Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
berkah, Rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah saya dapat menyelesaikan Makalah “
PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM “
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepadapembaca. Penyusun
menyadari makalah ini mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan
saran yang membangun agar saya dapat menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya.
2
DAFTAR ISI
KataPengantar......................................................................................................................2
DaftarIsi...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................6
BABII PEMBAHASAN.................................................................................................................
A. HAK MENGUASAI OLEH NEGARA.....................................................................7
B. FUNGSI SOSIAL HAK ATAS TANAH...................................................................9
C. PELEPASAN HAK ATAS TANAH/PEMBEBASAN TANAH/PENGADAAN TANAH 10
D. PENGADAAN TANAH BAGI KEPENTINGAN UMUM.......................................12
BABIII PENUTUP.........................................................................................................................25
A. KESIMPULAN...........................................................................................................25
B. SARAN......................................................................................................................25
DAFTARPUSTAKA....................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanah merupakan sumber daya alam yang penting sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa bagi kelangsungan hidup umat manusia. Arti penting ini menunjukan
adanya pertalian yang sangat erat antara hubungan manusia dengan tanah, karena
tanah merupakan tempat pemukiman dan tempat mata pencaharian bagi manusia.
Tanah juga merupakan kekayaan nasional yang dibutuhkan oleh manusia baik
secara individual, badan usaha maupun pemerintah dalam rangka mewujudkan
pembangunan nasional.
Perkembangan pembangunan di Indonesia semakin hari semakin meningkat.
Kegiatan pembangunan gedung sekolah inpres, rumah sakit, pasar, stasiun kereta
api, tempat ibadah, jembatan, pengadaan berbagai proyek pembuatan dan pelebaran
jalan serta pembangunan lainnya memerlukan tanah sebagai sarana utamanya.
Persoalan yang kemudian muncul adalah bagaimana pengambilan tanah kepunyaan
masyarakat untuk keperluan proyek pembangunan. Hal ini memang menyangkut
persoalan yang paling kontroversial mengenai masalah pertanahan. Pada satu pihak
tuntutan pembangunan akan tanah sudah sedemikian mendesak sedangkan pada
lain pihak sebagian besar warga masyarakat juga memerlukan tanah sebagai tempat
pemukiman dan tempat mata pencahariannya.
Berkenaan dengan pengambilan tanah masyarakat yang akan dipakai untuk
keperluan pembangunan dilaksanakan melalui proses pengadaan tanah dengan cara
pelepasan atau penyerahan hak sesuai pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005
tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.
Pengertian Pengadaan Tanah dari berbagai peraturan perundang-undangan antara
lain:
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum pasal 1 butir 2 yang berbunyi
“pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberik ganti
kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.”
2. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum pasal 1 butir 1 yang
berbunyi “Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah
dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut.”
3. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum pasal 1 butir 1 yang berbunyi “Pengadaan
tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan
ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman,
dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.”
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum hanya berumur kurang dari
setahun. Kemudian pada tanggal 5 Juni 2006 diterbitkan Peraturan Presiden Nomor
65 tahun 2006 tentang tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun
2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
tentang Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang kemudian diperbarui
lagi dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (selanjutnya disebut UU
No.2 Tahun 2012).
Dalam kegiatan pengadaan tanah, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu
penetapan lokasi pembangunan, pembentukan panitia pengadaan tanah,
penyuluhan, identifikasi dan inventarisasi, pembentukan lembaga/tim penilai tanah,
penilaian harga tanah, musyawarah, pembayaran ganti rugi dan penitipan ganti rugi,
serta pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
Proses pemberian ganti rugi dalam kegiatan pengadaan tanah adalah hal yang
sangat penting, karena tanpa ganti rugi, pembangunan akan terhambat. Ganti
kerugian menurut UU No. 2 Tahun 2012 adalah penggantian yang layak dan adil
kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Kerugian yang bersifat
non fisik meliputi hilangnya pekerjaan, bidang usaha, sumber penghasilan, dan
sumber pendapatan lain yang berdampak terhadap penurunan tingkat kesejahteraan
seseorang.[1]
Menurut Oloan Sitorus dan Carolina Sitepu ganti rugi adalah imbalan yang diterima
oleh pemegang hak atas tanah sebagai pengganti dari nilai tanah, termasuk yang
ada diatasnya, yang telah dilepaskan atau diserahkan.[2] Sebagai imbalan, maka
prinsip pemberian ganti-rugi harus seimbang dengan nilai tanah, termasuk segala
benda yang terdapat diatasnya, yang telah dilepaskan atau diserahkan itu.[3]
Pelaksanaan pemberian ganti rugi dalam kegiatan pengadaan tanah juga
dilaksanakan dalam Pembangunan perluasan landasan pacu Bandar Udara
Fatmawati Soekarno di Provinsi Bengkulu. Diharapkan dengan adanya perluasan
area bandara ini dapat meningkatkan kelancaran arus transportasi melalui udara di
daerah Bengkulu dan sekitarnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah “bagaimana pelaksanaan
pemberian ganti rugi dalam pengadaan tanah untuk pembangunan perluasan
landasan pacu Bandar Udara Fatmawati Soekarno di Provinsi Bengkulu?”
BAB II
PEMBAHASAN
3) Penyuluhan;
Penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat di lokasi perluasan bandara dilaksanakan
oleh Panitia Pengadaan Tanah.
A. KESIMPULAN
Sebagai bagian akhir dari tulisan ini, berikut penulis mencoba menarik beberapa
kesimpulan berdasarkan uraian dan analisa yang telah dikemukakan pada bagian-
bagian sebelumnya. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan yang
dikemukakan sebagai berikut :
1. Perluasan landasan pacu Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu mempunyai
maksud dan tujuan yang penting dalam pembangunan dan perkembangan Kota
Bengkulu, yaitu untuk mewujudkan Program Peningkatan Status Bandara menjadi
Bandara Internasional di Provinsi Bengkulu.
2. Pelaksanaan pengadaan tanah untuk Perluasan landasan pacu Bandara
Fatmawati Soekarno dapat dikatakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mulai
dari tahap penetapan lokasi, penyuluhan, penentuan batas lokasi dan inventarisasi,
pengumuman hasil inventarisasi, musyawarah mengenai bentuk dan besarnya ganti
kerugian, penetapan nilai ganti rugi, keberatan terhadap keputusan panitia,
pelaksanaan pemberian ganti kerugian sampai dengan tahap pelepasan dan
penyerahan hak atas tanah.
3. Dalam pelaksanaan pembebasan tanah ini memang terdapat beberapa kendala.
Akan tetapi, melalui pendekatan persuasif (mediasi) dengan jalan musyawarah
kendala tersebut dapat diatasi sehingga pelaksanaan pengadaan tanah dapat berjalan
dengan lancar sehingga proyek perluasan landasan pacu Bandara Fatmawati
Soekarno Bengkulu segera dapat dilaksanakan.
B. SARAN
Sebagaimana diketahui bahwa tanah merupakan masalah yang vital dan
mempunyai fungsi yang sangat terbatas dibandingkan manusia yang
membutuhkannya. Sedangkan di dalam pembangunan yang sedang dilaksanakan
sekarang ini sangat membutuhkan tanah yang luas, dan tanah yang dibutuhkan
tersebut tentu sangat sulit pengadaannya apalagi untuk pembangunan bagi
kepentingan umum. Oleh karena itu di dalam pengadaan tanah untuk kepentingan
umum khususnya dalam pelaksanaan pembebasan tanah untuk landasan pacu
Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu sebagaimana yang telah diuraikan diatas,
maka dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan saran sebagai berikut :
1. Pemerintah atau instansi yang berkepentingan untuk melaksanakan kegiatan
pembebasan tanah selalu berpedoman dan mentaati Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
2. Untuk meningkatkan kelancaran proses pengadaan tanah untuk kepentingan
umum dikemudian hari perlu adanya suatu persiapan yang lebih matang dari Panitia
Pengadaan Tanah dalam memahami Peraturan-peraturan yang telah ada, baik
berupa pelatihan, orientasi maupun seminar-seminar agar panitia dapat memahami
tugas, tanggung jawab dan perannya, sehingga tahapan Pengadaan Tanah dapat
dilakukan lebih baik.
3. Perlu adanya peningkatan kualitas pendekatan sosiologis oleh Panitia
Pengadaan Tanah terhadap pemegang hak dalam hal memberikan penyuluhan
mengenai tanah baik status, hak atas tanah, tata guna tanah, dan fungsi sosial hak
atas tanah sehingga dapat berpartisipasi lebih baik dalam pengadaan tanah untuk
kepentingan umum.
4. Kepada instansi yang akan melaksanakan kegiatan pengadaan tanah,kiranya
ganti kerugian yang ditawarkan hendaknya tidak hanya berupa uang saja, akan
tetapi dimungkinkan dalam bentuk lain, seperti tanah pengganti. Hal ini
dimaksudkan agar tidak merubah pola hidup pemegang hak atas tanah yang belum
tentu siap dengan diterimanya uang, yang pada akhirnya setelah uang ganti
kerugian tersebut habis maka tidak akan membuat hidup mereka lebih baik.
5. Sebaiknya pada tahap musyawarah dalam penentuan besarnya ganti rugi yang
akan diberikan kepada pemegang hak atas tanah mengacu kepada nilai jual objek
pajak dan harga pasaran tanah setempat. Hal ini dilakukan untuk menghindari
adanya unsur paksaan dari pihak manapun.
DAFTAR PUSTAKA