Anda di halaman 1dari 3

NAMA : A.MUH.

FARID MASSARASA
NIM : 200507501008
MATKUL : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SOAL!
1.Jelaskan apa yang anda ketahui tentang pendidikan kewarganegaraan!
2. Tulisakan beberapa pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut para ahli!
3. Analisis satu kasus terkait Pendidikan Kewarganegaraan di NKRI!
JAWABAN
1. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah membawa misi pendidikan moral bangsa,
membentuk
warga negara yang cerdas, demokratis, dan berakhlak mulia, yang secara konsisten
melestarikan dan
mengembangkan cita-cita demokrasi dan membangun karakter bangsa. Adapun tujuan
pendidikan
kewarganegaraan adalah menciptakan warga negara yang memiliki wawasan kenegaraan,
menanamkan
rasa cinta tanah air, dan kebanggaan sebagai warga negara Indonesia dalam diri para
generasi muda
penerus bangsa. 2. Berikut ini beberapa pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut
para ahli Soedijarto
pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan politik yang bertujuan membantu peserta
didik
agar menjadi seorang warga negara yang memiliki pengetahuan politik secara dewasa serta
mampu
membangun sistem politik yang demokratis. Merphin Panjaitan
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah pendidikan demokrasi, yang memiliki tujuan
dalam
mendidik generasi penerus jadi warga negara yang memiliki jiwa yang demokratis serta
partisipatif
melalui pendidikan yang berbasis dialogial. Henry Rendall Waite
Pendidikan kewarganegaraan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia
dengan manusia di dalam berbagai perkumpulan yang terorganisasi baik dalam organisasi
sosial, ekonomi, politik serta hubungan negara dengan warga negara. Azyumardi
AzraPendidikan Kewarganegaraan belajar dan juga mengkaji serta membahas
segala sesuatu mengenai
pemerintahan, lembaga-lembaga demokrasi, konstitusi, penegakan hukum, hak dan
kewajiban
warga negara serta demokrasi. Secara substantif, pendidikan kewarganegaraan memiliki
tujuan
untuk membangun karakter bangsa dalam perkembangan di era globalisasi . Kerr
Pengertian Pendidikan kewarganegaraan memiliki definisi yang luas dalam perumusannya,
melingkupi tahapan penyiapan generasi penerus bangsa yang memiliki peran serta
tanggung
jawab sebagai seorang warga negara. Dalam arti khusus, pendidikan kewargganegaraan
merupakan segala materi yang ada dalam persekolahan, alarm dan belajar, sebagai bagian
dari
proses mempersiapkan warga negara. Azis Wahab dan Cholishin
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan seperti penuturan Azis Wahab ialah sebuah
sarana
untuk meng-Indonesiakan para warga negara khususnya siswa di sekolah dengan sadar,
cerdas, serta penuh tanggung jawab. Dan Cholishin opinion (200: 18) bahwa pendidikan
kewarganegaraan merupakan sebuah program yang berisi beberapa konsep umum
mengenai
ketatanegaraan, politik serta hukum negara, atau teori umum lainnya berkenaan dengan
kewarganegaraan. Permendikbud
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendikbud) No. 22 Tahun 2006 mengenai
standar
isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, pendidikan kewarganegaraan merupakan
mata pelajaran yang berbasis untuk membentuk warga negara lebih memahami serta dapat
melaksanakan segala hak dan kewajiban sebagai seorang warga negara. Demi menjadi
seorang
warga negara yang berkarakter, memiliki kecerdasan, keterampilan, sebagai mana berdasar
pada lokasi Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Samsuri
Samsuri (2011: 28) berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan dapat diartikan
sebuah
cara untuk mempersiapkan penerus bangsa demi menjadi seorang warga negara yang
memiliki
kecakapan, dan pengetahuan serta nilai-nilai yang guna membantu aktif di dalam
masyarakat. Zamroni
Salah seorang anggota Tim ICCE (2005: 7), Zamroni menyatakan: “Pendidikan demokrasi
yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga berpikir dan bertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan
masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat ”. Soemantri
Pemahaman lainnya yang berkenaan dengan pengertian pendidikan kewarganegaraan yang
diutarakan oleh Soemantri (2001: 154) adalah sebuah usaha yang dilakukan guna
memberikan
siswa sebuah pengetahuan dan kemampuan dasar mengenai hubungan antara warga
negara
dengan negara dan juga pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bentuk-bentuk usaha
pembelaan negara diamanatkan di dalam UUD 1945 dan juga Pancasila
3.UU Kewarganegaraan (Ketika Paradigma Berubah)
(Hamid Awaludin, Kompas, 25 Juli 2006)
Sebuah kepastian telah muncul. *DULV GHPDUNDVL DQWDUD ³NDPL¥
GDQ ³PHUHND¥ WHODK GLNXEXU .LQL KDQ\D DGD VHEXDK SHUDKX
kebersamaan, bernama Indonesia. Itulah UU Kewarganegaraan yang
baru, menggantikan UU Kewarganegaraan Nomor 62 Tahun 1958.
Para wakil rakyat bersama pemerintah sepakat, diskriminasi etnis dan
jender yang diteguhkan UU lama harus menjadi masa silam bangsa.
Paradigma baru
UU Kewarganegaraan yang baru tidak sekadar mengatur siapa
dan bagaimana cara menjadi warga negara dan kehilangan status
kewarganegaraan. Sebagai karya monumental yang mengubah
paradigma dan perilaku. Konsep bangsa Indonesia asli dijelaskan
sebagai orang Indonesia yang menjadi warga negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas
kehendak sendiri. Konsep itu diilhami paradigma, bahwa status
kewarganegaraan seseorang ditentukan status yuridis, bukan etnis dan
ras. Dengan demikian, perdebatan yang diskriminatif dan konfliktif
tentang asli dan tidak asli sudak ditutup. Tak ada lagi pemojokan atas
etnis tertentu di negeri ini. Semua etnis dan komunitas, secara yuridis,
memiliki tanah yang sama.
Dengan UU ini, takada lagi anak-anak yang harus terusir dari
tumpah darahnya hanya karena status yuridis. UU ini menegaskan,anak yang lahir dari ibu
orang Indonesia dan ayah orang asing tidak
otomatis mengikuti warga negara ayahnya. Bahkan pada saat
bersamaan, anak boleh menjadi warga negara Indonesia dan warga
negara ayahnya hingga usia 18 tahun. Setelah itu, sang anak boleh
menentukan kewarganegaraan yang dipilih. Anak-anak Indonesia
hasil perkawinan ayah dan ibu warga negara Indonesia tetapi lahir di
negara-negara yang menganut prinsip ius soli (menjadi warga negara
karena kelahiran) seperti AS, juga diakomodasi UU ini. Anak-anak
Indonesia bisa menjadi warga negara di mana ia lahir sekaligus warga
negara Indonesia pada saat bersamaan hingga mereka mencapai usia
18 tahun untuk menentukan pilihan. Dalam perspektif ini, kita
menganut prinsip kewarganegaraan ganda terbatas.
Nasib anak-anak
Dari sini terlihat, para wakil rakyat dan pemerintah berpihak
pada anak-anak bangsa yang lahir hasil dari perkawinan campuran
atau lahir di negara-negara yang menganut prinsip kewarganegaraan
ditentukan oleh tempat kelahiran, seperti AS. Pembuat UU memahami
betapa getirnya kehidupan anak-anak yang diombang-ambingkan
status kewarganegaraan. Kasus-kasus memilukan sering menyentak
kemanusiaan kita. Banyak anak harus berpisah dengan ibunya dan
terusir dari Indonesia karena kesewenangan hukum kita. Berapa
banyak anak hasil kawin campur (berayah orang asing) terkena
implikasi negatif saat orang tuanya bercerai, mengharuskan anak-anak
ikut ayahnya ke negeri asal.
Hal lain, perempuan Indonesia yang menikah dengan pria asing
tidak otomatis ikut kewarganegaraan suami seperti UU sebelumnya. Ia
bisa tetap menjadi warga negara Indonesia. Bahkan ia bisa menjadi
sponsor suaminya untuk memiliki status permanent residence atau
menjadi warga negara Indonesia. Bagi saudara-saudara kita yang
karena alasan tertentu menjadi warga negara asing dan ingin kembali
menjadi warga negara Indonesia, pintu terbuka lebar. Apalagi jika
mereka menanggalkan kewarganegaraan Indonesianya karena
terpaksa.

Anda mungkin juga menyukai