KPSW
Oleh:
Kelompok : 9
1. Umi nadiro
2. Vinny yholanda.h
3. Vonny ayu meilita
4. Winda safitri
5. Yulis mey sari
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan
makalah ini. Yang makalah ini merupakan tugas mata kuliah ,yaitu “Asuhan dalam kelainan
Air Ketuban KPSW ”. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2Rumusan Masalah..................................................................................
1.3Tujuan Penulisan....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian KPSW ................................................................................
2.2.Etiologi ………………………………………….................................
2.3 Tanda Gejala ........................................................................................
2.4 Penilaian klinik .....................................................................................
2.5 Komplikasi ............................................................................................
2.6 Diagnosa.................................................................................................
2.7 Penanganan............................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian perinatal masih tinggi yaitu 334/ 100.000 kelahiran hidup dan
218/ 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian tersebut menurut survey kesehatan
rumah tangga tahun 2001 yaitu perdarahan 24 %, infeksi 11%, partus lama 5% dan
sisanya disebabkan oleh penyebab lain. Sehingga sekitar 90% kemaatia komplikasi
obstetri yang sering tidak dapat diperlukan sebelumnya.
Masalah yang ingin dipelajari dalam penyusunan makalah ini ialah Asuhan
dalam kelainan air ketuban (KPSW) apa saja yang dapat diketahui.
1.3 Tujuan
Masalah yang ingin dipelajari dalam penyusunan makalah ini ialah agar
mahasiswa mengetahui Asuhan dalam kelainan air ketuban (KPSW) apa saja yang
dapat mereka ketehaui.
BAB II
PEMBAHASAN
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Ketuban
pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan (Sarwono
Prawirohardjo, 2008,).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Manuaba, 2007).
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD pre-term adalah KPD sabelum usia kehamilan 37 minggu. KPD
yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya.
2.2 Etiologi
Etiologi terjadinya KPSW tetap tidak jelas, tetapi berbagai jenis faktor yang
menimbulkan terjadinya KPSW yaitu infeksi vagina dan serviks, fisiologi selaput
ketuban yang abnormal, inkompetensi serviks, dan devisiensi gizi dari tembaga atau
asam askorbat (vitamin c). (manuaba, Ida Bagus Gde. 2007)
Selain itu menurut (Taufan, Nugroho 2010) Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :
a. Serviks inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curetage)
b. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidrmion sehingga
mengakibatkan tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus)
c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang sehingga tidak
ada bagian terendah yng menutupi PAP yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi)
e. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah.
( Amnionitis/Korioamnionitis).
f. Faktor keturunan (ion Cu srum rendah, vitamin c rendah, kelainan genetik)
g. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten:
Faktor resiko dari ketuban Pecah Sebelum Waktunya, antara lain :
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban kering
5. Inspekulo : tanpa air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering.
Gejala dan tanda selalu ada Gejala dan tanda kadang-kadang ada
Keluar cairan ketuban Ketuban pecah tiba-tiba
Cairan vagina berbau >> Riwayat keluar cairan >> Uterus nyeri
Demam atau mengigil ►DJJ cepat >> perdarahan pervaginam
Nyeri perut sedikit
►Disuria
Cairan vagina berdarah >> Nyeri perut
● Ada his
Tanda-tanda infeksi :
Pemeriksaan air ketuban dengan pemeriksaan tes LEA (leukosit ester ase) lekosit
darah > 15.000/mm. Janin yang mengalami infeksi interuterin.
Tentukan tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam,
lakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminsi kehamilan) antara lain untuk
menilai skor pelvik.
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada Ketuban Pecah Dini, antara lain:
1. Infeksi intrauterin
2. Partus premature
3. Tali pusat menumbung
4. Distosia (Partus kering)
5. infeksi intramnion (15-30%) dan endometritis pasca persalinan
6. gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi kematian janin
akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong dan lintang)
7. oligohidramnion
2.6 Diagnosa
a. Anamnese
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan
lebih jelas.
Pemeriksaan spekulum pada ketuban pecah dini akan tampak keluar cairan
dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus
uteri ditekan, penderita diminta untuk mengedan atau bagian terendah
digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada
fornik anterior.
d. Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya.
1. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
2.7 Penanganan
Secara garis besar penanganan KPD tergantung pada kehamilan, seperti ( KPD < 36
Mg : Konsevatif > 36 Mg : Aktif).
Tindakan konservatif yang dimaksud adalah :
Istirahat
Berikan anti biotika (ampicilin 4x500 mg eritrmisin bila tak tahan ampisilin) dan
metronidazal 2x500 mg selama 7 hari.
Jika umur kehamilan < 32-34) mg, dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
Jika umur kehamilan 32-37 mg, belum inpartu tidak ada infeksi dan kesejahteraan
janin. Terminasi pada kehamilan 37 mg.
Jika usia kehamilan 32-37 mg, sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan tokologik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
Jika kehamilan 32-37 mg ada infeksi berikan antibiotik dan lakukan induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterine).
Pada usia kehamilan 32-34 mg berikan steroid untuk memacu kematangan perut
janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitia spigimelin tiap minggu.
Dosis betametazon 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametazon i.m
setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
Tindakan konsernatif berubah menjadi aktif bila :
Umur kehamilan mencapai 36 mg
Terdapat tanda-tanda infeksi (demam, tacikardi, ketuban berbau, peningkatan
lekosit > 15.000/mm
Tindakan aktif yang dimaksud ialah :
Kehamilan > 37 mg induksi dengan oksitosin, bila gagal secsio sesarea, dapat pula
diberikan misoprostol 50 mg intervaginatal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan perasalin diakhiri.
a. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil akhiri dengan secsia sesarea.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
BAB III
PENUTUP
2.9 kesiimpulan
3.1 Saran
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.