Anda di halaman 1dari 9

COMMUNITY ENGAGEMENT TERHADAP KONSERVASI Dede F.

Munthe
RUMAH TJONG A FIE SEBAGAI BANGUNAN HERITAGE Shasya A.E Aruan
Natalia R.E Hutajulu
Suwandy

COMMUNITY ENGAGEMENT TERHADAP KONSERVASI RUMAH


TJONG A FIE SEBAGAI BANGUNAN HERITAGE
(STUDI KASUS : RUMAH TJONG A FIE - JALAN AHMAD YANI)

Dede F. Munthe
Shasya A.E Aruan
Natalia R.E Hutajulu
Suwandy
Progran Studi Sarjana (S-1) Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU

ABSTRACT

As heritage physical evidence that is still visible, it is important for peoples to recognise the existence
of Tjong A Fie House with a sense of history in order to participate and to maintan its sustainbility.
But in fact, there are many peoples who do not know about the existence of Tjong A Fie House, not
even to realise and participate to care about, not even preserved particularly by local community. This
is due to the less awareness of the existence of Tjong A Fie House by local community. One effort
that can be done to overcome this problem is to engage the community to work together in
maintaining the house of Tjong A Fie as the Identity of Medan. Community engagement in
conservation of Tjong A Fie House is one of the priorities to be achieved in the utilization of
historical buildings which aims to increase public awareness of the importance of historical buildings
so that peoples will participate more in preserving Tjong A Fie House.

Keywords community, community engagement, heritage, conservation

PENDAHULUAN memperlihatkan keaslian fungsinya, yakni


kantor pusat perusahaan perkebunan, kantor pos,
Latar Belakang bank dan hotel. Kampung Kesawan yang
sekarang menjadi Jalan Ahmad Yani ini
Semasa penjajahan belanda di Indonesia, merupakan kawasan satu golongan etnis cina
pada Tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi yang tinggal secara berkelompok, dimana etnis
Gemeente (Kota Pradja) di bawah kekuasaan ini berperan banyak dalam pembangunan kota
Hindia-Belanda. Pada masa awal Kota Pradja Medan.
ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Pada kawasan pecinan ini terdapat
Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, bangunan bersejarah golongan etnis cina yakni
Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Rumah Tjong A Fie yang saat ini telah dijadikan
Hilir. Setelah masa penjajahan Belanda, disusul salah satu objek wisata. Menurut sejarahnya,
Jepang hingga akhirnya Indonesia Rumah Tjong A Fie merupakan bangunan
memproklamasikan kemerdekaannya, tentulah dengan perpaduan gaya tiga kultur, yaitu
bekas penjajahan itu masih tersisa dan tampak Tionghoa, Melayu, dan Eropa. Unsur Tionghoa
hingga saat ini, diantaranya dalam bentuk ditandai dengan adanya sejumlah ukiran kayu
bangunan. Berbicara tentang bentuk bangunan, pada dinding, pintu masuk dan bentuk atap yang
tentu banyak peninggalan bekas penjajahan khas dari daratan Tiongkok. Sedangkan, unsur
seperti pada Kampung Kesawan yang masih Melayu tampak pada warna kuning menyala

1
yang menjadi warna dominan pada rumah serta Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Pengelola
bentuk jendela yang khas Melayu, dan unsur Rumah Tjong A Fie dan Komunitas Institusi
Eropanya bisa dilihat dari fasad bangunan Kampus / Dosen yang terkait perihal bangunan
dengan pilar-pilar besar menjulang berlanggam bersejarah.
art deco. Rumah Tjong A Fie dimiliki oleh Konservasi atau pelestarian adalah salah
seorang berpengaruh yang sangat fenomenal satu jenis pendekatan dalam menyelamatkan
pada zamannya dan terkenal dengan identitas kota yang masih bertahan sampai saat
kesuksesannya dalam berbisnis, yang ini. Dalam melestarikan Rumah Tjong A Fie
merupakan salah satu orang Tionghoa terkaya di sebagai bangunan bersejarah, salah satu upaya
Sumatera, yakni Tjong A Fie. yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan
Sejak dibukanya Rumah Tjong A Fie bagi masyarakat untuk bekerja sama dalam
masyarakat umum pada 18 Juni 2009, jumlah memelihara Rumah Tjong A Fie yang
pengunjung semakin meningkat, rumah merupakan Identitas Kota Medan. Menurut
saudagar Cina di masa kolonial ini ternyata Kevin Lynch, Identitas kota merupakan bagian
berhasil memancing animo masyarakat umum dari suatu citra. Melalui proses komunikasi
untuk mengunjunginya karena dianggap dengan melibatkan masyarakat, Identitas kota
bersejarah. Hal ini menunjukkan bahwa akan mudah tertangkap oleh masyarakat
perbedaan kebudayaan antara masyarakat satu maupun setiap orang yang mengunjunginya.
dengan yang lainnya menimbulkan adanya Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat dalam
keinginan suatu masyarakat untuk mengenal upaya pelestarian Rumah Tjong A Fie
kebudayaan yang lain. Mengingat Rumah Tjong merupakan prioritas yang harus tercapai dalam
A Fie merupakan bangunan peninggalan kegiatan pemanfaatan bangunan bersejarah yang
sejarah, menjadikan industrialisasi pariwisata berwawasan pelestarian. Upaya ini bertujuan
untuk turut serta dalam mendorong untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pengembangan pariwisata Rumah Tjong A Fie pentingnya keberadaan bangunan bersejarah
ke berbagai Negara. Namun di balik itu semua, sehingga masyarakat akan lebih berperan serta
perlu disadari bahwa pengembangan pariwisata dalam melestarikan Rumah Tjong A Fie.
budaya juga harus memperhatikan unsur Berdasarkan latar belakang di atas maka
kelestarian dan keberlanjutan kebudayaan penulis merasa tertarik dalam meneliti tentang
tersebut. Sebagai bukti fisik peninggalan sejarah KETERLIBATAN MASYARAKAT
yang masih tampak, maka penting bagi TERHADAP KONSERVASI RUMAH TJONG
masyarakat untuk mengetahui keberadaan A FIE SEBAGAI BANGUNAN HERITAGE
Rumah Tjong A Fie dengan memiliki kesadaran yang memiliki andil dalam dunia kepariwisataan
sejarah guna ikut serta memelihara kota Medan yang selama ini terus berkembang.
kelestariannya. Akan tetapi pada faktanya
banyak masyarakat yang belum mengetahui Perumusan Masalah
keberadaan Rumah Tjong A Fie, bahkan tidak
menyadari dan tidak banyak yang turut serta Mengingat catatan sejarah Rumah Tjong
dalam memperhatikan, maupun melestarikan A Fie sebagai bukti fisik Identitas Kota Medan
Rumah Tjong A Fie khususnya masyarakat yang masih tampak pada Kawasan Kesawan di
setempat. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sepanjang Jalan Ahmad Yani, maka dapat
sejarah masyarakat setempat yang masih rendah dirumuskan beberapa permasalahan yang akan
terhadap keberadaan Rumah Tjong A Fie. diulas dalam penelitian ini, yakni sebagai
Dalam suatu masyarakat, tentu berikut :
melibatkan sebagian kecil dari banyaknya 1. Sejauh mana keterlibatan masyarakat
jumlah manusia yang disebut komunitas. setempat terhadap konservasi Rumah Tjong A
Komunitas sendiri ruang lingkupnya lebih kecil Fie?
dari masyarakat dan biasanya disatukan oleh 2. Sejauh mana keterlibatan komunitas terhadap
kesamaan minat atau kesukaan, dalam arti konservasi Rumah Tjong A Fie?
memiliki visi yang sama, dan kebudayaan yang 3.Bagaimana program ke depan terhadap
sama. Komunitas yang ditinjau berdasarkan konservasi Rumah Tjong A Fie dengan
penelitian ini adalah Komunitas Badan Warisan melibatkan masyarakat?
Sejarah (BWS), Komunitas Pusat Studi Sejarah
dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
(PUSSIS-UNIMED), Dinas Kebudayaan dan

2
COMMUNITY ENGAGEMENT TERHADAP KONSERVASI Dede F. Munthe
RUMAH TJONG A FIE SEBAGAI BANGUNAN HERITAGE Shasya A.E Aruan
Natalia R.E Hutajulu
Suwandy

Manfaat Penelitian kecil, lebih terikat oleh tempat (teritorial), di


Adapaun manfaat penelitian ini akan mana terjadi relasi pribadi yang erat antar para
diuraikan menjadi manfaat penelitian bagi anggota komunitas tersebut karena adanya
akademik dan manfaat penelitian bagi praktis. kesamaan interest atau values.
Manfaat Akademik
Dengan adanya penelitian ini 3. Keterlibatan Masyarakat
merupakan kesempatan untuk menjadi salah
satu acuan atau metode analisis dalam Lingkungan sosial dimana orang hidup,
melakukan evaluasi terhadap kegiatan penelitian serta gaya hidup dan perilaku, dapat
sejenis, serta menjadikan sebagai bahan mempengaruhi kejadian dalam populasi (IOM,
referensi bagi kalangan akademis. 1988). Populasi dapat mencapai perbaikan
Manfaat Praktis jangka panjang ketika orang terlibat dalam
Diharapkan dapat menjadi salah satu komunitas dan bekerja sama untuk
masukan dalam melakukan tindakan konservasi menghasilkan perubahan (Hanson, 1988-1989).
bangunan bersejarah bagi kalangan pemerintah Untuk menghasilkan perubahan itu sendiri tidak
yang mengatur kebijakan dan pembangunan. hanya memerlukan kesadaran dari masing-
masing individu, tetapi juga harus membangun
Kerangka Berpikir hubungan dan pendekatan dalam suatu
komunitas. Hubungan tersebut akan
menghasilkan sebuah keterlibatan komunitas
dalam mempengaruhi suatu masalah kehidupan
sosial. Jadi keterlibatan masyarakat (community
engagement) adalah sebuah proses kerja sama
dengan atau melalui suatu kelompok orang yang
mempunyai suatu hubungan kedekatan
geografis, minat khusus atau mempunyai situasi
Bagan 1 Kerangka Berpikir
yang serupa untuk mengatasi masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan dari orang – orang
tersebut (CDC, 1997).
TINJAUAN PUSTAKA
4. Heritage
1. Masyarakat Peter Howard memaknakan heritage
sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan
Prof. Robert W. Richey dalam
orang, termasuk budaya material maupun alam.
bukunya : “Planning for Teaching an
Selama ini warisan budaya lebih ditujukan pada
Introduction to Education” membuat batasan
warisan budaya secara publik, seperti berbagai
masyarakat. Istilah masyarakat dapat diartikan
benda yang tersimpan di museum.
sebagai suatu kelompok manusia yang hidup
Heritage atau lebih dikenal “ warisan “
bersama di suatu wilayah dengan tata cara
dianggap sebagai bangunan-bangunan, artefak,
berpikir dan bertindak yang relatif. Berdasarkan
struktur pada suatu daerah yang memiliki
pengertian ini, maka pengertian masyarakat
signifikansi sejarah, estetika, arsitektur, budaya
(relatif) luas wilayahnya, dan meliputi (relatif)
dan harus mencakup alam fitur bidang-bidang
banyak anggota atau warganya.
seperti lokasi lingkungan atau keindahan
transportasi dari tempat asal barang ke tempat
pemandangan seperti keramat, bukit, hillocks,
tujuan.
badan air daerah terbuka, maupun daerah
berhutan, dan lain-lain. Bangunan heritage
2. Komunitas
sendiri mencakup setiap bangunan dari satu atau
Menurut Kertajaya Hermawan (2008), lebih tempat yang membutuhkan
Komunitas adalah bagian kelompok dari konservasi/pelestarian untuk tujuan
masyarakat (society) dalam lingkup yang lebih sejarah/arsitektur/budaya/lingkungan.

3
5. Konservasi pengamatan di lapangan (observasi), dan analisa
data sekunder (studi pustaka). Dalam penelitian
Konservasi berasal dari kata Conservation ini, teknik analisis yang digunakan yaitu
yang terdiri atas kata con (together) dan servare teknik analisa deskriptif kuantitatif.
(keep/save) yang memiliki pengertian mengenai
upaya memelihara apa yang kita punya
(keep/save what you have), namun secara TINJAUAN PUSTAKA
bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh
Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan 1. Makna
orang Amerika pertama yang mengemukakan
tentang konsep konservasi. Konservasi dalam Berdasarkan teori Centers for Disease
pengertian sekarang, sering diterjemahkan Control and Prevention [CDC], 1997, p 9, pada
sebagai the wise use of nature resource edisi pertama, penulis mendefinisikan makna
(pemanfaatan sumberdaya alam secara community engagement sebagai suatu proses
bijaksana). kerja sama dengan dan melalui kelompok orang
Menurut Danisworo (1991), konservasi yang berafiliasi dengan kedekatan geografis,
merupakan upaya memelihara suatu tempat minat khusus, situasi serupa untuk mengatasi
berupa lahan, kawasan, gedung maupun masalah yang mempengaruhi kesejahteraan dari
kelompok gedung termasuk lingkungannya. Di orang-orang, dimana yang mempengaruhi
samping itu, tempat yang dikonservasi akan adalah faktor yang kuat dalam mewujudkan
menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, lingkungan dan perilaku perubahan yang akan
tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, meningkatkan kesehatan masyarakat dan
iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dari anggotanya.
pengertian diatas maka dapat disimpulkan Dari hasil observasi yang didapat,
bahwa konservasi merupakan suatu upaya untuk pengertian atau pandangan community
melindungi dan menjaga bangunan dan engagement menurut masyarakat setempat
lingkungan dari kerusakan ataupun mencegah adalah melalui bantuan berupa dana ketika
terjadinya kerusakan sehingga makna mengunjungi Rumah Tjong A Fie. Dari
kulturalnya yang mengandung nilai sejarah pengertian yang berbeda diatas dapat
arsitektural keindahan nilai keilmuan dan nilai disimpulkan bahwa pengertian masyarakat
sosial tetap dapat terpelihara untuk generasi terhadap makna keterlibatan terhadap Rumah
mendatang. Tjong A Fie belum sesuai dengan teori, dimana
mereka tidak merasa menjadi bagian dari
METODE PENELITIAN Rumah Tjong A Fie tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari kurangnya keterlibatan langsung dan
Dalam penelitian ini menggunakan jenis tidak merasa bahwa Tjong A Fie kuat
penelitian Deskriptif Kuantitaif. Adapun teknik keberadaannya, walaupun sebagian besar
sampling yang digunakan yaitu teknik menyatakan bahwa bangunan bersejarah perlu
probability sampling, dimana pemilihan sampel untuk tetap dipertahankan.
merupakan setiap masyarakat setempat memiliki Berdasarkan hasil observasi terhadap
peluang untuk menjadi responden kuesioner. komunitas, makna keterlibatan masyarakat
Teknik sampling ini digunakan untuk terhadap Rumah Tjong A Fie adalah ketika
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat mempunyai rasa memiliki terhadap
keterlibatan masyarakat terhadap pelestarian bangunan heritage, berusaha mempertahankan
Rumah Tjong A Fie. Berdasarkan analisis dan melestarikan hingga menyelamatkan
tersebut didapatkan informan kunci yang bangunan bersejarah tersebut.
dibutuhkan adalah Dinas Kebudayaan dan Pendapat komunitas ini sebagian besar
Pariwisata Kota Medan, Badan Warisan Sejatah sudah sesuai dengan teori, walaupun dalam
(BWS), Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu pelaksanaanya belum terlalu terlihat
Sosial Universitas Negeri Medan (PUSSIS- dikarenakan hal-hal lain yang menghambat
UNIMED), Akademisi, dan Masyarakat komunitas dalam upaya berusaha mempunyai
setempat. rasa memiliki.
. Teknik pengumpulan data yang digunakan
melalui wawancara, pengisian kuisioner oleh
masyarakat di sekitar wilayah studi (responden),

4
COMMUNITY ENGAGEMENT TERHADAP KONSERVASI Dede F. Munthe
RUMAH TJONG A FIE SEBAGAI BANGUNAN HERITAGE Shasya A.E Aruan
Natalia R.E Hutajulu
Suwandy

1. Sifat memberikan ide agar zona kamar dalam


bangunan Tjong A Fie dibedakan menjadi
Menurut Samuel Huntington dan Joan beberapa zona, bantuan dana, bantuan APBD,
Nelson, sifat communityt engagement tidak hingga tenaga dengan melakukan dokumentasi
melihat kesukarelaan sebagai ukuran ada terhadap bangunan Tjong A Fie, mendampingi
tidaknya partisipasi masyarakat. Akan tetapi pengelola Rumah Tjong A Fie dalam
melihat dari intensitas kesukarelaan, yakni rutin memberikan wawasan yang luas terkait
dan kontemporer. Dari hasil kuesioner konservasi, mempertemukan / menjadi
menunjukkan bahwa sifat community fasilitator bagi pengelola Rumah Tjong A Fie
engagement setempat adalah kontemporer, hal dengan tamu-tamu luar negeri, dan pejabat
ini dapat dilihat dari kurangnya kesadaran terkait konservasi bangunan bersejarah.
masyarakat setempat terhadap Rumah Tjong A
Fie sebagai bangunan bersejarah. Sedangkan 4. Faktor
dari hasil kuesioner komunitas menunjukkan
bahwa sifat community engagement dari mereka Dari 35 responden yang ditemui di lokasi
adalah kontemporer. Dengan demikian dapat penelitian, sebanyak 14 orang berjenis kelamin
disimpulkan bahwa sifat keterlibatan baik oleh laki – laki dan 21 orang berjenis kelamin
masyarakat maupun komunitas terhadap Rumah perempuan. 8 orang berusia antara 17-25 tahun,
Tjong A Fie adalah kontemporer dimana sifat 10 orang berusia antara 26-35 tahun, 12 orang
ini tidak memaksa atau mengikat masyarakat berusia 36-45 tahun dan 5 orang berusia diatas
untuk selalu berpartisipasi langsung terhadap 55 tahun. 20 orang berpendidikan SMU /
Rumah Tjong A Fie. setingkat, 7 orang yang berpendidikan akademi /
diploma, dan 8 orang yang berpendidikan
2. Bentuk terakhir S1. 3 orang yang berstatus pelajar, 8
orang mahasiswa, 9 orang pegawai, dan 15
Menurut Notoatmodjo (2007) orang wiraswasta. 7 orang tinggal di Medan
mengemukakan bahwa bentuk community dibawah 5 tahun, 7 orang tinggal diantara 5-10
engagement berupa 4 M, yaitu : tahun dan 21 orang tinggal lebih dari 10 tahun.
1. Manpower (tenaga) Dari data kuesioner menunjukkan bahwa
2. Money (uang) 100% responden mengunjungi Tjong A Fie
3. Material (benda) antara 0 – 5 Jam / Minggu. 33 orang
4. Mind (ide) mengunjungi Tjong A Fie 1 kali seminggu, dan
Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh 2 orang menjawab tidak tetap. 23 responden
Ericson dalam Slamet (1994), tahapan dari mengunjungi Tjong A Fie sendiri, 2 responden
bentuk community engagement antara lain : dengan orang lain, 8 responden mengunjungi
1. Perencanaan bersama keluarga, 2 orang bersama guide. 24
2. Pelaksanaan orang mengunjungi Tjong A Fie pada pagi hari,
3. Pemanfaatan 7 orang pada siang hari dan 4 orang pada sore
Dari hasil data yang diperoleh hari.
menunjukkan bahwa bentuk keterlibatan dari
masyarakat setempat sebagian besar adalah Tjong A Fie Terasa Kuat Keberadaannya
dana. Hal ini juga didukung oleh hasil Dari hasil kuesioner 35 responden, 4
wawancara dengan guide yang membenarkan orang menjawab tidak setuju, 13 orang
bahwa masyarakat yang hanya berkunjung ke menjawab kurang setuju, 11 orang menjawab
Rumah Tjong A Fie telah merupakan satu cukup setuju, 7 orang menjawab setuju.
bentuk kontribusi dalam bentuk dana. Dengan
demikian community engagement dalam bentuk Tjong A Fie Terasa Penting Keberadaannya
dana terhadap rumah Tjong A Fie dapat Dari jumlah 35 responden, tidak ada yang
dikategorikan dalam tahapan pemanfaatan. menjawab tidak setuju, 5 orang menjawab
Sedangkan bentuk keterlibatan oleh komunitas kurang setuju, 16 orang menjawab cukup setuju,
ada beberapa dimulai dari ide, yaitu dengan

5
8 orang menjawab setuju, dan 6 orang 3. Pariwisata provinsi – usaha melestarikan
menjawab sangat setuju. bangunan tua
4. Pariwisata kota Medan – bentuk perhatian
Tjong A Fie Sebagai Bangunan Bersejarah masyarakat terhadap suatu yang kuno dalam
Yang Harus Dipertahankan hal bangunan bersejarah
Dari 35 responden, tidak ada yang 5. Pengelola Rumah Tjong A Fie – suatu upaya
menjawab tidak setuju maupun kurang setuju, 2 dalam melestarikan bangunan bersejarah
orang menjawab cukup setuju, 16 orang 6. BWS – suatu upaya penyelamatan yang
menjawab setuju, dan 17 orang menjawab dikonservasi tetapi disinergikan saat itu /
sangat setuju. kepentingan umum.

Keterlibatan Masyarakat Penting Terhadap Keterlibatan dalam konservasi TAF :


Konservasi 1. Ahli sejarah – tidak pernah, tetapi pernah
Dari data yang diperoleh, tidak ada yang menjabat Ketua panitia 100 tahun TAF
menjawab tidak setuju maupun kurang setuju, 6 2. Institusi kampus (dosen) – tidak pernah
orang menjawab cukup setuju, 17 orang 3. Pariwisata provinsi – pernah
menjawab setuju dan 12 orang menjawab sangat 4. Pariwisata kota Medan – pernah
setuju. 5. Pengelola Tjong a fie – tidak pernah
6. Institusi kampus (mahasiswa) – tidak pernah
Kepedulian Masyarakat Terhadap 7. BWS – pernah
Konservasi Bentuk keterlibatan yang dilakukan :
Dari 35 orang responden, 18 orang 1. Ahli sejarah – ide, berupa kamar yyang
menjawab ya, 17 orang menjawab netral, tidak tinggal di TAF harus dibedakan antara zona
ada responden yang menjawab tidak. publik dan privat. Selain itu, keluarga boleh
saja tinggal disana tapi untuk kepentingan
Sifat Keterlibatan Masyarakat Terhadap mengelola cagar budaya, bukan untuk
Konservasi kepentingan pribadi yang menganggap itu
Dari hasil penelitian, semua responden sebagai rumah tinggal (egoisme keluarga).
terlibat secara kontemporer. 2. Institusi kampus (dosen) – bantuan bana
3. Pariwisata provinsi – bantuan dana, ide /
Bentuk Keterlibatan Masyarakat Terhadap pemikiran
Konservasi 4. Pariwisata kota Medan – bantuan dana
Dari 35 responden, 21 responden terlibat APBD
bantuan dana, 7 responden terlibat tenaga dan 7 5. Pengelola Tjong a fie – bantuan dana
orang terlibat ide / pemikiran, sedangkan 0 yang 6. BWS – tenaga, ide / pemikiran
terlibat kerja bakti.
Sifat keterlibatan :
Dari tujuh responden yang mewakili
1. Ahli sejarah – kontemporer
komunitas, beberapa diantaranya mengartikan
2. Institusi kampus (dosen) – kontemporer
makna konservasi sebagai berikut :
3. Pariwisata provinsi – kontemporer
1. Ahli sejarah – orang-orang / masyarakat
4. Pariwisata kota Medan – kontemporer
harus mempunyai rasa memiliki dimana
5. Pengelola Tjong a fie – kontemporer
Rumah Tjong A Fie yang merupakan
6. Institusi kampus (mahasiswa) – kontemporer
bangunan bersejarah menjadi milik publik
7. BWS – rutin
bukanlah lagi pribadi, akan tetapi segala
materi untuk kepengurusan Rumah Tjong A
Ajakan komunitas untuk partisipasi
Fie boleh dari pribadi, pemerintah, namun
masyarajat dalam konservasi :
untuk kepemilikan harus semua orang untuk
1. Ahli sejarah - Ya, mengajak mahasiswa /
memliki Rumah Tjong A Fie. Keluarga
gubernur dalam acara 100 tahun TAF.
Rumah Tjong A Fie tidak boleh ada yang
2. Pariwisata provinsi – Ya
tinggal disana, karena menganggu kesan
3. Pariwisata kota Medan – Ya
publik yang masih terdapat zona private di
4. Pengelola Tjong a fie – Ya
dalamnya.
5. Institusi kampus (mahasiswa) – Ya
2. Institusi kampus (dosen) – mempertahankan
6. BWS – Ya
bangunan bersejarah

6
COMMUNITY ENGAGEMENT TERHADAP KONSERVASI Dede F. Munthe
RUMAH TJONG A FIE SEBAGAI BANGUNAN HERITAGE Shasya A.E Aruan
Natalia R.E Hutajulu
Suwandy

Respon masyarakat untuk berpartisipasi : - Diadakan penyuluhan-penyuluhan


1. Ahli sejarah – Tidak, karena tertutup, apalagi mengenai pentingnya menjaga dan merawat
masyarakat yang dibatasi biaya masuk yang peninggalan sejarah.
cukup mahal. - Mensosialisasikan keberadaan Rumah
2. Institusi kampus (dosen) – Ya Tjong A Fie sebagai aset yang sangat berharga
3. Pariwisata provinsi –Ya dan bernilai tinggi sehingga akan menumbuhkan
4. Pariwisata kota Medan – Ya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam
5. Pengelola Tjong a fie – Ya upaya pelestarian Rumah Tjong A Fie, dan
6. Institusi kampus (mahasiswa) – Ya menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan gotong-
7. BWS – Ya royong yaitu dengan diadakan bakti sosial
secara rutin dalam pelestarian Rumah Tjong A
Rekomendasi perwakilan komunitas : Fie, sehingga masyarakat tidak bersifat acuh.
1. Ahli sejarah – Tidak setuju jika diserahkan - Menghilangkan kebiasaan masyarakat
kepada swasta, seperti yayasan yang lebih ke yang cenderung menunggu perintah
publik bukan ke pribadi. /mhimbauan dari pemerintah perihal
2. Institusi kampus (dosen) – Tidak ada memperdulikan keberadaan Rumah Tjong A
3. Pariwisata provinsi –Tidak ada Fie.
4. Pariwisata kota Medan – Tidak ada - Mengadakan sosialisasi kepada
5. Pengelola Tjong a fie – Ada masyarakat mengenai pentingnya bangunan
6. Institusi kampus (mahasiswa) – Promosi ke peninggalan sejarah bagi generasi penerus
turis dan penggalangan dana untuk sehingga perlu dijaga kelestariannya.
rekonstruksi. Berkaitan dengan hal tersebut dapat
7. BWS – Terus mendampingi agar dilihat bahwa kesadaran sejarah masyarakat
mengupayakan mendapatkan panding masih rendah yang cenderung acuh dan tidak
memperdulikan keberadaan Rumah Tjong A
penyelamatan; TAF dijadikan hotel dengan
Fie. Hal ini dikarenakan masyarakat
ke-40 kamar yang ada (proposal sudah menganggap bahwa pengelola / keluarga dari
ready). pihak Tjong A Fie yang dalam kategori
memiliki materi berlimpah dapat mengurus dan
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
KESIMPULAN pelestarian Rumah Tjong A Fie. Hal ini
bertentangan dengan keberadaan Rumah Tjong
Dari penelitian ini dapat diambil beberapa A Fie yang merupakan asset negara dalam arti
kesimpulan sebagai berikut : milik masyarakat yang juga merupakan
1) Keterlibatan masyarakat setempat tanggung jawab bersama dari masyarakat
terhadap konservasi Rumah Tjong A Fie masih dengan pengelola tersebut.
sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa 2) Keterlibatan komunitas dalam hal ini
hal yaitu : diwakili oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
- Kurangnya kesadaran masyarakat Kota Medan, dan komunitas lainnya sejauh ini
tentang arti pentingnya peninggalan sejarah. turut serta mengupayakan pelestarian Rumah
- Masyarakat yang bersifat acuh. Tjong A Fie dengan melakukan kegiatan,
- Masyarakat cenderung menunggu penyaluran dana APBD, penghubung ke
perintah / himbauan dari pemerintah berbagai negara dan lainnya. Peran komunitas
perihal memperdulikan keberadaan Rumah merupakan indikator penting dibalik peran
Tjong A Fie. masyarakat bagi Rumah Tjong A Fie yang
- Kurangnya sosialisasi tentang merupakan asset dan objek wisata yang sangat
pentingnya bangunan peninggalan sejarah. berpengaruh dalam perkembangan sejarah kota
Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk Medan. Salah satu peran Dinas Kebudayaan dan
membangkitkan kesadaran masyarakat guna Pariwisata Kota Medan dapat dilihat dari upaya
melestarikan keberadaan Rumah Tjong A Fie. dalam memasukkan Rumah Tjong A Fie ke
Adapun upaya tersebut diantaranya : dalam kategori bangunan bersejarah, dimana

7
dengan umurnya yang sudah sangat tua tetap masyarakat setempat, dan instansi pemerintah
dapat mempertahankan eksistensinya di Kota berkewajiban untuk menanamkan nilai budaya
Medan. dan kesadaran sejarah.
Peran Dinas Pariwisata Kota Medan b) Meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap Rumah Tjong A Fie juga terlihat dengan mengadakan bakti sosial secara rutin
pada wawancara dengan informan yang untuk menjaga kelestarian Rumah Tjong A Fie.
mengatakan bahwa dalam pengembangan c) Melibatkan masyarakat dalam
Rumah Tjong A Fie sebagai objek wisata, Dinas pertemuan, diskusi, menyumbangkan tenaga dan
Pariwisata berperan aktif dalam membantu sebagainya.
seperti saat pembukaan Rumah Tjong A Fie Untuk program ke depan yang dilakukan
dalam memperingati 100 Tahun, dengan terhadap konservasi Rumah Tjong A Fie dengan
memberikan bantuan materi dan promosi untuk melibatkan masyarakat berdasarkan studi
mendukung acara tersebut. Selain itu komunitas literatur adalah dengan cara :
PUSSIS-UNIMED juga turun serta dalam 1) Membangun jembatan terlebih dahulu,
memenuhi acara peringatan 100 Tahun Rumah jembatan komunikasi antara komunitas dengan
Tjong A Fie dengan melibatkan pejabat- pengelola Rumah Tjong A Fie.
pejabat, tamu-tamu dari luar negeri, beserta 2) Menjelaskan kerangka kerja
masyarakat lainnya yang tak lain adalah (framework) kepada komunitas dan pengelola /
kalangan mahasiswa UNIMED. mengenalkan bagaimana prinsip keterlibatan,
Tidak hanya Dinas Pariwisata sebagai apa itu keterlibatan, dan sebagainya.
pemegang kebijakan dalam bidang pariwisata, 3) Menampung aspirasi-aspirasi / saran
namun komunitas BWS dan PUSSIS juga telah saran dari komunitas kepada pengelola.
melakukan upaya-upaya untuk mendukung 4) Mengajak komunitas dan pengelola
keberadaan Rumah Tjong A Fie. Para komunitas untuk bekerja sama dalam membangun divisi
ini selalu mengontrol dan mengawasi Rumah khusus seperti kotak saran atau membuat
Tjong A Fie, proses mengawasi dilakukan aplikasi web terkait Rumah Tjong A Fie agar
untuk memberikan masukan yang mendukung masyarakat luas lebih mudah dalam mengakses
pada masa mendatang, seperti feedback dari informasi mengenai Rumah Tjong A Fie.
wisatawan mengenai Rumah Tjong A Fie dan 5) Setelah pengelola dan komunitas telah
hal-hal lainnya yang perlu ditingkatkan dalam memenuhi prinsip kerja keterlibatan, maka akan
pelayanan. Fon Prawira selaku cucu dari Tjong dibuat satu kebijakan untuk pertanggung-
A Fie mengatakan bahwa Tjong A Fie Memorial jawaban dari kedua pihak. Dimana kebijakan ini
Institute memiliki hubungan baik dengan para merupakan tanggung jawab untuk bersama-
komunitas dalam hal promosi, mendampingi sama menjaga, melindungi, memelihara dan
dalam pertemuan-pertemuan, memberikan melestarikan Rumah Tjong A Fie sebagai
wawasan pelestarian dan bantuan dana bangunan bersejarah. Kebijakan tersebut akan
walaupun dalam hal bantuan dana, Pemerintah diajukan kepada pihak pemerintah, dan pihak
Sumatera Utara dan Kota Medan yang diwakili pemerintah akan mengeluarkan strategi di dalam
oleh Dinas Pariwisata membutuhkan proses mengarahkan satu tanggung jawab bersama
panjang, namun hal ini dapat dipahami dan tersebut ke dalam bentuk Memorandum Of
ditanggapi sebagai suatu hal yang lumrah oleh Understanding (MOU). MOU ini merupakan
Fon Prawira. bentuk kerja sama dibawah naungan hukum
yang bersifat simbiosistualisme, dimana isi
SARAN daripada kerja sama tersebut adalah tanggung
jawab dari kedua pihak antara komunitas
Berdasarkan hasil penelitian yang dengan pengelola untuk masing-masing
didukung oleh wawancara dengan pengelola memiliki tugas dalam melestarikan Rumah
Rumah Tjong A Fie (Cucu Tjong A Fie) yaitu Tjong A Fie.
Fon Prawira dan masyarakat setempat beserta
para komunitas, maka peneliti memberikan
saran yang diharapkan dapat menjadi masukan
dan bahan pertimbangan, yaitu sebagai berikut :
a) Mengadakan sosialisasi kepada

8
COMMUNITY ENGAGEMENT TERHADAP KONSERVASI Dede F. Munthe
RUMAH TJONG A FIE SEBAGAI BANGUNAN HERITAGE Shasya A.E Aruan
Natalia R.E Hutajulu
Suwandy

DAFTAR PUSTAKA

Afflack Janice dan Thomas Kvan. 25


Apr 2008. A Virtual Community aas the
Context for Discursive Interpretation :
A Role in Cultural Heritage
Engagement. International Journal of
HeritageStudies
...... 2009, Haringey’s Community Engagement
Framework : Working together
transparetyso communities can
influence and imrpove public service
RIBA. Guide to Localism Opportunities for
architects, Part two : Getting
community engagement right
CDC. 2007. Definitions and Organizing
Concepts from the Literature
Benny Poerbantanoe, “Partisipasi Masyarakat
Di Dalam Pelestarian dan
Pendokumentasian Warisan (Arsitektur)
Kota Surabaya Tahun 1706 – 1940,”
Dimensi Teknik Arsitektur, Vol. 29, No.
1 (2001, Juli) 43 – 51.
Soejono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi
Tentang Struktur Masyarakat, Jakarta:
Rajawali (1983).
Bangsa. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
dalam Bidang Ilmu Sejarah dan
Pelestarian Arsitektur Pada Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya.
Universitas Brawijaya Malang, 3
Desember 2007.
Shirvani, H. 1985. Urban Design Process. New
York : Van Nostrand Remhold
Melestarikan Identitas Kota. Selasar Jurnal
Arsitektur. 1 (1)
Kerr, R.J. 1982. The Conservation Plan: A
Guide to the Preparation of
Conservation Plans for European
Cultural Significant. New South Wales:
The National Trust of Australia.

Anda mungkin juga menyukai