak kapitalis.

Dalam sebuah kebijakan ekspansi, konflik semacam itu memainkan peran dalam pertarungan
berkepanjangan antar estate Romawi yang menyudahi Gracchi bersaudara. Para pemilik uang, ternak,
dan manusia biasanya menhendaki tanah yang baru di peroleh untuk di kelola secara public untuk di
sewakan (ager publicus).

Anda mungkin juga menyukai