Nama :
Amalia Nurul Chotimah (2021102241)
Kelas :
Manajemen 2C Shift (Malam)
1
BAB II
WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN INDONESIA
2
BAB III
NEGARA HUKUM INDONESIA DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI
MANUSIA
A. Pengertian Negara
Negara sebagai bagian yang integral dari semua sistem yang ada dan terbentuk dari
hasil proses yang dibangun berdasarkan kepada kesepakatan yang dibuat atas nama
pendirinya.
Definisi Negara menurut sarjana luar, antara lain:
1) Logemeen : Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan untuk
mengatur dan mengurus masyarakat tertentu.
2) Woodroon : Negara merupakan masyarakat yang diorganisir untuk hukum di dalam
suatu wilayah tertentu.
3) Bellefroid : Negara adalah suatu masyarakat hukum yang secara kekal menempati
suatu daerah tertentu yang dilengkapi dengan kekuasaan tertinggi untuk mengurus
kepentingan umum
Negara sebagai entitas besar, negara memiliki cita negara. Menurut darmodihardjo dan
dan sidahrta, jika negara yang bersifat Kompleks karena meliputi berbagai macam cita
antara lain: politik, ekonomi, dan sosial budaya.
B. Negara Hukum Indonesia
Bahwa negara sebagai entitas besar memiliki rumusan defenisi yang mengarah kepada
perlunya ada negara hukum. Negara hukum sendiri sebagai bagian dari sebuah sistem yang
dibangun oleh negara untuk mencapai hakikat keadilan dan kesamaan kedudukan pada
setiap warga negara . Selain peranan negara hukum yang besar, hakikatnya negara hukum
bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan negara dan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan
utama dan tidak terlepaskan dari hakikat terbentunya negara.
Negara hukum yang berkembang dengan cepat sebagai tuntuan terhadap perlindungan
warga negara pada masa modern ini. Menurut Sudargo Gautama, sebagai Negara hukum
moderen dianggap mempunyai kewajiban yang lebih luas. Negara yang modern harus
mengutamakan kepentingan seluruh masyarakat. Lapangan kerja penguasa pada waktu ini
jauh lebih besar dari pada pemerintahan model kuno.
Secara umum, negara hukum dalam perkembangannaya ada dua tipe negara hukum,
yaitu negara hukum dalam arti rechsstaat dan rule of law. Istilah negara hukum di
Indonesia pertama kali menggunakan istilah dengan Rechsataats, yang terdapat dalam
Penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen.
C. Sejarah Hak Asasi Manusia
Secara historis hak asasi manusia yang saat ini dikenal, memiliki riwayat perjuangan
panjang. Bahkan sejak abad ke-13 perjuangan untuk mengukuhkan hak asasi manusia ini
sudah dimulai. Sebab yang dimuat dalam Piagam Magna Charta tak lebih dari jaminan
perlindungan terhadap kaum bangsawan dan gereja, tetapi dilihat dari segi perjuangan hak-
3
hak asasi Magna Carta dapatlah dicatat sebagai yang pertama dan bukan sebagai
permulaan dari sejarah hak-hak asasi manusai seperti yang dikenal sekarang.
Dalam dunia akademik telah lahir dan berkembang tiga generasi konsepsi manusia,
yaitu:
1) Generasi pertama lahir menyusul dua revolusi besar;
2) Generasi kedua konsepsi hak asasi manusia lahir dinegara-negara sosialis yang
menghendaki perhatian ke arah hak asasi sosial, kultural, dan komunal.
3) Generasi ketiga konsepsi hak asasi manusia lahir bersamaan dengan lahirnya
gagasan bahwa lingkungan hidup perlu mendapat perhatian, pengakuan,
perlindungan dan jaminan.
Bahkan, dalam perkembangan selanjutnya, jaminan-jaminan hak asasi manusia itu juga
diharuskan tercantum dengan tegas dalam undang-undang dasar atau konstitusi tertulis
negara demokrasi konstitusional, dan dianggap sebagai materi terpenting yang harus ada
dalam konstitusi disamping materi ketentuan ahlinnya, seperti format kelembagaan dan
pembagian kekuasaan negara dan mekanisme hubungan antara lembaga negara.
D. Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Hukum Positif
Indonesia
Perlindungan tehadap hak asasi manusia sebagai bagian dari kewajiban negara untuk
menjalankannya. Ini memiliki makna bahwa negara Indonesia semenjak merdeka samai
saat ini harus menjaga hak asasi setiap warganegara secara adil. Sedangkan pada sila-5,
"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", dimana menggambarkan bahwa peran
negara untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat.
Amanat Pancasila untuk hak asasi manusia pada setiap warganegara Indonesia
kemudian secara khusus dituangkan kedalam UUD 1945 pasal 28 dan 28A sampai 28J,
Hak asasi manusia yang dituangkan dalam UUD NRI 1945 secara khusus pada
amandemen UUD 1945, kemudian dituangkan dalam peraturan perundang-undangan,
yaitu UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Dalam ketentuan UU Nomor. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia ada beberapa
bagian yang disebut sebagai perlindungan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia, antara lain:
1) Hak untuk hidup;
2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan;
3) Hak mengembangkan diri;
4) Hak memperoleh keadilan;
5) Hak atas kebebasan pribadi;
6) Hak atas rasa aman;
7) Hak atas kesejahteraan;
8) Hak turut serta dalam pemerintahan;
9) Hak wanita; dan
10) Hak anak.
4
BAB IV
PEMERINTAHAN INDONESIA
A. Pengertian Pemerintahan
Pemerintahan merupakan bagian yang penting dalam penyelenggaraan negara. Dalam
pemerintahan sendiri tentu tidak terlepas dari penggerak pemerintahan itu sendiri untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam berbagai pendapat para sarjana, belum
ada kesepahaman akan makana pemerintahan. Tetapi menurut Hestu Cipto Handoyo dan
Y. Thresianti, bahwa paling tidak arti pemerintahan bisa diartikan dalam arti yang sempit
dan dalam arti yang luas. Sedangkan pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan
yang dilakukan oleh negara dalam penyelenggaraan kehidupan kenegaraan.
B. Sistem Pemerintahan Indonesia
Perkembangan ketatanegara melainkan sistem pemerintahan negara. Sistem
pemerintahan negara terdapat tiga bagian, yaitu:
1) Sistem pemerintahan negara dalam arti yang paling luas, yaitu sistem pemerintahan
negara yang bertitik tolak dari hubungan antar pemerintah dengan rakyat yang
menimbulkan pola pemerintahan monarki, aristokrasi dan demokrasi.
2) Sistem pemerintahan negara dalam arti luas, yakni sistem pemerintahan negara
yang bertitik tolak dari hubungan antara semua organ negara.
3) Sistem pemerintahan negara dalam arti sempit, sistem pemerintahan negara yang
bertitik tolak dari hubungan sebagian warga negara di tingkat pusat (khususnya
Legislatif dan Eksekutif).
5
3) Prinsip tugas pembantuan, pemerintah kepada daerah atau desa dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten kota atau desa serta dari Pemerintah kabupaten atau kota
kepada desa untuk melaksanakan pembantuan.
Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, maka ada penyerahan urusan dari pemerintah
kepada pemerintah daerah. Menurut Hestu Cipto Handoyo, paling tidak ada beberapa
kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Kemampuan daerah, kemampuan daerah merupakan alat ukur untuk memberikan
besaran kewenangan yang akan diberikan kepada daerah, dengan memperhatikan
beberpa unsur berikut:
a. Kemampuan keuangan;
b. Kemampuan aparatur;
c. Kemampuan partisipasi masyarakat;
d. Kemampuan ekonomi daerah;
e. Demografi; dan
f. Kemampuan administrasi dan organisasi.
2) Keadaan daerah, kriteria umum yang menyangkut keadaan daerah ini meliputi
aspek geografis dan sosial budaya.
Pemerintahan Indonesia yang bersifat hirarkhis, maka Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan, Presiden dibantu
oleh menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan tertentu. Urusan pemerintah
terdapat tiga bagian, yaitu:
1) Urusan pemerintahan absolut
2) Urusan pemerintahan konkuren
Urusan pemerintahan konkuren terdapat tiga bagian, yaitu:
1) Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan kaitan dengan pelayanan dasar;
2) Urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar;
3) Urusan pemerintahan pilihan;
3) Urusan pemerintahan umum
6
BAB V
PERTAHANAN NEGARA INDONESIA
7
Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui pengerahan, maka Presiden menghentikan
pengerahan operasi militer. Selain itu, penetapkan kebijakan umum pertahanan negara,
Presiden dibantu oleh Dewan Pertahanan Nasional.
C. Pembinaan Kemampuan Pertahanan Indonesia
Pembinaan kemampuan pertahanan negara ditujukan untuk terselenggaranya sebuah
sistem pertahanan negara. Segala sumber daya nasional yang berupa sumber daya manusia,
sumber daya alam dan buatan, nilai-nilai, teknologi, dan dana dapat didayagunakan untuk
meningkatkan kemampuan pertahanan negara dan pembangunan di daerah harus
memperhatikan pembinaan kemampuan pertahanan. Selain itu, wilayah Indonesia dapat
dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan pertahanan dengan memperhatikan hak
masyarakat dan peraturan perundang-undangan.
Wilayah yang digunakan sebagai instalasi militer dan latihan militer yang strategis dan
permanen ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dalam menjalankan tugas,
sebagaimana UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara bahwa menteri mendorong
dan memajukan pertumbuhan industri pertahanan.
D. Pengawasan dan Pembiayaan Terhadap Kebijakan Pertahanan Negara
Pertahanan negara sebagai kekuatan dasar dalam menjaga keduaulatan negara, maka
memerlukan perencanaan dan kebijakan dalam menentukan kebijakan negara dengan
mendasarkan kepada kondisi sosiologis Bangsa Indonesia, sehingga pertahanan dapat
dibangun secara baik.
Dewan Perwakilan Rakyat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
umum pertahanan negara dan Dewan Perwakilan Rakyat dapat meminta keterangan
tentang penyelenggaraan dan pengelolaan pertahanan negara. Pengawasan terhadap
kebijakan pertahanan negara beroreantasi kepada berbagai aspek yang menjadi dasar
pengawasan, sehingga pertahanan negara dibangun atas dasar kepentingan yang lebih
besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara untuk menjaga keadulatan dan keutuhan
NKRI.
Dalam menentukan kebijakan pertahanan negara, maka dibutuhkan anggaran
pertahanan negara yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Pembiayaan
pertahanan negara ditujukan untuk membangun, memelihara, mengembangkan, dan
menggunakan Tentara Nasional Indonesia serta komponen pertahanan lainnya.
Anggaran negara yang masuk dalam APBN dalam bidang pertahanan negara
merupakan anggran yang disusun berdasarkan kebutuhan yang dibuat dengan dasar
perencanaan kebijakan pertahanan negara.
8
BAB VI
WAWASAN NUSANTARA
9
5) Hak untuk ikut mengatur dan memanfaatkan dasar laut internasional di luar
landasan kontinen.
Pembangunan Maritims2 tidak bisa dilakukan secara serba instan. Untuk
mengoptimalkan pembangunan maritim ditingkat lokal, nasional, dan global, dan
khususnya dalam mencapai Poros Maritim Dunia dibutuhkan arah, orientasi, strategi dan
antisipasi pembangunan yang efektif. Untuk mencapai keunggulan di Indonesia dengan
poros, yaitu:
1) Poros pangan dunia;
2) Poros energi;
3) Poros konservasi dan biodiversity;
4) Poros industri maritim;
5) Poros logistik maritim; dan
6) Poros pertahanan dan keamanan maritim.
Daratan Indonesia harus dibangun atas dasar kekuatan baik melalui penguatan
komponen utama dan cadangan. Pada wilayah udara dan ruang, merupakan kekuatan yang
harus dipertahankan pada masa tekhnologi ini, karena kemampuan tekhnologi berbasis
kepada udara dan ruang, sehingga negara harus menjaga kedaulatan keduanya.
C. Wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam Mengelola Wilayah
Teritorial dan Perbatasan Negara
Berdasarkan Pasal 9 UU No. 43 Tahun 2008 Tentang Batas Wilayah, bahwa Pemerintah
dan pemerintah daerah berwenang mengatur pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah
Negara dan Kawasan Perbatasan, Seperti dalam rangka memantapkan kedudukan negara
Republik Indonesia sebagai Negara Nusantara dan memperhatikan kebijaksanaan
Pemerintah Republik Indonesia khususnya dalam menjaga serta melaksanakan hubungan
bertetangga baik, maka Pemerintah Republik Indonesia dan Malaysia pada tanggal 27 Juli
1976 telah menandatangani Memorandum Pengertian Bersama tentang Negara Nusantara.
Memorandum Pengertian Bersama tersebut intinya memuat kesepakatan antara kedua
negara, yang mengandung ketentuan bahwa pihak Malaysia mengakui dan menyokong
Rejim Hukum Negara Nusantara dan sebagai imbalannya, pihak Indonesia mengakui hak-
hak tradisional dan kepentingan-kepentingan yang sah Malaysia di laut teritorial dan
perairan nusantara Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat.
Dalam rangka melaksanakan kegiatan pertahanan wilayah, Pemerintah berkewajiban
menetapkan biaya pembangunan Kawasan Perbatasan.
10