Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“Dinamika Perilaku Manusia Dalam Perspektif Psikologi


Serta Implikasinya Dalam Pendidikan”

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :

Dinda Mulyani (1911210162)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah penulis bersyukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat


dan hidayah –Nya, sehingga makalah kelompok ini dapat terselesaikan sesuai
waktu yang ditentukan. Penulisan makalah ini dibuat sebagai media pembelajaran
dalam rangka memenuhi Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Penulis
menyadari dalam menyelesaikan tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah


memberikan motivasi dan saran dalam proses pembuatan makalah ini. Demikain
makalah ini kami buat dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan bagi kami khususnya.. Amin

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan  ( menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perilaku yang dimaksud adalah,
perilaku motorik yaitu perilaku dalam bentuk gerakan. Perilaku kognitif ialah
perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengenal alam disekitarnya. Perilaku
konatif ialah perilaku yang berupa dorongan dari dalam individu. Perilaku afektif
ialah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki perilaku yang berbeda antara masing-
masing individu. Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, Pendekatan
perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Ini
berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Perilaku
seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku
aneh, dan perilaku menyimpang.
Perilaku tidak boleh disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan
suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku
yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku
seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol
sosial. Maka dari itu dinamika perilaku dalam perspektif psikologi pendidikan dapat
dilihat dari perspektif biologis, behaviorisme, kognitif, psikoanalisis, dan
fenomenologi.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dinamika perilaku manusia dalam perspektif psikologi
2. Implikasi dinamika perilaku manusia dalam perspektif psikologi dalam
pendidikan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari dinamika manusia dalam perspektif psikologi
2. Untuk mengetahui bagaimana implikasi perspektif psikologi dalam pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dinamika perilaku manusia dalam perspektif psikologi


Dinamika perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh
manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan
genetika. Menurut perspektif kognitif lebih menekankan bahwa tingkah laku adalah
proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai,
membandingkan dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Menurut
perspektif behaviorisme manusia adalah mesin (homo mechanicus) yang perilakunya
dikendalikan atau dikendalikan oleh lingkungan.
Pada dasarnya individu mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan
dalam memenuhi kebutuhannya individu memerlukan perilaku-perilaku yang
dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang dinamis, individu perlu menyesuaikan
dan menggunakan segala aspek yang ada dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam
diri individu dapat berjalan dinamis, individu tidak hanya dapat memenuhi
kebutuhannya tetapi juga dapat mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi.
Pengembangan pribadi yang dimaksud adalah individu dapat menguasai
kemampuan-kemampuan social secara umum seperti keterampilan komunikasi yang
efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan menerima toleran, mementingkan
musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan sikap demokratis, memiliki
rasa tanggung jawab social seiiring dengan kemandirian yang kuat dan lain
sebagainya.
Dalam Pendidikan pun dinamika perilaku perlu diterapkan agar kegiatan
bimbingan dan konseling kelompok bisa berjalan dengan lancar, dinamis dan tujuan
yang diingkan tercapai. Misalnya dalam bimbingan dan konseling kelompok semua
anggota dan konselor bersikap pasif maka kegiatan tersebut tidak akan hidup dan
tidak berjalan dengan lancar. Begitu pula sebaliknya.
Psikologi memberikan sumbangan terhadap pendidikan, karena subjek dan objek
pendidikan adalah manusia (individu). Psikologi memberikan wawasan bagaimana
memahami perilaku individu, proses pendidikan serta bagaimana membantu individu
agar dapat berkembang optimal.
Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa
penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani,
kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan. Determinan tri dimensional ini (organo
biologi, psikoedukasi, dan sosiokultural) merupakan determinan yang banyak dianut
oleh ahli psikologi dan psikiatri. Dalam hal ini unsur ruhani sama sekali tidak masuk
hitungan karena dianggap termasuk penghayatan subjektif semata-mata.
Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat yang
mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat
segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang
menyangkut masalah manusia. Pandangan ini mengangkat derajat manusia teramat
tinggi ia seakan-akan memiliki kausa prima yang unik, pemilik akal budi yang sangat
hebat, serta memiliki kebebasan penuh untuk berbuat apa yang dianggap baik dan
sesuai baginya.
Sampai dengan penghujung abad ini terdapat empat aliran besar psikologi, yakni
: Psikoanalisis, psikologi Perilaku, Psikologi Humasnistik, Psikologi Transpersonal.
Masing-masing aliran meninjau manusia dari sudut pandang yang berlainan, dan
dengan metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang
kehidupan manusia, kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia.
1. Perspektif Biologis
yaitu sebuah pendekatan psikologi yang menekankan pada berbagai peristiwa
yang berlangsung dalam tubuh mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran
seseorang. Perspektif Biologis memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang
psikologi yang nenekankan pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan
kesamaan di antara manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi praktek-praktek
sosial, dan area-area lain dari perilaku. Kita bisa terima Charles Darwin (1859)
untuk menunjukkan dalam gagasan bahwa genetika dan evolusi memainkan peran
dalam mempengaruhi perilaku manusia melalui seleksi alam.
Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku genomik
mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi perilaku. Sekarang genom
manusia dipetakan, mungkin, suatu hari nanti kita akan memahami lebih tepatnya
bagaimana perilaku dipengaruhi oleh DNA. Faktor biologis seperti kromosom,
hormon dan otak semua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
manusia, untuk jenis kelamin misalnya, Pendekatan biologis berpendapat bahwa
perilaku sebagian diwariskan dan memiliki fungsi (atau evolusi) adaptif.
Misalnya, dalam minggu-minggu segera setelah kelahiran anak, tingkat
testosteron pada ayah hampir lebih dari 30 persen.
Psikolog Biologi menjelaskan perilaku dalam hal neurologis, yaitu fisiologi
dan struktur otak dan bagaimana ini mempengaruhi perilaku. Banyak psikolog
biologis telah berkonsentrasi pada perilaku abnormal dan telah mencoba untuk
menjelaskannya. Misalnya psikolog biologi percaya bahwa skizofrenia
dipengaruhi oleh tingkat dopamine (neurotransmitter).
Temuan ini telah membantu psikiatri lepas landas dan ia membantu
meringankan gejala penyakit mental melalui obat-obatan. Namun Freud dan
disiplin lain akan berpendapat bahwa ini hanya memperlakukan gejala dan bukan
penyebabnya. Di sinilah psikolog kesehatan mengambil temuan bahwa psikolog
biologis memproduksi dan melihat faktor-faktor lingkungan yang terlibat untuk
mendapatkan gambaran yang lebih baik.
Pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang neurolog
berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Teori yang dikembangkan pengalaman
menangani pasien, freud menemukan ragam dimensi dan prinsip-prinsip
mengenai manusia yang kemudian menyusun teori psikologi yang sangat
mendasar, majemuk, dan luas implikasinya dilingkungan ilmu sosial, humaniora,
filsafat, dan agama.
Dalam diri manusia ada 3 tingkatan kesadaran yaitu alam sadar, alam tidak
sadar, dan alam prasadar. Alam kesadaran manusia digambarkan freud sebagai
sebuah gunung es dimana puncaknya yang kecil muncul kepermukaan dianggap
sebagai alam sadar manusia sedangkan yang tidak muncul ke permukaan
merupakan alam ketidaksadaran yang luas dan sangat berpengaruh dalam
kehidupan manusia. Dan diantara alam sadar dan alam ketidaksadaran terdapat
alam prasadar. Dengan metode asosisi bebas, hipnotis, analisis mimpi, salah ucap,
dan tes proyeksi hal-hal yang terdapat dalam alam prasadar dapat muncul ke alam
sadar.
2. Perspektif Behaviorisme
yaitu pendekatan psikologi yang menelaah cara lingkungan dan pengalaman
mempengaruhi tindakan seseorang. Penganut behaviorisme (behaviorist) menaruh
perhatian pada peranan penghargaan (reward) maupun hukuman (punishment)
dalam mempertahankan atau mengurangi kecenderungan munculnya perilaku
tertentu.
Behaviorisme berbeda dengan kebanyakan pendekatan lain karena mereka
melihat orang (dan hewan) sebagai dikendalikan oleh lingkungan mereka dan
secara khusus bahwa kita adalah hasil dari apa yang telah kita pelajari dari
lingkungan kita. Behaviorisme berkaitan dengan bagaimana faktor lingkungan
(disebut rangsangan) mempengaruhi perilaku yang dapat diamati (disebut respon).
Pendekatan behavioris mengusulkan dua proses utama dimana orang belajar dari
lingkungan mereka:. Pengkondisian yaitu klasik dan operant conditioning
Pengkondisian klasik melibatkan pembelajaran oleh asosiasi, dan pengkondisian
operan melibatkan belajar dari konsekuensi perilaku.
Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919).
Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun
1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan
agar pendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif
dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang
memfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak
informasi instinktif semacam itu, yang menurutnya bersifat "mistik",
"mentalistik", dan "subyektif". Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus
pada sesuatu yang "dapat diamati" (observable), yaitu pada "apa yang dikatakan
(sayings) dan apa yang dilakukan (doings)". Dalam hal ini pandangan Watson
berbeda dengan James dan Dewey, karena keduanya percaya bahwa proses mental
dan juga perilaku yang teramati berperan dalam menyelaskan perilaku sosial.
Para "behaviorist" memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan
"tanggapan" (responses), dan lingkungan ke dalam unit "rangsangan" (stimuli).
Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa
berasosiasi satu sama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan
fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan " seorang teman datang ", lalu
memunculkan tanggapan misalnya, "tersen-yum". Jadi seseorang tersenyum,
karena ada teman yang datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya bahwa
rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan
mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para
behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan
pendekatan "kotak hitam (black-box)" . Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box)
dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak hitam tadi - srtuktur
internal atau proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan - karena
tidak dapat dilihat secara langsung (not directly observable), bukanlah bidang
kajian para behavioris tradisional.
Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus
behaviorisme melalui percobaan yang dinamakan "operant behavior" dan
"reinforcement". Yang dimaksud dengan "operant condition" adalah setiap
perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu
memunculkan akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut. Misalnya, jika
kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan
menghasilkan senyuman yang datangnya dari orang lain tersebut. Dalam kasus
ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan "operant behavior". Yang
dimaksud dengan "reinforcement" adalah proses di mana akibat atau perubahan
yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu di masa datang .
Misalnya, jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum
kita kenal sebelumnya), dan mereka tersenyum kembali kepada kita, maka muncul
kemungkinan bahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing maka kita
akan tersenyum. Perlu diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif
dan negatif. Contoh di atas merupakan penguat positif. Contoh penguat negatif,
misalnya beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing lalu kita
tersenyum dan orang asing tersebut diam saja atau bahkan menunjukan rasa tidak
suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung
tidak tersenyum (diam saja).
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh
kondisi lingkungan luar dan rekayasa atau kondisioning terhadap manusia
tersebut. Aliran ini mengangap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari
perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia
tersebut. Pendapat ini merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh
sejumlah penelitian tentang perilaku binatang yang sebelumnyadikondisikan.
Aliran perilaku ini memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya
asas-asas perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan,
psikoterapi terutama dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori
perilaku terangkum dalam hukum penguatan atau law of enforcement, yakni :
- Classical Conditioning, suatu rangsang akan menimbulkan pola reaksi
tertentu apabila rangsang tersebut sering diberikan bersamaan dengan rangsang
lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut. Misalnya bel yang
selalu dibunyikan mendahului pemberian makan seekor anjing lama kelamaan
akan menimbulkan air liur pada anjing itu sekalipun tidak diberikan makanan.
Hal ini terjadi karena adanya asosiasi antara kedua rangsang tersebut.
- Law of Effect, perilaku yang menimulkan akibat-akibat yang memuaskan akan
cenderung diulang, sebaliknya bila akibat-akiat yang menyakitkan akan
cenderung dihentikan.
- Operant Conditioning, suatu pola perilaku akan menjadi mantap apabila
dengan perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang dinginkan oleh pelaku
(penguat positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan
(penguat negatif). Di lain pihak suatu pola perilaku tertentu akan menghilang
apabila perilaku tersebut mengakibatkan hal-hal yang tak menyenangkan
(hukuman), atau mangakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan si
pelaku (penghapusan).
- Modelling, munculnya perubahan perilaku terjadi karena proses dan
penaladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi (model)
Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses belajar
yaitu berubahnya perilaku tertentu menjadi perilaku baru. Oleh karena itu, dalam
kesimpulan, ada perspektif yang berbeda begitu banyak untuk psikologi untuk
menjelaskan berbagai jenis perilaku dan memberikan sudut yang berbeda. Tidak
ada perspektif seseorang memiliki kekuatan lebih jelas sisanya. Hanya dengan
semua berbagai jenis psikologi yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain
(alam-memelihara perdebatan), tumpang tindih satu sama lain (misalnya
psikoanalisis dan psikologi anak) atau membangun satu sama lain (psikolog
biologi dan kesehatan) kita dapat memahami dan menciptakan solusi efektif bila
masalah muncul sehingga kita memiliki tubuh yang sehat dan pikiran sehat.
Fakta bahwa ada perspektif yang berbeda mewakili kompleksitas dan
kekayaan perilaku manusia. Pendekatan ilmiah, seperti behaviorisme atau kognitif
psikologi, cenderung mengabaikan pengalaman subjektif yang dimiliki manusia.
Perspektif humanistik tidak mengakui pengalaman manusia, tetapi sebagian besar
dengan mengorbankan yang non-ilmiah dalam metode dan kemampuan untuk
memberikan bukti. Perspektif psikodinamik berkonsentrasi terlalu banyak pada
pikiran bawah sadar dan anak-anak. Dengan demikian ia cenderung melupakan
peran sosialisasi (yang berbeda di setiap negara) dan kemungkinan kehendak
bebas. Perspektif biologis manusia untuk mengurangi seperangkat mekanisme dan
struktur fisik yang jelas penting dan penting (gen misalnya). Namun, gagal untuk
memperhitungkan kesadaran dan pengaruh lingkungan pada perilaku

3. Perspektif Kognitif
Dalam perspektif kognitif sebagian kembali pada akar kognitif dari
psikologi, yakni persepsi, daya ingat, penalaran, dan pemutusan pilihan. Sebagian
lagi sebagai reaksi terhadap behaviorisme.  Perspektif ini didasarkan pada
penelitian tentang kognisi modern yang didasarkan pada asumsi berikut.
a. Hanya dengan mempelajari proses mental kita dapat sepenuhnya memahami
apa yang dilakukan oleh suatu organisme.
b. Kita dapat mempelajari proses mental secara objektif dengan memfokuskan
pada perilaku spesifik, sama seperti yang dilakukan oleh ahli perilaku, tetapi
menginterpretasikannya dalam kaitan proses mental dasar.

Pada perspektif ini interpretasi menggunakan analogi antara pikiran dan


komputer, yakni informasi yang masuk diproses dengan berbagai cara dipilih,
dibandingkan, dan dikombinasikan dengan informasi lain yang telah ada dalam
memori, ditransformasikan, disusun kembali dan seterusnya. Berikut ini contoh
interpretasi perpsektif kognitif. Misalnya, analisis tentang respon jika seseorang
dicemooh oleh orang yang tidak dikenal, dikenal, dan pernah menyakitkan.

a. Respons terhadap cemoohan orang yang tidak dikenal cenderung lemah/tidak


diabaikan.
b. Respons terhadap cemoohan orang yang dikenal cenderung lebih kuat/lebih
agresif dari pada respons kepada yang tidak dikenal.
c. Respons terhadap cemoohan orang yang pernah menyakitkan cenderung lebih
agresif dan kuat dari pada respons kepada yang tidak dikenal atau dikenal
saja. Ini bisa terjadi karena pengetahuan yang ada dalam kognisi yang disebut
dengan struktur kognitif menurut istilah Piaget (tidak dikenal, dikenal, dan
pernah menyakitkan) yang mengendalikan perilaku organisme.

4. Perspektif Psikoanalisis
Tokoh utama perspektif ini adalah  Sigmund Freud. Salah satu pengikutnya
adalah Gustav Jung. Asumsi dasar teori Freud adalah bahwa sebagian besar
perilaku manusia berasal dari proses bawah sadar (unconscious).
Meski Jung merupakan murid dan pengikut Freud, tetapi dalam konsep ini
Jung berpendapat bahwa perilaku manusia pada prinsipnya merupakan collective
unconscious (ketidaksadaran kolektif). Menurut Freud sifat manusia pada
dasarnya negatif; ia yakin bahwa manusia berperilaku didorong oleh insting dasar
yang sama seperti hewan (terutama seks dan agresi).
Dinamika perilaku ditentukan oleh id, ego, dan super ego. Id merupakan
insting atau naluri. Oleh sebab itu jika manusia berkembang hanya instingnya saja
tidak ada bedanya dengan hewan. Oleh sebab itu id sering disebut dorongan
hewani. Id tidak mengenal benar dan salah dan senantiasa bergerak berdasarkan
prinsip pleasure, yaitu kenikmatan atau kesenangan. Sementara itu, ego
merupakan unsur kepribadian yang berpegang teguh pada prinsip kebenaran
berdasarkan logika. Sedangkan super ego merupakan unsur kepribadian yang
bekerja berdasarkan moral.
Jika perkembangan manusia didominasi oleh perkembangan egonya saja ia
akan seperti binatang tetapi jika yang berkembang pada manusia hanya sisi super
egonya saja ia akan seperti malaikat. Menurut perspektif ini perkembangan yang
ideal adalah perkembangan yang seimbang antara id, ego, dan super ego.
5. Perspektif Fenomenologi
Perspektif fenomenologi sering disebut  sebagai psikologi humanistik.
Perspektif ini menekankan kualitas yang membedakan manusia dari hewan,
terutama dilihat dari sisi potensi.Perspektif ini memandang kekuatan motif utama
individual adalah kecenderungan ke arah pertumbuhan dan aktualisasi diri.
Manusia memiliki potensi dan memiliki kebutuhan dasar untuk mengembangkan
potensinya sampai penuh (aktualisasi diri). Dinamika perilaku sangat ditentukan
oleh proses dinamika motivasi yang sehat, yakni dinamika motivasi yang ditandai
dengan pencapaian tujuan (goal).
Dinamika motiovasi seseorang yang efektif adalah yang ditandai dengan
pencapaian tujuan. Keberhasilan mencapai tujuan saat ini cendeung membuat
manusia bergerak untuk menempuh tujuan berikutnya. Ketidakpuasan manusia
dalam pencapaian tujuan dipandang positif sebagai dasar pencapaian aktualisasi
diri. Sementara itu manusia yang gagal mencapai tujuan dalam dinamika
perilakunya ia akan frustrasi, yang biasanya ditunjukkan dengan berbagai perilaku
maladjustment seperti konvensasi, sublimasi, rasionalisasi, proyeksi, regresi,
represi, agresi, fiksasi, dan sebagainya.
B. Implikasi dinamika perilaku manusia dalam perspektif psikologi dalam
pendidikan

Anda mungkin juga menyukai