GUFRAN
NIM : F44118004
KELAS :A
TUGAS : SISTEM PROTEKSI
Proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar jika terjadi
gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak mengalami
kerusakan. Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam kondisi menyala. Jika proteksi bekerja
dengan baik, maka pekerja dapat melakukan pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi
bertegangan. Jika saat melakukan pemeliharaan tersebut terjadi gangguan, maka pengaman-
pengaman yang terpasang haurus bekerja demi mengamankan sistem dan manusia yang sedang
melaukukan perawatan.
Transmisi tenaga listrik terbagi dalam beberapa kategori. Kategori yang pertama adalah transmisi
dengan tegangan sebesar 500Kv. Ini merupakan transmisi yang sangat tinggi. Karena di
Indonesia masih menggunakan sistem 500 kv. Kategori yang kedua adalah transmisi dengan
tegangan sebesar 150 kv. Dan yang ketiga adalah transmisi 75 kv. Untuk dibawah 75 kv
selanjutnya dinamakan dengan distribusi tenaga listrik.
Proteksi ini berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu sistem berarti system tersebut tidak
merasakan gangguan sekalipun. Sedangkan proteksi atau pengaman sistem, sistem merasakan
gangguan tersebut namun dalam waktu yang sangant singkat dapat diamankan. Sehingga sistem
tidak mengalami kerusakan akibat gangguan yang terlalu lama.
Artikel ini akan membahas tentang karakter serta gangguan-gangguan dan sistem proteksi yang
digunakan pada sistem tenaga listrik yang meliputi: generator, transformer, jaringan
dan busbar.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada suatu lokasi
merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika
terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut
diharapkan segera dapat mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk mengeluarkan
sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit
bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan proteksi.
Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak
normal tersebut dan selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja
memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut kita kenal
dengan relay.
Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang berhubungan, mempunyai dua
fungsi pokok:
1. Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi seperti
biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-gaya
mekanik dst.
"Koordinasi antara relay dan circuit breaker(CB) dalam mengamati dan memutuskan gangguan
disebut sebagai sistem proteksi".
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang
aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada proteksi
atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan
mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi
daya pada konduktor akan berkelebihan pula, sedangkan pengaruh pemanasan adalah sebanding
dengan kwadrat dari arus:
H = 1kwadrat.R.t Joules
Dimana;
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus listrik (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik mencapai harga
yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker.
Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu
sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung
singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.
Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus tanpa
pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan
peralatan bekerja.
3. Sistem Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama, sehingga
dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Sistem Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian yang
terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum
terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi inverse
terhadap kwadrat dari arus.
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau circuit breaker
cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga yang dapat merusak
akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.
Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan sistem
proteksi yang efektif, yaitu:
d). Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya
arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
e). Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah
feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan yang pokok
dipenuhi. Dalam suatu sistem transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal,
namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan
peralatan sistem adalah vital.
Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama
dan proteksi pendukung (back up).
f). Realiabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak bekerjanya proteksi
sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang bekerja
untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem
pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo
dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo -trafo tegangan yang dimiliki
bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem
daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zo na -zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam
keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan, remote back up) akan memberikan
perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.
Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem tansmisi,cukup jika
hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up akan bereaksi lambat dan biasanya
memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang terganggu.
Sistem proteksi memiliki komponen utama yaitu Relay, jenis-jenis relay ini dapat
di gunakan pada system pembangkitan, transmisi tenaga listrik, system distribusi dll.
B.Macam-macam Gangguan
I. Gangguan Beban Lebih
Beban lebih mungkin tidak tepat disebut sebagai gangguan. Namun karena beban lebih adalah
suatu keadaan abnormal yang apabila dibiarkan terus berlangsung dapat membahayakan
peralatan, jadi harus diamankan, maka beban lebih harus ikut ditinjau.
Beban lebih dapat terjadi pada trafo atau pada saluran karena beban yang dipasoknya terus
meningkat, atau karena adanya maneuver atau perubahan aliran beban di jaringan setelah adanya
gangguan. Beban lebih dapat mengakibatkan pemanasan yang berlebihan yang selanjutnya panas
yang berlebihan itu dapat mempercepat proses penuaan atau memperpendek umur peralatan
listrik.
Gangguan hubung singkat dapat terjadi antara fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau antara 1 fasa ke
tanah, dan dapat bersifat temporair (non persistant) atau permanent (persistant). Gangguan yang
permanent misalnya hubung singkat yang terjadi pada kabel, belitan trafo atau belitan generator
karena tembusnya (break downnya) isolasi padat. Gangguan temporair misalnya akibat flashover
karena sambaran petir, pohon, atau tertiup angin.
Gangguan hubung singkat dapat merusak peralatan secara termis dan mekanis. Kerusakan termis
tergantung besar dan lama arus gangguan, sedangkan kerusakan mekanis terjadi akibat gaya
tarik-menarik atau tolak-menolak.
Keterangan
Kehilangan beban atau penurunan beban di jaringan akibat switching, karena gangguan
atau karena maneuver.
Gangguan pada AVR (Automatic Voltage Regulator) pada generator atau pada on load
tap changer dari trafo.
Kekurangan daya dapat terjadi karena tripnya unit pembangkit (akibat gangguan di prime
movernya atau di generator) atau gangguan hubung singkat di jaringan yang menyebabkan
kerjanya relay dan circuit breakernya yang berakibat terlepasnya suatu pusat pembangkit dari
sistem. Jika kemampuan atau tingkat pembebanan pusat atau unit pembangkit yang hilang atau
terlepas tersebut melampaui spinning reverse system, maka pusat-pusat pembangkit yang masih
ada akan mengalami pembebanan yang berkelebihan sehingga frequency akan merosot terus,
yang bila tidak diamankan akan mengakibatkan tripnya unit pembangkit lain (cascading) yang
selanjutnya dapat berakibat runtuhnya (collapse) sistem (pemadaman total).
Gangguan hubung singkat atau kehilangan pembangkit dapat menimbulkan ayunan daya (power
swing) atau yang lebih hebat dapat menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron (out of
synchronism). Power swing dapat menyebabkan relay pengaman salah kerja yang selanjutnya
menyebabkan gangguan yang lebih luas. Lepas sinkron dapat mengakibatkan berkurangnya
pembangkit karena tripnya unit pembangkit tersebut atau terpisahnya sistem, yang selanjutnya
dapat menyebabkan gangguan yang lebih luas bahkan runtuh (collapse).
Dalam sistem tenaga listrik, upaya untuk mengatasi gangguan dapat dilakukan dengan cara :
Peralatan yang dapat diandalkan adalah peralatan yang minimum memenuhi persyaratan
standart yang dibuktikan dengan type test, dan yang telah terbukti keandalannya dari
pengalaman. Penggunaan peralatan di bawah mutu standart akan merupakan sumber
gangguan.
Penentuan spesifikasi yang tepat dan design yang baik sehingga semua peralatan tahan
terhadap kondisi kerja normal maupun dalam keadaan gangguan, baik secara elektris,
thermis maupun mekanis.
Pemasangan yang benar sesuai dengan design, spesifikasi dan petunjuk dari pabrik.
Penggunaan kawat tanah pada SUTT/SUTET dengan tahanan pentanahan kaki tiang yang
rendah. Untuk pemeriksaan dan pemeliharaan, maka konduktor pentanahannya harus
dapat dilepas dari kaki tiangnya.
Penebangan atau pemangkasan pohon-pohon yang berdekatan dengan kawat fasa SUTM
dan SUTT harus dilakukan secara periodik. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan tidak
hanya jaraknya dalam keadaan tidak ada angin, melainkan juga dalam keadaan pohon-
pohon tersebut ketika ditiup angin.
Penggunaan kawat atau kabel udara berisolasi untuk SUTM harus dipilih dan digunakan
secara selektif.
Menghilangkan gangguan sama sekali dalam suatu sistem tenaga listrik merupakan usaha
yang tidak mungkin dapat dilakukan. Oleh karena itu maka usaha yang dapat dilakukan adalah
mengurangi akibat kerusakan yang ditimbulkannya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :
Penggunaan lighting arrester dan penentuan tingkat dasar isolasi (BIL) dengan koordinasi
isolasi yang tepat.
Melepaskan bagian sistem yang terganggu dengan menggunakan circuit breaker dan relay
pengaman.
1. Penggunaan jenis relay yang tepat dan penyetelan relay yang selektif agar bagian yang
terlepas sekecil mungkin.
5. Penggunaan spindle pada JTM atau setidak-tidaknya ada titik pertemuan antar saluran
sehingga ketika ada kerusakan atau pemeliharaan tersedia alternative supply untuk
maneuver.
Penggunaan pola load shedding dan sistem splitting untuk mengurangi akibat kehilangan
pembangkit.
Penggunaan relay dan circuit breaker yang cepat dan AVR dengan response yang cepat
pula untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan gangguan instability (lepas
sinkron).