Anda di halaman 1dari 3

Transplantasi Sel Punca Dapat Membantu Beberapa Kasus

Sklerosis Multipel
Oleh Steven Reinberg
Reporter HealtDay

SENIN, 20 Februari 2017 (HealthDay News) – Sebuah studi menunjukkan, transplantasi sel punca dapat
menghentikan pertumbuhan sklerosis multipel agresif pada sekitar setengah pasien dengan penyakit yang
dapat menyebabkan kelumpuhan ini. Tetapi, pemilihan pasien yang tepat untuk terapi tersebut merupakan
kunci keberhasilan terapi.

Tim penelitian internasional menemukan secara spesifik, pasien usia muda dengan sklerosis multiple
kambuhan yang tidak mengalami kelumpuhan berat dan pasien yang belum mendapatkan perbaikan
dengan terapi lain memiliki prognosis yang lebih baik selama lima tahun.

Tetapi, peneliti melaporkan bahwa pada beberapa kasus, terapi tersebut terbukti fatal.

“Transplantasi sel punca tidak dapat dipertimbangkan sebagai terapi sklerosis multipel. Tetapi
terapi tersebut dapat dipertimbangkan sebagai pilihan konret untuk pasien dengan sklerosis
multipel agresif yang tidak menunjukkan respon terhadap terapi yang sudah diakui” ucap penulis
studi Dr. Riccardo Saccardi. Beliau berasal dari unit terapi sel dan kedokteran transfusi pada
Careggi University Hospital di Florence, Italy.

Menggunakan sel punca milik pasien untuk memuat ulang sistem imun merupakan cara untuk
menghentikan pertumbuhan penyakit. Tetapi menurut laporan peneliti hal tersebut mengandung
risiko, karena sistem imun pasien harus dimusnahkan sebelum sel punca ditransplantasi.

Faktanya, sekitar 3 persen pasien meninggal tidak lama setelah menerima transplantasi, dan
kematian tersebut terkait langsung dengan transplantasi, menurut peneliti.

Kematian tersebut mendapatkan perhatian serius, menurut ahli saraf, karena sklerosis multipel
sendiri tidak mengancam jiwa.

Oleh karena itu, pasien bertaruh dengan terapi yang dapat berakibat fatal untuk penyakit yang
tidak mengancam jiwa, ucap Dr. Michael Racke, profesor di departmen saraf di Ohio State
University.

Racke menunjukkan bahwa transplantasi sel punca pertama kali digunakan untuk mengobati
penyakit mematikan seperti leukimia, limfoma, dan kanker lainnya

“Mungkin terdapat populasi pasien sklerosis multipel yang dapat diidentifikasi yang memiliki
kemungkinan perbaikan kondisi dengan transplantasi,” ucapnya. “Memilih pasien yang memiliki
kemungkinan perbaikan kondisi setelah transplantasi sangat penting.”
Racke menambahkan, percobaan yang membandingkan transplantasi sel dengan terapi lain untuk
melihat apakah transplantasi sel punca dapat menjadi terapi bagi pasien dengan sklerosis
multipel akan segera dimulai. Racke merupakan penulis editorial yang menyertai studi tersebut.

Lebih dari 2 juta orang di dunia menderita sklerosis multipel, dimana sistem inum tubuh
menyerang sistem saraf pusat , menurut National Multiple Sclerosis Society.

Sklerosis multipel dapat menyebabkan banyak gejala, seperti penglihatan kabur, kehilangan
keseimbangan, koordinasi yang buruk, bicara cadel, tremor, mati rasa, kelelahan berat, masalah
dengan memori dan konsentrasi, paralisis, serta kebutaan.

Gejala tersebut dapat hilang timbul atau menetap dan akan semakin memburuk. Sebagian besar
pasien didiagnosa diantara umur 20 sampai 50 tahun, meskipun terdapat pasien dengan umur 2
dan 75 tahun, menurut National Multiple Sclerosis Society.

Pengobatan dapat memperlambat perkembangan sklerosis multipel dan membantu pasien


mengendalikan gejala, tetapi penyakit ini tidak dapat disembuhkan.

Untuk menilai kondisi jangka panjang setelah transplantasi sel, Saccardi dan tim mengikuti 281
pasien dari 13 negara yang menerima transplantasi sel antara 1995 dan 2006.

Peneliti menemukan bahwa 46 persen penyakit pasien tidak berkembang sampai pada tahun
kelima pasca transplantasi

Dalam 100 hari pasca transplantasi, 8 pasien (sekitar 3 persen) mengalami kematian. Menurut
Saccardi, kematian tersebut berhubungan dengan transplantasi.

Peneliti menduga bahwa kematian tersebut mungkin diakibatkan oleh teknologi transplantasi
yang digunakan merupakan teknologi sebelum tahun 2006, dimana teknologi tersebut sudah
mengalami kemajuan sejak saat itu.

Berita ini dipublikasikan online pada 20 Februari pada jurnal JAMA Neurology

Dr. Paul Wright merupakan kepala bagian neurologi pada North Shore University Hospital di
Manhasset, New York., dan Long Island Jewish Medical Center, di New Hyde Park, New York.
Dia mengatakan “sebagaimana neurologis bertarung dengan terapi terkini yang terbatas pada
sklerosis multipel progresif di pasien usia muda, penelitian ini menyediakan kemungkinan terapi
baru.”

Sumber : http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=201789

Anda mungkin juga menyukai