Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

PRINSIP DAN ASAS BK

Penyusun:

RIZKA AIFA LESASUNANDA (190101226)


DEWI AYU LESTARI (190101227)

Dosen Pengampu
Drs. Mukhlis, M. Ag
NIP : 1971031119503102

Dipresentasikan pada:
Hari/tanggal: 25/ Maret 2021
Pukul: 10:50 WITA
Semester IV Kelas G

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmu
agama. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis
sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh kerena itu, penulis
meminta kepada para pembaca untuk memberikan masukan bermanfaat yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi
makalah sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Mataram, 23 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling.................................................................
B. Asas Bimbingan dan Konseling............................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling


1. Pengertian Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling
Prinsip berasal dari kata “prinsipra” yang artinya permulaan dengan cara
tertentu yang melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya bergantung pada
pemula itu. Prinsip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoretis dan
teori lapangan yang terarah dan digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan.1
Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan pokok-pokok dasar
pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main
yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat
juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis atau aturan main yang
harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah.

1
Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal: 42-47
Dalam hal ini, maka yang dimaksud dengan prinsip-prinsip adalah hal-
hal yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling. Seperti
halnya dalam memberikan defenisi mengenai bimbingan konseling, di dalam
mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pun masing-masing
ahli mempunyai sudut pandang sendiri-sendiri terhadap titik berat
permasalahannya.
Adapun beberapa pendapat dari para ahli mengenai prinsip bimbingan
dan konseling adalah sebagai berikut:
Haditono mengemukakan prinsip bimbingan sebagai berikut:
1) Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa
dan orang-orang yang sudah tua.
2) Tiap aspek dari kepribadian seseorang menentukan tingkah laku orang
itu. Dengan demikian, bimbingan bertujuan untuk memajukan individu
dan individu itu juga harus pula berusaha memajukan kehidupannya.
3) Usaha-usaha bimbingan pada prinsipnya harus menyeluruh ke semua
orang karena semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh
pertolongan.
4) Semua guru di sekolah seharusnya menjadi pembimbing karena semua
murid juga membutuhkan bimbingan.
5) Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-alat
dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar pandangan
bimbingan.
6) Dalam memberikan suatu bimbingan harus diingat bahwa semua orang,
meskipun sama dalam kebanyakan sifat-sifatnya, namun tetap
mempunyai perbedaan-perbedaan individual dan perbedaan tersebut yang
harus diperhatikan.
7) Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik, dibutuhkan pengertian
yang mendalam mengenai orang yang dibimbing. Oleh karena itu, perlu
diadakan program evaluasi (penilaian) dan penelitian individual.
8) Keduanya memerlukan sekumpulan catatan mengenai kemajuan dan
keadaan anak yang dibimbing tadi. Dengan berbagai macam tes yang
sudah distandarisasi atau alat-alat evaluasi lain, dapat diperoleh data.
Misalnya, mengenai kemampuan orang tadi, seperti kecerdasannya,
keuletannya, serta termasuk pula data-data mengenai prestasi, perhatian
dan sifat-sifat pribadinya. Data-data ini dikumpulkan dan harus dicatat
secara teliti.
9) Haruslah diingat bahwa pergolakan-pergolakan sosial, ekonomi dan
politik dapat menyebabkan timbulnya tingkah laku yang sukar atau
penyesuaian yang salah. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan kerja sama
yang baik antara pembimbing dengan badan-badan atau yayasan-yayasan
yang ada di masyarakat yang mempunyai hubungan dengan usaha
bimbingan tadi.
10) Bagi anak-anak, haruslah kita ingat bahwa sikap orang tua dan suasana
rumah sangat mempengaruhi tingkah laku mereka. Sehubungan dengan
itu, kadang-kadang untuk beberapa kesukaran sangat dibutuhkan
pengertian, kesediaan, dan kerja sama yang baik dengan para orang tua.
Tanpa bantuan dan pengertian dari orang tua, hampir tidak dapat dicari
jalan keluarnya.
11) Fungsi dari bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan dapat
memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran yang
dialaminya, yang hasilnya dapat berupa kemajuan dari keseluruhan
pribadi orang yang bersangkutan.
12) Usaha bimbingan harus bersifat lincah sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan masyarakat, serta kebutuhan individual.
13) Prinsip bahwa berhasil atau tidaknya suatu bimbingan sebagian besar
tergantung pada orang yang minta tolong itu sendiri, pada kesediaan,
kesanggupan, dan proses-proses yang terjadi dalam diri orang itu
sendiri.2
Ada beberapa prinsip bimbingan dan konseling menurut Anas Salahudin,
di antaranya sebagai berikut:
1) Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.

2
Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling (Studi & karier), (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010), hal: 30-34
2) Bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing.
3) Bimbingan diarahkan kepada individu dan tiap individu memiliki
karakteristik tersendiri.
4) Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan
lembaga hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang
berwenang menyelesaikannya.
5) Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang akan dibimbing.
6) Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu
dan masyarakat.
7) Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus
sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
8) Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan
menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam
ataupun di luar lembaga penyelenggara pendidikan.
9) Program bimbingan dievaluasi untuk mengetahui hasil pelaksanaan
program.3
Adapun prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Bimo Walgito yaitu
sebagai berikut:
1) Dasar bimbingan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari dasar
pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada khususnya.
Dasar dari pendidikan tidak dapat terlepas dari dasar negara tempat
pendidikan itu dilaksanakan. Dasar pendidikan nasional di Indonesia
dapat dilihat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 2 Tahun
1989 II Pasal 2 yang berbunyi: “Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”. Dengan demikian, dapat
dikemukakan bahwa dasar dari bimbingan dan konseling di sekolah ialah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Seperti telah dikemukakan
sebelumnya, karena bimbingan dan konseling tergantung atau terikat
dengan tempat bimbingan dan konseling itu dilaksanakan maka tidaklah

3
Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal: 42-47
mengherankan bila dasar dari bimbingan dan konseling di Indonesia
mampunyai perbedaan dengan dasar dari bimbingan dan konseling di
negara lain.
2) Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia
tercantum dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4 yang
berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seluruhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, kebangsaan”. Dengan memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”. Dengan demikian, tujuan bimbingan dan konseling di
sekolah adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional dan
membantu individu untuk mencapai kesejahteraan.
3) Fungsi bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan dan
pengajaran ialah membantu pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu,
segala langkah bimbingan dan konseling harus sejalan dengan langkah-
langkah yang diambil, serta harus sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dengan adanya bimbingan dan konseling itu, pendidikan akan
berlangsung lebih lancar karena mendapatkan dukungan dari bimbingan
dan konseling.
4) Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu, baik anak-
anak maupun orang dewasa. Jadi bimbingan dan konseling tidak terbatas
pada umur tertentu.
5) Bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam
sifat, yaitu secara:
a. Preventif, yaitu bimbingan dan konseling diberikan dengan tujuan
untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan-kesulitan yang
menimpa diri anak atau individu.
b. Korektif, yaitu memecahkan atau mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh anak atau individu.
c. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah
baik, jangan sanpai menjadi keadaan-keadaan yang tidak baik.
6) Bimbingan dan konseling merupakan proses yang kontinu. Bimbingan
dan konseling harus diberikan secara kontinu dan diberikan oleh orang-
orang yang mempunyai kewenangan dalam hal tersebut. Dengan
demikian, tidak semua orang boleh memberikan bimbingan dan
konseling.
7) Sehubungan dengan hal itu, para guru perlu mempunyai pengetahuan
mengenai bimbingan dan konseling karena mereka selalu berhadapan
langsung dengan murid yang mungkin perlu mendapatkan bimbingan.
Kalau keadaan memungkinkan, ada baiknya persoalan yang dihadapi
murid diselesaikan oleh guru sendiri, tetapi kalau tidak mungkin maka
dapat diserahkan kepada pembimbing.
8) Individu yang dihadapi tidak hanya mempunyai kesamaan-kesamaan,
tetapi juga mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang
terdapat pada masing-masing individu harus diperhatikan dalam
memberikan bimbingan dan konseling.
9) Tiap-tiap aspek dari individu merupakan faktor penting yang menentukan
sikap ataupun tingkah laku. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan
konseling harus benar-benar memerhatikan segala aspek individu yang
dihadapi. Sehubungan dengan itu, bimbingan dan konseling haruslah
didasarkan atas penelitian atau pengumpulan keterangan yang lengkap
agar dapat bertindak secara tepat. Dengan demikian, diperlukan adanya
daftar pribadi, hasil observasi, hasil angket, tes, dan sebagainya.
10) Anak atau individu yang dihadapi adalah individu yang hidup dalam
masyarakat. Oleh karena itu, tidak boleh memandang individu terlepas
dari masyarakatnya, tetapi harus melihat individu beserta latar belakang
sosial, budaya dan sebagainya.
11) Anak atau individu yang dihadapi merupakan makhluk yang hidup. Yang
berkembang dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, harus diperhatikan
segi dinamikanya. Segi dinamika inilah yang memungkinkan pemberian
bimbingan dan konseling.
12) Dalam memberikan bimbingan dan konseling, haruslah selalu diadakan
evaluasi. Dengan evaluasi, akan dapat diketahui tepat-tidaknya
bimbingan dan konseling yang telah diberikan.
13) Pembimbing harus selalu mengikuti perkembangan situasi masyarakat
dalam arti yang luas, yaitu perkembangan sosial, ekonomi, kebudayaan,
dan sebagainya.
14) Dalam memberikan bimbingan dan konseling, pembimbing harus selalu
ingat untuk menuju kepada kesanggupan individu agar dapat
membimbing diri sendiri.
15) Karena pembimbing berhubungan secara langsung dengan masalah-
masalah pribadi seseorang, maka pembimbing harus dapat memegang
teguh kode etik bimbingan dan konseling.4
2. Macam-macam Prinsip Bimbingan Konseling
Adapun rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada
umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan
proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.
a) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan.
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-
individu baik secara perorangan ataupun kelompok yang menjadi sasaran
pelayanan pada umumnya adalah perkembangan kehidupan individu,
namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya
yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi sendiri, serta
kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan
kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan
dan konseling sebagai berikut:
a) Melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin,
suku, agama dan status sosial.
b) Memerhatikan tahapan perkembangan.
c) Memerhatikan perbedaan individu dalam layanan.
b) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah klien.

4
Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Studi & karier)…, hal: 34-36
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan
individu tidaklah selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti ada dan
sangat berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-hambatan
terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang
berupa masalah. Pelayanan bimbingan dan konseling hanya mampu
menangani masalah klien secara terbatas yang berkenaan dengan:
a) Menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu
terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah
dan masyarakat sekitar.
b) Timbulnya masalah pada individu karena adanya kesenjangan
sosial, ekonomi dan budaya.
c) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan bimbingan
dan konseling.
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling dapat
diselenggarakan secara insidental maupun terprogram. Pelayanan
insidental diberikan oleh konseli yang secara langsung (tidak terprogram
atau terjadwal) kepada konselor. Kemudian konselor langsung
memberikan bantuan kepada konseli sesuai dengan permasalahan yang
sedang dihadapi oleh konseli.
Konselor dituntut untuk dapat menyusun program pelayanan
bimbingan dan konseling. Program ini berorientasi pada seluruh warga
lembaga dimana tempat konselor bertugas (misalnya sekolah atau kantor)
dengan memperhatikan variasi masalah yang mungkin akan muncul dan
jenis layanan yang dapat diselenggarakan, rentang dan unit waktu yang
tersedia (misalnya semester dan bulan), ketersediaan staf, kemungkinan
hubungan antarpersonal dan lembaga, dan faktor-faktor lainnya yang
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di lembaga yang bersangkutan.
Prinsip-prinsip program layanan bimbingan dan konseling itu adalah:
a) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan
dengan kebutuhan siswa maupun lingkungan.
b) Program bimbingan dan konseling disusun dengan
mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu.
c) Program pelayanan bimbingan dan konseling perlu memberikan
penilaian hasil layanan.
d) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan
pelayanan.
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling (baik yang
terprogram atau insidental) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan
layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu
oleh seorang konselor profesional. Dalam pelaksanaan program
bimbingan dan konseling, konselor perlu mengadakan kerja sama dengan
berbagai pihak, baik dari dalam lembaga maupun dari luar lembaga agar
tercapainya perkembangan peserta didik secara optimal. Adapun prinsip-
prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan adalah:
a) Diarahkan untuk mengembangkan individu yang akhirnya mampu
secara mandiri membimbing diri sendiri.
b) Pengambilan keputusan yang diambil oleh individu hendaknya atas
kemauan diri sendiri.
c) Permasalahan individu dilayani oleh tenaga ahli/ profesional yang
relevan dengan permasalahan individu.
d) Perlu adanya kerja sama dengan personal sekolah dan orang tua
dan bila perlu dengan pihak lain yang berwewenang dalam
permasalahan individu.
e) Proses pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu
yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.5
B. Asas Bimbingan dan Konseling
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga
dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas
bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan
layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau
bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.

5
Hallen A, Bimbingan & Konseling, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hal: 59-61
Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan
sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling.
Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan
bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti
sama sekali. Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah:
a. Asas Kerahasiaan (confidential).
Yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan peserta didik klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data
atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain.
Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan
menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar
terjamin.6
b. Asas Kesukarelaan.
Yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta
didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan
baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
c. Asas Keterbukaan.
Yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik
dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik
(klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan
asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
d. Asas Kegiatan.
Yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu

6
Dewa Ketut dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan,. Hlm. 14.
mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
e. Asas Kemandirian.
Yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang
mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru
Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.7
f. Asas Kekinian.
Yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan
dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam
kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai
dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat
peserta didik (klien) pada saat sekarang.
g. Asas Kedinamisan.
Yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran
layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas Keterpaduan.
Yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal
ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan
bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan
sebaik-baiknya.
i. Asas Kenormatifan.
Yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama,

7
Ibid, Hlm. 15.
hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan
yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-
norma tersebut.
j. Asas Keahlian.
Yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam
hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan
konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik
dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.8
k. Asas Alih Tangan Kasus.
Yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-
tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat
menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain.
Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat
mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang
berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
l. Asas Tut Wuri Handayani.
Yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan
rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada
peserta didik (klien) untuk maju.9

8
Ibid, Hlm. 16.
9
Ibid, hlm. 16-19.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Salahudin, Anas. 2012, Bimbingan & Konseling, Bandung: CV Pustaka Setia.


Walgito, Bimo. 2010, Bimbingan & Konseling (Studi & karier), Yogyakarta: C.V
Andi Offset.
Hallen, A. 2005. Bimbingan & Konseling, Ciputat: Quantum Teaching.
Dewa Ketut dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan,..

Anda mungkin juga menyukai