Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENAMBAHAN LOGAM K, Li, Na DALAM KATALIS Ni-Karbon

TERHADAP KONVERSI PERENGKAHAN KATALITIK CRUDE PALM OIL (CPO)


MENJADI BENSIN

Dinda safitri1
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi
Telp:082258671065, email: dindasafitri0110@gmail.com

ABSTRACT
The influence of K, Li, Na metals added to the Ni-carbon catalyst on the conversion of katalic crude palm oil (CPO) into
gasoline. Using the AAS method to determine the metal content in the catalyst, catalyst acidity determination uses ammonia
gas absorption method, while determining surface area and pore finger using BET method. The addition of alkaline metals is
carried out with 5 concentration variations of 0% to 2% with a distance of 0.5%. The addition of Potassium metal to the ni-
activated charcoal catalyst by 0.5% - 1.5% resulted in a decrease in gasoline conversion from 12.25% to 8.5%. The same
thing happened in the addition of Lithium metal, namely the decrease in gasoline conversion results except in the addition of
1.5% Lithium which resulted in a 3.25% increase in gasoline conversion. Addition of metal Sodium (concentration 0.5 %) in
catalysts, gasoline conversion increased by 120.4%.

Keywords: Catalyticengkahan, CPO, Ni-carbon Catalyst, Gasoline Conversion

ABSTRAK
Pengaruh logam-logam K, Li, Na yang ditambahkan kedalam katalis Ni-karbon terhadap konversi perengkahan katalik crude
palm oil (CPO) menjadi bensin. Menggunakan metode AAS untuk menentukan kandungan logam di dalam katalis, penentuan
keasaman katalis menggunakan metode serapan gas amonia, sedangkan penentuan luas permukaan dan jejari pori
menggunakan metode BET. Penambahan logam alkali dilakukan dengan 5 variasi konsentrasi yakni 0% sampai dengan 2%
dengan jarak 0,5%. Penambahan logam Kalium pada katalis Ni- arang aktif sebanyak 0,5 % - 1,5 % mengakibatkan
penurunan konversi bensin dari 12,25% menjadi 8,5 %. Hal yang sama terjadi pada penambahan logam Litium, yakni
terjadinya penurunan hasil konversi bensin kecuali pada penambahan 1,5 % Litium yang mengakibatkan peningkatan konversi
bensin sebesar 3,25 %. Penambahan logam Natrium (konsentrasi 0,5 %) dalam katalis menghasikan kenaikan konversi bensin
sebesar 120,4 %.

Kata kunci : Perengkahan katalitik, CPO, Katalis Ni-karbon, Konversi bensin

PENDAHULUAN
Kebutuhan bahan bakar minyak bumi semakin lama menipis ketersediannya, dimana kebutuhan bahan
bakar tersebut dipergunakan untuk kebutuhan bahan bakar industri, pembangkit listrik, transportasi kendaraan
serta rumah tangga. Ketersedian yang mulai menipis menjadi perhatian kita untuk mencari alternatif lain dalam
mencari dan mengolah bahan baku menjadi bahan bakar minyak. Beberapa minyak baku yang dapat dijadikan
sebagai bahan baku minyak yang terbuat dari hewani dan nabati. Minyak hewani dapat kita peroleh dari ikan,
binatang ternak, dan lain-lain, sedangkan untuk minyak nabati dapat diperoleh dari tumbuh- tumbuhan, seperti :
tanaman aren, tanaman bunga matahari, tanaman jarak kepyar, tanaman kesambi, tanaman nyamplung, tanaman
nyamplung, tanaman sagu, tanaman kelapa sawit, dan sebagainya (perkebunan, 2019). Minyak kelapa sawit yag
lebih dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu alternatif minyak nabati yang dapat dijadikan
sebagai bahan bakar .
Konsumsi minyak sawit (CPO) dunia dari tahun ke tahun terus meningkat . peningkatan akan permintaan
CPO dunia dalam 3 (tiga) tahun terakhir, rata – rata tumbuh sebesar 9,92%. Indonesia dan malysia merupakan
negara yang paling banayak menyerap CPO dunia. Selain itu negara eropa juga termasuk konsumen besar
pengkonsumsi CPO di dunia.
Namun dalam perdagangan dunia CPO dan penghentian ekspansi perkebunan kelapa sawit
permasalahan utamanya, bukan terletak pada tingkat permintaan konsumsi atau eksportnya, karena baik konsumsi
atau ekspor dunia cenderung meningkat dengan stabil. Justru terletak pada fluktuasi harga yang tidak stabil dan
persaingan bisnis minyak nabati di dunia. Persaingan itu terutama terjadi antara bisnis minyak sawit dengan
Dinda Safitri, Pengaruh Penambahan Logam K, Li, Na dalam Katalis Ni-Karbon Terhadap Konversi Perengkahan Katalitik Crude Palm Oil
(CPO) menjadi Bensin 1
minyak kedelai. Karena untuk saat ini, penguasaan pangsa pasar minyak sawit terbesar di dunia yaitu sebesar 32%
dan untuk minyak kedelai sebesar 26%. Fluktuasi harga CPO ini dipengaruhi oleh pesaing bisnis minyak sawit
yakni negara-negara penghasil produk subtitusi yakni negara-negara penghasil kacang kedelai, bunga matahari
dan jagung yang umumnya merupakan negara di Eropa dan Amerika (negara maju). Dengan Isu-isu seperti
minyak kelapa sawit mengandung kolestrol (muncul tahun 1980), Setelah penelitian ternyata sangat rendah,
kelapa sawit penyebab polusi dan merusak lingkungan (muncul tahun 1990). produk yang tidak higienis (muncul
tahun 2000), kebun sawit penyebab pengrusakan ekosistem hutan termasuk isu pemusnahan orang utan dan
hilangnya biodiversity (muncul 2010), industri sawit penyebab pemanasan global (muncul 2011). industri sawit
penyebab kerusakan iklim dunia (muncul 2012). Padahal perkebunan sawit hanya 6,5% di dunia. Untuk per
tahunnya hanya memakai lahan 300.000-400.000 hektare. ”Untuk dapat 140,6 juta ton minyak sawit hanya
memanfaatkan 243,4 juta hektare kebun sawit saja. Sedangkan untuk kacang kedelai dan bunga matahari dua kali
lipat dari lahan sawit untuk mendapatkan sebanyak itu. Hal ini merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan
harga CPO dunia. Harga CPO dunia pada tahun 2006 adalah USD540/ton, relatif tinggi jika dibandingkan dengan
harga selama tujuh tahun terakhir, walaupun pada 1984 harga CPO pernah mencapai USD729/ton.
Crude Palm Oil (CPO) atau minyak mentah kelapa sawit merupakan hasil proses pengepressan buah
sawit (mesocarf) yang berwarna kuning jingga berbentuk cair. Sifat fisik CPO pada suhu 25ᵒC memiliki densitas
antara 0,909-0,917 g/mL dan untuk suhu 55ᵒC densitas CPO sebesar 0,888-0,892 g/mL.
CPO memiliki karakteristik (Ketaren S, 1986) sebagai berikut:
Rumus Kimia : C3H5(COOR)3
Berat Molekul : 847.28 g/mol
Titik Didih : 298ºC
Titik Beku : 5ºC
Specific Gravity: 0.9
Densitas : 0.895 g/cm3
Panas Jenis : 0.497 kal/gºC
Kenampakan : Cairan Kuning Jingga
Kemurnian : 98%
Impuritas : Air 2 %

Minyak kelapa sawit memiliki susunan kimia stabil yaitu unsur C, H, dan O terdiri dari solid dan
liquid/cairan. Fasa solid terdiri dari Saturated Fatty (lemak jenuh), sedangkan fasa cair terdiri Unsaturated Fatty
(lemak tak jenuh). Lemak jenuh yang berada pada minyak kelapa sawit adalah asam miristat (1%), asam palmitat
(45%), dan asam stearat. Sedangkan fasa cair terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). Kandungan
lainnya kurang lebih 1% yang terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, dan fosfolipida.
Penelitian ini digunakan katalis Ni-karbon aktif, dimana Ni sebagai logam yang diemban dan karbon aktif
sebagai pengemban. Bahan yang dapat digunakan sebagai pengemban diantaranya zeolit, silika, alumina dan
karbon aktif. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dalam pemakaian karbon aktif sebagai pengemban
katalis, diantaranya menurut Gurrero Ruiz tahun 1992 dalam Rusman tahun 1999 adalah luas permukaan yang
besar memungkinkan dispersi logam secara maksimal, sifatnya yang inert dapat mengeliminir reaksi samping [8].
Menurut priyanto [9] karbon dapat dipergunakan sebagai pengemban logam karena kelebihan yang dimilikinya
adalah sifat yang hydro-phobic sehingga mudah dipisahkan dari produk secara gravimetri. Berdasarkan laporan
Suh dan Park tahun 1992 dalam Rusman 1999, digunakannya karbon aktif sebagai pengemban katalis logam
dikarenakan mempunyai luas permukaan yang besar dan aktifitas kimianya rendah.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh Nazarudin dkk, Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah arang
dan CPO (crude palm oil) yang mana ini didapat dari PTP VI Sungai Bahar Jambi. Sedangkan alat-alat yang
digunakan adalah peralatan-peralatan gelas dan peralatan-peralatan laboratorium dasar lainnya, Reaktor
aktivasiOven, Reaktor perengkah, GC Hitachi, GC-MS shimadzu QP-5000, Pompa vakum Welvh Duo-Seal 1400,
Furnace selinder, Gas Sorption Anlyzer NOVA 100, Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah : akuades,

Dinda Safitri, Pengaruh Penambahan Logam K, Li, Na dalam Katalis Ni-Karbon Terhadap Konversi Perengkahan Katalitik Crude Palm Oil
(CPO) menjadi Bensin 2
ammonia 35 % (E. Merck), HF 10 %, HCl 1 M, NaOH, KOH, LiOH, Ni (NO3)3.9H2O, gas nitrogen, sampel CPO,
dan THF.
Penelitian ini menggunkan arang aktif, arang yang telah bersih ditumbuk dengan mortar hingga membentuk
butiran- butiran, dilanjutkan dengan penggrindingan tujuannya adalah untuk menambatkan butirang yang lebeih
halus lagi dengan ukuran 100 mesh. Kemudian butiran arang ini direndam dalam HF 1 % selama 1 jam,
selanjutnya disaring dan dicuci menggunakan akuades hingga pH netral, dikeringkan dalam oven pada suhu 130
ºC selama 3 jam. Setelah kering arang direndam dengan HCl 1 M selama 24 jam. Kemudian disaring dan dicuci
menggunakan akuades hingga pH filtratnya netral. Selanjutnya dikeringkan kembali pada suhu 130 ºC selama 3
jam. Arang ini disebut karbon aktif.
Arang aktiv yang sudah didapatkan direndam dalam larutan Ni(NO3)3.9H2O (3 %) selama 24 jam, sambil
diaduk dengan magnetik stirrer. Kemudian disaring dan dikeringkan dengan pemanasan pada suhu 130 oC selama
3 jam. Selanjutnya dikalsinasi pada suhu 550 ºC selama 5 jam kemudian dialiri gas nitrogen selama 2 jam pada
suhu 400 ºC. Prose ini bertujuan untuk Pembuatan Katalis Ni dari arang aktiv
Katalis Ni dari arang aktif yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakterisasi meliputi;
penentuan kandungan Ni dalam katalis Ni dari arang aktif, kandungan logam pengotor (K, Li, Na), keasaman
katalis, luas permukaan katalis, dan jejari pori. Penentuan kandungan logam ditentukan dengan metoda AAS, dan
flame fotometri, penentuan keasaman dengan metode serapan basa ammonia, luas permukaan dan jejari pori
dilakukan dengan menggunakan alat serapan gas NOVA-1000 BATAN Yogyakarta.
Proses Perengkahan Katalitik Sampel crude palm oil (CPO) sebanyak 200 ml disuntikan ke dalam pipa
yang dipanaskan pada furnace horizontal pada suhu 450 ºC. Katalis Ni dari arang aktiv yang telah ditambahkan
logam pengotor kalium (K), lithium (Li), dan natrium (Na) dengan menggunakan variasi kosentrasi logam
pengotor terhadap katalis 0,0 %, 1,0 %, 1,5 %, 2,0 %, 2,5 %, 3 %, dimasukkan ke dalam reaktor. Furnace tempat
reaktor dipanaskan pada suhu tetap yaitu 400 oC dengan waktu reaksi selama 2 jam, dengan perbandingan katalis
dengan sampel 1:20. Cairan hasil perengkahan (CHP) yang dihasilkan ditampung pada penampung cairan hasil
perengkahan, kemudian ditimbang. CHP sisa (yang bercampur dengan katalis dan kokas yang terdapat di dalam
reaktor) dicuci dengan menggunakan THF. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara katalis dan kokas
yang berbentuk padat dengan cairan hasil perengkahan yang terlarut dengan THF. Cairan hasil perengkahan
(CHP) kemudian dipisahkan dari THF dan CPO dengan cara destilasi. Sisa CPO, dan CHP yang didapat serta
padatan yang berupa campuran katalis dan kokas kemudian di timbang. Analisa GC-MS dilakukan terhadap CHP
yang memberikan jumlah bensin terbesar pada setiap penambahan logam. Berat produk perengkahan yaitu gas,
cairan hasil perengkahan (CHP), kokas, serta berat sisa CPO yang didapat dari proses perengkahan dianalisa
secara gravimetri. Analisa gravimetri dilakukan untuk menentukan persen konversi masing-masing produk
perengkahan, konversi total, persentase sisa CPO. Perhitungan untuk mencari persentase-persentase tersebut
adalah :

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakterisasi katalis Cr-karbon yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan alat Gas Sorption
Analyzer yang meliputi luas permukaan katalis, jejari pori, Volume pori total dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Luas Permukaan, Jejari Pori dan Volume Total Pori
Sumber: Nazarudin dkk (2014)
Dinda Safitri, Pengaruh Penambahan Logam K, Li, Na dalam Katalis Ni-Karbon Terhadap Konversi Perengkahan Katalitik Crude Palm Oil
(CPO) menjadi Bensin 3
N Nama Sampel Luas Permukaan Volume total pori Jejari rata-rata
o (m2/g) (x10-3 cc/g) pori (°A)
1 Arang 50,80 33.00 13,00
2 Arang aktif 105,90 63,14 11,93
3 Ni-Arang aktif 135,64 68,80 10,94

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nazarudin dkk, di dapatkan sampel Ni-karbon menunjukkan
terjadinya peningkatan luas permukaan. Menurut Nazarudin dkk, hal ini kemungkinan terjadi karena logam Ni
terdispersi pada masing-masing pori, dimana logam Ni yang teradsorpi pada dinding dari rongga pengemban
karbon menyumbangkan permukaannya didalam pori tersebut. Sehingga menambah luasan pada pori sampel.
Demikian juga volume total pori pada sampel Ni-karbon terlihat lebih besar dibanding dengan arang dan karbon
aktif.
Terjadinya peningkatan volume total pori pada sampel Ni-karbon kemungkinan disebabkan oleh
perlakuan kalsinasi. Pada sampel karbon dan karbon aktif tidak dilakukan kalsinasi sedangkan sampel Ni-karbon
melalui kalsinasi. Akibat kalsinasi senyawa volatile yang ada pada pori-pori karbon teruapkan sehingga pori yang
tadinya terisi setelah dikalsinsi menjadi kosong.
Berdasarkan tabel 1, terjadi penurunan jejari rata-rata pori yang cukup signifikan dari arang, karbon aktif dan Ni-
karbon. Dengan diembannya logam Ni pada pengemban karbon tidak menyebabkan jejari rata-rata pori yang lebih
panjang dibanding dengan jejari pori pada karbon aktif. Dengan kata lain jejari rata-rata pori Ni-karbon lebih
pendek dibandingkan karbon aktif. Hal ini disebabkan oleh hanya sebagian dari logam Ni yang berjejal pada
pengemban karbon Keasaman Katalis

Hasil perhitungan harga keasaman dari arang, karbon aktif dan katalis Ni-karbon dapat dilihat pada tabel
1. Tabel 1 memperlihatkan bahwa harga keasaman semakin bertambah dari arang, karbon aktif dan katalis Ni-
karbon. Semua sampel mempunyai sifat asam. Ini menunjukkan bahwa arang itu sendiri mempunyai gugus H+
atau bersifat asam. Secara keseluruhan sampel katalis Ni-karbon mempunyai keasaman lebih besar dibandingkan
dengan arang dan karbon aktif. Dengan meningkatnya sifat asam dan kandungan logam Ni pada sampel katalis
diharapkan katalis mampu meningkatkan laju reaksi perengkahan. Meningkatnya sifat keasaman pada katalis Ni-
karbon karena logam Ni bersifat asam sehingga dengan terembankannya logam Ni pada pengemban karbon aktif
akan meningkatkan harga keasaman Ni-karbon dengan sendirinya.
Pengaruh Logam (K, Li, Na) Terhadap Konversi Bensin, terlihat pada data Tabel 3 bahwa dengan variasi
logam yang berbeda menghasilkan konversi bensin bervariasi dan terjadi kenaikan maupun penurunan terhadap
jumlah bensin yang dihasilkan.

No Konsentrasi Konversi Bensin (%)

Logam (%) Logam K Logam Na Logam Li


1 0,0 12,25 12,25 12,25
2 0,5 9,5 27,00 5,50
3 1,0 5,0 21,00 9,00
4 1,5 8,5 17,00 15,50
5 2,0 16 8,50 10,50

Tabel 3 Konversi bensin (%) pada variasi logam yang berbeda


Sumber: Nazarudin dkk (2014)
Konversi CHP terkecil dihasilkan oleh penambahan 1,5 % logam K terhadap katalis Ni-karbon yakni 41
% dan pada keadaan ini juga dihasilkan konversi gas yang terbesar yakni 56,5 %. Sedangkan konversi CHP
terbesar dihasilkan oleh katalis Ni- karbon tanpa penambahan logam K yakni 83 % dan pada keadaan ini juga
Dinda Safitri, Pengaruh Penambahan Logam K, Li, Na dalam Katalis Ni-Karbon Terhadap Konversi Perengkahan Katalitik Crude Palm Oil
(CPO) menjadi Bensin 4
dihasilkan konversi gas terkecil yakni 16 %. Artinya hubungan antara CHP dan gas karena penambahan logam K
adalah berbanding terbalik yakni jika konversi CHP meningkat maka konversi gas menurun. Berdasarkan tabel
diatas dapat didiprediksi bahwa penambahan logam K dapat memperkecil
Konversi bensin dalam CHP yang terbesar dihasilkan oleh penambahan 2 % logam K terhadap katalis
Ni-karbon yakni 26,89 % atau ekivalen dengan 32 gram bensin dalam 119 gram CHP. Sedangkan konversi bensin
dalam CHP yang terkecil diberikan oleh penambahan 1 % logam K terhadap katalis Ni-karbon yakni 6,25 % atau
ekivalen dengan 10 gram bensin dalam 160 gram CHP, lihat gambar 1
Gambar 1. Kurva konversi bensin dengan penambahan logam K Pada katalis Ni-karbon
Dari Gambar 1 diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan 2 % logam K memberikan konversi
bensin yang terbesar yang mengakibatkan kenaikan masa bensin sebesar 7,5 gram dari masa bensin tanpa
penambahan logam K. Penambahan 1 % logam K memberikan konversi bensin terkecil yakni penurunan sebesar
14,5 gram bensin dari masa bensin tanpa penambahan logam K. Diprediksi titik ini merupakan titik minimum
konversi bensin yang dihasilkan.
Penambahan logam K pada katalis Ni-karbon sebanyak 0,5 % - 1,5 % berat mengakibatkan penurunan
konversi bensin dari 12,25 % menjadi 8,5 %. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Twaiq tentang perengkahan
CPO menggunakan katalis HZMS-5, ultra β dan ultra stabil γ (USY) zeolit yakni penambahan logam kalium pada
katalis sebanyak 0,5 % - 1,5 % berat mengakibatkan penurunan konversi dari 90 % - 39 % .

Gambar 1. Kurva konversi bensin dengan penambahan logam K Pada katalis Ni-karbon
Sumber : jurnal pengaruh penamabahan logam K,Li,Na dalam katalis Ni-karbon terhadap konversi perengkahan katalitik crude palm oil (CPO)
menjadi bensin

Dari Gambar 1 diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan 2 % logam K memberikan konversi
bensin yang terbesar yang mengakibatkan kenaikan masa bensin sebesar 7,5 gram dari masa bensin tanpa
penambahan logam K. Penambahan 1 % logam K memberikan konversi bensin terkecil yakni penurunan sebesar
14,5 gram bensin dari masa bensin tanpa penambahan logam K. Diprediksi titik ini merupakan titik minimum
konversi bensin yang dihasilkan.
Penambahan logam K pada katalis Ni-karbon sebanyak 0,5 % - 1,5 % berat mengakibatkan penurunan
konversi bensin dari 12,25 % menjadi 8,5 %. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Twaiq tentang perengkahan
CPO menggunakan katalis HZMS-5, ultra β dan ultra stabil γ (USY) zeolit yakni penambahan logam kalium pada
katalis sebanyak 0,5 % - 1,5 % berat mengakibatkan penurunan konversi dari 90 % - 39 % .
Konversi bensin dalam CHP yang terbesar dihasilkan oleh penambahan 1,5 % logam Li terhadap katalis
Ni-karbon yakni 23,66 % atau ekivalen dengan 31 gram bensin dalam 131 gram CHP. Sedangkan konversi bensin
dalam CHP yang terkecil diberikan oleh penambahan 0,5 % logam Li terhadap katalis Ni-karbon yakni 8,21 %
atau ekivalen dengan 11 gram bensin dalam 134 gram CHP, lihat Tabel 4.
Tabel 4. Konversi bensin dalam CHP dengan penambahan logam Li
No Konsentrasi Logam Li (%) Konversi bensin dalam CHP (%)
1 0,0 14,76

Dinda Safitri, Pengaruh Penambahan Logam K, Li, Na dalam Katalis Ni-Karbon Terhadap Konversi Perengkahan Katalitik Crude Palm Oil
(CPO) menjadi Bensin 5
2 0,5 8,21
3 1,0 13,64
4 1,5 23,66
5 2,0 22,10
Gambar 2, memperlihatkan bahwa pada Ni-karbon 98,5 % dengan tambahan 1,5 % logam Li memberikan
konversi bensin yang terbesar yang mengakibatkan kenaikan masa bensin sebesar 6,5gram dari masa bensin yang
dihasilkan pada katalis Ni-karbon tanpa penambahan logam Li.

Gambar 2. Kurva konversi bensin terhadap penambahan logam Li pada katalis Ni-karbon
Sumber : jurnal pengaruh penamabahan logam K,Li,Na dalam katalis Ni-karbon terhadap konversi perengkahan katalitik crude palm oil (CPO)
menjadi bensin
Penambahan 0,5 % logam Li memberikan konversi bensin terkecil yakni Penurunan sebesar 13,5 gram
bensin dari masa bensin yang dihasilkan pada katalis Ni- karbon tanpa penambahan logam Li. Diprediksi bahwa
pada penambahan 0,5 % logam Li terhadap katalis Ni-karbon merupakan titik minimum dihasilkannya konversi
bensin dan pada penambahan 1,5 % logam Li terhadap katalis Ni-karbon merupakan titik maksimum
dihasilkannya konversi bensin.
Konversi bensin dalam CHP dengan penambahan logam Na yang dapat dilihat pada tabel 5. Konversi
bensin dalam CHP yang terbesar dihasilkan oleh penambahan 0,5% logam Na terhadap katalis Ni-karbon yakni
40,91 % atau ekivalen dengan 54 gram bensin dalam 132 gram CHP. Sedangkan konversi bensin dalam CHP
yang terkecil diberikan oleh penambahan 2 % logam Na terhadap katalis Ni-karbon yakni 17,35 % atau ekivalen
dengan 17 gram bensin dalam 96 gram CHP.
Tabel 5. Konversi bensin dalam CHP
No Logam Na Konversi bensin dalam CHP
1 0,0 14,76
2 0,5 40,91
3 1,0 28,77
4 1,5 37,78
5 2,0 17,35
Penambahan 2 % logam Na memberikan konversi bensin terkecil yakni penurunan sebesar 17,5 gram
bensin dari masa bensin tanpa penambahan logam Natrium. Keadaan ini berbanding terbalik dengan keadaan.
Darti Tabel 5 diperoleh kurva hubungan bensin dengan penambahan logam Na sebagai berikut:

Dinda Safitri, Pengaruh Penambahan Logam K, Li, Na dalam Katalis Ni-Karbon Terhadap Konversi Perengkahan Katalitik Crude Palm Oil
(CPO) menjadi Bensin 6
Gambar 3. Kurva konversi bensin terhadap penambahan logam Na pada katalis Ni-karbon
Sumber : jurnal pengaruh penamabahan logam K,Li,Na dalam katalis Ni-karbon terhadap konversi perengkahan katalitik crude palm oil (CPO)
menjadi bensin
Dari kurva diatas bisa dikatakan bahwa pada Ni-karbon 99,5 % dengan tambahan 0,5 % logam Na memberikan
konversi bensin yang terbesar yang mengakibatkan meningkatnya masa bensin sebesar 29,5 gram dari masa
bensin tanpa penambahan logam Na. Diprediksi bahwa pada penambahan 0,5 % logam Na terhadap katalis Ni-
karbon merupakan titik maksimum diperolehnya konversi bensin. Berikut gambar hasil bensin yang diperoleh
dengan penambahan 0,5 % logam Na terhadap katalis Ni-karbon

KESIMPULAN
Dari penilitian yang dilakuakn oleh Nazarudin dkk, didapatkan Arang dari limbah pabrik ketel uap PTP VI Sungai
Bahar dapat digunakan sebagai pengemban logam Ni karena luas permukaan dan volume total pori arang yang
telah diaktivasi semakin meningkat dari luas permukaan dan volume total pori arang yang belum diaktivasi.
Penambahan logam Kalium pada katalis Ni-karbon sebanyak 0,5 % - 1,5 % berat mengakibatkan penurunan
konversi bensin dari 12,25 % menjadi 8,5 %. Penambahan logam Litium pada katalis Ni-karbon memberikan
pengaruh negatif pada hasil konversi bensin kecuali pada penambahan 1,5 % berat meningkatkan konversi bensin
sebesar 6,5 gram atau 3,25 %. Penambahan logam Natrium pada katalis Ni- karbon sebanyak 0,5 % berat
mengakibatkan kenaikan konversi bensin sebesar 29,5 gram atau 120,4 %.

Dinda Safitri, Pengaruh Penambahan Logam K, Li, Na dalam Katalis Ni-Karbon Terhadap Konversi Perengkahan Katalitik Crude Palm Oil
(CPO) menjadi Bensin 7
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2010.KonsumenHijau.http://www.republika.com/harian/0203 Green- Consumersm.html (2 Maret


2011).
Anonymous.2011.Tanggung Jawab Dunia Bisnis Industri.http://Reuters.blogspot.com/0202/ (February 2011).
Anonymous. 2012. Biodiesel Tanpa Subsidi Pemerintah. Suara Merdeka 8 Januari 2012 Akhaiuddin, M., Proses
Produksi dan Subsidi Biodiesel dalam Mensubtitusi Solar untuk Mengurangi Ketergantungan Terhadap
Solar, Seminar Energy, Natural Resource & Environment. Universitas Indonesia, 2009.
Almasdi Syahza, (2010), Peluang Pengembangan Agribisnis di Propinsi Riau, P2TP2. Universitas Riau,
Pekanbaru.
Nazarudin, Optimasi Kondisi Reaksi Perengkahan Katalitik Fraksi Berat Minyak Bumi Dengan Katalis Cr-Zeolit
Alam dan Ni-Zeolit Alam. 2000, Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Nazarudin, et al. Optimasi Dengan Response Surface Methodology Pada Kondisi Reaksi Perengkahan CPO
Menggunakan Katalis Cr-karbon dan Ni-karbon, . in Makalah Seminar DP2M dikti,. 2006. Jakarta.
Nazarudin, et al. Pengaruh Penambahan Logam Alkali ( K, Li, Na) dalam Katalis Cr-Arang Terhadap Konversi
Perengkahan Katalitik Crude Palm Oil (CPO) menjadi Bensin. in Semirata BKS-PTN Wilayah Indonesia
Barat. 2014. Bogor
Ooi, Y.S., et al., Catalytic conversion of fatty acids mixture to liquid fuel and chemicals over composite
microporous/mesoporous catalysts. Energy & Fuels, 2005. 19(3): p. 736-743.
Twaiq, F.A., N.A.M. Zabidi, and S. Bhatia, Catalytic conversion of palm oil to hydrocarbons: Performance
of various zeolite catalysts. Industrial & Engineering Chemistry Research, 1999. 38(9): p. 3230-3237.
Twaiq, F.A.A., A.R. Mohamad, and S. Bhatia, Performance of composite catalysts in palm oil cracking for the
production of liquid fuels and chemicals. Fuel Processing Technology, 2004. 85(11): p. 1283-1300.
Rusman, Interkalasi Cu Pada Karbon Aktif dan Pemanfaatannya Sebagai Katalis DehidrasiNormalamilalkohol.
1999, Gadjah Mada Universitas: Yogyakarta.
Priyanto, U., Aktifitas Katalis-katalis Dengan Support Karbon Alam Pencairan Batubara. Jurnal Sains dan
Tekhnologi Indonesia 2004. 3: p. 13-21.
Ditjen. Perkebunan. Buku Statistik Perkebunan Indonesia, Kelapa Sawit 1990-2004, 2005.
Tatang H.S., Material Aspects of Biodiesel Production in Indonesia, Seminar “Business opportunities of
Biodiesel into the fuel market in Indonesia“, BPPT, Jakarta, 8 Maret 2006.

Dinda Safitri, Pengaruh Penambahan Logam K, Li, Na dalam Katalis Ni-Karbon Terhadap Konversi Perengkahan Katalitik Crude Palm Oil
(CPO) menjadi Bensin 8

Anda mungkin juga menyukai