Resus Blok 9
Resus Blok 9
1. Pengalaman :
Seorang wanita datang dengan keluhan muntah darah 1 kali, warna darah merah
segar, mual, nyeri – nyeri sendi, pusing, tidak demam, adanya riwayat pendarahan
SMBA, tidak BAB darah, dan sebelumnya mengalami hematemesis melena.
3.Analisis Krisis :
a) Pemberian transfusi darah sudah tepat meskipun sementara, karena transfusi darah
diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin
50-70 % nilai normal. Selain itu, menurut penelitian kadar Hb selama perawatan pada
pasien hematemesis melena juga mempengaruhi prognosis pasien. Trombosit
cenderung terus turun karena hematemesis melena berat. Dan dapat diibaratkan
semisal ember yang berlubang kita isi dengan air tetap saja akan akan habis,sama
halnya dengan kita memberikan transfusi darah ke pasien tersebut akan tetapi karena
pasien tersebut telah mengidap hepatitis karena dari hasil tes laboratorium
menunjukkan bahwa HbsAG (+) maka ada kerusakan di hati, dan ini akan akan
menyababkan terganggunya produksi sel darah merah merah, dan menurunnya nilai
trobosit.
b) Perdarahan saluran cerna dapat bermanifestasi klinis mulai dari yang seolah ringan
hingga mengancam hidup. Perdarahan saluran cerna bagian atas ditandai dengan
adanya melena (feses berwarna hitam) dan hematokezia (darah segar keluar per anum)
yang biasanya berasal dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Untuk melena,
perdarahan bisa dari varises esofagus, perdarahan tukak peptic, gastritis erosive
hingga perdarahan pada usus halus dan bagian proksimal kolon1.
Pada pasien diatas, salah satu terapinya menggunakan injeksi ranitidine 1 A/12 jam.
Ranitidine adalah antagonis reseptor H2/ARH2 yang bekerja dengan cara memblokir
efek histamine pada sel parietal sehingga sekresi asam lambung dihambat.
Sekitar 70% dari ranitidine yang diberikan IV akan dieksresikan terutama melalui
urine.
Indikasi penggunaan injeksi Ranitidin adalah untuk mengatasi gejala akut ulkus
mempercepat penyembuhannya4. Obat ini juga dapat digunakan untuk penyakit
esophagus yang diakibatkan oleh asam lambung seperti Zollinger-Ellison syndrome,
erosive esophagitis, gastroesophageal reflux disease-GERD2.
REFLEKSI KASUS KOMUDA
RAAFIKA STUDIVIANI DWI B ( 20100310050 )
RSUD WATES
Efek samping dari ranitidine adalah berupa sakit kepala, konstipasi, diare, mual,
muntah dan nyeri abdomen3. Penggunaan ranitidine bersama antacid atau
antikolinergik sebaiknya diberikan dengan selang waktu 1 jam. Ranitidine dapat
menurunkan aliran darah ke hati dan karena eksresinya melalui urin, maka
kontraindikasi penggunaannya pada pasien dengan gangguan ginjal4.
REFLEKSI KASUS KOMUDA
RAAFIKA STUDIVIANI DWI B ( 20100310050 )
RSUD WATES
4. Dokumentasi :
Nama : Ny. Sariyem , 61 tahun
Vital Sign :
Pemeriksaan Fisik :
Kepala: Mesosefal
Mata : CPA -/-, SI -/-, RC -/-, RK -/-
THT : Dalam Batas Normal
Thorax: Cor : BJ I-II murni, Bising -, Gallop –
P : SD Vesikulen, ST –
Abdomen : Supel, H/TTB, B4 +, NTE +
Pemeriksaan Laboratorium :
SGOT (18-31) : 39
SGPT ( 22-40) : 35
Terapi :
Diagnosis Kerja :
Referensi :
1. Sudoyo, Aru. 2009. Ilmu penyakit dalam jilid V.Jakarta Pusat: Internapublishing
2. www.medicinenet.com/ranitidine_injection/article.htm
3. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a601106.html
4. Gan Gunawan, Sulistiana. 2009. Farmakologi dan terapi UI edisi 5. Jakarta: Balai penerbit
FKUI
5. kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-
hematomesis-melena.html