Tentang :
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Dosen Pembimbing:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam kita
curahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari alam
kebodohan pada alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat
sekarang ini.
Harapan kami semoga makalah yang kami buat ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman kita semua.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
C. Tujuan Penulisan................................................................................................. 1
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Namun, dalam kenyataannya tidak jarang ditemui KKM yang ditetapkan itu tidak
dapat dipenuhi karena penyusunan dan penerapannya kurang tepat dan kurang
berpedoman pada ketentuan yang ada. Dengan demikian proses serta hasil belajar dan
membelajarkan di sekolah tidak mencapai mutu seperti yang direncanakan. Oleh karena
itu, diperlukan panduan yang dapat memberikan informasi tentang penetapan kriteria
ketuntasan minimal yang dilakukan di satuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ?
2. Bagaimana Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ?
3. Bagaimana Komponen-Komponen Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ?
4. Bagaimana Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) ?
5. Bagaimana Langkah-langkah dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014 : 50) Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh
satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan
di capai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. KKM adalah kriteria paling rendah
untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan.
Salah satu prinsip penilaian adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan
kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk
menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). (Sudrajat, 2008:3).
2
Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan
orangtua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian
di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar
informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan orang tuannya. Kriteria
ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam laporan hasil belajar (LBH) sebagai acuan
dalam menyikapi hasil belajar peserta didik (Depdiknas, 2008:3).
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan
peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan
pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau
beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan
pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
Dari pejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
adalah batas minimal untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dalam
pembelajaran.
1. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi
dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui
ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon
yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan
remedial atau layanan pengayaan;
2. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata
pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus
dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan
diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut
tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu
perbaikan;
3. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program
kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh
3
karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis
untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau
sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-
prasarana belajar di sekolah;
4. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan
pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang
harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan,
dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan
proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM
dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang
telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan
dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan
pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk
mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah;
5. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran.
Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampaui KKM yang
ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja
satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan
dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi
tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.
4
D. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
1. Kompleksitas
Kompleksitas merupakan tingkat kesulitan materi pada tiap indikator dan
kompetensi dasar. Semakin tinggi tingkat kompleksitas maka semakin kecil skor
yang dipakai. Rentang nilai yang digunakan misalnya: jika kompleksitas tinggi
rentang nilai yang digunakan (50 - 64), kompleksitas sedang (64 - 80), dan
kompleksitas rendah (81-100).
Karakteristik Mata Pelajaran (kompleksitas) adalah tingkat kesulitan dari
masing-masing mata pelajaran, yang dapat ditetapkan antara lain melalui experimen
guru mata pelajaran, melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
tingkat sekolah, dengan memperhatikan hasil analisis jumlah KD, kedalaman KD,
keluasan KD, perlu tidaknya pengetahuan prasyarat.
Menafsirkan Kriteria Menjadi Nilai:
Kompleks: Tinggi = 1 Sedang = 2 Rendah = 3
2. Daya Dukung
Faktor ini lebih ditujukan pada ketersedian sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh sekolah dalam menunjang Kegiatan Belajar Siswa. Sekolah yang memiliki daya
dukung tinggi maka skor yang digunakan juga tinggi. Pada aspek daya dukung
rentang nilai yang digunakan sangat fleksibel sesuai dengan kondisi sekolah. Salah
satu contohnya: jika daya dukung tinggi maka rentang nilai yang digunakan (81-100),
daya dukung sedang (65-80),untukdayadukungrendah(50-64).
Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung) meliputi antara lain
(1) kompetensi pendidik (nilai UKG);
(2) jumlah peserta didik dalam satu kelas;
(3) predikat akreditasi sekolah; dan
(4) kelayakan sarana prasarana sekolah.
3. Intake
Intake merupakan tingkat kemampuan rata-rata siswa. Intake bisa didasarkan
pada hasil / nilai penerimaan siswa baru dan nilai yang dicapai siswa pada kelas
5
sebelumnya Karakteristik Peserta Didik (intake) bagi peserta didik baru (kelasVII)
antara lain memperhatikan rata-rata nilai rapor SD, nilai ujian sekolah SD, nilai hasil
seleksi masuk peserta didik baru dijenjang SMP. Bagi peserta didik kelas VIII dan IX
antara lain memperhatikan rata-rata nilai rapor semester-semestersebelumnya.
Menafsirkan Kriteria Menjadi Nilai:
Intake: Tinggi = 1, Sedang = 2, Rendah = 3
(menentukan estimasi). Contoh rentang nilai yang bisa digunakan: jika intake
siswa tinggi maka rentang nilai yang digunakan (81-100), intake sedang (65-80),
untuk intake rendah (50-64).
Jika pada tiap Indikator sudah diketahui kriteria pada tiap-tiap aspek , maka
6
1.1.2 Menghitung nilai integral tentu dan
3 2 2 78
integral tak tentu
1.1.3 Mampu mendefinisikan
pengintegralan fungsi f(x) terhadap x 2 3 1 67
dalam bentuk
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini yaitu KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan.
KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil
musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang
memiliki karakteristik yang hampir sama. KKM berfungsi sebagai panduan, baik bagi tenaga
pendidik maupun peserta didik dalam melakukan proses kegiatan pembelajaran. Sasaran yang
akan dicapai adalah ketuntasan pembelajaran dengan tolak ukur KKM. Dalam KKM terdapat
faktor-faktor dalam penetapan KKM seperti kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kelompok kami maupun pembaca
dan dapat memperluas wawasan kita semua, Aamiin.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.iainpekalongan.ac.id/54/3/BAB%20II%2C%20skripsi.pdf
http://skp.unair.ac.id/repository/Guru.Indonesia/PenetapanKKM_Arifin,S.Pd_10604.pdf
Imas Kurniasih dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penetapan-kkm.pdf
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin A.J. 2010. Evaluasi Program Pendidikan :
Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.