Anda di halaman 1dari 18

PENUGASAN INDIVIDU

REFLECTIVE WRITING: INDEPTH SENJA DI PANTI WERDHA

MAHASISWA

Rhidayanti Fitria Budiman

1490120071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XXV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2021
I. Hasil observasi dan analisa bedasarkan video yang telah ditonton (Senja di Panti Werda
#1, Panti Werda #2, Panti Werda #3)
1) Panti Werda #1
Panti sosial Bina Insan Bangun Kedoya Jakarta Barat merupakan tempat tinggal
lansia terlantar yang dibawa oleh petugas jaringan, namun panti social ini bukan
hanya tempat penampung lansia terlantar saja, dalam video panti social ini dikelola
oleh dinas social terlihat adanya penampungan lansia terlantar dan adanya
kebutuhan kesehatan khusus pada lansia tersebut mereka merupakan lansia
terlantar yang memang sangat membutuhkan rasa kepedulian rasa kenyamanan
rasa kasih sayang. Sehingga, dinas social menampung masyarakat yang memang
terlantar dan sangat membutuhkan kebutuhan juga pertolongan yang seharusnya.
Kebanyakan dari luar daerah dan rata-rata usia mereka di usia 50-85 tahun. Diusia
senjanya mereka juga dihampiri oleh berbagai penyakit seperti gangguan saluran
pencernaan, saluran pernapasan, gangguan hati,Diabetes, maupun liver. Namun, di
panti social ini hanya saja tidak menyediakan adanya pelayanan kesehatan khusus
yang memadai. Panti sosial tersebut kebanyakan memang membutuhakan fasilitas
kesehatan. Namun dari pihak dinas social mengatakan bahwa dari pihak kesehatan
saja tidak ada yang memperhatikan.
Kepala dinas kesehatan DKI Jakarta menyebutkan bahwa tidak hanya tenaga
kesehatan saja yang harus memperhatikan kesehatan mereka semua orang juga
harus berpartisipasi dan memperhatikannya termasuk peran penting keluarganya
yang memang seharusnya memperhatikan keluarga yang membutuhkan fasilitas
kesehatan Panti social Daya 1 hanya memiliki 2 orang perawat dan pihak dinas
social hanya mampu memberikan pemeriksaan dengan didatangkannya Dokter
dengan kunjungan hanya 1x dalam seminggu. Dan adapun masalah pada saat
menanyakan identitas lansia tersebut terkadang ada beberapa yang memang sudah
lupa terkait asal usul dirinya sendiri.
Seharusnya di panti social tersebut memiliki peraturan yaitu batas singgah lansia
terlantar hanya sementara selama 21 hari namun faktanya ada juga yang tinggal
hingga berbulan-bulan akibatnya terjadi kelebihan penghuni. Panti social disini
teibatas penghuninya 260 orang namun dihuni 375 orang termasuk penyandang
kesejahteraan social lainnya. Sehingga terkadang mereka berebut tempat tidur.
Berbagi makanan karena jatah yang sudah di kapasitas terbatas.
2) Panti Werda #2
Para lansia yang menghuni panti werdha tidak semuanya terlantar namun ada yang
sengaja dititipkan keluarganya karena tidak sanggup merawat ada pula yang lari
atau kabur karena cekcok dengan keluarga atau pergi ke panti werdha karena
diacuhkan anak-anaknya. Panti werdha merupakan tempat penampungan atau
tempat singgah untuk lanjut usia. Saat satu orang lansia yang diwawancarai
mengatakan dirinya tidak memiliki sanak saudara sehingga dirinya tinggal di panti
werdha walaupun ada rasa tidak betah tidak nyaman tapi dirinya memaksakan dan
sudah biasa untuk menyesuaikan diri karena merasa di panti lebih di pertahikan.
Menurut Kepala Dinas Sosial untuk penghuni binaan di panti dijatah makan sebesar
Rp. 25,000 rupiah, Sementara Pantisosial Binaan Jaya 1 warga binaan dijatah
seharga 17000 untuk 3 kali makan/hari. Karena kerap over kapasitas dinas social
kerap memetahkan ulang siapa yang paling layak mendapatkan perawatan di panti
seperti yang diterapkan pada salah satu warga binaannya dengan alasan karena
bermasalah dengan keluarganya sehingga dirinya tidak memberitahu keluarganya
akan bkeberadaannya walaupun masih ada keluarga yang bisa dihubungi. Bila
rumah binaan nya tidak ditemukan panti tersebut wajib mendata lansia ituu untuk
diraewat di panti werdha. Kini menambah panti yang sudah sesak sebelunya.
DKI Jakarta memiliki 4 panti werda dengan jumlah warga binaan sebanyak 1392
orang dua panti diantaranya ada di Cengkareng Jakarta Barat satunya Panti Tresna
Werda Mulya 2 saat ini kelebihan penghuni atau kapasitas. Beberapa lansia yang
tidak kebagian ruangan ditempakan di lorong atau ruangan yang memang tidak
dipakai dan mereka juga diberikan tempat tidur dan juga pakaian yang layak. Di
panti werdha ini banyak kegiatan maupun aktivitas yang diberikan seperti :
keterampilan, games dan tanggung gembira.
Sementara untuk lansia kesehatan yang tidak lagi prima panti menyediakan
ruangan khusus serta pendampingan tenaga medis. Pada panti werdha lansia yang
tinggal di panti wajib hukumnya memiliki Peningkatan pelayanan medis apalagi di
panti social Tresna Werda Budi Mulya 4 dimana 80% warga binaannya dalam
kondisi sakit. Mulai dari sakit paru-paru hingga kanker.
3) Panti Werda #3
Dengan alasan tidak ingin merepotkan keluarga ada juga lansia yang memilih hidup
di panti werda. Lansia yang ditemui di panti werdha di Cibubur misalnya menolak
pulang kerumah meski berulang kali dibujuk keluarganya.
Panti werdha memiliki peraturan persayaratn tersendiri seperti : usia, mampu
mengurus diri sendiri, hingga ada keluarga yang mau bertanggung jawab. Usia yang
dapat diterima pada usia 60 tahun, dan atas kemauan sendiri. Dengan biaya
pengeluaran 3jt - 3,5jt meliputi 3 kali makan + 1 snack, pelayanan medis, ruangan,
back stand, laundry, ada Dokter dan juga perawat yang selalu standby. Disejumlah
negara terutama di negara maju trend warga lanjut usia yang tinggal dipanti werda
sudah berlangsung lama dimassa mendatang di negeri kita pun panti werdha
diprediksi akan menjadi pilihan warga lansia. Panti werdha merupakan tempat
istirahat dan tempat dimana setiap lansia dapat bersosialisasi. Namun tetap saja
kepedulian keluarga nomor satu. Menurut Jejak dilihat 97,1% warga Indonesia tidak
ada pikirean atau niatan untuk mengirim orang tua yang sudah lanjut usia untuk
tinggal di panti werdha.
II. Pertanyaan Kasus berdasarkan video yang setelah ditonton
1) Perbedaan Panti Sosial dengan Panti Werda?
Panti werda memiliki arti yaitu rumah tempat mengurus dan merawat orang jompo
diartikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005). Panti werda merupakan
tempat tinggal lansia dimana lansia diberikan bimbingan dan perawatan agar
kebutuhan mereka dapat terpenuhi dan dapat menikmati hari tuanya dengan
penuh kenyamanan sehingga nantinya dapat menciptakan kesejahteraan sosial
bagi lansia. Pada panti werdha mereka lebih memfasilitasi seperti adanya
pelayanan medis dan lebih tertata ada juga yang memang lebih baik keadaan di
panti werdha dan untuk panti werdha ini ada beberapa persyaratan seperti usi dan
keinginan dirinya sendiri.
Sedangkan panti social merupakan tempat penampungan yang disediakan oleh
dinas social dan warga binaannya bukan hanya lansia terlantar tapi juga kalangan
usia yang terlantar dimana disana memiliki keterbatasan fasilitas kesehatan dan
hanya tinggal sementara selama 21 hari saja.
2) Sebutkan lansia yang diwawancarai dalam video tersebut beserta latar belakang
nya (alasan dirawat)?
a) Video #1 :
Tn. Kristianto asal Semarang (mengalami gejala pikun),
Tn. Patang (ditelantarkan keluarganya, Keluarga tidak mau tahu),
Tn. Ramelan Nur Kamal asal Parung Bogor,
Ny. Lisnawati 73 Th (dijaring satuan polisi Pramungraja PemProv DKI Jakarta
menghuni sejak Desember awal 2016),
b) Video #2 :
Ny. Mariati 65 th (tidak memiliki sanak saudara, walaupun tidak betah ya tetap
dijalani karena ada yang menolong. Tinggal bersama dengan lansia lebih dari
100 orang,
Tn. Engken min/ Abeng 64 th (Klien lari dari rumah karena bermasalah dengan
adik kandungnya, mengaku masih memiliki keluarga yang memperhatikannya
yaitu 5 orang adik sepupunya. Tn Ateng mengatakan tidak memberitahu kepada
keluarganya bahwa dirinya tinggal di panti tersebut, mengatakan dirinya pergi
keluar negeri)
Tn. Sumijo Estianon (klien mengalami sakit TB dan diacuhkan keluarga, klien
berpropesi sebagai pelukis yang karya lukisannya dikoleksi pejabat tinggi
negara, Tn. Sumijo sebagai seorang ayah dari kelima anaknya). Pihak panti
mencoba membujuk Tn. Sumijo untuk pulang kepada keluarganya namun klien
menolaknya
c) Video #3
Ny. Chisma Widjaya Soekman 91 th (sejak 5 th lalu memilih tinggal di Sasasanan
Tresna Werdha Karya Bakti Panti Riya Pembangunan Cibubur Jawa Barat, klien
tersebut merupakan mantan sekertaris perusahaan sebuah maskapai
penerbangan dengan alasannya tidak ingin merepoitkan orang lain, dirinya
sudah merasa nyaman tinggal di panti dengan 65 kawannya).
3) Karakteristik lansia yang dirawat di panti social, panti werdha dan rumah tempat
tinggal?
Panti Sosial bila dilihat pada panti social karakteristik lansia tersebut memiliki rasa
putus asa, dan tidak ada harapan, harga diri rendah, dan terlihat sangat
memperihatinkan. Karena dengan lansia tersebut yang terlantar tanpa adanya rasa
kepedulian dari sanak saudara.
Panti Werdha pada panti werdha lansia memiliki karakteristik putus asa tapi dia
memiliki niat dan harapan untuk tetap melanjutkan kehidupan di masa tuanya.
Tempat tinggal bila lansia memiliki tempat tinggal dan masih diperhatikan oleh
sanak saudara maupun anak-anaknya lansia tersebut memiliki karakteristik yang
penuh semangat tidak ada rasa putus asa, memiliki rasa kenyamanan kebutuhan
yang dapat dipenuhi.
4) Apa yang menjadi tantangan bagi lansia yang dirawat di panti werdha?
Tantangan bagi lansia yang tinggal di panti werdha akan bermacam-macam dan
akan berbeda pada setiap lansianya namun bila secara umum tantangan yang
dihadapi yaitu psikologis dimana rasa kasih sayang kehangatan keluarga tidak
didapat, kebutuhan akan kesehatan yang kurang maksimal, tempat tinggal secara
terbatas. Bila kondisi kesehatan yang tidak kuat lansia tersebut hanya bisa
mendapat fasilitas seadanya atau secara terbatas yang hanya di sediakan di tempat
panti tersebut.
5) Apakah resiko masalah kesehatan yang dapat dialami lansia di panti werdha?
Masalah kesehatan Psikologis meliputi : gangguan rasa nyaman, harga diri rendah
kronis, Masalah kesehatan biologis, Masalah kesehatan sosio
6) Jelaskan kelebihan dan kekurangan yang dialami lansia ketika dirawat di panti
werda?
a. Kelebihan lansia dirawat di panti werdha : kebutuhan biologis akan lebih
teratur, lebih produktiv akan aktivitas di masa tuanya, dapat bersosialisasi
dengan sesame lansia diusianya.
b. Kekurangan lansia dirawat di panti werdha : rasa aman dan nyaman bisa saja
tidak dirasakan karena rasa jauh dari sanak saudara maupun keluarganya,
kurangnya rasa empati dari keluarga, beresiko stress berkepanjangan, berisiko
mudahnya terkena penyakit menular.
7) Jelaskan kelebihan dan kekurangan yang dialami lansia ketika di rawat keluarga?
a. Kelebihan lansia dirawat di keluarganya : lansia tersebut mendapatkan rasa
nyaman dana man, kebutuhan yang dapat dipenuhi, rasa kepedulian dan
perhatian yang dirasakan.
b. Kekurangan lansia dirawat di keluarganya : lansia tidak mendapat aktivitas dan
produktivitas yang terpenuhi di masa tuanya. Tidak dapat bersosialisasi dengan
sesama usianya.
8) Sebutkan 4 masalah keperawatan yang berisiko dialami lansia ketika dirawat di
panti social dan panti werda (dibuat dalam bentuk table ringkasan diagnose
keperawatan)?
Analisa Data

NO Data Masalah Keperawatan


1 DS : mengeluh sulit menggerakan Gangguan mobilitas fisik
ekstremitas
DO : kekuatan otot menurun dan
rentang gerak (ROM) menurun
2 DS : mengungkapkan peran Disfungsi seksual
seksual berubah , mengelluhkan
hasrat seksual menurun
DO : -
3 DS : mengompol sebelum Inkontinensia urin fungsional
mencapai atau selama usaha
mencapai toilet
DO : -
4 DS : menilai diri nrgatif, merasa Harga diri rendah situasional
malu atau bersalah, melebih-
lebihi penilaian negative tentang
diri sendiri
DO : kontak mata kurang, lesu
tidak bergairah, pasif tidak
mampu membuat keputusan

Diagnose keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik


Definisi Keterbatasan dalam gerak fisik dari satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri
Batasan karakteristik 1. Penurunan kendali otot
2. Penurunan massa otot
3. Penurunan kekuatan otot
4. Kekakuan sendi
5. Gangguan musculoskeletal
Pengkajian Data Mayor
DS : mengeluh sulit menggerakan
ekstremitas
DO : kekuatan otot menurun dan
rentang gerak (ROM) menurun
Data Minor
DS : nyeri saat bergerak
DO : fisik lemah, sendi kaku, gerak
terbatas
Factor yang berhubungan Penurunan kekuatan otot
Alternative dx (saran penggunaan) Gangguan mobilitas fisik
Nursing Out come (NOC) Tujuan jangka pendek (SMART) : setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam
1x24 jam dx gangguan mobilitas fisik
dapat teratasi sebagian
Tujuan jangka panjang : setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam
3x24 jam dx gangguan mobilitas fisik
dapat teratasi dengan
Ktiteria hasil
1. Pergerakan ekstremitas
meningkat
2. Kekuatan otot meningkat
3. Rentang gerak ROM meningkat
4. Kelemahan fisik menurun
Intervensi (NIC) Dukungan mobilisasi (05173)
Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi melakukan
pergerakan
3. Monitor kondisi umum selama
mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (pagar
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan,
jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

Diagnose keperawatan Disfungsi seksual


Definisi Perubahan fungsi seksual selama fase
respon seksual berupa hasrat,
terangsang, orgasme, dan/ atau
relaksasi yang dirasa tidak memuaskan,
tidak bermakna atau tidak adekuat
Batasan karakteristik 1. Perubahan biopsikososial
seksualitas
2. Ketiadaan model peran
3. Kurang privasi
4. Ketidak adaan pasangan
Pengkajian Data Mayor
DS : mengungkapkan peran seksual
berubah , mengelluhkan hasrat seksual
menurun
DO : -
Data Minor
DS : tidak ada pasangan
DO : -
Factor yang berhubungan Perubahan biopsikososial seksualitas
Alternative dx (saran penggunaan) Disfungsi seksual
Nursing Out come (NOC) Tujuan jangka pendek (SMART) :
setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam 1x24 jam dx
disfungsi seksual dapat teratasi
sebagian
Tujuan jangka panjang : setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam
3x24 jam dx disfungsi seksual dapat
teratasi dengan
Ktiteria hasil
1. Harga diri meningkat
2. Perasaan tidak berharga
menurun
3. Verbalisasi aktivitas seksual
berubah menurun
Keluhan sulit melakukan aktivitas
seksual menurun
Intervensi (NIC) Manajemen perilaku seksual (07218)
Observasi
1. Identifikasi harapan perilaku
atau verbalisasi seksual kepada
orang atau objek lain
Terapeutik
1. Berikan kegiatan pengalihan
2. Diskusikan tentang cara
memenuhi kebutuhan seksual
yang sesuai
Edukasi
1. Edukasi sek sesuai tingkat
perkembangan

Diagnose keperawatan Inkontinensia urin fungsional


Definisi Pengeluaran urin tidak terkendali
karena kesulitan dan tidak mampu
mencapai toilet pada tepat waktu
Batasan karakteristik 1. Ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan tanda-tanda
berkemih
2. Penurunan tonus kandung kemih
3. Hambatan mobilisasi
4. Factor psikologi (penurunan
perhatian pada tanda-tanda
keinginan berkemih)
Pengkajian Data Mayor
DS : mengompol sebelum mencapai
atau selama usaha mencapai toilet
DO : -
Data Minor
DS : mengompol di waktu pagi
DO : -
Factor yang berhubungan Ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan tanda-tanda berkemih

Alternative dx (saran penggunaan) Inkontinensia urin fungsional


Nursing Out come Tujuan jangka pendek (SMART) :
setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam 1x24 jam dx
inontinensia urin fungsional dapat
teratasi sebagian
Tujuan jangka panjang : setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam
3x24 jam dx inkontinensia urin
fungsional dapat teratasi dengan
Ktiteria hasil
1. Kemampuan memonitor
munculnya gejala secara
mandiri meningkat
2. Desakan berkemih menurun
3. Urin menetes menurun
4. Frekuensi BAK membaik
Intervensi Nic Manajemen inkontinensia urine
(04154)
Observasi
1. Identifikasi penyebab
inkontinensia urin (mis,
gangguan fungsi kognitif, usia)
2. Identifikasi perasaan dan
persepsi inkontinensia urin
Terapeutik
1. Sediakan pakaian dan
lingkungan yang mendukung
inkontinensia urin
Edukasi
1. Jelaskan definisi, jenis, dan
penyebab inkontinensia urin

Diagnose keperawatan Harga diri rendah situasional


Definisi Evaluasi atau perasaan negative
terhadap diri sendiri atau klien sebagai
respon terhadap situasi saat ini
Batasan karakteristik 1. Perubahan peran sosial
2. Ketidak adekuatan pemahaman
3. Riwayat penolakan
4. Kehilangan
Pengkajian Data Mayor
DS : menilai diri nrgatif, merasa malu
atau bersalah, melebih-lebihi penilaian
negative tentang diri sendiri
DO : berbicara pelan dan lirih, menolak
berinteraksi dengan orang lain, postur
tubuh menunduk
Data Minor
DS : sulit berkonsentrasi
DO : kontak mata kurang, lesu tidak
bergairah, pasif tidak mampu membuat
keputusan
Factor yang berhubungan Perubahan peran social
Alternative dx (saran penggunaan) Harga diri rendah situasional
Nursing Out come Tujuan jangka pendek (SMART) : setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam
1x24 jam dx harga diri rendah
situasional dapat teratasi sebagian
Tujuan jangka panjang : setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam
3x24 jam dx harga diri rendah
situasional dapat teratasi dengan
Ktiteria hasil
1. Penilaian positif meningkat
2. Penerimaan nilai positif terhadap
diri sendiri meningkat
3. Konsentrasi meningkat
4. Perasaan malu menurun
5. Postur tubuh menampakan
wajah
Intervensi Nic Manajemen perilaku (12463)
Observasi
1. Identifikasi harapan untuk
mengendalikan perilaku
Terapeutik
1. Diskusikan tanggung jawab
terhadap perilaku
2. Jadwalkan kegiatan terstrutur
3. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai
kemampuan
4. Bicara dengan nada rendah dan
tenang

9) Sebutkan trend perawatan lansia di Indonesia berdasarkan video tersebut?


a. Secara Promotif merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga professional, dan masyarakat terhadap praktik
kesehatan yang positif menjadi norma-norma social.
b. Secara Preventif mencangkup pencegahan primer, sekunder dan tersier
a) Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat,
terdapat factor resiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.
b) Jenis pelayanan kesehatan primer adalah sebagai berikut : konseling
(berhenti merokok dan minuman beralkohol), dukungan nutrisi, exercise,
keamanan di dalam sekitaran rumah, manajemen stress, dan penggunaan
medikasi yang tepat.
c) Melakukan pencegahan sekunder mwliputi: pemeriksaan terhadap
penderita tanpa gejala hingga penderita yang mengidap factor resiko;
control hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker, scrinning (penmeriksaan
rektal, mammogram, papsmire, gigi mulut dan lain-lain)
d) Melakukan pencegahan tersier
c. Early diagnosis and prompt treatment
Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas professional
atau petugas institusi
d. Disability limitation
a) Kecacatan adalah kesulitan dalam memfungsikan kerangka, otot, dan sitem
syaraf.
b) Penggolongannya berupa hal-hal dibawah ini : kecacatan sementara (dapat
dikoreksi), kecacatan menetap (bisa dipulihkan)
c) Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
e. Rehabilitation
a) Pelaksanaan tim rehabilitas (petugas medis, paramedic dan non-paramedis)
b) Prinsip: pertahankan kenyamanan lingkungan, istirahat, dan aktivitas
mobilisasi
c) Pertahankan kecukupan nutrisi
d) Petahankan fungsi pernafasan
e) Pertahankan fungsi pencernaan, saluran kemih, psikososial, dan komunikasi
f) Mendorong pelaksanaan tugas
10) Jelaskan 5 aspek etik yang harus diperhatikan perawat pada saat merawat lansia di
panti social dan panti werda berdasarkan video tersesbut?
1. Aspek secara otonomi atau autonomi merupakan etika keperawatan yang
menghargai atau komitmen terhadap lansia dalam mengambil keputusan dalam
semua aspek pelayanan kesehatan
2. Aspek tidak mencederai (non-maleficence) dalam pelayanan keperawatan, etika
tidak hanya meliputi keinginan melakukan kebaikan, tetapi juga janji untuk
tidak membahayakan atau mencederai pasien
3. Aspek kebaikan (beneficence) merupakan tindakan positif dalam membantu
orang lain, lansia (melakukan keinginan untuk melakukan kebaikan untuk orang
lain)
4. Aspek keadilan (justice) merupakan etika yang berkaitan dengan keadilan.
Keadilan yang dimaksud merupakan kejujuran
5. Aspek advokat, akuntabilitas, tanggung jawab dan kerahasiaan merupakan
aspek yang harus dilaksanakan oleh seorang perawat baik perawat yang berada
di panti social maupun di panti werdha
11) Jelaskan peran perawat dalam merawat lansia di panti werdha?
Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan psikis lansia adalah memberikan
dukungan emosional, peduli dan membantu menyelesaikan masalah. Dalam
pemenuhan kebutuhan social lansia, perawat mempunyai peran peduli,
memberikan hiburan serta membina sosialisasi dan komunikasi yang baik dengan
orang lain.
12) Jelaskan peran perawat dalam merawat lansia di lingkup keluarga?
1. Sebagai caregiver atau pemberi asuhan langsung memberi asuhan keperawatan
kepada lansia meliputi intervensi atau tindakan keperawatan, observasi,
pendidikan kesehatan, dan menjelaskan tindakan medis sesuai dengan
pendelegasian yang diberikan
2. Sebagai pendidik klien lansia, sebagai pendidik, perawat membantu merawat
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan terkait dengan keperawatan
dan tindakan medik yang diterima sehingga klien atau keluarga dapat
menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahui. Sebagai pendidik,
perawat juga dapat memberikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang
beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya.
3. Sebagai motivator, perawat dapat memberikan motivasi kepada lansia
4. Sebagai advokasi perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dan tim
kesehatan dalam pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien,
dan membantu klien memahami semua informasi kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional dan professional
5. Sebagai konselor perawat dapat meberikan konseling kepada keluarga, klien,
maupun masyarakat
Daftar Pustaka

PPNI. (2017). Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Suemoorhead. (2016). Nursing Oucomes Classification (NOC), Edisi 5. Elsevier Singapore


Pte Ltd.

Glotia Bulechek. (2016). Nursing Intervention Classification (NIC), Edisi 6. Elsevier


Singapore Pte Ltd.
Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta: Mediaction

Anda mungkin juga menyukai