Anda di halaman 1dari 3

Nama : Desy Fitrianti

NIM : E1012201050

Makul : Pengantar Tata Hukum Indonesia

Soal :

1. Buat tanggapan saudara tentang RUU Cipta Kerja


2. Buat skema proses siding di pengadilan dan beri penjelasan proses sidang tersebut

Jawaban :

1. Mengenai RUU Cipta Kerja atau dikenal juga dengan sebutan Omnibus law komentar
dan tanggapan saya adalah bahwa Undang-Undang tersebut kurang disetujui oleh
rakyat terutama para pekerja industry, karyawan perusahaan, buruh serta masyarakat
kelas menengah kebawah, para aktivis Indonesia bahkan beberapa anggota DPR RI
pun tidak seluruhnya setuju dengan pengesahan Undang-Undang tersebut karena
Undang-Undang ini di anggap memberatkan para buruh, karyawan-karyawan industri
serta beberapa propesi lainnya yang kebanyakan digeluti oleh masyarakat menengah
kebawah. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah serta lembaga yang berwenang
agar lebih mempertimbangkan dampak kedepannya yang ditimbulkan oleh kebijakan-
kebijakan yang ada pada RUU Cipta Kerja ini agar tidak terjadi kerusuhan atau
bahkan kesenjangan sosial antara pemerintah dengan rakyat, karena rakyat menengah
kebawah merasa bahwa Undang-Undang tersebut merugikan mereka. Namun,
walaupun saat proses perancangannya mengalami protes oleh masyarakat seta demo
dari kalangan mahasiswa Undang-Undang Cipta Kerja ini telah di sahkan pada 5
oktober 2020 oleh DPR RI dan telah diundangkan pada 2 november 2020.
2. BERIKUT BAGAN ALUR PROSEDUR PERSIDANGAN

Majelis
Hakim

Penggugat Upaya Damai Tergugat

Pembacan Jawaban
Gugatan Tergugat
1 2

Replik Duplik
4
3 4

Pembuktian dari penggugat


dan tergugat
5
Kesimpulan oleh penggugat

Dan tergugat

Putusan Hakim
6

Penjelasan proses sidang :

1. Setelah perkara didaftarkan, Pemohon atau Penggugat dan pihak Termohon atau
Tergugat serta Turut Termohon atau Turut Tergugat menunggu Surat Panggilan untuk
menghadiri persidangan.
2. Tahapan Persidangan :
a. Upaya perdamaian.
b. Pembacaan permohonan atau gugatan.
c. Jawaban Termohon atau Tergugat.
d. Replik Pemohon atau Penggugat.
e. Duplik Termohon atau Tergugat.
f. Pembuktian (Pemohon/Penggugat dan Termohon/Tergugat).
g. Kesimpulan (Pemohon/Penggugat dan Termohon/Tergugat).
h. Musyawarah Majelis.
i. Pembacaan Putusan/Penetapan.
3. Setelah perkara diputus, pihak yang tidak puas atas putusan tersebut dapat mengajukan
upaya hokum (verset, banding, dan peninjauan kembali) selambat-lambatnya 14 hari
sejak perkara diputus atau diberitahukan.
4. Setelah putusan memiliki kekuatan hokum tetap, untuk perkara permohonan tetap,
Pengadilan Agama ;
a. Menetapkan hari siding ikrar talak.
b. Memanggil Pemohon dan Termohon untuk menghadiri siding ikrar talak.
c. Jika dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan siding ikrar
talak, suami atau kuasanya tidak melaksanakan ikrar talak didepan siding,
maka gugurlah kekuatan hokum penetapan tersebut dan perceraian tidak
dapat diajukan berdasarkan alasan hokum yang sama.
5. Setelah pelaksanaan sidang ikrar talak, maka dapat dikeluarkan akta cerai.
6. Setelah putusan mempunyai kekuatan hokum tetap, untuk perkara cerai gugat, maka
dapat dikeluarkan akta cerai.
7. Untuk perkara lainnya, setelah putusan memiliki kekuatan hukum tetap, maka para
pihak yang berperkara dapat meminta salinan putusan.
8. Apabila pihak yang kalah dihukum untuk menyerahkan obyek sengketa, kemudian
tidak mau menyerahkan secara sukarela, maka pihak yang menang dapat mengajukan
permohonan eksekusi ke Pengadilan Agama yang memutus perkara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai