Anda di halaman 1dari 23

IMPLEMENTASI PROGRAM ALOKASI DANA DESA DALAM

PENGEMBANGAN MODAL SOSIAL DI


KECAMATAN BANGKO KABUPATEN ROKAN HILIR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah Administrasi Pemerintahan


Daerah

Dosen Pengampu : Dr. Zainal, S.Sos., M.Si

DISUSUN OLEH:
NAMA :RIYANDHANA
NPM : 207121103
KELAS : C

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
1

I. PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang Masalah

Dengan perkembangan tata kelola pemerintahan yang semakin modern,

publik menuntut penyelenggaraan pemerintahan yang semakin transparan,

efisien, efektif, dan akuntabel. hal ini secara langsung menuntut Aparat

Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) baik Pusat maupun Daerah sebagai

pihak yang bertanggungjawab mengawasi jalannya penyelenggaraan

pemerintahan. APIP wajib mempedomani Peraturan menteri pendayagunaan

aparatur negara dan reformasi birokrasi Nomor :PER/05/m.pan/03/2008 tentang

Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah saat melaksanakan

pengawasan agar Hasil Pengawasan/Auditnya berkualitas.

Kualitas Hasil Audit yang baik dapat memberikan jawaban memadai bagi

Stakeholder (Pemerintah dan Masyarakat) dalam melihat apakah proses

penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan keuangan Negara/daerah

sudah sesuai ketentuan peraturan perundangan dan dilaksanakan secara efisien

dan efektif.

Dalam konteks pemerintahan daerah, pelaksanaan pengawasan atau audit

ini diperankan oleh Inspektorat Daerah sebagai APIP daerah berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah,

Inspektorat Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) mempunyai tugas membantu

Gubernur/Bupati/Walikota membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh

Perangkat Daerah. Oleh sebab itu, sebenarnya dengan Hasil Pengawasan yang

berkualitas juga dalam rangka membantu Kepala Daerah mengawasi tugas-

tugas yang didelegasikan ke Dinas/Badan/Kantor.


2

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Kualitas Hasil Audit harus

diidentifikasi agar APIP dapat memfokuskan perbaikan terhadap sumber

dayanya yang paling berharga yaitu Sumber Daya Manusia secara tepat dan

pada akhirnya dapat meningkatkan Kualitas Hasil Audit. Oleh sebab itu sejak

Tahun 2012 Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir terus melakukan pembenahan

terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia dengan menerapkan berbagai macam

program pengembangan Kompetensi SDM. Hal ini terlihat dari Jumlah Pegawai

yang bersertifikat Auditor/Jabatan Fungsional Pengawas lainnya yang terus

bertambah. Dari yang hanya 3 orang yang memiliki sertifikasi di bidang

pengawasan pada Tahun 2012,sekarang bertambah menjadi 30 orang. Dan

jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan

bertambahnya pegawai Inspektorat yang telah memenuhi persyaratan untuk bisa

mengikuti sertifikasi pengawasan tersebut.

Meskipun telah ada perkembangan signifikan kemampuan SDM dilihat dari

bertambahnya Jumlah Auditor, hal ini tidak serta merta membuat Kualitas Hasil

Audit yang dilakukan Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir menjadi semakin baik.

Terdapat faktor lain yang perlu dipenuhi oleh Auditor untuk meningkatkan

Kualitas Hasil Auditnya.

Auditor Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir harus senantiasa meningkatkan

Kompetensinya mengingat peran APIP yang semakin dibutuhkan dalam setiap

urusan penyelenggaraan pemerintahan. Sejalan dengan hal tersebut, Rahmawati

dan Winarna (2010) menyatakan bahwa auditor ketika mengaudit harus memiliki

keahlian yang meliputi dua unsur yaitu pengetahuan dan pengalaman1. Begitu

1
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Internal (Studi Persepsi Aparat
Intern Pemerintah Kota Surakarta Dan Kabupaten Boyolali), Parasayu,Annisa dan Abdul Rohman,
Diponegoro Journal Of Accounting, Semarang, 2014.
pula disampaikan oleh Marganingsih dan Sri Martani (2009) bahwa seorang

auditor harus mampu menerapkan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman2.

Mengingat Ruang Lingkup Penugasan Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir

adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hilir, hal ini tidak jarang

menimbulkan potensi konflik kepentingan Auditor yang bertugas seperti

Melakukan Audit terhadap Auditan yang masih memiliki hubungan kekeluargaan

dan pertemanan yang pada akhirnya berpotensi mengganggu Independensi

auditor dan dikhawatirkan berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

Independensi Menurut Halim (2008:46)3, independensi merupakan suatu

cerminan sikap dari seorang auditor untuk tidak memilih pihak siapapun dalam

melakukan audit. Sedangkan menurut Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana

(2009:146)4 Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak

dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan

tindakan. Berdasarkan definisi para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa

independensi Auditor ialah suatu sikap yang tidak berpihak kepada kepentingan

tertentu dalam melaksanakan audit dan hasil audit tersebut tidak dapat

diintervensi oleh pihak manapun. Kemudian terdapat definisi independensi terkait

Organisasi APIP secara keseluruhan yang dikemukakan oleh Pusat Pendidikan

dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

yaitu kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan aktivitas audit intern

untuk melaksanakan tanggung jawab audit intern secara objektif.

2
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Internal (Studi Persepsi Aparat
Intern Pemerintah Kota Surakarta Dan Kabupaten Boyolali), Parasayu,Annisa dan Abdul Rohman,
Diponegoro Journal Of Accounting, Semarang, 2014.
3
Halim, Abdul. Auditing (dasar-dasar Audit Laporan Keuangan), STIM YKPN, Yogyakarta, 2008.
4
Agoes, Soekrisno ; Ardana, I Cenik. Etika Bisnis dan Profesi, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Begitu juga dengan Faktor Integritas. Dengan penugasan audit pada area-

area yang berisiko tinggi, Auditor seringkali diuji integritasnya untuk membuat

kesimpulan berbeda dengan apa yang ditemui di lapangan. bukan hanya soal

tawaran uang, melainkan juga ada tekanan dari pihak-pihak yang berpengaruh

bagi kelanjutan karier auditor atau pimpinan auditor itu sendiri. Dan kondisi ini

memunculkan potensi penurunan kualitas hasil audit.

Menurut Sukriah,dkk (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima

kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak

dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor

dapat meningkatkan kualitas hasil auditnya (Pusdiklatwas BPKP, 2008)5.

Integritas auditor intern pemerintah membangun kepercayaan, dan dengan

demikian memberikan dasar untuk kepercayaan dalam pertimbangannya.

Integritas tidak hanya menyatakan kejujuran, namun juga hubungan wajar dan

keadaan yang sebenarnya (Pusdiklatwas BPKP, 2014:16)6. Integritas merupakan

sifat yang melekat pada diri individu berupa kejujuran di mana sifat tersebut

ditunjukkan secara terus menerus/konsisten.

Penelitian terhadap ketiga faktor yang telah disebutkan di atas sangat

penting untuk melihat apakah Auditor Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir dapat

menjaga dan mempertahankan kualitas hasil audit internalnya secara konsisten.

I. 2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Permasalahan yang telah disebutkan, maka penulis

mengidentifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

5
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Internal (Studi Persepsi Aparat
Intern Pemerintah Kota Surakarta Dan Kabupaten Boyolali), Parasayu,Annisa dan Abdul Rohman,
Diponegoro Journal Of Accounting, Semarang, 2014.
6
Pusdiklatwas-BPKP. Kode Etik dan Standar Audit Intern, 2014.
1. Bagaimana pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Hasil Audit

pada Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir;

2. Bagaimana pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Hasil Audit

pada Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir;

3. Bagaimana pengaruh Integritas Auditor terhadap Kualitas Hasil Audit pada

Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir.

I. 3 Batasan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini perlu dibatasi ruang lingkupnya agar

menghindari pelebaran pokok persoalan sehingga pembahasan dalam penelitian

ini dapat lebih terfokus dan tujuan penelitian dapat tercapai. Ruang lingkupnya

adalah pengaruh faktor kompetensi, independensi, Integritas Auditor dan

Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir.

I. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I. 4.1 Tujuan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Tujuan yang hendak dicapai

dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor terhadap Kualitas Hasil

Audit pada Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir;

2) Untuk mengetahui pengaruh independensi auditor terhadap Kualitas Hasil

Audit pada Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir;

3) Untuk mengetahui pengaruh integritas auditor terhadap Kualitas Hasil Audit

pada Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir;


I. 4.2 Manfaat

1) Untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi

Administrasi Program Pascasarjana Universitas Islam Riau;

2) Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta memberi

pemahaman keilmuan penulis dalam bidang Kompetensi, Independensi,

Integritas, dan Kualitas Hasil Audit;

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu

Administrasi khususnya mengenai pengaruh Kompetensi, Independensi,

dan Integritas Auditor terhadap Kualitas Hasil Audit;

4) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada Inspektorat

Kabupaten Rokan Hilir terkait faktor-faktor yang dapat memengaruhi

Kualitas Hasil Audit.


7

II. TINJAUAN TEORITIS

II. 1 Studi Kepustakaan

II.1.1 Konsep Audit

Secara etimologi, Audit berasal dari bahasa latin dengan kata “auderee”

yang berarti mendengar. Mendengar yang efektif adalah sebuah aktivitas

menyerap informasi dalam suatu media dengan menggunakan alat pendengaran

yang diikuti dengan respon yang terprogram. Dengan demikian agar kegiatan

mendengar terjadi maka:

1) Harus ada informasi;

2) Harus ada media;

3) Harus ada alat pendengaran;

4) Harus direspon.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Audit adalah suatu kegiatan

menyerap, mengolah, dan merespon data yang dilakukan oleh pihak yang dapat

dipercaya dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk

ditindaklanjuti7.

Menurut Sukrisno Agoes (2004) Audit adalah pemeriksaan yang dilakukan

untuk secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, laporan

keuangan yang disusun oleh manajemen dan catatan akuntansi dan bukti

pendukung, dalam rangka memberikan pendapat atas kewajaran laporan

keuangan. Senada dengan sukrisno agus, Arens dan Loebbecke (2003) dalam

Nurwanto dkk. mengungkapkan bahwa Auditing sebagai proses pengumpulan

dan evaluasi bukti informasi yang dapat diukur pada suatu entitas ekonomi yang

membuat kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan

7
Nurwanto, Rahmadi; Budiarso, Adi; Ramadhana, Fajar. Audit sektor publik. 2010.
8

informasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan

oleh independen dan kompeten.

Sedangkan Mulyadi (2002) menyatakan bahwa Auditing adalah proses

yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif atas

tuduhan kegiatan ekonomi dan kegiatan dengan tujuan untuk menetapkan

tingkat kesesuaian antara laporan dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

penyampaian hasil kepada pengguna yang bersangkutan8.

II.1.2 Audit Internal

Definisi Audit Internal Menurut Institute of Internal Auditor (IIA) ialah

kegiatan konsultasi dan assurance independen yang dirancang untuk

memberikan nilai tambah dan perbaikan operasi organisasi. Internal audit

membantu organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pendekatan yang

sistematis dan disiplin dalam mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas

manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.dan bertujuan untuk

membantu suatu organisasi mencapai tujuannya melalui jasa konsultasi dan

assurance yang objektif independen dengan suatu metode pendekatan yang

sistematik.9

Kemudian American Accounting Association (AAA) mengemukakan Internal

audit sebagai proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan

mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk

meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan

dan mengomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan.

8
Mulyadi, Auditing, Salemba Empat, Jakarta, 2002.
9
Pusdiklatwas-BPKP. Audit Intern, 2014.
Sawyer (2005:10)10 mengemukakan definisi audit internal yang

menggambarkan lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas

sebagai berikut: audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan

objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang

berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah :

1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;

2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi;

3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang biasa

diterima telah diikuti;

4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;

5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan

6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan

tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota

organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Mulyadi (2002:29) menyatakan bahwa Internal Audit adalah auditor yang

bekerja didalam suatu entitas/perusahaan yang bertugas untuk mengetahui

apakah prosedur serta kebijakan yang sudah disusun dan ditetapkan oleh

manajemen telah dipatuhi, menentukan apakah penjagaan atas kekayaan

entitas/organisasi sudah baik atau tidak, menentukan tingkat efektivitas dan

efisiensi prosedur aktivitas kegiatan organisasi, serta menentukan kehandalan

informasi yang telah dihasilkan oleh bagian-bagian dari entitas/organisasi11.

Sedangkan definisi Audit Internal (Pengawasan intern) menurut Standar

Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah seluruh proses

kegiatan audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya

10
Sawyer. Sawyer’s Internal Auditing, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
11
Mulyadi, Auditing, Salemba Empat, Jakarta, 2002.
berupa asistensi, sosialisasi dan konsultansi terhadap penyelenggaraan tugas

dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai

bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah

ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam

mewujudkan kepemerintahan yang baik12.

II.1.3 Kompetensi

Menurut Boyatzis Dalam Hutapea Dan Nurianna Thoha (2008) Kompetensi

merupakan kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang

tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu

organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang

diharapkan13.

Robert A.Roe (2001) mengatakan bahwa Kompetensi dapat digambarkan

sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas,

kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-

sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan

dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang

dilakukan14.

Ruky (2003:106)15 mengutip pendapat Watson Wyatt yang menyatakan

bahwa Kompetensi adalah kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan

(knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan diterapkan secara

12
Pusdiklatwas-BPKP. Audit Intern, 2014.
13
P Hutapea, MBA Nurianna Thoha. Kompetensi Plus, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008
14
Roe,Robert A. Trust Within Teams : The Relation with performance effectiveness, European
journal of work and organizational psychology Vol.10, 2001.
15
Ruky, Ahmad S. Sumber Daya Manusia Berkualitas Mengubah Visi Menjadi Realitas, PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi

pribadi karyawan terhadap organisasinya.

Adapun Stephen Robbin (2007:38)16 berpendapat kompetensi merupakan

kemampuan (ability) atau kapasitas seseorang untuk mengerjakan berbagai

tugas dalam suatu pekerjaan, dimana kemampuan ini ditentukan oleh dua faktor

yang kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

Seorang pakar lain bernama Mangkunegara (2005:113)17 menyatakan

Pengertian kompetensi adalah faktor mendasar yang dimiliki seseorang yang

mempunyai kemampuan lebih, yang membuatnya berbeda dengan seseorang

yang mempunyai kemampuan rata-rata atau biasa saja.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

kompetensi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh anggota organisasi

berupa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang relevan dengan tugas dan

pekerjaan yang diberikan kepadanya.

II.1.4 Independensi

Independensi Menurut Halim (2008:46)18, independensi merupakan suatu

cerminan sikap dari seorang auditor untuk tidak memilih pihak siapapun dalam

melakukan audit. Sedangkan menurut Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana

(2009:146)19 Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak

dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan

16
Robbins , Stephen P. Perilaku Organisasi, Jilid 1 & 2, Alih Bahasa :Hadyana Pujaatmaka, Indeks
Kelompok Gramedia, Jakarta, 2007.
17
Mangkunegara, Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Refika Aditama,
Bandung, 2007.
18
Halim, Abdul. Auditing (dasar-dasar Audit Laporan Keuangan), Unit Penerbit dan percetakan
STIM YKPN, Yogyakarta, 2008.
19
Agoes, Sukrisno;Aardana, I. Cenik. Etika bisnis dan profesi: tantangan membangun manusia
seutuhnya, Penerbit salemba, Jakarta, 2009.
tindakan. Berdasarkan definisi para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa

independensi Auditor ialah suatu sikap yang tidak berpihak kepada kepentingan

tertentu dalam melaksanakan audit dan hasil audit tersebut tidak dapat

diintervensi oleh pihak manapun.

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) definisi independen

berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi akuntan publik tidak dibenarkan

memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak

hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan namun juga kepada kreditur

dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (SA

Seksi220, PSA No.4). Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2013:58)20

Independen artinya tidak mudah dipengaruhi, netral karena auditor

melaksanakan pekerjannya untuk kepentingan umum.

Kemudian terdapat definisi independensi terkait Organisasi APIP secara

keseluruhan yang dikemukakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Pusdiklatwas

BPKP 2014 : 38)21 yaitu kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan

aktivitas audit intern untuk melaksanakan tanggung jawab audit intern secara

objektif.

II.1.5 Integritas

Integritas itu sendiri berasal dari kata Latin “integer”, yang berarti:

a) Sikap yang teguh mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan menjadi

dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral.

20 Rahayu, Siti Kurnia ; Suhayati, Ely. Auditing : Konsep Dasar dan Pedoman Pemerikasaan Akuntan
Publik, Penerbit Graha Ilmu , Yogyakarta, 2013.
21Pusiklatwas-BPKP. Kode Etik Standar Audit Intern, 2014.
b) Mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga

memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan;

kejujuran.22

Seseorang yang memiliki integritas pribadi akan tampil penuh percaya diri,

anggun, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya hanya untuk

kesenangan sesaat. Butler dan Cantrell dalam Hosmer (1995:398)23 mengartikan

integritas sebagai reputasi dapat dipercaya dan jujur dari seseorang untuk

menjelaskan istilah “kepercayaan” di dalam konteks organisasi.

Integritas auditor intern pemerintah membangun kepercayaan, dan dengan

demikian memberikan dasar untuk kepercayaan dalam pertimbangannya.

Integritas tidak hanya menyatakan kejujuran, namun juga hubungan wajar dan

keadaan yang sebenarnya (Pusdiklatwas BPKP, 2014:16). Integritas merupakan

sifat yang melekat pada diri individu berupa kejujuran di mana sifat tersebut

ditunjukkan secara terus menerus / konsisten sehingga memunculkan

kewibawaan dan kepercayaan terhadap Individu tersebut24.

II.1.6 Kualitas Hasil Audit

Simanjuntak (2008)25 menyatakan bahwa Kualitas Audit ialah pemeriksaan

yang sistematis dan independensi untuk menentukan aktivitas, mutu dan

hasilnya sesuai dengan pengaturan yang telah direncanakan dan apakah

pengaturan tersebut diimplementasikan secara efektif dan sesuai dengan tujuan.

22
Website : https://kkp.go.id/brsdm/bdasukamandi/artikel/19129-makna-sebuah-integritas
23
Hosmer, Larue Tone. Trust: The connecting link between organizational theory and
philosophical ethics, Academy of management Review, 1995.
24
Pusdiklatwas-BPKP. Kode Etik dan Standar Audit Intern, 2014.
25
Simanjuntak, P. Pengaruh Time Budget Pressure dan Resiko Kesalahan terhadap Penurunan
Kualitas Audit, Tesis, Universitas Diponegoro Semarang, 2008.
Mathius Tandiontong (2015:72)26 menyebutkan bahwa dalam literatur

praktis, kualitas audit adalah seberapa sesuai audit dengan standar pengauditan

dan terdapat 4 (empat) kelompok yang memberikan definisi kualitas audit yaitu:

1) DeAngelo (1981) sebagaimana yang diidentifikasi oleh Watkins et al (2004)

mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas nilaian-pasar bahwa

laporan keuangan mengandung kekeliruan material dan auditor akan

menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut.

2) Lee, Liu, dan Wang (1999) mengemukakan kualitas audit ialah probabilitas

bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar

tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan

material.

3) Titman dan Trueman (1986), Beaty (1986), Krinsky dan Rotenberg (1989),

dan Davidson dan Neu (1993) menyebutkan bahwa kualitas audit diukur

dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor.

4) Wallace (1980) dalam Watkins et al., (2004) mengatakan bahwa kualitas

audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias

dan meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi.

Kemudian Mathius Tandiontong (2015:73)27 juga menyatakan bahwa

Kualitas Audit adalah probabilitas seorang auditor dalam menemukan dan

melaporkan suatu kekeliruan atau penyelewengan yang terjadi dalam suatu

sistem akuntansi klien.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil

Audit ialah tingkat kesesuaian antara Audit Internal dan Standar Audit Internal

26
Tandiontong, Mathius. Kualitas Audit dan Pengukurannya, Alfabeta, Bandung, 2015.
27
Tandiontong, Mathius. Kualitas Audit dan Pengukurannya, Alfabeta, Bandung, 2015.
yang ditetapkan oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia yang dapat

diukur dengan keakuratan informasi yang dilaporkan oleh auditor internal.

II. 2 Penelitian Terdahulu

Penulis mendapatkan 4 (empat) penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian yang akan penulis lakukan yaitu Pengaruh Kompetensi, Independensi,

dan Obyektivitas Auditor terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat

Kabupaten Rokan Hilir. Berikut daftar penelitian dimaksud:

Tabel 2.1.
Daftar Penelitian Terdahulu

NO NAMA PENELITI JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN

1 2 3 4
1. Harvita Yulian Pengaruh pengalaman Obyektifitas, integritas dan
Ayuningtyas (2012). kerja, independensi, kompetensi berpengaruh
obyektifitas, integritas siginifikan terhadap kualitas
dan kompetensi terhadap hasil pemeriksaan,
kualitas hasil audit (studi sedangkan variabel
kasus pada auditor pengalaman kerja dan
inspektorat independensi tidak memiliki
kota/kabupaten di jawa pengaruh yang signifikan
tengah). terhadap kualitas hasil
audit.
2. Annisa Parasayu dan Analisis Faktor-faktor 1. Independensi tidak
Abdul Rohman yang mempengaruhi berpengaruh secara
(2014). Kualitas Hasil Audit signifikan terhadap
Internal (Studi persepsi kualitas hasil audit
aparat intern Pemerintah internal;
Kota Surakarta dan 2. Obyektivitas berpengaruh
Kabupaten Boyolali) secara
signifikan terhadap
kualitas hasil audit
internal;
3. Pengetahuan tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kualitas hasil audit
internal;
4. Pengalaman kerja
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kualitas hasil audit
internal;
5. Integritas berpengaruh
secara signifikan
terhadap kualitas hasil
audit internal;
6. Etika audit berpengaruh
secara signifikan
terhadap kualitas hasil
audit internal.
3. Andy Dwi Cahyono, Pengaruh Kompetensi, 1. Kompetensi auditor
Andy Fefta Wijaya, Independensi, berpengaruh secara
Tjahjanulin Domai Obyektivitas, positif terhadap kualitas
(2015). Kompleksitas Tugas, dan hasil pemeriksaan;
Integritas Auditor 2. Independensi auditor
Terhadap Kualitas Hasil berpengaruh secara
Audit. positif terhadap kualitas
hasil pemeriksaan;
3. Obyektivitas auditor
berpengaruh secara
positif terhadap kualitas
hasil pemeriksaan;
4. Kompleksitas tugas
auditor berpengaruh
secara negatif terhadap
kualitas hasil
pemeriksaan;
5. Integritas auditor
berpengaruh secara
positif terhadap kualitas
hasil pemeriksaan;
6. Kompetensi,
Independensi,
Obyektivitas,
Kompleksitas tugas, dan
Integritas auditor secara
bersama-sama
berpengaruh secara
positif terhadap kualitas
hasil pemeriksaan.
4. Agytri Wardhatul Pengaruh Kompetensi 1. kompetensi berpengaruh
Khurun In dan Nur dan Independensi positif terhadap kualitas
Fadjrih Asyik (2019). Terhadap Kualitas Audit audit;
Dengan Etika Auditor 2. independensi
Sebagai Variabel berpengaruh positif
Pemoderasi terhadap kualitas audit;
3. kompetensi berpengaruh
negatif terhadap kualitas
audit dengan etika
auditor sebagai variabel
pemoderasi;
4. independensi
berpengaruh negatif
terhadap kualitas audit
dengan etika auditor
sebagai variabel
pemoderasi.

Penelitian ini berpedoman pada penelitian yang dilakukan oleh Andy Dwi

Cahyono, dkk (2015). Penulis mempertimbangkan penelitian yang hampir serupa

yaitu dengan variabel dependen Kualitas Hasil Audit, tetapi penulis hanya

meneliti 3 (tiga) variabel independen yaitu Kompetensi, Independensi, dan

Integritas. Kemudian peneliti terdahulu melakukan penelitian di Inspektorat

Kabupaten Madiun, sedangkan penelitian ini dilakukan di Inspektorat Kabupaten

Rokan Hilir. Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan

penelitian selanjutnya.

II. 3 Konsep Operasional

Konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Kompetensi, yaitu suatu kemampuan yang dimiliki seseorang / anggota

organisasi untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban yang dibebankan

kepadanya secara bertanggungjawab;

2. Independensi, yaitu Sikap mental yang tidak memihak pada pihak tertentu

dan tidak bisa dipengaruhi oleh kepentingan tertentu;

3. Integritas, yaitu bersikap jujur baik perkataan maupun perbuatan secara

konsisten;

4. Kualitas Hasil Audit, yaitu tingkat kesesuaian antara Audit Internal dan

Standar Audit Internal yang ditetapkan oleh Asosiasi Auditor Intern


Pemerintah Indonesia yang dapat diukur dengan keakuratan informasi yang

dilaporkan oleh auditor internal.

II. 4 Operasional Variabel

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Kompetensi Auditor (X1),

Independensi Auditor (X2), dan Integritas Auditor (X3) dan Variabel

Dependennya adalah Kualitas Hasil Audit (Y). Kompetensi Auditor mempunyai

pengertian bahwa auditor memiliki keahlian atau pengetahuan dan keterampilan

untuk melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab. Independensi Auditor

artinya Auditor tidak dapat dikendalikan oleh kepentingan tertentu sehingga

dapat melaksanakan tugasnya secara benar. Integritas Auditor maksudnya ialah

Auditor dituntut memiliki sikap jujur , berani, cermat , dan bertanggung jawab

dalam melaksanakan pengawasan. Kualitas Hasil Audit dinilai dari tingkat

kesesuaian dengan Standar Audit Intern yang ditetapkan oleh Peraturan-

perundang-undangan.

II. 5 Kerangka Pemikiran Teoritis

Rerangka pikir penelitian secara ilustratif mengenai pengaruh Kompetensi,

Independensi, dan Integritas Auditor terhadap kualitas hasil audit dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Kompetensi (X1)
(+)

Independensi (X2) (+)


Kualitas Hasil Audit (Y)

(+)
Integritas (X3)
II. 6 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Kompetensi Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Hasil Audit;

H2 : Independensi Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Hasil Audit;

H3 : Integritas Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Hasil Audit;

H4 :Kompetensi, Independensi, dan Integritas Auditor secara simultan

berpengaruh terhadap Kualitas Hasil Audit.


20

III. METODE PENELITIAN

III. 1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu suatu proses

menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat

menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui28.

III. 2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian penulis adalah Kantor Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir

yang terletak di Komplek Perkantoran Batu Enam Jalan Lintas Pesisir Sungai

Rokan, Bagansiapiapi.

Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir sebagai Aparatur Pengawas Intern

Pemerintah (APIP) di lingkup Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir memiliki peran

pengawasan pada Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir. Hal ini menuntut

Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir untuk dapat menjaga Kualitas Hasil Auditnya

dengan memperhatikan berbagai faktor yang dapat memengaruhinya. Oleh

sebab itu penulis memilih Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir sebagai Lokasi

Penelitian.

III. 3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2018:130)29, Populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh Auditor Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 30 orang.

28
Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian, UIN-Malang Pers, Malang, 2008.
29
Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Alfabeta, Bandung, 2018.
21

Sugiyono (2018:131)30 mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Selanjutnya

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh

yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

dijadikan sampel.

Untuk lebih jelas kondisi populasi dan sampel penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 3.1
Kondisi Populasi dan Sampel Penelitian
Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir

No Sub Populasi Populasi Sampel Presentase


1 Auditor Madya 1 1 100%
2 Auditor Muda 12 12 100%
3 Auditor Pertama 16 16 100%
4 Auditor Pelaksana 1 1 100%
Jumlah 30 30 100%

III. 4 Jenis Data

III. 4. 1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian berupa hasil

kuesioner/angket yang disebar ke seluruh responden. Data primer pada

penelitian ini adalah kuesioner/angket yang sudah diisi oleh seluruh auditor.

III. 4. 2. Data Sekunder

Yaitu data pendukung penelitian yang diperoleh dari pihak kedua yang

bersumber dari Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir. Data yang diperlukan berupa

a) Gambaran umum Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir;

b) Profil inspektorat Kabupaten Rokan Hilir;

30
Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Alfabeta, Bandung, 2018.
c) Struktur Organisasi Inepktorat Kabupaten Rokan Hilir;

d) Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir;

e) Keadaan dan kondisi pegawai Inspektorat Kabupaten Rokan Hilir;

III. 5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari Kuesioner,

Observasi, dan Wawancara.

III. 6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan Teknik Analisis

Deskriptif dan Analisis Regresi Linier Berganda.

Anda mungkin juga menyukai