Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SILVI MULYANTI

KELAS : 19 AK E

NRP : 194020193

ISLAM KOMPREHENSIF

Islam Komprehensif :

A. Islam Agama yang Lengkap

B. Islam Sebagai Suatu Sistem Hidup

C. Pandangan Islam terhadap Harta dan Ekonomi

D. Nilai-nilai Sistem Perekonomian Islam

A. ISLAM SEBAGAI AGAMA YANG LENGKAP

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar di
menangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (Q. S. al-Fath, 48: 28)

Islam merupakan suatu sistem yang komprehensif dan mencakup seluruh aspek kehidupan,
termasuk di dalamnya masalah ekonomi dan bisnis, baik pada tata kelolanya maupun pada sistem
pertanggungjawabannya, kepada manusia sebagai stake holder dan sekaligus kepada Allah SWT.

B. ISLAM SEBAGAI SUATU SISTEM HIDUP (Way of Life)


1. Alam merupakan amanah Allah SWT agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan
bersama;
2. Pokok-pokok Agama yang berkaitan dengan Aqidah dan akhlak bersifat konstan, sedang
aspek syariah senantiasa mengalami perubahan sesuai kebutuhan dan tingkat peradaban
umat sesuai dengan masa rasul masing-masing.
“Para Rasul tak ubahnya bagaikan saudara sebapak, ibunya (syariahnya) berbeda
sedangkan dinnya (tauhidnya) satu” (HR. Bukhary, Abu Dawud dan Ahmad).
3. Syariahnya bersifat komprehensif dan universal; ajaran Islam sebagai rules of the game
meliputi seluruh aspek kehidupan, baik yang bersifat ritual (‘ibadah) yakni menjaga
kecintaan dan ketaatan manusia terhadap Khaliqnya, maupun ibadah sosial (mu’amalah),
yakni membina keharmonisan relasi dengan sesama manusia dan lingkungannya serta alam
lainnya, dalam dimensi duniawi dan ukhrawi. Menyangkut hal-hal yang bersifat tsawabit wa
mutaghayyirat – principles and variable.
C. PANDANGAN ISLAM TERHADAP HARTA DAN EKONOMI
1. Manusia bertugas untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan
kehidupan di muka bumi
2. Untuk melaksanakan tugas tersebut manusia diberi dua nikmat anugrah yaitu Manhaj al-
hayat wa wasilah al-hayat (sistem kehidupan dan sarana kehidupan)
3. Menerima tuntunan amaliah untuk menuju tatanan kehidupan yang baik (hayatan
thayyibah)
4. Menolak segala sesutau yang akan melahirkan kekacauan dan kehidupan yang sempit

KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM

1. Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada dijagat raya adalah Allah SWT (perhatiakan
QS. al-Hadid, 57: 7; al-Nur, 24: 33)

2. Status harta yang dimilki manusia adalah: Pertama, amanah atau titipan (as a trust); Kedua,
perhiasan hidup (QS. Ali Imran, 3: 14; al-’Alaq, 96: 6 – 7); Ketiga, ujian keiman (QS. al-Anfal,
8: 28); Keempat, bekal ibadah dan melaksanakan muamalah seperti zakat, infaq, shadaqah
(QS. al-Taubah, 8 : 41, 60; Ali Imran, 3: 133-134)

3. Pemilikan harta dapat dilakukan dengan usaha pencaharian (amal ma’isah) yang halal (QS.
al-Mulk, 67: 15; al-Baqarah, 2: 267)

4. Dilarang mencari harta yang dapat melupakan kematian (QS. al-Takatsur, 102: 1-2) ;
melupakan zikrullah (QS. al-Munafiqun, 63: 9); melupakan shalat dan zakat (QS. al-Nur, 24:
37); memusatkan kekayaan pada sekelompok orang kaya saja (QS.al-Hasyr, 59: 7)

5. Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti riba (QS. al-Baqarah, 2: 273 – 281),
perjudian dan jual beli barang yang dilarang (QS. al-Maidah, 5: 90-91); mencuri, merampok,
dan penggasaban (QS. al-Maidah, 5: 38); curang dalam takaran dan timbangan (QS. al-
Muthaffifin, 83: 1 – 6); melalui cara-cara yang bathil dan merugikan (al-Baqarah, 2: 188);
suap menyuap / risywah (HR. Imam Ahmad)

D. NILAI-NILAI SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM

1. Perekonomian Masyarakat Luas “Bukan hanya Masyarakat Muslim” Akan Menjadi Baik Bila
Menggunakan Kerangka Kerja atau acuan Norma-Norma Islami

a. Umat Islam agar benar-benar menikmati karunia yang diberikan Allah SWT, agar
didayagunakan serta supaya meningkatkan pertumbuhan baik materi maupun non-materi.
Perhatikan Firman Allah SWT.
b. Berjuang dengan berbagai cara selama cara tersebut mengikuti rambu-rambu yang telah
ditetapkan
“Kaum muslimin (dalam kebebasan) sesuai dengan syarat dan kesepakatan mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (at-Tirmidzy)
Di antara rambu-rambu itu sbb :
1) Halal dan baik;
2) Tidak menggunakan dengan cara bathil;
3) Tidak berlebihan/ melampaui batas;
4) Harus suka sama suka
5) Tidak dizalimi atau menzalimi
6) Menjauhkan dari unsur riba, maisir, gharar ;
7) Tidak melupakan tanggung jawab sosial berupa zakat, infak dan sedekah;
8) Bekerja keras; (Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mencari dunianya dengan cara
yang halal, menahan diri dari mengemis, memenuhi kebutuhan keluarganya dan berbuat
kebaikan kepada tetangganya maka ia akan menemui Tuhan dengan muka atau wajah bersinar
bagai bulan purnama”
9) Islam sebagai rahmatan li al-’alamin (QS. al-Anbiya, 21: 107);
10) Allah menghendaki kemudahan bagi manusia (QS. al-Baqarah, 2: 185) , tidak menyulitkan
(QS. al-Maidah, 5: 6) dan menyeimbangkan faktor dunia dan akhirat (QS. al-Jumu’ah, 62: 10)

2. Keadilan dan Persaudaraan Menyeluruh, perhatikan QS. al-Hujurat, 49: 13 dan al-Maidah, 5: 8)
dengan implikasi:

a. Keadilan sosial (umat manuisa adalah satu keluarga yang memiliki derajat yang sama. Sabda
Nabi SAW : “Sesungguhnya Allah tidak melihat wajah dan kekayaanmu, tetapi pada hati dan
perbuatan (yang ikhlas) “ HR. Ibnu Majah. Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:
“Andaikan Fathimah anak permpuan Muhammad, mencuri, sungguh aku sendiri yang akan
memotong tangannya.” HR. al-Nasai

b. Keadilan Ekonomi, setiap individu mendapat kan haknya sesuai dengan kontribusi masing-
masing pada masyarakat, dan setiap individu harus terbebaskan dari eksploitasi individu lainnya,
dilarang keras seseorang merugikan orang lainnya.

3. Keadilan Distribusi Pendapatan, semangat persaudaraan dalam sosio-ekonomi melawan kesenjangan


pendapatan, perhatikan ( QS. al-Hasyr, 59: 7) dengan langkah-langkah:

Pertama :

a. Menghapuskan monopoli, kecuali pemerintah dalam bidang tertentu;

b. Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi, baik
produksi, distribusi, sirkulasi, maupun konsumsi;

c. Menjamin basic needs fulfillment (pemenuhan kebutuhan dasar hidup) setiap anggota
masyarakat;

d. Melaksa-nakan amanah al-takaful al-ijtima’i –social economic security insurance, dimana yang
mampu menanggung dan membantu yang tidak mampu.

Kedua :

Islam membenarkan seseorang memilki kekayaan lebih dari yang lain sepanjang kekayaan
tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan telah menunaikan kewajibannya bagi
kesejahteraan masyarakat baik berupa zakat atau amal infak, sedekah yang lain.
4. Kebebasan Individu dalam Kontek Kesejah-teraan Sosial: Ketaatan kepada Allah SWT, harus mampu
melepaskan dari segala bentuk perbudakan sesama manusia.

Pertama, Siapapun tidak ada yang berhak mencabut kemerdekaan yang merupakan fithrah bagi
manusia, hatta negarapun tidak berhak. Dan berhak menggunakan kemerdekaan tersebut sepanjang
berada dalam kerangka norma-norma Islam atau dapat dipertanggungjawabkan baik secara sosial
maupun kepada Allah SWT.

Kedua, Kebebasan individu bersinggungan atau dibatasi oleh kebebasan individu yang lainnya.
Oleh karena itu kebesan seorang muslim harus berpegang kepada prinsip-prinsip :

 kepentingan masyarakat yang lebih luas harus didahulukan dari kepentingan individu;

 ‘melepaskan kesulitan’ harus diprioritas kan dibanding ‘memberi manfaat’ (daf’u al-mafasid
muqadam ‘ala jalbi al-mashalih), meskipun keduanya sama-sama merupakan tujuan syariah;

 Kerugian yang lebih besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang lebih kecil. Manfaat
yang lebih besar tidak dapat dikorbankan untuk manfaat yang lebih kecil. Sebaliknya, bahaya
yang lebih kecil harus dapat diterima atau diambil untuk menghindarkan bahaya yang lebih
besar, sedangkan manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang
lebih besar.

KESIMPULAN dan SARAN

Dalam situasi global seperti di zaman ini, agama diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap
berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik, keamanan maupun
kemakmuran, dan lain sebagainya. Hal ini antara lain karena diyakini bahwa agama mengandung nilai-
nilai universal dan absolut yang mampu memberikan resep-resep mujarab (solusi) yang tidak ada habis-
habisnya. Namun, untuk sampai kepada keadaan di mana agama mampu bersentuhan dengan berbagai
persoalan aktual yang berkaitan dengan berbagai dimensi kehidupan tersebut diperlukan pendekatan-
pendekatan baru yang lebih relevan. Dalam kaitan itu, agama tidak cukup dipahami dari satu
pendekatan saja, seperti yang selama ini dilakukan, melainkan harus dipahami dan dianalisis dengan
menggunakan berbagai pendekatan yang komprehensif, aktual dan integral. Seseorang yang ingin
memahami agama dalam hubungannya dengan berbagai masalah tersebut perlu melengkapi diri dengan
ilmu-ilmu bantu seperti filsafat, sejarah, antropologi, sosiologi, sains dan teknologi dan sebagainya. Ilmu-
ilmu keislaman yang selama ini terkesan jumud (stagnan), sebenarnya tetap dapat diaktualisasikan dan
dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman, sepanjang yang mengembangkan ilmu-ilmu keislaman
tersebut melengkapi dirinya dengan ilmu-ilmu bantu, dan menguasai teori-teori penelitian lengkap
dengan metodologinya, baik secara teoritis maupun praktis. Memahami agama Islam yang ideal seperti
disebutkan di atas perlu dilakukan, karena suatu sikap keberagamaan yang benar harus bertolak dari
pemahaman yang benar terhadap agama tersebut. 

Anda mungkin juga menyukai