Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.

)
6(1) – Februari 2018: 23-29 (ISSN : 2303-2162)

Keanekaragaman Mamalia di Cagar Alam Rimbo Panti, Kabupaten Pasaman,


Sumatera Barat

Diversity of Mammals at The Rimbo Panti Nature Reserve, Pasaman, West Suma-
tra

Tomi Kasayev1)*, Jabang Nurdin1) dan Wilson Novarino2)


1)
Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas
2)
Laboratorium Taksonomi Hewan Vertebrata, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas
*Koresponden: tomikasayev7@gmail.com

Abstract
Rimbo Panti Nature Reserve is a conservation area located in West Sumatra which consisted of
two main habitat types, dry hilly and swampy forest habitat types. These forest types potentially
board many species of mammals. This research was conducted from December 2015 to March
2016 in The Nature Reserve to determine the diversity of mammals occupied each type of habi-
tats. Twenty two camera traps were installed in pairs, six pairs in the dry hilly habitat (574-871
m asl) and five pairs in the swampy habitat (216-261 m asl). From a total 109 photos, 17 species
were identified, consisted of 11 species from hilly and 10 species from swampy forest habitat.
There were four species found in both habitat types. Shannon-Wiener diversity index showed
that mammalian diversity of Rimbo Panti Nature Reserve is moderate (H’=1.95) while mamma-
lian diversity in swampy forest (H’= 2.06) was higher than hilly habitat forest (H’=1.54).

Keywords : Camera Trap, Diversity, Dry Hilly Forest, Mammals, Swampy Forest

Pendahuluan

Cagar Alam Rimbo Panti merupakan salah Mustari et al., 2015). Sementara di habitat
satu kawasan konservasi yang ada di Su- rawa biasanya lebih cendrung ditemukan
matera Barat. Ditetapkan berdasarkan spesies yang berbeda dari habitat per-
keputusan Gubernur Besluit No. 34 stbl 420 bukitan, namun beberapa spesies juga ada
tanggal 18 Juni 1932 dengan luas sekitar yang menyukai kedua tipe habitat (Payne et
2.550 Ha. Kawasan ini memiliki dua tipe al., 2000). Penemuan-penemuan tersebut
habitat berbeda yaitu habitat perbukitan dan tidak hanya digunakan untuk tujuan inven-
habitat rawa (Sub Balai KSDA, 1999). tarisasi (Junaidi et al., 2012; Hariadi et al.,
Perbedaan dua tipe habitat tersebut 2012; Novarino et al., 2010), tetapi juga
memungkinkan cagar alam ini memiliki dapat memperkirakan populasi mamalia
keanekaragaman fauna yang berbeda khu- (Alfajri, 2010; Mustari et al., 2015; Wibi-
susnya mamalia. sono, 2006; Pusparini, 2006; Maryani et al.,
Habitat perbukitan pada penelitian 2014).
Junaidi et al. (2012) di HPPB (hutan pen- Khusus di Cagar Alam Rimbo Panti
didikan dan penelitian biologi) Universitas habitat perbukitan telah pernah dilakukan
Andalas ditemukan 10 spesies mamalia dari penelitian menggunakan camera trap di 4
kelompok Primata, Pholidota, Rodentia, titik pemasangan. Hasil penelitian men-
Carnivora dan Cetartidactyla, 23 spesies jelaskan bahwa Cagar Alam Rimbo Panti di
dari penemuan Hariadi et al. (2012) di Hu- habitat perbukitan memiliki 12 spesies ma-
tan Harapan Sumatera, dan beberapa malia. Namun beberapa spesies,
spesies di tempat lainnya (Novarino et al., populasinya dalam keadaaan terancam dan
2007; Novarino et al., 2010; Alfajri, 2010; telah masuk kedalam status perlindungan
24
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
6(1) – Februari 2018: 23-29 (ISSN : 2303-2162)

Appendix I CITES, diantaranya Helarctos manusia. Dengan latar belakang tersebut,


malayanus), Catopuma temminckii, Panthe- untuk itu pemantauan perlu dilakukan ter-
ra tigris, Pardofelis marmorata (Novarino hadap pelestarian keanekaragaman mamalia
et al., 2010). Terancamnya keberadaan untuk dijadikan dasar pengelolaan mana-
mamalia tersebut di Cagar Alam Rimbo jemen konservasi yang lebih baik.
Panti tidak lepas dari adanya aktivitas

Metode Penelitian

Gambar 1. Peta lokasi pemasangan camera trap di Cagar Alam Rimbo Panti. Inset : Peta Sumatera Barat

Lokasi Penelitian
Secara Geografis kawasan ini terletak anta- Sterkuliaceae, Meliaceae, Murtifereae,
ra 00o18’45’’ LU - 00o22’30’’ LU dan Leaceae, Mirtaceae, Lauraceae, dan
100o00’00’’ BT - 100o07’30’’ BT. (BKS- Fagaceae (Gambar 1).
DA dan PSLH, 2000). Habitat perbukitan
memiliki kondisi tanah yang terjal, kering, Cara Kerja
dan berkapur (kelerengan > 30o). Habitat Camera trap merupakan salah satu cara
rawa relatif datar dan memiliki genangan untuk mengetahui keberadaan satwa liar
air (0,5-1 m). Didalam peta perbedaan tipe yang sulit dideteksi oleh pengamatan lang-
habitat ditandai dengan tipe kontur. Kontur sung (Maddox et al., 2004). Lokasi
yang sangat rapat adalah habitat perbukitan pemasangan kamera ditentukan dengan
yang didominasi oleh vegetasi dari famili melihat tanda-tanda keberadaan hewan
Euphorbiaceae, Annonaceae, Myrtaceae, mamalia seperti jejak, kotoran, jalur ha-
Sapindaceae, Meliaceae, Lecythidaceae, bituasi secara purposive sampling. Camera
Lauraceae, Moraceae, dan Myristicaceae, trap dipasang sebanyak sebelas pasang.
sedangkan kontur yang yang sangat jarang Enam pasang di habitat perbukitan dan lima
adalah habitat rawa yang didominasi oleh pasang di habitat rawa yang di pasang
vegetasi dari famili Euphorbiaceae, selama 90 hari dan 1 x 45 hari untuk pen-
Annonaceae, Moraceae, Macaranga, gecekan.
25
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
6(1) – Februari 2018: 23-29 (ISSN : 2303-2162)

Camera trap dengan lensa autofo- masing-masing spesies tiap habitat dapat
cus aktif selama 24 jam dengan waktu dilihat pada Gambar 2.
antara setiap pemotretan satu menit yang Perbedaan jumlah spesies maupun
terdiri atas tiga foto. Kamera dipasang pada jumlah foto yang didapatkan kemungkinan
pohon dengan ketinggian 40-50 cm dari disebabkan oleh kondisi habitat yang ber-
permukaan tanah, sehingga mamalia yang beda, kondisi habitat perbukitan yang lebih
melewati sensor terfoto secara otomatis. kering dibandingkan habitat rawa yang se-
Foto tersebut diseleksi menjadi foto inde- bagian besar digenangi oleh air. Spesies
penden. Foto independen merupakan dengan jumlah foto independen terbanyak
spesies mamalia (individu atau kelompok) adalah Macaca nemestrina, kemudian
yang terekam pada satu frame foto dalam dilanjutkan oleh Sus scrofa. Banyaknya
satu rol film juga dalam blok sampel. Foto foto kedua spesies tersebut pada penelitian
dianggap sebagai independent event (ber- ini, berbeda dengan hasil yang didapatkan
nilai 1) jika: a) foto berasal dari individu pada penelitian yang dilakukan di Rimbo
berbeda (spesies sama) yang berurutan atau Panti tahun 2008. Pada penelitian sebe-
foto spesies berbeda yang berurutan, b) foto lumnya, M. nemestrina merupakan spesies
berurutan dari individu (spesies sama) yang yang masih banyak terfoto, kemudian
jaraknya lebih dari 30 menit, kecuali in- dilanjutkan oleh Hystrix brachyura. Semen-
dividu dapat jelas dibedakan maka tara S. scrofa jauh lebih sedikit dibanding
dianggap sebagai individu berbeda c) foto keduanya. (Novarino et al., 2010). Perbe-
individu dari spesies yang sama yang tidak daan ini bisa disebabkan oleh salah satu
berurutan (Pusparini, 2006). Selanjutanya lokasi penempatan camera trap ditempat-
foto hewan mamalia diidentifikasi yang kan di area kubangan, sehingga
mengacu pada Payne et al. (2000) dan Cor- menyebabkan S. scrofa banyak terfoto cam-
bet and Hill (1992) era trap.
Didapatkan S. scrofa dan M. ne-
mestrina, menurut Corbet and Hill (1992)
Analisis Data
kedua spesies ini memiliki penyebaran yang
Komposisi jenis mamalia disajikan dalam
sangat luas. Hal ini diperkuat oleh temuan
bentuk grafik jumlah foto independen ma-
beberapa peneliti disekitar pegunungan
malia. Keanekaragaman spesies dari indeks
bukit barisan, seperti Agustinus et al.
Shannon-Wiener (H’) dihitung dengan
(2009) di Taman Nasional Tesso Nilo,
rumus yang telah dimodifikasi dari Ma-
penelitian Alfajri (2010) di hutan Cagar
gurran (2004), ,
Alam Malampah, penelitian Novarino et al.
dimana Pi adalah proporsi jumlah foto pada (2007) di hutan lindung Pesisir Selatan,
spesies ke-i per total seluruh foto. Selanjut- penelitian Junaidi et al. (2012) di HPPB,
nya komposisi mamalia yang didapatkan penelitian Hariadi et al. (2012) di hutan
dibandingkan dengan penelitian Novarino bekas produksi Sumatera Selatan. Selanjut-
et al. (2010) yang dibandingkan secara nya foto terbanyak dimiliki H. brachyura
deskriptif. dan Tragulus napu, namun jumlah foto
yang didapatkan jauh lebih sedikit dari M.
Hasil dan Pembahasan nemestrina dan S. Scrofa. Foto tersebut
didapatkan pada waktu malam hari dikedua
Penelitian yang dilakukan di Cagar Alam
tipe habitat. Novarino et al. (2007) dan No-
Rimbo Panti didapatkan 109 foto inde-
varino et al. (2010) menjelaskan waktu
penden. Foto tersebut terdiri dari 17 spesies
aktif H. brachyura mulai pukul 18.00 sam-
(1 unidentified), 13 famili, dan 6 ordo.
pai 06.00 WIB. Ditemukannya kedua
Dilihat dari jumlah spesies yang didapatkan
spesies ini diasumsikan bahwa perbedaan
tiap habitatnya, habitat perbukitan didapat-
tipe habitat sangat mampu ditolelir oleh
kan 11 spesies (71 foto independen),
kedua spesies ini, baik T. napu (Santosa et
sedangkan habitat rawa didapatkan 10 spe-
al., 2008) maupun H. brachyura (Kartono,
sies (38 foto independen). Jumlah foto
2015)
26
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
6(1) – Februari 2018: 23-29 (ISSN : 2303-2162)

Spesies Aonyx cinereus, Macaca 871 mdpl. Menurut Payne et al. (2000), L.
fascicularis, Trachypithecus cristatus sabanus nocturnal dan hidup di pepohonan
ditemukan di habitat rawa. A. cinereus hingga ketinggian 3100 mdpl dan Sun-
ditemukan di sekitar anak sungai 1 hingga 7 damys sp. sebagian besar nocturnal dan
individu. Spesies ini juga ditemukan dalam terrestrial hingga 1650 mdpl. Umumnya
penelitian camera trap di areal rehabilitasi famili muridae tersebar dari perkampungan,
bekas tambang batubara, Kalimantan Ten- dataran rendah hingga pegunungan di ka-
gah oleh Rustam dan Boer (2007) dimana wasan Asia Tenggara (Corbet and Hill,
di daerah tersebut ditemukan 4 individu 1992). Handika et al. (2013) menemukan
dalam 2 foto, sedangkan penelitian di Ta- famili muridae di pegunungan Sumatera,
man Nasional Gunung Halimun Salak oleh Maharadatunkamsi (2011) Mustari et al.
Mustari et al. (2015) didapatkan 2 individu (2015) menemukan muridae di pegunungan
dalam 8 foto. Perbedaan jumlah individu Jawa, Suyanto (2008) menemukan muridae
yang didapat, diperkirakan disebabkan oleh di pegunungan Kalimantan, Zakaria et al.
kondisi habitat yang berbeda. (2001) menemukan muridae di pegunungan
Untuk kedua spesies Primates (M. Malaysia.
fascicularis dan T. cristatus), foto yang Foto paling sedikit didapatkan
didapatkan sangat lebih sedikit dibanding- selama penelitian adalah Herpestes sp.,
kan dengan spesies Primates lainnya (M. Mydaus javanensis, Muntiacus muntjac,
nemestrina). Payne et al. (2000) menga- Tupaia sp., Prionodon linsang dan Paguma
takan kedua primates ini lebih suka larvata. Menurut Novarino et al. (2010) P.
memakan buah-buahan dan dedauan serta larvata adalah soliter dan sangat pemalu
lebih cendrung di atas pohon, sehingga per- sehinggga keberadaan mereka sulit
jumpaannya akan semakin sulit terdeteksi dideteksi. Payne et al. (2010) menam-
camera trap bahkan M. javanensis, P. linsang juga
Spesies Leopoldamys sabanus dan spesies yang soliter dan pemalu. Foto pal-
Sundamys sp. berasal dari famili yang sama ing sedikit lainnya ditemukan dari ordo
yaitu muridae. Dua spesies tersebut Chiroptera (unidentified dan Cynopterus
didapatkan pada habitat perbukitan di dua sp.) yang didapatkan di habitat rawa diseki-
lokasi pemasangan camera trap. Ketinggian tar daerah rosting area.
kedua lokasi tersebut berkisar antara 726-

Gambar 2. Jumlah foto mamalia di Cagar Alam Rimbo Panti, Kabupaten Pasaman
27
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
6(1) – Februari 2018: 23-29 (ISSN : 2303-2162)

Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui jumlahnya merata maka nilai keane-
bahwa keanekaragaman spesies di Rimbo karagaman akan tinggi. Selain itu, faktor
Panti dan pada masing-masing tipe habitat terpenting yang mempengaruhi nilai keane-
berbeda. Habitat perbukitan memiliki nilai karagaman yaitu kondisi habitat. Menurut
indeks keanekaragaman 1,54 dan pada habi- Susanto dan Ngabekti (2014) perbedaan
tat rawa memiliki nilai 2,06. Secara habitat akan mendapatkan nilai keane-
keseluruhan indeks keanekaragaman di karagaman yang berbeda.
Rimbo Panti memiliki nilai 1,95. Perbedaan Berdasarkan Tabel 1. Dapat dilihat
tersebut menurut penjelasan Magurran pada penelitian ini dipasang 6 lokasi di hab-
(2004) bahwa kedua tipe habitat cagar itat perbukitan dan 5 lokasi di habitat rawa.
alam, dan di Rimbo Panti sendiri tergolong Hasil yang didapatkan adalah 11 spesies di
kedalam kategori tingkat keanekaragaman habitat perbukitan dan 10 spesies didapat-
sedang. kan di habitat rawa. Jumlah spesies yang
Nilai keanekaragaman sangat ter- didapatkan pada penelitian ini lebih sedikit
gantung pada beberapa faktor salah satunya jika dibandingkan pada penelitian 2008
yaitu faktor spesies dan jumlahnya. yang mendapatkan 12 spesies di habitat
Menurut Kendeight (1980) dominasi spe- perbukitan di 4 lokasi. Terjadi penurunan
sies terhadap spesies lain akan spesies dikarenakan adanya berbagai aktivi-
menyebabkan rendahnya nilai keane- tas manusia.
karagaman ataupun sebaliknya apabila

Tabel 1. Perbandingan mamalia di Rimbo Panti pada penelitian tahun 2008 dangan penelitian sekarang
Tahun 2008 Tahun 2016
Taxa (Novarino, et al., 2010) (Penelitian sekarang)
Perbukitan Perbukitan Rawa
Macaca fascilularis √ - √
Macaca nemestrina √ √ √
Helarctos malayanus √ - -
Paguma larvata √ √ -
Catopuma temminckii √ - -
Panthera tigris √ - -
Pardofelis marmorata √ - -
Sus barbatus √ - -
Sus scrofa √ √ √
Tragulus napu √ √ √
Muntiacus muntjac √ √ -
Hystrix brachyuran √ √ √
Herpestes sp. - - √
Aonyx cinerea - - √
Prionodon linsang - √ -
Unidentified - - √
Cynopterus sp. - - √
Mydaus javanensis - √ -
Trachypithecus cristatus - - √
Leopoldamys sabanus - √ -
Sundamys sp. - √ -
Tupaia sp. - √ -
Jumlah spesies 12 11 10
Titik pemasangan 4 lokasi 6 lokasi 5 lokasi

Penelitian 2008 ditemukan hewan keberadaannya sudah mulai terancam juga


kharismatik (Panthera tigris) yang terma- tidak ditemukan pada penelitian ini, seperti
suk terancam sebanyak 2 foto, namun pada Helarctos malayanus, Catopuma tem-
penelitian ini tidak ditemukan kembali he- minckii, Pardofelis marmorata, dan Sus
wan kharismatik walaupun jumlah lokasi barbatus. Menurut Alfajri (2010) berku-
pemasangan camera trap sudah lebih ban- rangnya perjumpaan hewan yang
yak. Selain itu, spesies lain yang keberadaannya sudah terancam disebabkan
28
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
6(1) – Februari 2018: 23-29 (ISSN : 2303-2162)

karena adanya gangguan habitat oleh pem- Handika, H., J, Nurdin., dan Rizaldi. 2013.
buru di kawasan cagar alam sehingga akan Komunitas Mamalia Kecil Terestri-
lebih sulit untuk ditemukan. Apabila keru- al di Gunung. Singgalang,
sakan hutan dilakukan terus-menerus Sumatera Barat. J. Bio. UA 2(2):
peluang berkurangnya komunitas mamalia 103-109.
sangat besar di Cagar Alam Rimbo Panti. Hariadi, B., W. Novarino, Rizaldi. 2012.
Inventarisasi Mamalia di Hutan
Kesimpulan Harapan Sumatera Selatan. J. Bio.
UA 1(2): 132-138.
Berdasarkan penelitian yang telah dil- Junaidi, Rizaldi, dan W. Novarino. 2012.
akukan, dapat disimpulkan bahwa Inventarisasi Jenis-jenis Mamalia di
keanekaragaman mamalia di Rimbo Panti Hutan Pendidikan dan Penelitian
tergolong sedang (H’=1,95), pada habitat Biologi (HPPB) Universitas Anda-
rawa (H’=2,06) keanekaragamannya lebih las dengan Menggunakan Camera
tinggi dari habitat bukit (H’=1,54). Spesies trap. J. Bio. UA 1(1): 27-34.
paling yang paling banyak terfoto adalah M. Kartono, A. P., I. Maryanto, dan M. H,
nemestrina dan S. scrofa Sinaga (2000). Keragaman mamalia
pada berbagai tipe habitat di muaro
Ucapan Terima Kasih bungo jambi. Media Konservasi:
VII(1): 21-28.
Terimakasih kepada kepala BKSDA Su-
Kendeigh, S.C. 1980. Ecology with Spesial
matera Barat yang telah memberikan izin
Reference to Animal and Man. De-
penelitian. Keluarga Bapak Jamin yang te-
partment of Zoological Univercity
lah membantu akomodasi di lapangan.
of Illinoist at Urbana-Champaign.
Bapak Sakban, Sadam, Agung Nugroho,
New Delhi. Pretince-Hall of India
S.Si, M. M, Aadrean, M.Si, Dwiyanto, S.Si,
private Lomited.
M. Shobri hanif, S.Si, Andhika Prima
Maddox, M.T, Priatna, D, Gemita, E dan
Yudha, S. Hut, Erik Marlius, Fernando
Salampessy, A. Pigs, Palms, People
Dharma, S.Si, Setria Usman, S.Si yang te-
and Tigers (Survival of The
lah membantu sebagai tim lapangaan.
Sumateran Tiger in a Comercial
Daftar Pustaka Landscape). Jambi Tiger Project-
Zoological Society of London, Re-
Agustinus, S., M. H. Sinaga dan A. Saim. port 2002-2004.
2009. Biodiversitas Mamalia di Magurran, A. E. 2004. Measuring biologi-
Tesso Nilo, Propinsi Riau, Indone- cal diversity. Blackwell Publishing.
sia. Zoo Indonesia. 18(2): 79-88 Maharadatunkamsi. 2011. Profil Mamalia
Alfajri, D. 2010. Kelimpahan Harimau Su- Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah.
matera (Panthera tigris sumatrae Biologi Indonesia 7(1): 171-185.
Pocock, 1929) di Suaka Alam Maryani., A. Muhammad dan Sunarto.
Malampah Sumatera Barat. 2014. Estimasi Populasi Macan
[Skripsi]. Padang. Universitas An- Dahan Sunda (Neofelis diardi) Di
dalas. Suaka Margasatwa Bukit Rimbang
BKSDA-Sumbar dan PSLH-Unand. 2000. Bukit Baling Menggunakan Bantu-
Rencana Pengolelolaan Cagar an Perangkap Kamera. JOM
Alam Rimbo Panti Propinsi Su- FMIPA 1(2): 362-370.
matera Barat. Kegiatan pembinaan Mustari, A. H., A, Setiawan., dan D,
dan peningkatan usaha Konservasi Rinaldi. 2015. Kelimpahan Jenis
didalam dan diluar kawasan hutan. Mamalia Menggunakan Kamera
DIK-S DR TA 1999/2000. Jebakan di Resort Gunung Botol
Corbet, G. B. and J. E. Hill. 1992. Mam- Taman Nasional Gunung Halimun
mals of the Indomalayan Region: A Salak. Media Konservasi 20(2):
Systematic Review. Oxford Univer- 93-101.
sity Press. Oxford. England.
29
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
6(1) – Februari 2018: 23-29 (ISSN : 2303-2162)

Novarino, W., S. N. Kamilah, A. Nugroho, Tipe Habitat Di Stasiun Penelitian


M. N. Janra, M. Silmi dan M. Syaf- Pondok Ambung Taman Nasional
rie. 2007. Kehadiran Mamalia pada Tanjung Puting Kalimantan Ten-
Sesapan (Salt lick) Di Hutan Lin- gah. Media Konservasi 13(3): 1–7.
dung Taratak, Kabupaten Pesisir Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Selatan, Sumatera Barat. Biota 12 Sumatera Barat. 1999. Buku Infor-
(2): 100-107. masi Kawasan Konservasi Propinsi
Novarino, W., M. Silmi, Sriyono dan Ok- Sumatera Barat. Kegiatan Pem-
tawira. 2010. Jenis-jenis Mamalia binaan dan Peningkatan Usaha
di Cagar Alam Rimbo Panti. Bio- Konservasi di Dalam dan Di luar
spectrum, 6(1): 41-45. Kawasan Hutan TA 1998/1999.
Payne , J., C. M. Francis, K. Phillipps, dan Susanto, A dan S. Ngabekti. 2014. Keane-
S. N. Kartikasari. 2000. Panduan karagaman spesies dan Peranan
Lapangan Mamalia di Kalimantan, Rodentia di TPA Jatibarang Sema-
Sabah, Serawak dan Brunei Darus- rang. Jurnal MIPA 37(2): 115-122.
salam. The Sabah Society Malaysia Suyanto, A. 2008. Keanekaragaman Mama-
dan Wildlife Conservation Society lia Kecil di Hutan Lindung Gunung
Indonesia Program. Prima Centra. Lumut, Kabupaten Pasir, Kaliman-
Jakarta. tan Timur. Zoo Indonesia 17(1): 1-
Pusparini, W. 2006. Studi Populasi dan An- 6.
alisis Kelayakan Habitat Badak Wibisono, H. T. 2006. Population Ecology
Sumatera (Dicerorhinus sumatren- of Sumateran Tigers (Panthera ti-
sis, fisher 1814) di Taman Nasioanl gris sumatrae) and their Prey in
bukit Barisan Selatan. [Skripsi]. Ju- Bukit Barisan Selatan National
rusan Biologi FMIPA UI. Park, Sumatra, Indonesia. Thesis
Rustam dan C. D. Boer. 2007. Keragaman Master. The Department of Natural
Jenis Mamalia di Areal Rehabilitasi Resources Conservation, University
Bekas Tambang Batubara PT. of Massachusetts, Amherst, MA,
Kaltim Prima Coal Sangatta Kali- USA.
mantan Timur. Rimba Kalimantan Zakaria, M., S, Silang and R, Mudin. 2001.
Fakultas Kehutanan Unmul 12(2): Species Composition of Small
135-142. Mammals at the Ayer Hitam Forest
Santosa, Y., E. P. Ramadhan dan D. A. Reserve, Puchong, Selangor. Per-
Rahman. 2008. Studi Keane- tanika J. Trap. Agric. Sci 24(1): 19
karagaman Mamalia Pada Beberapa –22.

Anda mungkin juga menyukai