Anda di halaman 1dari 3

KHAERUL MAFTA ASRI

200507502001

1. .Jelaskan apa yang anda ketahui tentang pendidikan kewarganegaraan!

2. Tulisakan beberapa pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut para ahli!

3. Analisis satu kasus terkait Pendidikan Kewarganegaraan di NKRI!

Jawab:

1. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan


warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.
2. •Menurut Soedijarto
Soedijarto berpendapat bahwa pengertian pendidikan kewarganegaraan ialah pendidikan
politik yang bertujuan demi membantu peserta didik agar mejadi seorang warga negara
yang memiliki pengetahuan politik secara dewasa serta mampu berpartisipasi dalam
membangun sistem politik yang demokratis.

•Menurut Merphin Panjaitan


Pengertian Pendidikan kewarganegaraan ialah sebuah pendidikan demokrasi, yang memiliki
sebuah tujuan dalam mendidik generasi penerus supaya jadi warga negara yang memiliki
jiwa yang demokratis serta partisipatif melalui pendidikan yang berbasis dialogial.

•Menurut Henry Rendall Waite


Pengertian Pendidikan kewarganegaraan menurut penuturan Henry Rendall Waite
merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan manusia di
dalam berbagai perkumpulan yang terorganisasi baik dalam organisasi sosial, ekonomi,
politik serta hubungan negara dengan warga negara.

•Menurut Azyumardi Azra


Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan mempelajari dan juga mengkaji serta membahas
segala sesuatu mengenai pemerintahan, lembaga-lembaga demokrasi, konstitusi, rule of
law, hak dan kewajiban warga negara serta demokrasi. Secara substantif, pendidikan
kewarganegaraan memiliki tujuan guna membangun karakter bangsa dalam perkembangan
di era globalisasi.

•Menurut Kerr
Pengertian Pendidikan kewarganegaraan memiliki sebuah definisi yang luas dalam
perumusannya, melingkupi tahapan penyiapan generasi penerus bangsa yang memiliki
peran serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara. Dalam arti khusus, pendidikan
kewargganegaraan merupakan segala materi yang ada dalam persekolahan, pengajaran dan
belajar, sebagai bagian dari proses mempersiapkan warga negara.
•Menurut Azis Wahab dan Cholishin
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan seperti penuturan Azis Wahab ialah sebuah sarana
untuk meng-Indonesiakan para warga negara khususnya melalui siswa di sekolah dengan
sadar, cerdas, serta penuh tanggung jawab. Dan Cholishin berpendapat (200:18) bahwa
pendidikan kewarganegaraan merupakan sebuah program yang berisi beberapa konsep
secara umum mengenai ketatanegaraan, politik serta hukum negara, maupun teori umum
lainnya berkenaan dengan kewarganegaraan.

•Menurut Permendikbud
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendikbud) No. 22 Tahun 2006 mengenai
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, pendidikan kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang berfokus untuk membentuk warga negara supaya lebih
memahami serta dapat melaksanakan segala hak dan kewajiban sebagai seorang warga
negara. Demi menjadi seorang warga negara yang berkarakter, memiliki kecerdasan,
keterampilan, sebagai mana berdasar pada kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa.

•Menurut Samsuri
Samsuri (2011:28) berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan dapat diartikan sebuah
cara untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa demi menjadi seorang warga negara
yang memiliki kecakapan, dan pengetahuan serta nilai-nilai yang guna berpartisipasi aktif di
dalam masyarakat

•Menurut Soemantri
Pemahaman lainnya berkenaan dengan pengertian pendidikan kewarganegaraan yang
diutarakan oleh Soemantri (2001:154) ialah sebuah usaha yang dilakukan guna memberikan
siswa sebuah pengetahuan serta kemampuan dasar mengenai hubungan mendasar antara
warga negara dengan negara dan juga pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bentuk-
bentuk usaha pembelaan negara sebagaimana diamanatkan di dalam UUD 1945 dan juga
Pancasila.

3. Perseteruan MA dan KY
(Tajuk Rencana, Kompas, 29 Juni 2006)
Saling kritik dan adu argumen di antara dua lembaga negara Merupakan hal yang wajar,
apalagi dalam negara demokrasi. Namun, Syaratnya harus ada perbaikan. Perseteruan
antara Mahkamah Agung (MA) dan Komisi Yudisial (KY) di depan Mahkamah Konstitusi (MK)
Selasa 27 Juni 2006, kedua lembaga itu saling melancarkan Kritik dan argumentasi saat
persidangan uji materi UU KY. Terasa Sekali adanya perbedaan yang tajam di antara kedua
lembaga tinggi Negara itu. Bahkan, perbedaan itu mengarah pada rasa superioritas Satu
lembaga atas lembaga yang lainnya sehingga kedua lembaga itu Bukan menjadi lembaga
yang saling menopang, tetapi justru Sebaliknya, saling mencurigai.

Terus terang kita sangat menyayangkan hal itu sampai terjadi.Karena ketika kita bersepakat
membangun KY, lembaga itu Dimaksudkan untuk mengawasi kekuasaan kehakiman agar
tidak Menjadi lembaga yang tidak bisa disentuh (untouchable), lebih-lebih Setelah
kekuasaan itu berada dalam satu atap, yakni di bawah MA. KY Diharapkan bisa menjadi
lembaga independen yang mengusulkan Pengangkatan hakim agung dan yang lebih penting
lagi menjaga dan Menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Sebagai sebuah lembaga baru, wajar apabila KY mengalami Kegamangan dalam bekerja.
Namun keadaan kemudian menjadi terasa Lebih rumit ketika muncul resistensi dari MA yang
keberatan untuk Diawasi.

Di sinilah sebenarnya inti persoalan yang sedang kita hadapi. KY dianggap melampaui
wewenang yang dimiliki, sebaliknya MA Dianggap terlalu menutup diri. Ketika kedua
lembaga tidak mau Mengakui kelemahan dan sebaliknya justru menonjol kewenangannya,
Maka yang terjadi adalah perebutan kewenangan. Karena kita baru Dalam tahapan awal
dalam membangun demokrasi, kita berpendapat Bahwa tidaklah mungkin demokrasi bisa
dibangun apabila yang satu Tak menunjang yang lain. Dalam membangun demokrasi tidak
bisa Ada lembaga yang merasa lebih penting dan harus menonjol, bahkan Berkembang lebih
maju dibandingkan dengan lainnya. Semua harus Berkembang dengan tahapan yang sama
agar sampai pada tujuan Bersama, yakni bagaimana dengan sistem demokrasi ini kita bisa
Memperbaiki perikehidupan bangsa.

Bahkan sekarang ini tidak cukup lagi pilar demokrasi, yakni Eksekutif, legislatif, dan yudikatif,
yang tumbuh dan maju secara Bersamaan, tetapi juga hsrus ditunjang oleh pilar-pilar
lainnya, yakni Pilar masyarakat madani (civil society) dan pelaku dunia usaha. Sebagai proses
pembelajaran, saling kritik dan adu argumentasi tentu Tidak ada salahnya. Yang terpenting
bagaimana kedua lembaga itu Kemudian mau saling menerima masukan dan bersama-sama
Memperbaiki sistem hukum di negara kita tercinta ini.

Anda mungkin juga menyukai