Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEAD STRUCTURE TERHADAP PENINGKATAN


KERJASAMA SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS
VII B SMP NEGERI 4 DEPOK SLEMAN

SKRIPSI

OLEH:
YUDHANTO SEPTIADJI
18144100040

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2020
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang paling utama.
Kerjasama sendiri menurut Soerjono Soekanto (2007: 66) adalah suatu usaha
bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama timbul karena adanya kesamaan
tujuan yang akan dicapai. Tanpa adanya kerjasama, tidak akan ada individu,
keluarga, organisasi atau sekolah (Anita Lie, 2010: 28).
Siswa merupakan makhluk sosial yang cenderung untuk hidup Bersama
dengan siswa yang lain. Kerjasama merupakan salah satu hal yang penting bagi
kehidupan siswa dalam pembelajaran. Menurut Eliane B. Johnson terjemahan
Ibnu Setiyawan (2011: 164) dengan adanya kerjasama dapat menghilangkan
hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang
sempit. Hal tersebut menunjukkan apabila seorang siswa tidak mau
bekerjasama dengan siswa yang lain maka tidak akan menambah pengalaman
dan pengetahuan yang dimilikinya.
Kerjasama merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika. Eliane B. Johson terjemahan Ibnu Setiyawan (2011:
168) menyatakan melalui kerjasama, siswa juga dapat menumbuhkan sifat
toleransi dan perasaan mengasihi kepada siswa yang lain. Dengan kedua hal
tersebut akan membuat hubungan siswa menjadi harmonis satu sama lain.
Kerjasama dalam pembelajaran bukan hanya menyatukan siswa dalam
suatu kelompok untuk saling berkomunikasi satu sama lain sambil
mengerjakan tugas yang diberikan. Dalam hal ini Smith (Ellizabert E. Barkley
terjemahan Narulita Yusron, 2012: 13) mengatakan kerjasama jauh lebih luas
dari pada sekedar berdekatan secara fisik dengan pelajar lain, mendiskusikan
materi dengan pelajar lain, atau berbagi materi di antara para pelajar, meskipun
semua ini memang penting di dalam pembelajaran yang bersifat kerjasama.
Dengan adanya kerjasama dalam kelompok akan membuat semua anggota
kelompok paham dan mengerti mengenai materi yang sedang dibahas.
Upaya peningkatan kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran di
sekolah cukup sulit. Menurut Rusman (2011: 85) siswa merupakan individu
yang unit, heterogen, dan memiliki interest yang berbeda-beda, karakteristik
yang dimiliki setiap siswa tersebut yang menyebabkan Kerjasama antar siswa
cukup sulit untuk dilakukan. Selain itu, dalam belajar mengajar di lingkungan
sekolah sering di jumpai beberapa masalah. Salah satunya yang berasal dari
guru, dalam hal ini kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru.
Kegiatan belajar siswa banyak dipegaruhi oleh kegiatan mengajar guru
(M.
Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012: 46). Dalam kegiatan mengajar, guru
kurang mengarahkan siswa untuk bekerjasama dalam kerja kelompok. Hal
tersebut mengakibatkan siswa kurang memiliki minat dan berpartisipasi untuk
melakukan kerjasama dalam kerja kelompok.
Kerjasama sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika. Namun
pada kenyataannya dalam pembelajaran matematika di kelas VII B SMP
Negeri 4 Depok masih rendah kerjasama antar siswa dalam kerja kelompok.
Siswa tidak memiliki minat ketika melakukan kerja kelompok karena siswa
kurang memahami pentingnya kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan. hal ini terlihat dalam kerja kelompok mengerjakan tugas yang
diberikan secara inividu kemudian setelah semua anggota selesai mengerjakan
satu siswa menyalinnya ke kertas yang dikumpulkan.
Pembelajaran yang berhasil meningkatkan kerjasama siswa menuntut
penggunaan metode yang tepat. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa
memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
2002: 86). Guru dituntut mempunyai kecakapan dan ketrampilan dalam
menggunakan metode mengajar yang tepat untuk topik pelajaran yang akan
diajarkan agar mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2011: 202) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya tediri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif ini
sama dengan kerja kelompok. Dengan kerja kelompok dalam pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kerjasama dalam kelompok.
Menurut Richard I. Arends terjemahan Helly Prayitno Soetjipto (2008: 6)
pembelajaran kooperatif dapat menguntungkan bagi siswa berprestasi rendah
maupun tinggi yang mengerjakan bersama-sama; toleransi dan penerimaan
yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial
atau kemampuannya.
Salah satu inovasi pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan
kerjasama siswa yaitu Numbered Head Structure. Melalui pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Structure selain dapat bekerjasama dengan
sesama anggota kelompoknya, siswa juga dapat bekerjasama dengan anggota
kelompok lain yang bernomor sama. Kerja sama dengan kelompok lain berupa
bertukar informasi atau saling mencocokan hasil jawaban yang dikerjakan
bersama dengan kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Structure menurut Kiki
Rizqiana Ayu (2009) memiliki beberapa keunggulan dalam penggunaannya.
Keunggulannya yaitu memudahkan dalam pembagian tugas, memudahkan
siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling
keterkaitan dengan rekan sekelompoknya, bisa digunakan untuk semua mata
pelajaran serta semua tingkatan usia anak didik, setiap siswa menjadi siap
semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai
dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka terdapat identifikasi
masalah adalah rendahnya kerjasama siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Depok,
dalam mengikuti proses pembelajaran matematika.
C. BATASAN MASALAH
Di dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang ada pada peniliti
adalah peningkatan kerjasama siswa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Structure kelas VII B SMP Negeri 4 Depok.

D. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana upaya penerapan model pembelajaran Numbered Head
Structure dalam upaya meningkatkan kerjasama siswa dalam mata
pelajaran matematika kelas VII B SMP Negeri 4 Depok?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Numbered Head Structure dapat
meningkatkan kerjasama siswa mata pelajaran matematika VIIA SMP
Negeri 4 Depok?

E. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Numbered Head
Structure dalam meningkatkan kerjasama siswa mata pelajaran matematika
kelas VII B SMP Negeri 4 Depok.
2. Meningkatkan kerjasama siswa mata pelajaran matematika kelas VII B
SMP Negeri 4 Depok Sleman, melalui penerapan model pembelajaran
Numbered Head Structure.

F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun
manfaat praktis.
1) Manfaat Teoritis
a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam
belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Structure.
b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Structure.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Guru

Penelitian ini memberikan masukan kepada guru agar dapat digunakan


untuk meningkatkan kerjasama belajar matematika melalui pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Structure.

b. Bagi Siswa

Bagi siswa yang menjadi obyek penelitian diharapkan dapat


meningkatkan kerjasama dalam belajar matematika melalui pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Structure.
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Kajian Teori
A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya


mengerjakan sesuatu secara bersama–sama dengan saling membantu satu
sama lain sebagai satu tim atau satu kelompok (Isjoni, 2008: 150). Menurut
Taniredja dkk (2012: 55) pembelajaran kooperatif merupakan sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas–tugas yang terstruktur
Slavin (dalam Taniredja dkk, 2012: 55) mengemukakan, “in
cooperative learning methods, students work together in four member
teams to master material initially presented by the teacher.” Uraian ini
dapat diartikan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama
dalam tim atau kelompok yang terdiri atas 4 anggota kelompok untuk
memperdalam materi yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pendapat diatas tentang definisi pembelajaran
kooperatif, maka dapat kita ketahui bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu pembelajaran yang mengutamakan nilai pada
kerjasama tim atau kelompok yang terdiri dari 4 anggota atau lebih untuk
memperdalam sebuah materi yang diberikan oleh guru dan untuk
memecahkan sebuah permasalahan untuk mencapai tujuan pembelajaran
Menurut Slavin (2005: 4–5) alasan yang mendukung pembelajaran
kooperatif yaitu meningkatkan pencapaian prestasi siswa mengembangkan
hubungan antar tim atau kelompok, penerimaan terhadap teman yang
memiliki kemampuan lemah dalam bidang akademik, meningkatkan harga
diri siswa, tumbuhnya kesadaran siswa untuk berpikir kritis, menyelesaikan
permasalahan, mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan
pengetahuan mereka. Model pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan hubungan sosial antara siswa satu dengan siswa lainnya
dari latar belakang yang berbeda
Banyak kelebihan yang didapat dari pembelajaran kooperatif.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sanjaya (2009: 249–251) mengenai
kelebihan pembelajaran kooperatif antara lain:

a. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan


dalam mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata – kata
secara verbal dam memabandingkannya dengan ide – ide orang
lain.
b. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak perlu bergantung
pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan dalam berpikir
sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar
dari teman
c. Pembelajaran kooperatif dapat membangun setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar.
d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk dapat
respek pada orang lain, serta menyadari keterbatasannya dan
menerima segala perbedaan.
e. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa
takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
tanggung jawab kelompoknya.
f. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh
untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan
sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif, mengembangkan ketrampilan
memanajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
g. Selama pembelajaran kooperatif berlangsung interaksi yang
dilakukan dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir.
h. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi
nyata.

Disamping pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan


pembelajaran kooperatif juga memiliki kekurangan. Menurut Sanjaya
(2009: 249–251) kekurangan tersebut antara lain:
a. Apabila kelompok pembelajaran kooperatif tidak berjalan dengan
efektif, pencapaian siswa menjadi tidak maksimal.
b. Membutuhkan waktu untuk dapat memahami dan mengerti
pembelajaran kooperatif.
c. Pembelajaran kooperatif tidak mungkin dapat tercapai hanya
dengan satu kali atau sekali–sekali penerapan strategi.
Pembelajaran kooperatif memerlukan periode waktu yang cukup
panjang.
d. Penilaian yang diberikan pada pembelajaran kooperatif
berdasarkan pada hasil pembelajaran kelompok. Namun perlu
disadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan
adalah prestasi setiap individu siswa.
e. Pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas
dalamkehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara
individual.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Structure


Teknik kepala bernomor dalam belajar mengajar ini dikembangkan
oleh Spencer Kagan. Tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat, selain itu tipe ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerjasama mereka (Anitalie, 2008, h. 29).
Suprijono (2015, h. 111) mengatakan pembelajaran dengan
menggunakan metode number head together di awali dengan numbering.
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah
kelompok sebaikanya di pertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari.
Jika jumlah peserta didik dalam suatu kelas terdiri dari 40 orang dan
terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari,
maka tiap kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap orang diberi nomor 1-8.
Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang
harus dijawab oleh setiap kelompok. Beri kesempatan kepada tiap-tiap
kelompok menyatukan kepala “Head Together” memikirkan jawaban atas
pertanyaan dari guru. Dan langkah berikutnya guru memanggil peserta
didik yang memilik nomer yang sama dari tiap tiap kelompok untuk
mempertasikan jawabanya.
Metode kerja kelompok teknik kepala bernomor atau NHT (Numbered
Heads Together) adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi
nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru
memanggil nomor dari siswa.
Dalam Lie (2008, h. 59) dikatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe kepala bernomor merupakan salah satu dari sekian banyak
tipe pembelajaran kooperatif, yang didefinisikan sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor merupakan
pembelajaran yang dilaksanakan secara kelompok, sehingga siswa
diberikan kesempatan untuk saling membagikan ide–ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat untuk menyelesaikan
proses pembelajaran. Setelah kelompok terbentuk, tiap–tiap orang dalam
kelompok diberi nomor berdasarkan jumlah anggota kelompok. Setelah itu
guru memberikan tugas dan masing–masing kelompok mengerjakannya.
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota mengetahui jawaban ini. Setelah itu guru
memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka. Kelompok yang dimaksud disini
merupakan kelompok belajar yang dibentuk secara heterogen berdasarkan
prestasi belajar siswa, dengan jumlah anggota siswa yang terdiri dari 4
sampai 6 siswa. Dalam hal ini guru hanya 30 bertindak sebagai fasilitator
yang harus mengarahkan, membimbing dan memotivasi pelaksanaan
diskusi antar sesama siswa supaya belajar lancar dan tujuannya dapat
tercapai.
Metode kerja kelompok teknik kepala bernomor atau NHT
(Numbered Heads Together) merupakan pendekatan struktural
pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan oleh Spencer Kagen,
dkk (Ibrahim, 2000:25). Meskipun memiliki banyak persamaan dengan
pendekatan yang lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada
penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa.
sintak model pembelajaran number head together dalam kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:

Fase Sintaks NHT Kegiatan dalam model


pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan handout dan lks
1 Penomoran 1. Guru menyampaikan materi
secara garis besar
2. Siswa dibagi dalam kelompok 3-5
orang
3. Setiap siswa dalam kelompok
mendapatkan nomor
2 Mengajukan 4. Guru menggunakan handout dalam
Pertanyaan menyampaikan materi
pembelajaran
5. Guru memberikan tugas LKK
(lembar kerja kelompok) yang
diberikan kepada masing-masing
kelompok
3 Berfikir Bersama 6. Kelompok mendiskusikan jawaban
yang benar dan memastikan setiap
anggota kelompok mengetahui
jawabannya
4 Menjawab 7. Guru memanggil salah satu nomor
dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil diskusi
dan kelompok yang lain
memberikan tanggapan
8. Guru menunjuk nomor yang lain
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki beberapa
kelebihan terhadap siswa yang dikemukakan oleh Linda Lundgren dalam
Ibrahim antara lain adalah:

a. Siswa lebih aktif, kreatif terhadap proses belajarnya.


b. Melibatkan semua siswa sehingga tanggung jawab individu dalam
kelompok meningkat.
c. Siswa siap semua untuk menjawab pertanyaan dari guru sehingga setiap
siswa berusaha memperdalam dan memahami materi.
d. Siswa pandai dapat menjelaskan/mengajari siswa yang kurang pandai.
e. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar.
f. Meminimalisir kegaduhan dikelas.
g. Mengembangkan sikap kepemimpinan siswa.
h. Meningkatkan rasa percaya diri siswa.
i. Konflik antara pribadi berkurang.
j. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, memberi
kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang palin tepat.
k. Hasil belajar lebih tinggi.
Kelemahan model pembelajaran Number Head Together ada beberapa
antara lain adalah :

a. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.


b. Kemungkinan nomor yang sama dapat terpanggil kembali.
c. Memerlukan kekreatifan guru sehingga membutuhkan guru yang
mampu berkomunikasi dengan baik.
d. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
e. Waktu yang dibutuhkan banyak.
f. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus dalam.
C. Kerjasama

Anda mungkin juga menyukai