Jurnal NEW
Jurnal NEW
Steven Suwono
Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang – Prabumulih KM.32 Inderalaya 30662
E-mail: steven_zs@telkom.net
Abstrak
Tugas Akhir ini membahas analisis eksergi pada alat penukar kalor dan juga menentukan besarnya
eksergi yang hilang dengan menggunakan Metoda Analisis Eksergi, karena dalam sebuah sistem pembangkit
tenaga, metode ini dapat mengkaji besarnya sekaligus kualitas dari potensial yang dimanfaatkan. Begitu pula
pada alat penukar kalor dengan mengkaji menggunakan metode analisis eksergi didapat bahwa alat penukar
kalor mempunyai kerugian eksergi yang cukup signifikan. Kondisi lingkungan sekitar merupakan acuan yang
baik sebagai referensi pengkajian dari eksergi. Ini adalah dasar dari Metoda Analisis Eksergi. Penulis juga
membahas besarnya eksergi yang hilang atau irreversibilitas pada beberapa kondisi operasi yang berbeda. Alat
penukar kalor yang dikaji adalah alat penukar kalor tipe cangkang dan pipa dengan fluida kerja shell air dan
fluida kerja tube propylene. Dengan LMTD) = 15,35 oC, diperoleh eksergi yang hilang 430,80 kW dan efisiensi
rasional = 7,24 %, LMTD = 15,18 oC diperoleh eksergi yang hilang 354,45 kW dan efisiensi rasional = 15,13 %
dan dengan LMTD = 14,26 oC dan efisiensi rasional = 23,20 % diperoleh eksergi yang hilang 275,67 kW.
Ts To
I sQ Qs .
Ts
Gambar 2.2 : Irreversibilitas karena beda Nilai dari irreversibilitas ini
temperature antara Kedua fluida kerja pada memerlukan parameter temperatur
alat penukar kalor aliran berlawanan permukaan dinding luar ( Ts) dari alat
penukar kalor, karena dinding luar
Dari Persamaan Gouy-Stodola, persamaan bersinggungan langsung dengan lingkungan.
irreversibilitas pada alat penukar kalor yang Tetapi umumnya alat penukar kalor
disebabkan oleh perbedaan temperatur antara khususnya tipe cangkang dan pipa diisolasi
Kedua fluida dapat ditulis : terhadap lingkungan yang mengakibatkan
selisih temperature yang kecil sekali antara
dT
T2 b T1a
dT
T
I To mb . c p ,b . ma . c p ,a . temperatur dinding luar alat penukar kalor
T2 a T T2 a
T dengan temperatur lingkungan, sehingga
dalam pengkajiannya, nilai dari
b. Irreversibiltas yang disebabkan oleh akibat irreversibilitasnya dapat diabaikan.
penurunan tekanan d. Irreversibilitas yang disebabkan oleh
Pada alat penukar kalor, tekanan antara sisi penyerapan panas secara konduksi ke
masuk (inlet) dan sisi keluar (outlet) pada shell dinding alat penukar kalor.
maupun tube mempunyai selisih, walaupun Pada alat penukar kalor tipe shell dan tube,
nilai sangat kecil, tetapi sangat berpengaruh terjadi penyerapan panas pada dinding tube
dalam pengkajian irreversibilitas yang terjadi. dan dinding shell, karena material dari shell
maupun tube didisain dari bahan logam
dengan konduktivitas termal yang tinggi,
maka penyerapan panas ke dalam dinding
sangat kecil sekali, sehingga nilai dari
irreversibilitas yang disebabkan oleh
penyerapan panas secara konduksi ke
dinding-dinding alat penukar kalor dapat
diabaikan
2.3 Alat Penukar Kalor
Alat penukar kalor adalah alat
yang mempunyai aliran energi kalor antara 2
fluida atau lebih temperatur yang berbeda.
Alat penukar kalor digunakan dalam banyak
aplikasinya, yaitu pembangkit tenaga maupun yang paling sederhana dari penukar
proses kimia seperti industri makanan, kalor cangkang dan pipa.
elektronik, AC (air-conditioning), referigerasi,
dan lain-lain.
Berdasarkan proses perpindahan
panasnya, alat penukar kalor dapat dibedakan
menjadi 2 macam :
1. Penukar kalor tipe kontak langsung
Perpindahan kalor antara fluida
dingin dan panas melalui kontak langsung
antara fluida-fluida tersebut. Tidak ada dinding
Gambar 2.5 : Alat Penukar Kalor
antara fluida dingin dan panas. Spray dan Tray
Cangkang & Pipa dengan 1 Pass
condenser serta cooling tower merupakan
b. Multi/Single Pass shell & Multi Pass
contoh dari Penukar kalor jenis ini.
Tube
Perpindahan massa dan kalor berlangsung
Alat penukar kalor ini mempunyai
spontan.
perbedaan pada konstruksi dari tube
2. Penukar kalor tipe kontak tidak langsung
baffle (sekat pipa) dalam shell
Perpindahan panas yang terjadi antara
(cangkang) dengan tipe single pass
fluida dingin dan panas dengan menggunakan
shell & pass tube. Fungsi dari
suatu permukaan atau dinding yang
baffle/sekat ini adalah sebagai
memisahkan antara 2 fluida itu. Energi kalor
pengarah aliran fluida yang mengalir
dipindahkan sepanjang dinding pemisah (dapat
dalam cangkang.
berupa pipa atau pelat datar maupun lengkung)
antara 2 fluida dan Kedua fluida tersebut tidak
menyatu.
Spesifikasi cooler :
Bagian Cangkang/Shell :
Kondisi A
Tube Side (Propylene)
Gambar 5.1 : Profil Aliran Fluida pada cooler Temperatur (oC) Flow Rate
Tp,in Tp,out (kg/h)
79,9 62,4 156391
Cold Side Condition (Cooling Water) Tabel 5.4 : Tabel Exergy Losses dan Efisiensi
Temper T h s x rasioanl terhadap LMTD
atur (oC) (kJ/kg) (kJ/kg.K) (kJ/kg)
Tcw,in 52,1 217,00 0,7270 214,23 Grafik Exergy Losses Vs LMTD
Tcw,out 61,6 256,71 0,8477 217,13
470
LMTD =
(Th ,in Tc ,out ) (Th ,out Tc ,in )
440
(T Tc ,out )
410
ln h ,in
(T
h ,out T )
c ,in
380
Exergy Losses (kW)
LMTD = 350
79,8 61,6
ln 290
63,0 52,1
LMTD = 14,26 oC 260
230
Eksergi yang tersedia pada hot fluid (Exhot) :
Exhot = mhot. x 200
Eksergi yang diserap fluida dingin (Excold) : Gambar 5.2 : Grafik exergy losses Vs LMTD
Excold = mcold. x 5.3 Pembahasan
Excold = (103400/3600).(217,13 – 214,23) Dari grafik di atas, didapat sebuah
Excold = 83,29 kW garis linier yang merupakan hasil plotting
antara exergy loss dan LMTD. Jadi dapat kita
Eksergi yang hilang (Exlost) : simpulkan bahwa kenaikan dari exergy loss
Exlost = Exhot Excold selalu diiringi dengan kenaikan dari LMTD.
Exlost = 358,96 83,29 Nilai dari exergy loss dipengaruhi oleh
Exlost = 275,67 kW kondisi lingkungan dan peningkatan entropi
yang merupakan akibat dari kondisi
irreversibilitas. Selain itu, laju aliran massa
juga berpengaruh pada pengkajian dari exergy
loss ini, karena di dalam dinding tube yang
merupakan aliran dari propylene ini, masih
terdapat powder yang berasal dari proses
polimerisasi yang ikut mengalir dalam tube, lama
kelamaan powder ini dapat membeku dan
menjadi deposit/endapan yang dapat
dikategorikan sebagai fouling, akibat dari
kejadian ini, diameter dalam tube berkurang,
sehingga tekanan dalam tube meningkat dengan
ekstrim, dan dapat menyebabkan ledakan. Begitu
pula dengan dinding luar tube dan dinding dalam
shell, bila terjadi deposit/endapan, akan
mempengaruhi besar laju aliran massa dan
penurunan tekanan. Selain akibat-akibat di atas,
fouling mempengaruhi luas perpindahan panas
total pada cooler ini, sehingga temperatur kelar
dari propylene tidak mencapai yang diinginkan.
Cara yang umumnya digunakan untuk mencegah
hal-hal di atas adalah dengan cara cleaning
berkala agar perfomansi dari cooler ini sesuai
dengan yang diharapkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil
pengkajian, setelah diolah dan dianalisis maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan metoda analisis eksergi, makin besar
LMTD, eksergi yang hilang atau irreversibilitas
semakin besar pula.
2. Nilai dari irreversibilitas atau eksergi yang hilang
bergantung pula pada parameter temperatur
lingkungan
3. Deposit atau endapan pada dinding dalam
maupun luar dari tube mempengaruhi laju aliran
massa dan temperatur keluar propylene yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. T.J. Kotas. 1985. The Exergy Method of Thermal
Plant Analysis. Edisi Pertama. Butterworths.
London.
2. John E. Ahern. 1980. The Exergy Method of Energy
Systems Analysis. Edisi Pertama. John Wiley &
Sons, Inc. New York
3. Michael J. Moran dan Howard N. Shapiro. 1992.
Fundamentals of Engineering
Thermodynamics. Edisi Kedua. John Wiley &
Sons, Inc. New York.
4. Kam W. Li dan A. Paul Priddy. 1985. Power Plant
System Design. Edisi Pertama. John Wiley &
Sons, Inc. New York.
5. J.P. Holman. 1990. Heat Transfer. Edisi ketujuh.
McGraw-Hill, Inc. New York
6. Robert H. Perry. 1999. Perry’s Chemical Engineers’
Handbook. McGraw-Hill, Inc, New York.