Anda di halaman 1dari 2

Tata Laksana Penyakit Jantung Koroner

Berdasarkan kasus, Mr.X dapat di diagnosis menderita penyakit jantung coroner dengan
elevasi ST. Penderita penyakit jantung koroner dengan elevasi ST memerlukan perawatan di
unit perawatan intensif dengan monitoring ketat sampai 72 jam.
1. Perawatan Umum
 Tirah baring dan dipasang monitor EKG, tensi, pulse oxymetri, untuk
mengetahui secara dini penyulit misalnya aritmia, syok.
 Diberikan oksigen 2-4 L/m bila penderita mengalami sianosis atau distress
nafas.Dipasang pulse oxymetri untuk memastikan saturasi oksigen arterial
cukup
 Dipasang akses intravena dengan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%
 Berikan penenang ringan misalnya diazepam 5- 10 mg
 Berikan makanan lunak dengan porsi kecil
 Diberikan laksan ringan
 Mengendalikan faktor resiko dan faktor pencetus
2. Terapi Farmakologi
 Aspirin
Dosis awal 162 – 325 mg sebaiknya dikunyah baru ditelan, dilanjutkan dengan
75 – 160 mg sekali sehari. Penderita dengan kontra indikasi terhadap aspirin
dapat diberikan ticlopidin atau clopidogrel.
 Nitrat
Nitrat sebaiknya diberikan sublingual. Apabila angina tidak dapat diatasi,
nitrat dapat diberikan secara intravena.
Nitrogliserin : 5-200 ug/menit
Isosorbid dinitrat : mulai 1mg/jam
 Penyakat Beta
Apabila tidak ada kontra indikasi penyakat beta harus diberikan
 Antagonis Kalsium
Dapat diberikan bersama dengan penyakat beta atau sebagai pengganti
penyakat beta apabila penderita kontra indikasi terhadap penyakat beta.
 Statin
Statin diberikan dengan tujuan untuk menstabilkan plak sehingga plak tidak
pecah. Kegunaan statin yang utama bukanlah untuk menurunkan kadar
kolesterol melainkan untuk menstabilkan plak.
 Trombolitik
Diberikan pada semua penderita infark akut dengan ST elevasi >0,1mV
setidaknya 2 lead yang berhubungan atau ada blok cabang berkas baru, dalam
waktu kurang dari 12 jam sejak serangan pertama apabila tidak ada
kontraindikasi. Makin dini diberikan , makin besar kemungkinan miokard
dapat diselamatkan. Trombolitik yang sudah mendapat persetujuan FDA
antara lain :
Streptokinase : 1,5 juta untuk dalam 30 – 60 menit
Anistreplase : 30mg dalam 5 menit
Alteplase : 100mg dalam 90 menit
Reteplase : 10U x 2 dalam 30 menit
 Heparin unfracrtioned
 Setelah pemberian alteplase : diberikan bolus 60U/kgBB dilanjutkan
drip 12U/kgBB/jam, maksimal 4000 unit drip 1000U/jam untuk
penderita dengan berat badan >70kg. Dosis diatur untuk mendapatkan
aPTT 1,5 – 2 kali kontrol.
 Pada semua penderita infark akut yang tidak diberikan trombolitik
yang tidak ada kontraindikasi terhadap heparin. Diberikan secara
subkutan 7500 U x 2 sehari.
 Penderita dengan resiko tinggi untuk terjadi emboli sistemik : infark
luas, atrial fibrilasi, riwayayt emboli sebelumnya, diketahui ada
trombus di ventrikel kiri. Diberikan secara intravena seperti di atas
dengan aPTT 1,5 sampai 2 kali kontrol.Heparin dipertahankan selama
sedikitnya 48 jam, kecuali pada penderita dengan resiko emboli
sistemik dapat diberikan lebih lama. Setelah 48 jam dapat
dipertimbangkan untuk pemberian subkutan atau diganti dengan
warfarin
 Bila sebelumnya mendapat trombolitik non selektif, pemberian heparin
ditunda 4 – 6 jam kemudian dan dilakukan pemeriksaan aPTT. Heparin
boleh dimulai bila aPTT kurang dari 2x kontrol.
 Heparin berat molekul rendah
dapat diberikan sebagai ganti heparin konvensional oleh karena pemberiannya
lebih mudah dan tidak memerlukan kontrol aPTT.
 Warfarin
Diberikan sebagai lanjutan dari heparin pada penderita dengan resiko tinggi
untuk terjadi emboli sistemik.
 Magnesium
 Bila kadar magnesium kurang dari normal.
 Terjadi aritmia yang sulit diatasi atau terjadi torsade de pointes
meskipun kadar magnesium tidak diketahui
 Diberikan bolus intravena 1 – 2 gram dengan konsentrasi 20%

Anda mungkin juga menyukai