Anda di halaman 1dari 11

RESUME IKHTISAR DALAM MEMAHAMI KONSEP

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen : Drs. H. Abdul Kabir, M.Si

Nama :
Amalia Nurul Chotimah (2021102241)

Kelas :
Manajemen 2C Shift (Malam)

STIE INSAN PEMBANGUNAN


Jl. Raya Serang Km. 10 Pos Bitung, Kadu Jaya, Curug
Kab. Tangerang, Provinsi Banten (15810)
TANGERANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Berbasisi


Pembangunan Kepribadian (Tinjauan Terhadap UU No. 20 Tahun 2003
Tentang Sisdiknas)
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha
agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran.
Tujuan Negara Indonesia yang temasuk dalam Pembukaan UUD 1945, adalah untuk
mencerdaskan kehidupan rakyat. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas,
bahwa visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa
untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehinngga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Pendidikan nasional pun mempunyai misi, yaitu sebgai berikut:
1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan;
2) Yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
3) Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh;
4) Sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
5) Dan lain – lain.
Standar nasional pendidikan merupakan bagian dari amanat UU No. 20 Tahun 2003,
yang kemudian dijabarkan dalam PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Kualitas pendidikan yang mendasarkan kepada Standar Nasional Pendidikan
sebagai tujuan untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas.
B. Pancasila Sebagai Dasar Negara RI
Historical Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia tidak
terlepas dari perjuangan pendiri negara yang memberikan banyak pemikiran dan ide yang
hebat yang melahirkan gagasan negara yang berdasarkan Pancasila.
Pidato para pendiri negara menunjukan bahwa adanya gagasan besar untuk
mempersiapkan Indonesia merdeka melalui rumusan-rumusan dasar negara Indonesia
merdeka yang disebutkan oleh Bung Karno sebagai “Philosofische grondslag”.
C. Nilai – Nilai Instrumental Pancasila
Pancasila yang memiliki kedudukan tertinggi sebagai sumber dari segala sumber
hukum, kemudian diwujudkan dalam setiap peraturan perundang-undangan sesuai dengan
hirarkhis yang disebutkan dalam UU No. 12 Tahun 2011. Pancasila sebagai Landasan idiil
dan landasan konstitusional dapat dipahami dalam satu pemahaman melalui empat pokok
pikiran yang dibangun atas dasar nilai-nilai yang luhur hasil dari kesepakatan yang
dirumuskan.

1
BAB II
WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN INDONESIA

A. Pengertian Warganegara dan Kewarganegaraan


Istilah warganegara dan kewarganegaraan merupakan bagian dari status sesorang untuk
diakui sebagai bagai dari suatu negara yang pada akhirnya melekat hak dan kewajiban
terhadap orang tersebut. Istilah warga kewarganegaraan didefinisikan secara berbeda,
seperti dalam negara dan rumusan pasal 1 poin 1 dan 2 UU No. 12 tahun 2006, bahwa
Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Kewargane garaan adalah segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara. Macam macam teori kewarganegaraan, yaitu
1) Teori kewarganegaraan liberal;
2) Teori kewarganegaraan komunitarian;
3) Teori kewarganegaraan republican; dan
Ketiga teori tersebut menggambarkan hak dan kewajiban sebagai kedudukan dan
statusnya sebagai warga Negara Indonesia.
B. Kewarganegaraan Republik Indonesia: Tinjauan Terhadap UU No. 12 Tahun
2006 Tentang Kewarganegaraan
Kewarganegaraan sebagai identitas yang harus dimiliki oleh setiap orang, identitas
tidak terlepas dari adanya negara yang berperan dalam memberikan status kepada setiap
warganegara. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan, adapun asas-asas yang dianut
dalam UU, sebagai berikut:
1) Asas ius sanguinis (law of the blood), asas yang menentukan berdasarkan
keturunan.
2) Asas ius soli (law of the soil), asas yang menetukan berdasarkan kelahiran.
3) Asas kewarganegaraan tunggal, asas yang menetukan satu kewarganegaraan bagi
setiap orang.
4) Asas kewarganegaraan ganda, asas yang menentukan bagi anak-anak sesuai UU
yang telah diatur.
Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda ataupun
tanpa kewarganegaraan . Warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara
Indonesia dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan
menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat Pernyataan
dilakukan apabila yang bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik
Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-
turut, kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan berkewarga-
negaraan ganda.

2
BAB III
NEGARA HUKUM INDONESIA DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI
MANUSIA

A. Pengertian Negara
Negara sebagai bagian yang integral dari semua sistem yang ada dan terbentuk dari
hasil proses yang dibangun berdasarkan kepada kesepakatan yang dibuat atas nama
pendirinya.
Definisi Negara menurut sarjana luar, antara lain:
1) Logemeen : Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan untuk
mengatur dan mengurus masyarakat tertentu.
2) Woodroon : Negara merupakan masyarakat yang diorganisir untuk hukum di dalam
suatu wilayah tertentu.
3) Bellefroid : Negara adalah suatu masyarakat hukum yang secara kekal menempati
suatu daerah tertentu yang dilengkapi dengan kekuasaan tertinggi untuk mengurus
kepentingan umum
Negara sebagai entitas besar, negara memiliki cita negara. Menurut darmodihardjo dan
dan sidahrta, jika negara yang bersifat Kompleks karena meliputi berbagai macam cita
antara lain: politik, ekonomi, dan sosial budaya.
B. Negara Hukum Indonesia
Bahwa negara sebagai entitas besar memiliki rumusan defenisi yang mengarah kepada
perlunya ada negara hukum. Negara hukum sendiri sebagai bagian dari sebuah sistem yang
dibangun oleh negara untuk mencapai hakikat keadilan dan kesamaan kedudukan pada
setiap warga negara . Selain peranan negara hukum yang besar, hakikatnya negara hukum
bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan negara dan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan
utama dan tidak terlepaskan dari hakikat terbentunya negara.
Negara hukum yang berkembang dengan cepat sebagai tuntuan terhadap perlindungan
warga negara pada masa modern ini. Menurut Sudargo Gautama, sebagai Negara hukum
moderen dianggap mempunyai kewajiban yang lebih luas. Negara yang modern harus
mengutamakan kepentingan seluruh masyarakat. Lapangan kerja penguasa pada waktu ini
jauh lebih besar dari pada pemerintahan model kuno.
Secara umum, negara hukum dalam perkembangannaya ada dua tipe negara hukum,
yaitu negara hukum dalam arti rechsstaat dan rule of law. Istilah negara hukum di
Indonesia pertama kali menggunakan istilah dengan Rechsataats, yang terdapat dalam
Penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen.
C. Sejarah Hak Asasi Manusia
Secara historis hak asasi manusia yang saat ini dikenal, memiliki riwayat perjuangan
panjang. Bahkan sejak abad ke-13 perjuangan untuk mengukuhkan hak asasi manusia ini
sudah dimulai. Sebab yang dimuat dalam Piagam Magna Charta tak lebih dari jaminan
perlindungan terhadap kaum bangsawan dan gereja, tetapi dilihat dari segi perjuangan hak-

3
hak asasi Magna Carta dapatlah dicatat sebagai yang pertama dan bukan sebagai
permulaan dari sejarah hak-hak asasi manusai seperti yang dikenal sekarang.
Dalam dunia akademik telah lahir dan berkembang tiga generasi konsepsi manusia,
yaitu:
1) Generasi pertama lahir menyusul dua revolusi besar;
2) Generasi kedua konsepsi hak asasi manusia lahir dinegara-negara sosialis yang
menghendaki perhatian ke arah hak asasi sosial, kultural, dan komunal.
3) Generasi ketiga konsepsi hak asasi manusia lahir bersamaan dengan lahirnya
gagasan bahwa lingkungan hidup perlu mendapat perhatian, pengakuan,
perlindungan dan jaminan.
Bahkan, dalam perkembangan selanjutnya, jaminan-jaminan hak asasi manusia itu juga
diharuskan tercantum dengan tegas dalam undang-undang dasar atau konstitusi tertulis
negara demokrasi konstitusional, dan dianggap sebagai materi terpenting yang harus ada
dalam konstitusi disamping materi ketentuan ahlinnya, seperti format kelembagaan dan
pembagian kekuasaan negara dan mekanisme hubungan antara lembaga negara.
D. Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Hukum Positif
Indonesia
Perlindungan tehadap hak asasi manusia sebagai bagian dari kewajiban negara untuk
menjalankannya. Ini memiliki makna bahwa negara Indonesia semenjak merdeka samai
saat ini harus menjaga hak asasi setiap warganegara secara adil. Sedangkan pada sila-5,
"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", dimana menggambarkan bahwa peran
negara untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat.
Amanat Pancasila untuk hak asasi manusia pada setiap warganegara Indonesia
kemudian secara khusus dituangkan kedalam UUD 1945 pasal 28 dan 28A sampai 28J,
Hak asasi manusia yang dituangkan dalam UUD NRI 1945 secara khusus pada
amandemen UUD 1945, kemudian dituangkan dalam peraturan perundang-undangan,
yaitu UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Dalam ketentuan UU Nomor. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia ada beberapa
bagian yang disebut sebagai perlindungan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia, antara lain:
1) Hak untuk hidup;
2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan;
3) Hak mengembangkan diri;
4) Hak memperoleh keadilan;
5) Hak atas kebebasan pribadi;
6) Hak atas rasa aman;
7) Hak atas kesejahteraan;
8) Hak turut serta dalam pemerintahan;
9) Hak wanita; dan
10) Hak anak.

4
BAB IV
PEMERINTAHAN INDONESIA

A. Pengertian Pemerintahan
Pemerintahan merupakan bagian yang penting dalam penyelenggaraan negara. Dalam
pemerintahan sendiri tentu tidak terlepas dari penggerak pemerintahan itu sendiri untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam berbagai pendapat para sarjana, belum
ada kesepahaman akan makana pemerintahan. Tetapi menurut Hestu Cipto Handoyo dan
Y. Thresianti, bahwa paling tidak arti pemerintahan bisa diartikan dalam arti yang sempit
dan dalam arti yang luas. Sedangkan pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan
yang dilakukan oleh negara dalam penyelenggaraan kehidupan kenegaraan.
B. Sistem Pemerintahan Indonesia
Perkembangan ketatanegara melainkan sistem pemerintahan negara. Sistem
pemerintahan negara terdapat tiga bagian, yaitu:
1) Sistem pemerintahan negara dalam arti yang paling luas, yaitu sistem pemerintahan
negara yang bertitik tolak dari hubungan antar pemerintah dengan rakyat yang
menimbulkan pola pemerintahan monarki, aristokrasi dan demokrasi.
2) Sistem pemerintahan negara dalam arti luas, yakni sistem pemerintahan negara
yang bertitik tolak dari hubungan antara semua organ negara.
3) Sistem pemerintahan negara dalam arti sempit, sistem pemerintahan negara yang
bertitik tolak dari hubungan sebagian warga negara di tingkat pusat (khususnya
Legislatif dan Eksekutif).

C. Pemerintahan Daerah di Indonesia


Berdasarkan teori areal division of power, dikenal dengan adanya sistem atau model
pemerintahan daerah yang menghendaki adanya otonomi dalam penyelenggarannya.
Sistem ini membagi kekuasaan negara secara vertikal antara “Pemerintah Pusat” di satu
pihak, dan “Pemerintah Daerah” di pihak lain. Di dalam implementasinya terkandung
berbagai macam format penyelenggaraaan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah bawahan. Besaran penyerahan kewenangan ini sudah masuk dalam
ranah politik. Dengan kata lain, tetap saja ada gray area desentralisasi dalam pelaksanaan
otonomi daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, maka ada penyerahan urusan
dari pemerintah kepada pemerintah daerah. Daerah kabupaten/kota dibagi atas Kecamatan
dan Kecamatan dibagi atas kelurahan dan/atau Desa. Prinsip otonomi daerah dapat dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
1) Prinsip desentralisasi, penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada
daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem negara
kesatuan Republik Indonesia.
2) Prinsip dekonsentrasi, pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah tertentu.

5
3) Prinsip tugas pembantuan, pemerintah kepada daerah atau desa dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten kota atau desa serta dari Pemerintah kabupaten atau kota
kepada desa untuk melaksanakan pembantuan.
Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, maka ada penyerahan urusan dari pemerintah
kepada pemerintah daerah. Menurut Hestu Cipto Handoyo, paling tidak ada beberapa
kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Kemampuan daerah, kemampuan daerah merupakan alat ukur untuk memberikan
besaran kewenangan yang akan diberikan kepada daerah, dengan memperhatikan
beberpa unsur berikut:
a. Kemampuan keuangan;
b. Kemampuan aparatur;
c. Kemampuan partisipasi masyarakat;
d. Kemampuan ekonomi daerah;
e. Demografi; dan
f. Kemampuan administrasi dan organisasi.
2) Keadaan daerah, kriteria umum yang menyangkut keadaan daerah ini meliputi
aspek geografis dan sosial budaya.
Pemerintahan Indonesia yang bersifat hirarkhis, maka Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan, Presiden dibantu
oleh menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan tertentu. Urusan pemerintah
terdapat tiga bagian, yaitu:
1) Urusan pemerintahan absolut
2) Urusan pemerintahan konkuren
Urusan pemerintahan konkuren terdapat tiga bagian, yaitu:
1) Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan kaitan dengan pelayanan dasar;
2) Urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar;
3) Urusan pemerintahan pilihan;
3) Urusan pemerintahan umum

6
BAB V
PERTAHANAN NEGARA INDONESIA

A. Pertahanan Negara berdasarkan UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan


Negara
Berdasarkan pasal 1 angka 1 UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara bahwa
Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Hakikat pertahanan
negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya
didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada
kekuatan sendiri. Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi
manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum
internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai.
Dalam meyelenggarakan pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha
membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta
menanggulangi setiap ancaman. Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
militer menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai Komponen utama dengan
didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. Komponen cadangan
dalam pertahanan negara diperlukan sebagai pendukung dari utama, dimana komponen
cadangan terdiri atas:
1) Warga Negara;
2) Sumber daya alam;
3) Sumber daya buatan; dan
4) Serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama.
Dalam rangka untuk memperkuat pertahanan negara, maka setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara" yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara.
B. Pengelolaan Sistem Pertahanan Negara Indonesia
Pengelolaan sistem pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara
ditujukan untuk melindungi kepentingan nasional dan mendukung kebijakan nasional di
bidang pertahanan. Presiden berwenang dan bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem
pertahanan negara.
Presiden berwenang dan bertanggungjawab atas pengerahan kekuatan Tentara
Nasional Indonesia. Dalam hal pengerahan kekuatan Tentara Nasional Indonesia untuk
menghadapi ancaman bersenjata, kewenangan Presiden, maka harus mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat. Pengerahan langsung kekuatan Tentara Nasional Indonesia,
Presiden dalam waktu paling lambat 2 X 24 jam harus mengajukan persetujuan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.

7
Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui pengerahan, maka Presiden menghentikan
pengerahan operasi militer. Selain itu, penetapkan kebijakan umum pertahanan negara,
Presiden dibantu oleh Dewan Pertahanan Nasional.
C. Pembinaan Kemampuan Pertahanan Indonesia
Pembinaan kemampuan pertahanan negara ditujukan untuk terselenggaranya sebuah
sistem pertahanan negara. Segala sumber daya nasional yang berupa sumber daya manusia,
sumber daya alam dan buatan, nilai-nilai, teknologi, dan dana dapat didayagunakan untuk
meningkatkan kemampuan pertahanan negara dan pembangunan di daerah harus
memperhatikan pembinaan kemampuan pertahanan. Selain itu, wilayah Indonesia dapat
dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan pertahanan dengan memperhatikan hak
masyarakat dan peraturan perundang-undangan.
Wilayah yang digunakan sebagai instalasi militer dan latihan militer yang strategis dan
permanen ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dalam menjalankan tugas,
sebagaimana UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara bahwa menteri mendorong
dan memajukan pertumbuhan industri pertahanan.
D. Pengawasan dan Pembiayaan Terhadap Kebijakan Pertahanan Negara
Pertahanan negara sebagai kekuatan dasar dalam menjaga keduaulatan negara, maka
memerlukan perencanaan dan kebijakan dalam menentukan kebijakan negara dengan
mendasarkan kepada kondisi sosiologis Bangsa Indonesia, sehingga pertahanan dapat
dibangun secara baik.
Dewan Perwakilan Rakyat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
umum pertahanan negara dan Dewan Perwakilan Rakyat dapat meminta keterangan
tentang penyelenggaraan dan pengelolaan pertahanan negara. Pengawasan terhadap
kebijakan pertahanan negara beroreantasi kepada berbagai aspek yang menjadi dasar
pengawasan, sehingga pertahanan negara dibangun atas dasar kepentingan yang lebih
besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara untuk menjaga keadulatan dan keutuhan
NKRI.
Dalam menentukan kebijakan pertahanan negara, maka dibutuhkan anggaran
pertahanan negara yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Pembiayaan
pertahanan negara ditujukan untuk membangun, memelihara, mengembangkan, dan
menggunakan Tentara Nasional Indonesia serta komponen pertahanan lainnya.
Anggaran negara yang masuk dalam APBN dalam bidang pertahanan negara
merupakan anggran yang disusun berdasarkan kebutuhan yang dibuat dengan dasar
perencanaan kebijakan pertahanan negara.

8
BAB VI
WAWASAN NUSANTARA

A. Pengertian Wawasan Nusantara


Istilah wawasan nusantara merupakan dua kata yang terdiri dari wawasan dan
nusantara. Akar kata ini membentuk kata "mawas" yang berarti memandang, meninjau
atau melihat. Sedangkan istilah Nusantara berasal dari kata "nusa" yang berarti pulau-
pulau, dan "antara" yang berarti diapit di antara dua hal. Istilah nusantara dipakai untuk
menggambarakan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang
terletak diantara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia serta diantara benua Asia dan
benua Australia.
Pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar Wawasan Nusantara ialah
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia, yaitu cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang seberagam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta menghormati
kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
B. Wawasan nusantara sebagai penguatan NKRI
Wawasan Nusantara berpangkal tolak dari konsepsi negara kepulauan. Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara
mempunyai kedaulatan atas wilayah serta memiliki hak-hak berdaulat di luar wilayah
kedaulatannya untuk dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Dalam rangka mengejawantahkan maksud
Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut diperlukan
pengaturan-pengaturan kewilayahan secara nasional, antara lain pengaturan mengenai:
1) Perairan;
2) Daratan/Tanah;
3) Udara;
4) Ruang; dan
5) Sumber kekayaan alam dan lingkungannya.
Disamping perjuangan NKRI untuk menjamin keutuhan dan kesatuan wilayah nasional
melalui konsep nusantara yang mencakup wilayah darat, laut, udara dan seluruh kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya, Konfrensi Hukum Laut 1982 juga mengakui hak hak
Indonesia atas kawasan dan kekayaan alam di luar nusantara Indonesia, seperti:
1) Hak untuk mendirikan Zona Tambahan selebar 12 mil lagi di luar laut wilayah yang
12 mil yang mengelilingi seluruh wilayah Nusantara Indonesia.
2) Hak asasi ZEE selebar 200 mil dari garis-garis pangkal yang mengelilingi seluruh
Nusantara Indonesia.
3) Hak atas kontinen sampai keseluruh lanjutan wilayah darat nusantara Indonesia
kedasar lautan.
4) Hak untuk beradaptasi dan ikut memanfaatkan kekayaan-kekayaan alam laut bebas
di luar ZEE, dan

9
5) Hak untuk ikut mengatur dan memanfaatkan dasar laut internasional di luar
landasan kontinen.
Pembangunan Maritims2 tidak bisa dilakukan secara serba instan. Untuk
mengoptimalkan pembangunan maritim ditingkat lokal, nasional, dan global, dan
khususnya dalam mencapai Poros Maritim Dunia dibutuhkan arah, orientasi, strategi dan
antisipasi pembangunan yang efektif. Untuk mencapai keunggulan di Indonesia dengan
poros, yaitu:
1) Poros pangan dunia;
2) Poros energi;
3) Poros konservasi dan biodiversity;
4) Poros industri maritim;
5) Poros logistik maritim; dan
6) Poros pertahanan dan keamanan maritim.
Daratan Indonesia harus dibangun atas dasar kekuatan baik melalui penguatan
komponen utama dan cadangan. Pada wilayah udara dan ruang, merupakan kekuatan yang
harus dipertahankan pada masa tekhnologi ini, karena kemampuan tekhnologi berbasis
kepada udara dan ruang, sehingga negara harus menjaga kedaulatan keduanya.
C. Wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam Mengelola Wilayah
Teritorial dan Perbatasan Negara
Berdasarkan Pasal 9 UU No. 43 Tahun 2008 Tentang Batas Wilayah, bahwa Pemerintah
dan pemerintah daerah berwenang mengatur pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah
Negara dan Kawasan Perbatasan, Seperti dalam rangka memantapkan kedudukan negara
Republik Indonesia sebagai Negara Nusantara dan memperhatikan kebijaksanaan
Pemerintah Republik Indonesia khususnya dalam menjaga serta melaksanakan hubungan
bertetangga baik, maka Pemerintah Republik Indonesia dan Malaysia pada tanggal 27 Juli
1976 telah menandatangani Memorandum Pengertian Bersama tentang Negara Nusantara.
Memorandum Pengertian Bersama tersebut intinya memuat kesepakatan antara kedua
negara, yang mengandung ketentuan bahwa pihak Malaysia mengakui dan menyokong
Rejim Hukum Negara Nusantara dan sebagai imbalannya, pihak Indonesia mengakui hak-
hak tradisional dan kepentingan-kepentingan yang sah Malaysia di laut teritorial dan
perairan nusantara Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat.
Dalam rangka melaksanakan kegiatan pertahanan wilayah, Pemerintah berkewajiban
menetapkan biaya pembangunan Kawasan Perbatasan.

10

Anda mungkin juga menyukai