Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS EKSERGI PADA ALAT PENDINGIN PROPYLENE

DI PT. PERTAMINA UP III PALEMBANG

Steven Suwono
Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang – Prabumulih KM.32 Inderalaya 30662
E-mail: steven_zs@telkom.net

Abstrak
Tugas Akhir ini membahas analisis eksergi pada alat penukar kalor dan juga menentukan besarnya
eksergi yang hilang dengan menggunakan Metoda Analisis Eksergi, karena dalam sebuah sistem pembangkit
tenaga, metode ini dapat mengkaji besarnya sekaligus kualitas dari potensial yang dimanfaatkan. Begitu pula
pada alat penukar kalor dengan mengkaji menggunakan metode analisis eksergi didapat bahwa alat penukar
kalor mempunyai kerugian eksergi yang cukup signifikan. Kondisi lingkungan sekitar merupakan acuan yang
baik sebagai referensi pengkajian dari eksergi. Ini adalah dasar dari Metoda Analisis Eksergi. Penulis juga
membahas besarnya eksergi yang hilang atau irreversibilitas pada beberapa kondisi operasi yang berbeda. Alat
penukar kalor yang dikaji adalah alat penukar kalor tipe cangkang dan pipa dengan fluida kerja shell air dan
fluida kerja tube propylene. Dengan LMTD) = 15,35 oC, diperoleh eksergi yang hilang 430,80 kW dan efisiensi
rasional = 7,24 %, LMTD = 15,18 oC diperoleh eksergi yang hilang 354,45 kW dan efisiensi rasional = 15,13 %
dan dengan LMTD = 14,26 oC dan efisiensi rasional = 23,20 % diperoleh eksergi yang hilang 275,67 kW.

Kata Kunci : eksergi, cooler, irreversibilitas, efisiensi rasional


PENDAHULUAN 1.2. Permbatasan Masalah
1.1 Latar Belakang Dalam analisis eksergi pada alat
Penggunaan sumber energi secara efektif penukar kalor, banyak faktor yang menyebabkan
sudah menjadi tuntutan industri dikarenakan faktor kerugian-kerugian eksergi akibat irreversibilitas,
lingkungan dan ketersediaannya sumber daya alam namun di sini penulis hanya mengkaji eksergi
yang terbatas serta tidak dijadikan sebagai suatu yang hilang akibat irrevesibilitas dan efisiensi
bahan pertimbangan utama dalam instalasi/disain rasional yang disebabkan oleh faktor perbedaan
dan analisis performansi suatu sistem pembangkit temperatur antara Kedua fluida kerjanya pada
tenaga tetapi lebih menitikberatkan pada biaya yang alat penukar kalor jenis cangkang dan pipa
digunakan. Seiring dengan peningkatan biaya dengan arah aliran berlawanan.
penggunaan bahan bakar, ini menyebabkan
menurunnya potensial bahan bakar itu sendiri di 1.3. Tujuan Penelitian
masa mendatang, oleh karena itu penggunaan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
efektif dari sumber energi yang ada harus dijadikan mengkaji besarnya eksergi yang tersedia pada
perhatian utama dan faktor dasar dalam disain dan fluida panas dan eksergi yang diserap pada fluida
analisis perfoma dari suatu sistem. penggunaan dingin dan eksergi yang hilang dari suatu alat
sumber energi – energi kogenerasi yang kecil penukar kalor serta efisiensi rasionalnya.
seperti sinar matahari, angin, panas bumi dan lain-
lain yang dapat ditambahkan sebagai bahan bakar TINJAUAN PUSTAKA
tambahan ketika sumber energi utama sudah tidak 2.1 Sejarah dan Perkembangan Metoda Analisis
cukup tersedia. Eksergi
Alat penukar kalor / heat exchanger adalah Metoda analisis eksergi didasarkan pada
suatu komponen dalam sistem pembangkit tenaga Hukum Termodinamika Pertama dan Kedua.
pada umumnya, dan merupakan salah satu sumber Dasar dari analisis eksergi telah dikenalkan oleh
kerugian eksergi yang signifikan, karena alat Carnot pada tahun 1824 dan Clausius pada tahun
penukar kalor dapat dirancang dengan biaya yang 1865. Penggunaan Hukum Termodinamika
rendah dan ukuran yang dapat direduksi, tetapi Kedua tentang entropi masih sangat terbatas,
mempunyai beda temperatur yang tinggi antara sistem pembangkit tenaga didisain dan dihitung
fluida dingin dan fluida panasnya dengan cara perfomansinya masih dapat diselesaikan dengan
pengkajian dari LMTD-nya. Metoda analisis eksergi menggunakan kesetimbangan energi dari Hukum
ini menggunakan kombinasi antara Hukum Termodinamika Pertama. Salah satu alasan
Termodinamika Pertama dan Kedua dalam metoda mengapa Hukum Termodinamika Kedua sulit
analisisnya. Dalam pengkajian alat penukar kalor diterima keberadaannya karena rumitnya konsep
dengan menggunakan metoda analisis eksergi, dan sulitnya mendefinisikan entropi (Adkins,
diperlihatkan potensial atau eksergi yang tersedia 1968 dan Callen, 1960).
pada fluida panasnya, eksergi yang diserap oleh Gibbs dan Helmholtz mengenalkan metoda
fluida dinginnya, dan kerugian eksergi yang analisis eksergi untuk chemical system, dan
disebabkan oleh beberapa faktor lain, selain dari dikembangkan lagi oleh Keenan (1951) dan Berg
faktor perbedaan temperatur antara Kedua fluida (1974) yang menunjukkan keuntungan –
kerja. keuntungan dari analisis eksergi dalam
Metoda ini dapat mempunyai kemampuan konservasi energi. Tolman dan Fine mengkaji
untuk mengkaji menggunakan kerja yang masih produksi entropi ireversibel pada sistem
tersedia yang dapat diperoleh dari suatu sumber referigerasi dan alat penukar kalor pada tahun
energi, dan juga dapat menentukan lokasi serta 1948. Analisis lain tentang sistem referigerasi
besarnya eksergi yang hilang dalam suatu sistem, dengan menggunakan Hukum Termodinamika
faktor-faktor inilah yang dapat dijadikan dasar Kedua juga dikenalkan oleh Ball (1954) dan
untuk disain dan analisis perfoma khususnya Gardner & Smith (1975). Brodyanskii mengkaji
efisiensi dalam suatu sistem pembangkit tenaga. aplikasi eksergi pada sistem pengembunan udara,
Melalui analisis eksergi ini, kita dapat mengetahui hasilnya menunjukkan bahwa efisiensi eksergi
perhitungan dari energi – energi efektif yang lebih kecil daripada efisiensi kesetimbangan
digunakan melalui aplikasi atau penerapannya energi, lokasi-lokasi dari kerugian-kerugian
dengan Hukum Termodinamika Pertama dan terbesar juga berbeda dengan analisis dengan
Kedua. Metode analisis eksergi juga menyediakan menggunakan metoda eksergi ini. Kun & Ranov
analisis sistem energi dari sudut pandang (1965) mendiskusikan tentang efisiensi mesin
ekonomisnya, jadi metode analisis eksergi ini ekspansi temperatur rendah, hasilnya
dirancang untuk menghitung penggunaan efektif menunjukkan bahwa kerugian yang dianalisis
energi dari suatu sistem melalui sumber energi yang menggunakan metoda analisis eksergi berbeda
tersedia dengan pendekatan sistematis pada disain dengan metoda analisis energi. Karena luasnya
konvensional dan prosedur perhitungan analisis penggunaan Hukum Termodinamika Kedua pada
performansi. sistem referigerasi, aplikasi eksergi dan analisis
entropi, maka Hukum Termodinamika Kedua ini potensial yang tersedia dari uap air ini dapat
mulai berkembang dan dapat diterima di industri. hilang atau mendekati dead state (Dead state;
Metoda analisis eksergi telah dikembangkan keadaan dimana sistem dan lingkungan dalam
dan diterapkan di Uni Soviet dan Eropa, terutama di keadaan setimbang secara termodinamika,
Jerman dan Polandia. Penggunaan kata “exergy“ biasanya 25 oC, 1 atm/ambient condition).
Pertama kali dikenalkan oleh Bosjnakovic (1960), Contoh lain, turbin hidrolik yang berada
Trepp (1961), dan Baehr (1962), dan sejak itu dalam sungai, ketinggian air sungai dan
“exergy“ mulai dikenal juga sebagai “work kecepatan alir merupakan potensi/kemampuan
capacity“ atau “available work“. Eksergi mulai yang tersedia, tetapi apabila level ketinggian air
dapat diterima dan digunakan karena didasarkan sungai menurun, maka kerja yang tersedia juga
oleh prinsip Hukum Termodinamika Kedua sebagai menurun. Dari beberapa contoh di atas, kondisi
aplikasi di industri. Bosjnakovic dan Baehr lingkungan sekitar merupakan acuan yang baik
membuat perbandingan analisis eksergi dan energi sebagai referensi pengkajian potensi/kemampuan
pada sistem pembangkit tenaga, dan hasilnya yang tersedia. Ini adalah dasar dari metoda
mempunyai perbedaan yang signifikan, sedangkan analisis eksergi. Jadi eksergi adalah
Trepp membuat analisis pada sistem refegerasi potensi/kemampuan maksimum yang masih
temperatur rendah, dan hasilnya bahwa kerugian berguna dalam suatu sistem dan kondisi
yang didapatkan dengan metoda analisis eksergi lingkungan tertentu, sehingga eksergi dapat
berbeda dengan metoda analisis energi disebut juga sebagai available work (kerja yang
2.2 Analisis Eksergi tersedia).
2.2.1 Konsep Eksergi Meskipun kerja yang tersedia mempunyai
Metoda analisis eksergi adalah teknik dari banyak bentuk (temperatur, tekanan, kecepatan)
kombinasi penggunaan Hukum Termodinamika dimana mempunyai kondisi yang berbeda
Pertama dan Kedua dalam analisis sistem aktual. dengan kondisi lingkungan sekitar, tetapi dalam
Metoda ini telah dikembangkan untuk menghindari diubah dalam bentuk kalor, sehingga
kebingungan dan kesulitan yang timbul pada penggunaan kerja yang tersedia atau eksergi
pendekatan klasik di Hukum Termodinamika merupakan metoda yang dapat diterima untuk
Kedua. Sangat penting untuk mengetahui bahwa mengkaji penggunaan sumber-sumber energi
kerja hanya dapat dilakukan bila kondisinya tidak yang efektif. Cara kita menggunakan kerja yang
sama dengan kondisi lingkungan. Makin besar tersedia dalam sumber-sumber energi merupakan
perbedaan kondisi sistem dengan kondisi faktor penting dalam usaha konservasi energi.
lingkungan, makin besar pula kerja yang dapat Kerugian-kerugian dalam kerja yang
dilakukan. Kerja dilakukan pada suatu kondisi, dan tersedia terjadi seiring melalui proses (proses
akhirnya akan kembali setimbang dengan kondisi ekspansi, kompresi, pembakaran, dan lain-lain),
lingkungan. Metoda analisis eksergi mengenalkan karena kerja mekanik dan kalor tidak dapat
kita bagaimana penggunaan efektif dari potensial berjalan tanpa irreversibilitas dalam proses-
tersedia yang dapat dihasilkan dari sumber-sumber proses tersebut. Kerugian-kerugian yang terjadi
energi kita. Ini menjawab pertanyaan, dimana, dalam sistem dapat kita analisis dalam setiap
mengapa, dan seberapa besar dari potensial yang proses, sehingga lebih mudah dalam
tersedia dapat hilang pada suatu system, bila kita pengkajiannya.
menganalisis suatu sistem pembangkit tenaga. Kesimpulan dari Hukum Termodinamika
Sumber-sumber energi kita sedang digunakan Kedua : semua kerja dapat diubah menjadi
dalam skala yang besar untuk menyediakan kalor, tetapi tidak semua kalor dapat diubah
kebutuhan industri-industri yang berjalan. Hasil menjadi kerja, ini dapat juga dikatakan bahwa
yang diinginkan dari ekspansi energi ini adalah energi mempunyai kualitas, sehingga dapat kita
berupa potensi yang dapat kita gunakan untuk katakan bahwa kerja merupakan kualitas
melaksanakan kerja-kerja lain, misalnya tertinggi dibanding dengan kalor.
menggerakkan kendaraan bermotor, memompa air, Aplikasi dari metoda analisis eksergi
menggerakkan generator listrik, dan contoh-contoh memerlukan banyak penggunaan dari entropi.
yang lain. Ketersediaan kerja ini berasal dari Untuk bermacam-macam fluida (gas atau cair),
sumber-sumber energi dengan bermacam-macam nilai entalpi maupun entropi sudah dapat kita
bentuk. Sebagai contoh, proses pembakaran dalam lihat pada tabel-tabel thermodynamic properties,
boiler menghasilkan uap air tekanan tinggi dalam sedangkan untuk gas ideal, perubahan entropi
sistem pembangkit tenaga uap, uap air tekanan dapat didefinisikan :
tinggi ini tersedia untuk menghasilkan kerja pada s2 – s1 =
turbin dan generator, potensi yang tersedia ini dapat T  v 
berkurang seiring menurunnya temperatur dan cv . ln 2   R. ln 2 
tekanan uap air ini saat melewati pipa, katup, dan  T1   v1 
turbin dari sistem tersebut. Ketika temperatur dan
tekanan dari uap air ini mendekati kondisi dari
lingkungan sekitar (ambient condition), maka
 T2  p  bentuk kerja, maka kerja tersebut seluruhnya
atau s2 – s1 = c p . ln    R. ln 2  dapat dikonversikan menjadi kalor, sehingga
 T1   p1  muncullah istilah kualitas energi, kerja
(2-3) merupakan kualitas lebih tinggi dibandingkan
Sebagai contoh, kita akan meninjau Heat dengan kalor. Eksergi sendiri didefinisikan
Engine, kalor sebesar QH dimasukkan ke dalam sebagai energi yang dikoreksi oleh faktor
sistem (lihat gambar di bawah). Pada bagian (a) lingkungan dengan menitikberatkan pada
semua kalor yang masuk dikonversikan menjadi koreksi entropi. Eksergi tidak dapat
kerja sehingga nilai Ekserginya adalah : dikonservasi, tetapi dapat dimusnahkan melalui
Ex = QH (2-4) proses yang tidak dapat dibalik (irreversibility).
Sedangkan pada bagian (b), terjadi penyerapan Dari penjelasan di atas, maka dapat
panas oleh suhu lingkungan yang mempunyai kita dapat membuat beberapa
temperatur To, dan Qo merupakan reversibilitas dari pernyataan yang membedakan antara
panas yang diserap oleh lingkungan sehingga nilai
Ekserginya menjadi :
energi dan eksergi, dan dapat ditulis
Energi Eksergi
Ex = QH – To.S (2-5)
Atau dapat ditulis 1. Menggunakan
1. Menggunakan
kombinasi
Ex = HH – To.S (2-6) Hukum
antara Hukum
Sehingga nilai perubahan Ekserginya dari kondisi 1 Termo-
Termodinami
ke kondisi 2 dapat ditulis : dinamika
ka Pertama
Ex1-2 = (H2 – H1) – To.S (2-7) Pertama
dan Kedua
Ini merupakan persamaan umum dari Eksergi. 2. Selalu kekal,
2. Kekal apabila
Persamaan di atas dianggap pada keadaan steady. sesuai dengan
dalam kondisi
Jadi nilai irrevesibilitasnya adalah To S. Hukum
reversible,
kekekalan
dan hilang
energi
apabila dalam
keadaan
irreversible
3. Hanya dapat
3. Dapat
mengukur
mengukur
kuantitas
kuantitas dan
4. tidak
kualitasnya
bergantung
4. bergantung
pada faktor
pada faktor
lingkungan
lingkungan

Tabel 2.1 : Tabel Perbedaan antara


Energi dan Eksergi
Persamaan eksergi secara umum :
Extotal = Exkinetic + Expotential + Exphysical
Gambar 2.1 : Diagram T-s untuk Heat + Exchemical
Engine Potensial atau kerja maksimum yang
2.2.2 Eksergi dan Energi tersedia sama dengan sumber energi dari sistem
Proses ideal merupakan proses reversible pada keadaan awal sebelum terjadi proses.
tidak mungkin terjadi dalam dunia nyata, proses Sebagai contoh, pada pembangkit tenaga uap
yang terjadi secara spontan di alam berlangsung dengan menggunakan gas panas. Potensial
menuju tingkat kesetimbangan. Contoh, air yang tersedia adalah gas panas itu sendiri, jika
mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, dibakar dapat menghasilkan kerja yang
kalor mengalir dari temperatur tinggi ke berguna, maka sistem tersebut mempunyai
temperatur rendah, dan gas berekspansi dari efisiensi 100 %. Tetapi dalam proses
tekanan tinggi ke tekanan rendah. Energi dari luar pembakaran dan perpindahan panas, potensial
harus dipasok agar terjadi proses yang tak spontan, yang tersedia dari gas panas ini hilang karena
seperti kebalikan dari beberapa contoh di atas. hasil dari proses irrevesibilitas, faktor-faktor
Perpindahan panas atau konversi kalor dan kerja yang menyebabkan hal ini terjadi adalah
dari bentuk ke bentuk lainnya pasti menghasilkan keadaan lingkungan, potensial yang tersedia
kerugian-kerugian. Apabila energi kalor hilang pada cooling water condenser, panas
dipindahkan ke dalam suatu sistem, maka hanya dari gas buang yang keluar, kebocoran dinding
sebagian kalor yang dapat dikonversikan menjadi furnace yang mengakibatkan kerugian panas,
kerja, di lain pihak, Joule menunjukkan apabila dan lain-lain. Sehingga perhitungan efisiensi
energi dipasok ke dalam suatu sistem dalam sebenarnya adalah :
Useful Work Available Work  Lost Work Gambar 2.3 : Irreversibilitas yang
   terjadi karena akibat penurunan tekanan
Available Work Available Work
pada alat penukar kalor dengan aliran
berlawanan
2.2.3 Analisis Eksergi Pada Alat Penukar Kalor
Pada alat penukar kalor, kerugian eksergi atau
Irreversibilitas karena akibat penurunana
irreversibilitas dapat dibagi menjadi empat
berdasarkan faktor yang mempengaruhi kerugian tekanan yang diberi lambang “IP”dapat
tersebut, yakni : dirumuskan oleh Gouy-Stodola yaitu :
a. Irreversibilitas yang disebabkan oleh perbedaan Pa1
I aP  ma .Ra .TO . ln untuk hot
temperatur antara Kedua fluida kerja dan diberi Pa 2
lambang “IT”
fluid
Irreversibilitas yang disebabkan oleh perbedaan
temperatur antara Kedua fluida kerja adalah Pb1
I bP  mb .Rb .TO . ln untuk cold
bentuk utama dari irreversibilitas pada alat Pb 2
penukar kalor dan berkaitan dengan reduksi fluid
dari kualitas energi termal yang dipindahkan Sehingga, nilai dari irreversibilitas totalnya
dari temperatur yang lebih tinggi ke temperatur adalah :
yang lebih rendah. P P
I = I T + I a + I b
c. Irreversibilitas yang disebabkan oleh
interaksi termal dengan lingkungan
Irreversibilitas yang disebabkan oleh
interaksi termal dengan lingkungan dan
Q
diberi lambang “ I s ” dapat dirumuskan :

Ts  To
I sQ  Qs .
Ts
Gambar 2.2 : Irreversibilitas karena beda Nilai dari irreversibilitas ini
temperature antara Kedua fluida kerja pada memerlukan parameter temperatur
alat penukar kalor aliran berlawanan permukaan dinding luar ( Ts) dari alat
penukar kalor, karena dinding luar
Dari Persamaan Gouy-Stodola, persamaan bersinggungan langsung dengan lingkungan.
irreversibilitas pada alat penukar kalor yang Tetapi umumnya alat penukar kalor
disebabkan oleh perbedaan temperatur antara khususnya tipe cangkang dan pipa diisolasi
Kedua fluida dapat ditulis : terhadap lingkungan yang mengakibatkan
 selisih temperature yang kecil sekali antara
dT 
T2 b T1a
dT
 
T
I  To mb . c p ,b .  ma . c p ,a .  temperatur dinding luar alat penukar kalor
 T2 a T T2 a
T  dengan temperatur lingkungan, sehingga
dalam pengkajiannya, nilai dari
b. Irreversibiltas yang disebabkan oleh akibat irreversibilitasnya dapat diabaikan.
penurunan tekanan d. Irreversibilitas yang disebabkan oleh
Pada alat penukar kalor, tekanan antara sisi penyerapan panas secara konduksi ke
masuk (inlet) dan sisi keluar (outlet) pada shell dinding alat penukar kalor.
maupun tube mempunyai selisih, walaupun Pada alat penukar kalor tipe shell dan tube,
nilai sangat kecil, tetapi sangat berpengaruh terjadi penyerapan panas pada dinding tube
dalam pengkajian irreversibilitas yang terjadi. dan dinding shell, karena material dari shell
maupun tube didisain dari bahan logam
dengan konduktivitas termal yang tinggi,
maka penyerapan panas ke dalam dinding
sangat kecil sekali, sehingga nilai dari
irreversibilitas yang disebabkan oleh
penyerapan panas secara konduksi ke
dinding-dinding alat penukar kalor dapat
diabaikan
2.3 Alat Penukar Kalor
Alat penukar kalor adalah alat
yang mempunyai aliran energi kalor antara 2
fluida atau lebih temperatur yang berbeda.
Alat penukar kalor digunakan dalam banyak
aplikasinya, yaitu pembangkit tenaga maupun yang paling sederhana dari penukar
proses kimia seperti industri makanan, kalor cangkang dan pipa.
elektronik, AC (air-conditioning), referigerasi,
dan lain-lain.
Berdasarkan proses perpindahan
panasnya, alat penukar kalor dapat dibedakan
menjadi 2 macam :
1. Penukar kalor tipe kontak langsung
Perpindahan kalor antara fluida
dingin dan panas melalui kontak langsung
antara fluida-fluida tersebut. Tidak ada dinding
Gambar 2.5 : Alat Penukar Kalor
antara fluida dingin dan panas. Spray dan Tray
Cangkang & Pipa dengan 1 Pass
condenser serta cooling tower merupakan
b. Multi/Single Pass shell & Multi Pass
contoh dari Penukar kalor jenis ini.
Tube
Perpindahan massa dan kalor berlangsung
Alat penukar kalor ini mempunyai
spontan.
perbedaan pada konstruksi dari tube
2. Penukar kalor tipe kontak tidak langsung
baffle (sekat pipa) dalam shell
Perpindahan panas yang terjadi antara
(cangkang) dengan tipe single pass
fluida dingin dan panas dengan menggunakan
shell & pass tube. Fungsi dari
suatu permukaan atau dinding yang
baffle/sekat ini adalah sebagai
memisahkan antara 2 fluida itu. Energi kalor
pengarah aliran fluida yang mengalir
dipindahkan sepanjang dinding pemisah (dapat
dalam cangkang.
berupa pipa atau pelat datar maupun lengkung)
antara 2 fluida dan Kedua fluida tersebut tidak
menyatu.

Gambar 2.6 : Alat Penukar Kalor Cangkang


& Pipa dengan
1 Pass Cangkang dan 2 Pass Pipa
c. Hairpin (U – Tube)
Gambar 2.4 : Alat penukar kalor tipe kontak Penukar kalor cangkang dan pipa ini
tidak langsung mempunyai pipa berbentuk U di
dalam cangkang. Fluida yang mengalir
2.3.1 Shell and Tube Heat Exchanger (Penukar dalam pipa melakukan laluan dua kali,
kalor cangkang dan pipa) dan cangkang melakukan satu kali
Penukar kalor ini mempunyai sejumlah laluan, dan bisa dikategorikan dalam
pipa-pipa yang dipasang di dalam cangkang tipe 1 pass shell & 2 pass tube.
dan sejajar dengan axis cangkang yang
berbentuk silinder. Biasanya digunakan sebagai
oil cooler, power condenser, steam generator,
dan preheater dalam pembangkit tenaga..
Umumnya cangkang terbuat dari baja karbon,
tetapi pada bagian dalam cangkang dapat
dilapisi dengan bahan pencegah korosi, jika
Gambar 2.7 : Hairpin (U – Tube)
fluida kerja pada cangkang berpotensi
menimbulkan korosi/bersifat korosif. Pada
2.3.2 Arah Aliran Fluida Alat Penukar Kalor
ujung dari pipa dipasang tube sheet /pelat pipa
Berdasarkan arah aliran fluidanya, alat
yang dilas, ini menyebabkan ekspansi panas
penukar kalor dapat dibedakan menjadi 3 :
yang kecil (beda suhu yang kecil antara fluida
1. Parallel Flow (aliran sejajar)
panas dan dingin), dan pipa tidak dapat
2. Counter Flow (aliran berlawanan)
dicabut/dilepas untuk dibersihkan.
3. Cross Flow (aliran menyilang)
Berdasarkan konstruksi dan arah aliran
fluidanya, penukar kalor jenis cangkang dan
pipa ini dapat dibedakan menjadi 3 jenis :
a. Single Pass shell & Tube
Salah satu aliran fluida mengalir
melalui pipa dan aliran fluida lainnya Gambar 2.8 : Alat penukar kalor dengan
berada di dalam cangkang, melintas arah aliran sejajar
sepanjang pipa, ini merupakan tipe
LMTD =
(Th ,in  Tc ,in )  (Th ,out  Tc ,out )
 (Th ,in  Tc ,in ) 
ln 

Gambar 2.9 : Alat penukar kalor dengan arah
 (Th ,out  Tc ,out ) 
aliran berlawanan Untuk aliran berlawanan,
LMTD =
(Th ,in  Tc ,out )  (Th ,out  Tc ,in )
 (T  Tc ,out ) 
ln h ,in 

(T
 h ,out  T )
c ,in 

(LMTD = Log Mean Temperature


Gambar 2.10 : Alat penukar kalor dengan arah Difference)
aliran saling menyilang
DESKRIPSI ALAT
Pada aliran sejajar, dua fluida masuk
bersama-sama dalam alat penukar kalor, Cooler (alat pendingin) di PT.
bergerak dalam arah yang sama dan keluar PERTAMINA UP III (Persero) khususnya di kilang
bersama-sama pula. Sedangkan pada aliran propylene berfungsi untuk mendinginkan gas
berlawanan dua fluida bergerak dengan arah propylene sirkulasi sehingga temperatur reaksi
yang berlawanan, dan pada aliran menyilang, polimerisasi pada reaktor tetap konstan. Cooler ini
dua fluida bergerak saling menyilang / bergerak termasuk tipe cangkang dan pipa (shell and tube).
saling tegak lurus. Bahan baku dari kilang ini berupa gas Propane
Propylene yang merupakan produk sampingan dari
bagian CD & L (Crude Distillation & Light end) di
RFCCU (Residue Fluid Cracking Catalytic Unit).

Uraian aliran proses kilang Polypropylene secara


umum adalah sebagai berikut :
 Raw Propane Propylene (Bahan baku Propane
Propylene) yang berasal dari FCCU dimurnikan
terlebih dahulu melalui Propylene Impurities
Removal Section (Seksi Purifikasi) untuk
membuang kandungan kotoran yang ada pada
bahan baku serta memisahkan propane dari
Gambar 2.11 : Profil temperatur pada alat penukar kalor propylene. Propane yang terpisah ditampung dan
dengan aliran sejajar dikirim ke tanki khusus untuk dimanfaatkan
sebagai produk LPG-Propane.
 Selanjutnya Propylene cair dimasukkan ke
dalam Reaktor-I pada tekanan, jumlah, dan suhu
tertentu. Dengan dibantu beberapa katalisator
akan terjadi proses reaksi polimerisasi yang
menghasilkan produk polimer dalam bentuk
slurry (Powder Polypropylene). Polimer slurry
hasil dari reaksi polimerisasi di reaktor I
dialirkan menuju reaktor II untuk
penyempurnaan reaksi polimerisasi tahap
selanjutnya. Powder hasil polimerisasi dari
Gambar 2.12 : Profil temperatur pada alat penukar kalor reaktor II selanjutnya dikirim untuk dikeringkan
dengan aliran berlawanan dalam Powder Heater, kemudian dilanjutkan
menuju Pelletizer untuk ditambah beberapa
Sehingga : aditif sesuai dengan kebutuhan grade produk
Untuk aliran sejajar, Polytam, dicairkan atau dilelehkan dan dibentuk
menjadi butiran pellet.

Spesifikasi cooler :
 Bagian Cangkang/Shell :

Fluida kerja : Cooling water

Temperatur disain : 120 oC (max)

Tekanan disain : 6,0 kg/cm2

Jarak antar baffle/sekat : 180 mm = 0,18 m (24%


cut)
METODOLOGI
4.1 Asumsi Dalam Pengkajian
Diameter dalam shell : 0,75 m
Dalam analisis eksergi untuk alat
penukar kalor ini khususnya cooler, ada
Panjang Shell : 3050 mm = 3,05 m beberapa hal yang dapat diasumsikan, antara
lain :
1. Kondisi sistem dalam keadaan steady.
Jumlah Pass : 1 2. Fasa dari aliran dalam tube berupa
saturated gas, dan dalam shell berupa
Pressure Drop : 0,5 kg/cm2 (Allowed) saturated liquid.
3. Tidak terjadi perubahan fasa dalam proses
perpindahan panasnya.
 Bagian pipa/tube : 4. Penurunan tekanan dalam shell dan tube
diabaikan.
Fluida kerja : Propylene (C3H6) 4.2 Ruang Lingkup dan Pembatasan
Dalam penelitian ini akan dilakukan
pengkajian eksergi yang hilang atau
Temperatur disain : 100 oC (max) irreversibilitas dan efisiensi rasional dengan
menggunakan Metoda Analisis Eksergi.
Selain itu juga penelitian ini dilakukan untuk
Tekanan disain : 22 kg/cm2
mempelajari parameter-parameter yang
mempengaruhi performansi dari sebuah
Diameter dalam tube : 1 inch (2,54 cm) cooler.
Dalam Metoda Analisis Eksergi ini,
pengkajian performansi yang meliputi
Standar tube : BWG 14 (ID = 0,834 inch, eksergi yang hilang dan efisiensi rasional,
thickness = 0,083 inch) didasarkan dengan Hukum Termodinamika
Kesatu dan Kedua, khususnya
Jumlah tube : 405 buah pembangkitan/produksi entropi.
4.3 Sumber Data
Data yang digunakan dalam analisis
Layout tube : Triangular ini didapat dari beberapa sumber yakni :
1. Data sekunder dari operasi harian aktual
Jarak pitch antar tube : 1,25 inch dari tanggal 16 Juli 2005 sampai dengan
18 Juli 2005.
2. Buku-buku teks untuk nilai dari
Jumlah Pass : 1 parameter-parameter umum yang
berhubungan dengan analisis eksergi
Pressure Drop : 0,2 kg/cm2 (Allowed) pada alat penukar kalor.

4.4 Langkah-langkah Pengolahan Data


Langkah-langkah pengolahan data
dalam analisis eksergi pada alat penukar
kalor ini, dapat digambarkan dengan diagram
alir sebagai berikut :
Start  Kondisi A
Tube Side (Propylene)
Temperatur (oC) Flow Rate
DATA-DATA OPERASI (INPUT) :
Tp,in Tp,out (kg/h)
1.Laju Aliran Massa pada shell dan tube 79,9 62,4 156391
2. Temperatur masuk dan keluar fluida
dalam tube
3. Temperatur keluar fluida dalam shell Shell Side (Cooling Water)
Temperatur (oC) Flow Rate
Tcw,out (kg/h)
60,9 103400
PERHITUNGAN :
Temperatur masuk fluida dalam shell  Kondisi B
Eksergi yang tersedia pada hot fluid
Eksergi yang tersedia pada cold fluid Tube Side (Propylene)
Eksergi yang hilang (Irreversibilitas) Temperatur (oC) Flow Rate
Efisiensi Rasional
Tp,in Tp,out (kg/h)
79,7 62,4 144707

Shell Side (Cooling Water)


Temperatur (oC) Flow Rate
HASIL (OUTPUT) : Tcw,out (kg/h)
60,6 103400
Grafik exergy loss vs LMTD
Diagram Grassman
 Kondisi C
Tube Side (Propylene)
Temperatur (oC) Flow Rate
Tp,in Tp,out (kg/h)
79,8 63,0 143904
Stop
Shell Side (Cooling Water)
Temperatur (oC) Flow Rate
Tcw,out (kg/h)
HASIL DAN PEMBAHASAN 61,6 103400
5.1 Data-data Operasi Acuan

Kalor yang dilepas oleh Propylene :


Q = mp.cp,p (Tp,in – Tp,out)
Q = (156391/3600).(1694,52).(79,9 – 62,4)
Q = 1288,232 kW
Dengan Azas Black, kalor yang diterima oleh
cooling water = kalor yang dilepas oleh
Propylene, sehingga :
Kalor yang diterima oleh cooling water :
Q = mcw.cp,cw (Tcw,out – Tcw,in)
1288,232 x 103 = (103400/3600).(4186).
(60,9 – Tcw,in)
Tcw,in = 50,2 oC
Dengan cara yang sama, maka temperatur
masuk pada shell side dapat diketahui. Di bawah
ini table hasil perhitungannya :

Kondisi A
Tube Side (Propylene)
Gambar 5.1 : Profil Aliran Fluida pada cooler Temperatur (oC) Flow Rate
Tp,in Tp,out (kg/h)
79,9 62,4 156391

Shell Side (Cooling Water)


Temperatur (oC) Flow Rate
Tcw,in Tcw,out (kg/h)
50,2 60,9 103400 Exhot = 464,40 kW

Kondisi B Eksergi yang diserap fluida dingin (Excold)


Tube Side (Propylene) :
Temperatur (oC) Flow Rate Excold = mcold. x
Tp,in Tp,out (kg/h) Excold = (103400/3600).(216,56 – 215,39)
79,7 62,4 144707 Excold = 33,60 kW

Shell Side (Cooling Water) Eksergi yang hilang (Exlost) :


Temperatur (oC) Flow Rate Exlost = Exhot  Excold
Tcw,in Tcw,out (kg/h) Exlost = 464,4  33,6
50,7 60,6 103400 Exlost = 430,80 kW

Kondisi C Excold 33,60


    7,24 %
Tube Side (Propylene) Ex hot 464,4
Temperatur (oC) Flow Rate
Tp,in Tp,out (kg/h)
79,8 63,0 143904

Shell Side (Cooling Water)


Temperatur (oC) Flow Rate
Tcw,in Tcw,out (kg/h)
52,1 61,6 103400
 Kondisi B
Hot Side Condition (Propylene)
5.2 Perhitungan eksergi yang hilang dan efisiensi Temper T h s x
rasional dengan Metoda Analisis Eksergi atur (oC) (kJ/kg) (kJ/kg.K) (kJ/kg)
Suhu lingkungan To = 32 oC = 305 K = 550 R Tp,in 79,7 497,24 1,5718 236,81
ho = 305,22 kJ/kg Tp,out 62,4 507,50 1,6395 226,42
so = 1,7186 kJ/kg.K
 Kondisi A Cold Side Condition (Cooling Water)
Hot Side Condition (Propylene) Temper T h s x
Temper T h s x atur (oC) (kJ/kg) (kJ/kg.K) (kJ/kg)
atur (oC) (kJ/kg) (kJ/kg.K) (kJ/kg) Tcw,in 50,7 208,81 0,6984 214,76
Tp,in 79,9 497,76 1,5725 237,11 Tcw,out 60,6 254,22 0,8401 216,96
Tp,out 62,4 507,50 1,6395 226,42
LMTD =
Cold Side Condition (Cooling Water) (Th ,in  Tc ,out )  (Th ,out  Tc ,in )
Temper T h s x
atur (oC) (kJ/kg) (kJ/kg.K) (kJ/kg)  (T  Tc ,out ) 
ln h ,in 

Tcw,in 50,2 208,64 0,6958 215,39
 (Th , out
 Tc , in
) 
Tcw,out 60,9 254,62 0,8414 216,56
LMTD =
LMTD = (79,7  60,6)  (62,4  50,7)
(Th ,in  Tc ,out )  (Th ,out  Tc ,in )  79,9  60,6 
ln 
 (T  Tc ,out )   62,4  50,7 
ln h ,in 
 LMTD = 15,18 oC
 (Th , out
 Tc , in
) 
LMTD = Eksergi yang tersedia pada hot fluid
(79,9  60,9)  (62,4  50,2) (Exhot) :
Exhot = mhot. x
 79,9  60,9  Exhot = (144707/3600).( 236,81 –226,42)
ln 
 62,4  50,2  Exhot = 417,64 kW
LMTD = 15,35 oC
Eksergi yang diserap fluida dingin (Excold)
Eksergi yang tersedia pada hot fluid (Exhot) : :
Exhot = mhot. x Excold = mcold. x
Exhot = (156391/3600).( 237,11 – 226,42) Excold = (103400/3600).(216,96 – 214,76)
Excold = 63,19 kW Excold 83,29
    23,20 %
Eksergi yang hilang (Exlost) : Ex hot 358,96
Exlost = Exhot  Excold
Exlost = 417,64  63,19
Exlost = 354,45 kW
Excold 63,19
    15,13 %
Ex hot 417,64

Kondisi Kondis Kondis


A iB iC
(LMTD (LMTD (LMTD
=15,35 =15,18 =14,26
o o o
C) C) C)
Exergy
 Kondisi C
Losses 430,80 354,45 275,67
Hot Side Condition (Propylene) (kW)
Temper T h s x
atur (oC) (kJ/kg) (kJ/kg.K) (kJ/kg) Efisiensi
Tp,in 79,8 497,50 1,5721 236,98 7,24 15,13 23,20
rasional
Tp,out 63,0 507,52 1,6344 228,00 (%)

Cold Side Condition (Cooling Water) Tabel 5.4 : Tabel Exergy Losses dan Efisiensi
Temper T h s x rasioanl terhadap LMTD
atur (oC) (kJ/kg) (kJ/kg.K) (kJ/kg)
Tcw,in 52,1 217,00 0,7270 214,23 Grafik Exergy Losses Vs LMTD
Tcw,out 61,6 256,71 0,8477 217,13
470

LMTD =
(Th ,in  Tc ,out )  (Th ,out  Tc ,in )
440

 (T  Tc ,out ) 
410

ln h ,in 

(T
 h ,out  T )
c ,in 
380
Exergy Losses (kW)

LMTD = 350

(79,8  61,6)  (63,0  52,1) 320


Exergy Losses

 79,8  61,6 
ln  290

 63,0  52,1 
LMTD = 14,26 oC 260

230
Eksergi yang tersedia pada hot fluid (Exhot) :
Exhot = mhot. x 200

Exhot = (143904/3600).( 236,98 –228,00) 14.26 15.18 15.35


LMTD (K)
Exhot = 358,96 kW

Eksergi yang diserap fluida dingin (Excold) : Gambar 5.2 : Grafik exergy losses Vs LMTD
Excold = mcold. x 5.3 Pembahasan
Excold = (103400/3600).(217,13 – 214,23) Dari grafik di atas, didapat sebuah
Excold = 83,29 kW garis linier yang merupakan hasil plotting
antara exergy loss dan LMTD. Jadi dapat kita
Eksergi yang hilang (Exlost) : simpulkan bahwa kenaikan dari exergy loss
Exlost = Exhot  Excold selalu diiringi dengan kenaikan dari LMTD.
Exlost = 358,96  83,29 Nilai dari exergy loss dipengaruhi oleh
Exlost = 275,67 kW kondisi lingkungan dan peningkatan entropi
yang merupakan akibat dari kondisi
irreversibilitas. Selain itu, laju aliran massa
juga berpengaruh pada pengkajian dari exergy
loss ini, karena di dalam dinding tube yang
merupakan aliran dari propylene ini, masih
terdapat powder yang berasal dari proses
polimerisasi yang ikut mengalir dalam tube, lama
kelamaan powder ini dapat membeku dan
menjadi deposit/endapan yang dapat
dikategorikan sebagai fouling, akibat dari
kejadian ini, diameter dalam tube berkurang,
sehingga tekanan dalam tube meningkat dengan
ekstrim, dan dapat menyebabkan ledakan. Begitu
pula dengan dinding luar tube dan dinding dalam
shell, bila terjadi deposit/endapan, akan
mempengaruhi besar laju aliran massa dan
penurunan tekanan. Selain akibat-akibat di atas,
fouling mempengaruhi luas perpindahan panas
total pada cooler ini, sehingga temperatur kelar
dari propylene tidak mencapai yang diinginkan.
Cara yang umumnya digunakan untuk mencegah
hal-hal di atas adalah dengan cara cleaning
berkala agar perfomansi dari cooler ini sesuai
dengan yang diharapkan.

KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil
pengkajian, setelah diolah dan dianalisis maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan metoda analisis eksergi, makin besar
LMTD, eksergi yang hilang atau irreversibilitas
semakin besar pula.
2. Nilai dari irreversibilitas atau eksergi yang hilang
bergantung pula pada parameter temperatur
lingkungan
3. Deposit atau endapan pada dinding dalam
maupun luar dari tube mempengaruhi laju aliran
massa dan temperatur keluar propylene yang
diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. T.J. Kotas. 1985. The Exergy Method of Thermal
Plant Analysis. Edisi Pertama. Butterworths.
London.
2. John E. Ahern. 1980. The Exergy Method of Energy
Systems Analysis. Edisi Pertama. John Wiley &
Sons, Inc. New York
3. Michael J. Moran dan Howard N. Shapiro. 1992.
Fundamentals of Engineering
Thermodynamics. Edisi Kedua. John Wiley &
Sons, Inc. New York.
4. Kam W. Li dan A. Paul Priddy. 1985. Power Plant
System Design. Edisi Pertama. John Wiley &
Sons, Inc. New York.
5. J.P. Holman. 1990. Heat Transfer. Edisi ketujuh.
McGraw-Hill, Inc. New York
6. Robert H. Perry. 1999. Perry’s Chemical Engineers’
Handbook. McGraw-Hill, Inc, New York.

Anda mungkin juga menyukai